Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN

KEAMANAN DAN KESELAMATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. HANAFIE


MUARA BUNGO
2018
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan Rahmat dan Hidayah NYA sehingga program pengelolaan keamanan dan
keselamatan RSUD H.Hanafi Ma.Bungo ini berhasil disusun.program ini diharapkan mampu
menjadi pedoman bagi Rumah Sakit dalam pengelolaan manajemen fasilitas dan keamanan di
RSUD H.Hanafi Ma.Bungo.

Terima kasih kami haturkan kepada Allah SWT atas nikmat NYA sehingga diberikan izin
dipermudahkan membuat program ini dengan lancar serta kepada Direktur RSUD H.Hanafi
Ma.Bungo yang telah memberikan doa, moril dan materil dalam pembuatan program ini ,para
pejabat struktural dan tenaga fungsional dan tak lupa kepada rekan rekan POKJA MFK yang
bersama bahu membahu mengerjakan dokumen Manajemen fasilitas dan keselamatan juga kepada
seluruh staff di RSUD H.Hanafi Ma.Bungo yang telah berpartisipasi mulai dari proses penyusunan,
pelaksanaan sampai pada proses monitoring dan evaluasi program kerja ini Wassalamu’alaikum
Wr.Wb

Ma. Bungo, April 2018


Penyusun
BAB I
DEFINISI

Rencana manajemen keamanan dan keselamatan menjelaskan bagaimana organisasi akan


menyediakan lingkungan fisik yang bebas dari bahaya dan mengelola kegiatan staf untuk
mengurangi risiko cedera. Setiap rumah sakit memiliki risiko keamanan dan keselamatan yang
melekat sehubungan dengan penyediaan pelayanan bagi pasien, aktifitas sehari-hari oleh staf, dan
lingkungan fisik di mana pelayanan terjadi. RSUD H.Hanafi Ma.Bungo berupaya mengidentifikasi
resiko-resiko ini serta menerapkan proses untuk meminimalkan kemungkinan risiko yang
menyebabkan insiden.
Rumah Sakit sebagai tempat umum terpapar oleh berbagai resiko keamanan dan
keselamatan.Baik terhadap pasien, pengunjung, karyawan, atau pun terhadap properti rumah sakit,
pasien, pengunjung dan karyawan. Untuk itu RSUD H.Hanafi Ma.Bungo perlu membuat
perencanaan di bidang pengaturan keamanan dan keselamatan untuk mengantisipasi berbagai hal
yang tidak diinginkan.
BAB II
RUANG LINGKUP

Dalam rangka menjamin mutu layanan keselamatan dan keamanan di rumah sakit maka
diperlukan dan dibuat prosedur tetap layanan keamanan dan keselamatan yang mengacu pada
standard perundang-undangan serta sesuai rekomendasi dari team K3 dan dari pihak keamanan
yang telah mendapatkan pendidikan SATPAM serta sararn dari IPCN/PPI rumah sakit agar
terjamin keamanan dan keselamatan di rumah sakit.
Dalam menyusun program keamanan dan keselamatan ada beberapa hal yang harus
disiapkan, antara lain;
a. Membuat invetaris alat penunjang keamanan dan keselamatan.inventarisasi mutlak
dilakukan untuk menyiapkan protap maintenance alat dan penyusunan program
pemeliharaan,korektif dan evaluasi.
b. Membuat prosedur tetap keamanan dan keselamatan secara preventif.
c. Membuat prosedur tetap keamanan dan keselamatan korektif.
d. Membuat denah jalur evakuasi,.
e. Melakuakan evaluasi keamanan dan keselamatan.
f. Memetakan daerah resiko
g. Merencanakan sistem keamanan terpadu.
h. Perencanaan imunisasi karyawan
i. Pembuatan jalur evakuasi.
j. Membuat tanda tanda bahaya dan terjadinya.
k. Pemasangan CCTV
l. Pengawasan dan maintenece sistem kontruksi bangunan.
BAB III
TATA LAKSANA

