Anda di halaman 1dari 139

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah Sakit adalah salah satu bentuk industri di bidang jasa pelayanan masyarakat
yang padat modal, padat teknologi dan padat karya, yang dalam pelaksanaan pekerjaan
sehari-harinya melibatkan banyak sumber daya manusia dengan berbagai jenis keahlian.
Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas
tenaga-tenaga yang ada di rumah sakit tersebut.
Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit, penggunaan
peralatan dengan teknologi tinggi dan bahan-bahan serta obat berbahaya bagi kesehatan
untuk tindakan diagnostik, terapi maupun rehabilitasi semakin meningkat, termasuk pula
konsidi-kondisi yang mengandung risiko untuk terjadinya kebakaran serta bencana semakin
besar. Terpaparnya tenaga kesehatan dan masyarakat yang ada di rumah sakit oleh bahan dan
limbah berbahaya dan beracun serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecelakaan atau
kondisi-kondisi yang membahayakan baik bagi petugas maupun masyarakat di rumah sakit
perlu mendapat perhatian secara khusus.
Peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya manusia di rumah sakit dalam
pelayanan kesehatan sangat diperlukan, termasuk pula di dalamnya mengenai pemahaman
dan kesadaran terhadap pentingnya penerapan prinsip-prinsip manajemen fasilitas dan
keselamatan. Hal ini dimaksudkan agar pelayanan kesehatan itu sendiri dapat dilaksanakan
secara bermutu dan profesional, disertai dengan terciptanya lingkungan kerja yang sehat,
aman dan terhindar dari risiko-risiko yang membahayakan.
Upaya-upaya manajemen fasilitas dan keselematan di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo menjadi tanggung jawab dari semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo. Buku pedoman ini berisikan pedoman-
pedoman pokok tentang kegiatan manajemen fasilitas dan keselamatan yang harus
dilaksanakan. Tim Manejemen Fasilitas dan Keselamatan yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo menyusun dan menjabarkan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Buku
Pedoman ini ke dalam program kegiatan operasional menejemen fasilitas dan keselamatan
sesuai dengan tanggung jawab dari masing-masing satuan kerja.

1
Dengan adanya buku pedoman ini sebagai acuan, serta dilengkapi dengan program
masing-masing satuan kerja, maka diharapkan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Menejemn
Fasilitas dan Keselamatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo akan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien, yang pada akhirnya akan mencapai suatu kondisi
”sadar keselamatan” demi suksesnya penyelenggaraan kegiatan dari seluruh unsur yang ada
di Rumah sakit Umum Daerah Pasar Rebo.

B. TUJUAN
Tujuan Buku Pedoman ini adalah untuk menjadi acuan dan panduan bagi seluruh
satuan kerja yang ada di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan, termasuk pula di
dalamnya upaya-upaya kesehatan lingkungan rumah sakit.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Manejemen fasilitas dan keselamatan meliputi pengelolaan keselamatan fasilitas fisik,
pencegahan dan pengamanan kebakaran, kewaspadaan bencana dan evakuasi, pemeliharaan
peralatan medis dan peralatan umum, pengelolaan bahan dan limbah B3, pendidikan dan
pelatihan, dan pengawasan manajemen risiko.

D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dalam pelaksanaan upaya manajemen fasilitas dan keselamatan
adalah:
1. Semua karyawan termasuk sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo;
2. Unit independen yang ada di lingkungan rumah sakit.
3. Pasien dan keluarganya; dan
4. Pengunjung rumah sakit.

E. LANDASAN HUKUM
Pemerintah telah menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan untuk mengatur
segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan MFK. Seluruh peraturan perundang-undangan
tersebut menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan rumah sakit mengenai MFK.