Berikut adalah langkah langkah kegiatan keamanan dan keselamatan :

A. UPAYA KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA PROSES RENOVASI DAN


KONSTRUKSI
Proses konstruksi dan renovasi merupakan hal yang tidak terhindarkan dari
operasional rumah sakit. Kedua proses tersebut menimbulkan resiko terkait dengan
keamanan dan keselamatan maupun pencegahan dan pengendalian infeksi di RSUD
H.Hanafi Ma.Bungo. Untuk itu perlu diatur bahwa sebelum pelaksanaan proyek renovasi/
kontruksi harus dilakukan analisa dampak proyek terhadap proses pelayanan kesehatan,
keamanan dan keselamatan dan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh Panitia
Pengendalian Infeksi dengan melibatkan Komite K3RS (Keamanan dan keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit). Analisa dilakukan dengan menggunakan Formulir Penilaian
Resiko, baik untuk proses pelayanan kesehatan, keamanan dan keselamatan dan
pengendalian infeksi.

Berikut adalah Formulir Penilaian resiko terkait dengan keamanan dan keselamatan:

T
N URAIAN Y D ANTISIPASI RESIKO
O A K
1. Apakah rute jalan masuk / jalan keluar
normal akan terganggu akibat proyek ini?
Jika Ya, lokasi di …….
2. Apakah sistem deteksi dan
penanggulangan dini kebakaran akan
terpengaruh dengan proyek ini? Jika Ya,
sebutkan sistem yang terpengaruh dan
berapa lama.
3. Apakah pintu tahan api dan sistem exhaust
asap di tangga darurat akan terpengaruh
oleh proyek ini? Jika Ya, sebutkan sistem
yang terpengaruh dan berapa lama
4. Apakah ada B3 atau Bahan mudah terbakar
/ meledak yang dibawa ke lokasi proyek?
Jika Ya, bahan apa dan apakah sudah ada
MSDSnya?
5. ada sistem penanggulangan kebakaran di
lokasi proyek? Adakah pekerja yang
terlatih menggunakannya?
6. Apakah ada sistem utilitas atau security
yang terganggu? Jika Ya, sebutkan sistem
yang terpengaruh dan berapa lama
7. Apakah ada hazard untuk lingkungan
sekitar proyek? Di mana? Apa?

B. IDENTIFIKASI RESIKO
Identifikasi resiko (risk identification) adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk
mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian, baik pada
manusia, barang atau pun proses pelayanan. Cara yang secara teratur dilakukan di RSUD
H.Hanafi Ma.Bungo untuk mengidentifikasi resiko adalah dengan melakukan inspeksi
fasilitas dan ronde lingkungan.

1) Inspeksi Fasilitas
Inspeksi adalah suatu proses pemantauan langsung terhadap kondisi dan fungsi fasilitas-
fasilitas rumah sakit yang disesuaikan dengan sistem atau standar yang berlaku.
Inspeksi dilakukan oleh:
a) Internal oleh petugas-petugas di jajaran Penunjang Non Medis
1. Petugas Unit Pemeliharaan Bangunan untuk bangunan, proyek
konstruksi, renovasi, dan peralatan non-medik.
2. Petugas Unit Pemeliharaan Peralatan Non Medik untuk Peralatan Medik
3. Petugas Unit Kesehatan Lingkungan untuk parameter-parameter
lingkungan
4. Dan lain-lain