2
Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah terdiri dari Undang-undang, Peraturan
Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan Menteri, Keputusan dan Surat
Edaran Dirjen yang mengatur tentang MFK, antara lain sebagai berikut:
1) Undang-undang RI No.13 Th.2003 tentang Ketenagakerjaan;
2) Undang-undang RI No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3) Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4) Undang-undang RI No. 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5) Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
6) PP RI No. 18 tahun 1999 jo PP Nomor 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Tahun 1999 No. 31, Tambahan
Lembaran Negara No. 3815);
7) PP RI No. 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 2003 No. 36, Tambahan Lembaran Negara No. 4276);
8) Permenaker RI No. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan;
9) Permenaker RI No. 02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik;
10) Permenaker RI No. 5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
11) Permenaker RI No. 03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang dan Barang;
12) Kepmenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasa
Boga;
13) Kepmenkes No.876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan
14) Permenkes RI No. 472/Menkes/Per/V/1996 tentang Pengamanan bahan berbahaya bagi
kesehatan;
15) Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit;
16) Kepmenaker RI No. 186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja;

3
17) Kepmenkes RI No. 85/Menkes/SK/X/1993 tentang Komite MFK;
18) Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri;
19) SE Dirjen Yanmed No. HK.00.06.6.4.0.1497 tentang Pembentukan Komite MFK Rumah
Sakit;
20) Keputusan Dirjen PPM & PLP RI No. HK.00.06.6.44 tahun 1992 tentang Persyaratan dan
Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit;
21) Keputusan Dirjen PPM & PLP No. HK.00.06.6.82 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Kepmenkes RI No. 261/MENKES/SK/II/1998;
22) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor : 24/PRT/M/2008
Tanggal 30 Desember 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan
Gedung.
23) Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor: 10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.

Kebijakan
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo memiliki misi meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit. Sejalan dengan misi
tersebut, maka dengan mengacu pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo menerbitkan Keputusan Nomor:
KP.02.07/II/4905/2012 tanggal 4 Juli 2012 tentang Kebijakan Fasilitas Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo.
Kebijakan dan Ketentuan Pokok tersebut menjadi dasar dalam menyusun pedoman
pengelolaan dan pelaksanaan Manajemen fasilitas dan keselematan. Selanjutnya satuan kerja
di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo menyusun program kegiatan
manejemen fasilitas dan keselamatan di masing-masing satuan kerjanya dengan mengacu
pada buku pedoman ini.

4
Kebijakan Direktur berisi komitmen Direktur beserta seluruh karyawan secara
konsisten dalam manajemen fasilitas dan keselamatan antara lain adalah:
1. Rumah Sakit berkomitmen untuk melaksanakan manajemen fasilitas dan keselamatan
sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.
2. Fasilitas rumah sakit harus selalu berorientasi kepada mutu, MFK dan keselamatan
pasien.
3. Penggunaan sarana fasilitas rumah sakit harus efektif dan efisien.
4. Pengelolaan fasilitas rumah sakit di bawah koordinasi sub bag rumah tangga dan
perlengkapan.
5. Setiap unit wajib menjaga keamanan dan memelihara fasilitas yang ada di unit masing-
masing.
6. Pemeliharaan/perbaikan fasilitas rumah sakit dilakukan oleh IPSRS.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Tim MFK mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan dan pengelolaan MFK
di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, mengingat Komite ini merupakan perangkat
Direktur dalam menyusun dan menetapkan kebijakan MFK secara menyeluruh
Adapun pola ketenagaan dan kualifikasi sumber daya manusia di IPSRS dan Sanitasi
adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1
POLA TIM MANAJEMEN FASILITAS DNA KESEHATAN
NAMA JABATAN KUALIFIKASI TENAGA YANG
FORMAL & INFORMAL DIBUTUHKAN
Pengawas S2 MFK (Pelatihan MFKRS 1

Ketua S1 Kesmas (Pelatihan MFKRS 1


Sekretaris DIII Kesehatan Lingkungan 1
(Pengalaman minimal 5 tahun +
Pelatihan Sanitasi Rumah Sakit)
Koor. Keselamatan dna Keamanan DIII Teknik Sipil 2
Lingkungan Fisik
Koor.Pengelolaan Bahan Berbahaya DIII Kesehatan Lingkungan 2
Koor.Kegawatdaruratan dan Bencana Dokter Umum 2
Koor.Pengamanan Kebakaran DIII Teknik 2
Koor. Peralatan Medis DIII Teknik Elektromedis 2
Koor.Pendukung Utiliti DIII Teknik 2
Jumlah 15

6
Dalam rangka penerapan prinsip-prinsip MFK secara berhasilguna dan berdayaguna di
lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, telah ditetapkan:
a) Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Nomor:
KP.02.07/II/5130/2012 tanggal 12 Juli 2012 tentang Pembentukan Tim Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo.
b) Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo Nomor:
KP.02.07/II/5131/2012 tanggal 12 Juli 2012 tentang Pengangkatan Petugas Pelaksana
Program Pengawasan dan Pengarahan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah
Sakit Paru Dr.M.Goenawan Partowidigdo.

SUSUNAN KEANGGOTAAN KOMITE MFK:

Penanggung Jawab / Pengarah :


Ketua :
Sekretaris :

KORDINATOR-KOORDINATOR

1. KOORDINATOR KESELAMATAN DAN KEAMANAN LINGKUNGAN FISIK


Ketua :
Anggota :

2. KOORDINATOR PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA


Ketua :
Anggota :

3. KOORDINATOR KEGAWATDARURATAN DAN BENCANA


Ketua :
Anggota :

4. KOORDINATOR PENGAMANAN KEBAKARAN


Ketua :
Anggota :
7
5. KOORDINATOR PERALATAN MEDIS
Ketua :
Anggota :

6. KOORDINATOR SISTEM PENDUKUNG/UTILITI


Ketua :
Anggota :

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Rumah Sakit Paru Dr.M.Goenawan
Partowidigdo yang ada saat ini berjumlah 15 orang dan sesuai dengan susunan kepengurusan
Tim MFK menjadi 6 bagian yaitu Keselamatan dan Keamanan, Pengelolaan bahan
berbahaya , Kegawatdaruratan dan bencana, Pengamanan kebakaran, Peralatan medis, Sistem
pendukung/utility
Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan bertugas mewujudkan tersedianya fasilitas
yang aman, berfungsi dan supportif dalam rangka mengurangi dan mengendalikan bahaya dn
risiko, mencegah kecelakaan dan cidera serta memelihara kondisi aman yang meliputi :
1. Keselamatan dan Keamanan :
- terciptanya fasilitas yang meliputi gedung, halaman dan peralatan rumah sakit yang
tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, pegawai dan pengunjung;
- proteksi dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan atau akses serta penggunaan
oleh mereka yang tidak berwenang.
2. Pengelolaan bahan berbahaya
- penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan bahan berbahaya
lainnya harus dikendalikan dan limbah bahan berbahaya dibuang secara aman.
3. Kegawatdaruratan dan bencana
- tanggapan terhadap wabah, bencana dan keadaan darurat direncanakan dan efektif.
4. Pengamanan kebakaran
- property dan penghuninya dilindungi dari kebakaran dan asap.

8
5. Peralatan medis
- peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa untuk mengurangi
risiko.
6. Sistem pendukung/utility
- listrik, air dan sistem pendukung lainnya dipelihara untuk meminimalkan risiko
kegagalan pengoperasian.

C. PENGATURAN JAGA

Tabel 2.2
Pengaturan Jaga Tim Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
No NAMA JABATAN Waktu Kerja JML SDM

1 Pengawas 08.00-16.00 1
2 Ketua 08.00-16.00 1
3 Sekretaris 08.00-16.00 1
4 Koor. Keselamatan dan 08.00-16.00
2
Keamanan Lingkungan Fisik Shift
5 Koor.Pengelolaan Bahan
08.00-16.00 2
Berbahaya
6 Koor.Kegawatdaruratan dan 08.00-16.00
2
Bencana Shift
7 Koor.Pengamanan 08.00-16.00
Kebakaran Piket On Call 2
16.00-08.00
8 Koor. Peralatan Medis 08.00-16.002
9Koor.Pendukung Utiliti
08. 2

00-
16.
00

9
Jumlah 15

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

B. STANDAR FASILITAS

Tabel 3.1
Daftar Fasilitas Tim MFK

NoNama AlatJumlahKeterangan
1
APAR
64 buah

2
Fire Alarm Manual
10
58 buah
- Perlengkapan : 1
- Inst.Farmasi : 1
- OK : 29
- ICU : 24
- R.Direksi :1
- IGD :1
- Perinatologi :1
- R.Rapat Utama : 1