Inspeksi dilakukan secara reguler sesuai dengan jadwal kerja di masingmasing unit
terkait (pada umumnya sebulan sekali). Hasil pemeriksaan didokumentasikan pada
log book pemeriksaan setiap bangunan / alat. Pelaporan dilakukan kepada Manajer
Penunjang Non Medis baik harian atau pun bulanan tergantung dari tingkat urgenitas
kerusakan yang ditemukan. Pelaksanaan perbaikan disesuaikan dengan prioritas dan
sumber daya yang tersedia.
b) Eksternal oleh petugas dari dinas / badan pemerintahan terkait, seperti Dinas
Kebakaran untuk fasilitas pencegahan dan penanggulangan kebakaran, petugas
Dinas Kesehatan untuk kesehatan lingkungan. Frekuensi pengecekan disesuaikan
dengan ketentuan yang berlaku. Hasil pengecekan eksternal dilaporkan oleh
petugas unit terkait kepada Manajer Penunjang Non Medik. Pelaksanaan
perbaikan disesuaikan dengan prioritas dan sumber daya yang tersedia.
2) Ronde Lingkungan
a) Pengertian nya adalah :
1. Ronde lingkungan adalah upaya melakukan identifikasi dengan cara
berkeliling ke unit-unit di RSUD H.Hanafi Ma.Bungo sambil melakukan
pencatatan terhadap jenis bahaya / resiko yang ditemukan.
2. Pelaku ronde lingkungan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai jenis-
jenis bahaya yang perlu diidentifikasi sehingga proses tersebut berjalan
dengan baik dan menghasilkan data yang akurat.
3. Hasil ronde harus ditindak lanjuti dengan melakukan pengukuran terhadap
bahaya-bahaya yang diidentifikasi oleh tenaga yang lebih ahli, dan dengan
peralatan yang memadai.
b) Lokasi dan Pelaksanaan
1. Seluruh unit atau area harus dilakukan ronde lingkungan. Ronde lingkungan
dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan (terlampir), dilaksanakan
oleh tim yang beranggotakan minimal :
a. Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3).
b. Manajer Penunjang Non Medis atau yang mewakili.
c. Manajer Sumber Daya Insani atau yang mewakili
d. Manajer dan kepala unit untuk area yang akan dikunjungi
e. Staf Infection control / PPI
2. Bahaya atau resiko yang teridentifiasi di dokumentasikan dalam checklist
ronde lingkungan (terlampir).
3. Dikarenakan fungsi dan struktur dari tiap fasilitas berbeda, diperlukan
checklist tambahan yang dapat membantu keperluan inspeksi dari masing-
masing fasilitas (lihat lampiran Health Surveilance checklist)
Hasil analisa dituangkan kedalam form persetujuan pelaksanaan proyek konstruksi dan
renovasi. Selain itu, pada saat pelaksanaan proyek, dilakukan kegiatan inspeksi untuk
memastikan kesesuaian dengan ketentuan keamanan dan keselamatan.

C. EVALUASI TINGKAT KEAMANAN DAN SISTEM PELAPORAN


1) RSUD H.Hanafi Ma.Bungo memiliki Satuan Keamanan (Satpam) yang dilakukan atau
dikelola oleh pihak ketiga PT. GARDA KOSONG LIMA. Pola kegiatannya dengan
melakukan Patroli secara menyeluruh selama 24 jam dan adanya penempatan anggota
Satpam yang ditempatkan dibeberapa area.
2) Pembagian tugas security terdiri atas 2 shift. Dan untuk shift pagi mulai dari jam 08.00
s/d 20.00 wib berjumlah 7 dan Shift malam mulai dari jam 20.00 s/d 08.00 berjumlah 4
orang.
Adapun pembagian plotingannya Pada sift pagi sebagai berikut:
a) 1 staff Satpam untuk jaga Kantor
b) 1staff Satpam untuk jaga di depan OK jalur keluar masuk pengunjung ke rawat
inap
c) 1 staff Satpam untuk Jaga depan IGD
d) 1 Staff Satpam untuk jaga di Poliklinik
e) 1 Staff Satpam untuk jaga di homestay
f) 2 orang satpam (1 Ketua dan 1staff) untuk patrol keliling di area Rumah Sakit
Adapun pembagian plotingannya Pada sift pagi sebagai berikut:
a) 1 staff Satpam untuk Jaga depan IGD
b) 1staff Satpam untuk jaga di depan OK jalur keluar masuk pengunjung ke rawat
inap
c) 1 Staff Satpam untuk jaga di homestay
d) 1 staff satpam untuk patrol keliling di area Rumah Sakit
3) Masalah keamanan atau kejadian kriminal yang melibatkan pasien, pengunjung,
karyawan atau gedung RS harus segera dilaporkan kepada Petugas Satpam, pelaporan
akan ditangani dengan melakukan penyelidikan lebih lanjut. Seluruh petugas wajib
menganalisa setiap adanya masalah keamanan dan memberikan rekomendasi atau
corrective action/perbaikan. Setiap anggota Satpam diharapkan dapat meningkatkan
pengembangan kinerja performa yang lebih baik dengan cara melakukan pelatihan
terpadu secara terus menerus maupun pelatihan lainnya ( pelatihan bantuan medis,
K3RS dll )
4) Program pelatihan kasus penculikan bayi/anak dilakukan secara periodik. Program
tersebut digunakan sebagai tindakan penanganan dan pencegahan kejadian penculikan
bayi dan anak, tindakan penanganan tersebut melibatkan unit keperawatan apabila
prosedur penanganan sudah tidak sesuai dengan kondisi teknis lapangan maka
dilakukan perbaikan atau koreksi terhadap prosedur sebelumnya.

1. IDENTIFIKASI
1) Seluruh karyawan RSUD H.Hanafi Ma.Bungo wajib menggunakan ID Card yang
diberikan oleh Bagian SDM dan digunakan pada saat bekerja sebagai tanda pengenal
pada setiap area kerja. Selain karyawan, tanda pengenal juga digunakan oleh pasien,
berupa gelang medis yang diberikan oleh unit keperawatan pada saat pasien
masuk/dirawat. Pengunjung ( Visitor ), Detailer, pekerja/kontraktor dan lain-lain
menggunakan ID Card sesuai dengan kategori kepentinganya yang disediakan dan di
data oleh Satpam.
2) Pada saat kegiatan konstruksi / renovasi, setiap pekerja wajib didata dan diberi tanda
pengenal khusus. Pekerja yang tidak menggunakan tanda pengenal tidak
diperbolehkan memasuki area kerja. Perusahaan yang mempekerjakan wajib
memberikan data nama pekerja tersebut dan pemutakhiran datanya.
3) Khusus untuk kamar bayi pada saat kelahiran bayi diberikan identifikasi khusus
yang persis sama dengan yang diberikan pada Ibunya berupa gelang medis yang
dilekatkan pada pergelangantangan.

2. AREA BERESIKO TINGGI


1) Untuk pencegahan dan penanganan keamanan di setiap area maka Rumah Sakit
menetapkan beberapa area yang masuk dalam katagori beresiko tinggi dalam hal
perlakuan dari sisi keamanan dan prosedur penempatan anggota. Pihak Satpam dan
K3 akan selalu mengadakan evaluasi terhadap area yang beresiko tersebut
berdasarkan atas data kejadian / incident report dan hasil evaluasi dan informasi
lainnya.
2) Berikut adalah rincian area yang masuk dalam kategori area Beresiko tinggi :
 Poliklinik mulai dari depan sampai belakang
 Farmasi Rawat Jalan
 IGD
 Parkir kendaraan, baik tamu maupun karyawan
 Kantor
 Super Vip
 Bangsal Keperawatan
 Kamar Operasi
 ICU
 PRT
 Kamar Bersalin

Setiap area tersebut diatas diperlakukan dengan tingkat keamanan tinggi dengan
sebagian dengan tambahan fasilitas kamera CCTV dan petugas Patroli selama 24
Jam.

3. AKSES KELUAR – MASUK


1) Akses IGD diawasi oleh Satpam selama 24 jamdan dilengkapi oleh CCTV, alarm dan
petugas patroli.
2) Area yang beresiko tinggi memerlukan pengawasan yang lebih ketat berupa
pemasangan alat camera CCTV, dan patroli setiap 3 jam sekali.
3) Petugas Satpamakan selalu memastikan bahwa selain pasien dan pembesuk yang
masuk wajib mengenakan ID Card.
4) Setiap media yang akan melakukan peliputan harus menghubungi Humas dan
Kominfo untuk mendapatkan izin dari petugas Satpam.

4. ALUR KENDARAAN
1. Satpam yang bertugas di area IGD selalu memastikan bahwa alur kendaraan yang
masuk maupun yang melintas di depan area pintu masuk IGD berjalan dengan
lancar. Petugas wajib memantau kondisi lalu lintas sekitar IGD segera tanggap dan
cepat mengarahkan Ambulance yang datang maupun kendaraan darurat yang menuju
ke IGD. Petugas harus selalu siaga selama 24 jam.
2. Petugas Satpam secara rutin melakukan pengawasan dan penertiban terhadap pejalan
kaki dan pengunjung dari luar yang masuk ke area IGD agar tidak menghalangi jalur
kendaraan dan mobilitas kegiatan bantuan medis di area IGD.
3. Pemblokiran akses/jalan luar RS dapat dilakukan oleh pihak Satpam dengan terlebih
dahulu mendapat perintah dan ijin dari Manajemen RS, Pemblokiran area luar
dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pihak pengelola wilayah.

5. PROSEDUR DARURAT
1. Apabila terjadi keadaan darurat seperti: gangguan sipil, situasi penyanderaan dan
penculikan bayi, harus segera menghubungi Posko Satpam. Petugas akan segera
melakukan tindakan cepat dan tepat sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku.
2. Setiap pekerja dan pimpinan disetiap unit bertanggung jawab terhadap tindakan
penanganan keadaan apabila terjadi bencana eksternal dan internal gedung
berdasarkan kepada kebijakan dan SOP Penanganan Kesiapsiagaan Darurat.
3. Semua informasi mengenai dokumen klinis Pasien adalah rahasia dan tidak
boleh diketahui atau diinformasikan ke pihak lain atau media.
4. Supervisor Satpam maupun Pelaksana Satpam selalu berkoordinasikan dengan
Manajer Penunjang Non Medik untuk memberikan pemberitahuan mengenai
kondisi darurat dapat melalui telpon ruangan maupun handphone atau dengan
system alarm. Hal ini mencakup situasi seperti ancaman bom, insiden
penyanderaan, penembakan atau penculikan bayi.

6. PENCULIKAN BAYI ATAU ANAK


1. Bila terjadi penculikan bayi atau anak, petugas Satpam akan melakukan penjagaan
disetiap pintu keluar masuk dan melakukan pengamatan terhadap setiap orang yang
keluar masuk ke area rumah sakit. Dan selalu berkoordinasi dengan petugas
keamanan yang berada di CCTV.
2. Petugas operator akan melakukan panggilan handphone apabila terjadi keadaan
darurat sesuai dengan SOP yang berlaku.
3. Semua informasi pasien bersifat rahasia dan tidak boleh disebarkan tanpa melalui
izin. Dan setiap media yang akan melakukan peliputan harus menghubungi Humas
/Kominfo untuk mendapatkan izin dari petugas Satpam terlebih dahulu.
4. Staf yang berada di area terjadinya insiden atau area pediatric akan melakukan
sensus dan pencarian. Daerah penculikan akan dibiarkan tidak disentuh agar tidak
merusak barang bukti.
5. Petugas Satpamakan berkoordinasi dengan Polsek terdekat bila terjadi penculikan
anak dan bayi.
D. PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
1. Pelatihan Karyawan
Pelatihan karyawan tentang keamanan dan keselamatan dilakukan pada setiap acara
Orientasi Umum untuk karyawan baru dan secara periodik setiap tahun untuk karyawan
lama. Materi yang diberikan meliputi:
a) Budaya keamanan dan keselamatan.
b) Prosedur pelaporan kecelakaan
c) Cara-cara pencegahan kecelakaan dan pengendalian bahaya
d) Topik-topik lain yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan.
e) Materi pelatihan karyawan baru dan karyawan lama tersebut dapat berubah
seiring waktu, disesuaikan dengan:
1) Temuan-temuan dalam ronde lingkungan (environmental round)
2) Laporan-laporan kecelakaan yang menonjol
3) Resiko-resiko keamanan dan keselamatan yang menonjol di
masingmasing unit/ departemen.
f. Salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan tentang keamanan dan
keselamatan kepada karyawan adalah dengan penyusunan Buku Panduan
Keamanan dan keselamatan RSUD H.Hanafi Ma.Bungo.
2. Pelatihan Kepada Vendor / Kontraktor
Pelatihan keamanan dan keselamatan kerja juga dilakukan terhadap vendor dan
kontraktor pada kunjungan pertama untuk perbaikan peralatan, pengerjaan renovasi/
konstruksi dan pekerjaan lainnya di lingkungan RSUD H.Hanafi Ma.Bungo. Pada
dasarnya materi yang diberikan sama dengan materi pelatihan untuk karyawan RS yang
meliputi:
a) Budaya keamanan dan keselamatan
b) Prosedur pelaporan kecelakaan
c) Cara-cara pencegahan kecelakaan dan pengendalian bahaya
d) Topik-topik lain yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan
3. Pelatihan Pasien Dan Pengunjung Lainnya
Sebagai salah satu komponen pengguna rumah sakit, pasien dan pengunjung lainnya
juga harus mendapatkan pendidikan mengenai aspek-aspek keamanan dan keselamatan
dan pencegahan kecelakaan. Pendidikan diberikan melalui kegiatan orientasi pasien baru
di unit rawat inap, penempelan poster-poster, penempatan signage, rambu-rambu dan
lain-lain. Materi keamanan dan keselamatan yang diberikan antara lain:
a) Prosedur ketika terjadi keadaan darurat/ bencana: denah lantai, jalur evakuasi,
tempat berkumpul
b) Larangan merokok
c) Dan topik-topik keamanan dan keselamatan lainnya
E. PEMANTAUAN DAN KEPATUHAN
1) Kinerja departemen dan karyawan dipantau pada saat ronde lingkungan dan audit.
Kepatuhan dengan kebijakan dan prosedur dinilai dan dilaporkan kepada Tim K3
2) Tata cara pemantaun dan kepatuhan:
a) Hasil pemantauan dari Safety Round didokumentasikan oleh sekretaris
b) Hasil pemantauan dirapatkan dalam rapat Tim K3RS minimal satu bulan
sekali.
c) Hasil dari rapat dilakukan grading risiko
d) Masukkan hasil ke Risk Register (lihat Kebijakan Manajemen Risiko
Program Keamanan dan Keselamatan)
e) Dari Risk Register, bila masalah masih dapat diselesaikan di unit, maka
notulen akan dikirim ke unit dan manajer yang bersangkutan untuk dibahas
penyelesaiannya
f) Hasil dari penyelesaian notulen dipantau penyelesaiannya oleh Tim K3 RS
sesuai action plan yang dibuat.
F. REFERENSI
1) Undang-Undang No. 1 th 1970 tentang Keamanan dan keselamatan Kerja
2) Permenaker No. 5 / Men / 1996 tentang Sistem Manajemen Keamanan dan
keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3) Kepmenkes RI No. 432/Menkes/SK/IV/2007, Tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keamanan dan keselamatan Kerja (K3) di rumah Sakit
4) Surat Edaran Dirjen Pelayanan Medik Tentang PK3RS No. HK.00.06.6.4.0.1497 tgl.
24 Februari 1995
5) Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472/MENKES/PER/V/1996,
tertanggal 9 Mei 1996
6) Undang Undang no28/th 2002/tentang Fasilitas bangunan
7) Undang Undang no 44/th 2009/tentang Rumah Sakit 8) Peraturan Kepolisian
Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 mengenai Sistem Manajemen Pengamanan

Anda mungkin juga menyukai