3
Sumber air bersih
3 buah
- Sumber air mawar
- Sumber air Guest House
- Sumber air Lemah Luhur

4
Sumber Listrik
414 KVA
Gardu 1 TSI (PLN)

82,5 KVA
Gardu RSTP

5
Sumber Listrik Alternatif
600 KVA
Genset Merk Perkin

200 KVA
PLTD Genset Merk Perkin

11
600 KVA
Stabilizer Merk Matsuyama

200 KVA
Stabilizer Merk Matsuyama 2 unit

25 Ampere
(5 KVA)
UPS (Uninterupted Power Suplay)

6
Unit Pengolah Limbah (IPAL)
1 unit

7
Incinerator
1 buah

8
Instalasi gas medis
4 sentral

9
Instalasi gas non medis
1 sentral
Gizi

10

12
AC
110 buah

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PEDOMAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN FASILITAS FISIK


Dalam rangka pelaksanaan MFK di rumah sakit, maka sangat perlu untuk terlebih dahulu
mengenali sumber-sumber yang dapat menimbulkan bahaya, baik bagi petugas pelaksana
pelayanan maupun bagi siapapun yang berada di rumah sakit.
Badan dan jiwa termasuk panca indera serta organ-organ tubuh manusia sangat menghendaki
keadaan yang wajar dari keadaan atau pengaruh lingkungannya. Ketidakwajaran keadaan
sekitarnya akan mengakibatkan gangguan-gangguan terhadap badan atau jiwa manusia
tersebut. Hal-hal yang kurang maupun lebih akan merupakan ganguan atau menyebabkan
kerusakan apabila sifatnya berlebihan.
Keadaan lingkungan manusia yang dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain sebagai
berikut:
suhu dan kelembaban udara;

13
kebersihan udara;
penerangan dan kekuatan cahaya;
kekuatan bunyi;
cara kerja dan proses kerja;
udara dan gas-gas yang bertekanan;
keadaan peralatan dan perlengkapan kerja, mesin dan bahan-bahan;
keadaan lingkungan setempat.
Pada umumnya para pekerja tidak menyadari adanya bahaya, karena terdapat kemungkinan
sebagai berikut:
tidak mengetahui bahayanya atau tidak mengenal bahaya baru yang akan timbul;
terbiasa dengan keadaan yang sudah ada.
Sebagai pertimbangan dalam keselamatan dan kesehatan kerja, salah satu bahaya yang
mungkin timbul adalah kecelakaan kerja dan penyakit berhubungan/akibat kerja. Kecelakaan
kerja dan penyakit berhubungan/akibat kerja di rumah sakit dapat dikelompokkan dan dicatat
menurut jenisnya, sehingga memudahkan mempelajari dan memahaminya untuk mencari
solusi pencegahan agar kecelakaan dan penyakit tersebut tidak terulang.
Pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut:
jatuh dari ketinggian;
kejatuhan benda;
terantuk, tersandung, dan tergelincir;
terjepit di antara benda;
terlanggar, tertumbuk, tertabrak, dan tergilas benda;
terpotong;
terkilir;
terbakar akibat atau berhubungan dengan suhu yang lebih tinggi dari toleransi tubuh manusia;
terbakar akibat atau berhubungan dengan arus listrik;
terbakar akibat atau berhubungan dengan bahan-bahan yang korosif (bersifat merusak) atau
terkena radiasi;
infeksi nosokomial, dan lain-lain penyakit berhubungan/akibat kerja;
kehilangan barang-barang milik rumah sakit;
tertusuk, tersiram, terhirup bahan berbahaya dan beracun.
lain-lainnya, seperti: runtuhnya konstruksi, peledakan, kebakaran dan sambaran petir.
Penjelasan secara rinci mengenai faktor-faktor bahaya serta risiko yang ditimbulkannya dapat
dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1
Faktor Bahaya dan Risiko

14
No

Faktor bahaya

Risiko

1
Fisik

Iklim kerja
Heat syncope yaitu pingsan karena panas

Heat stress/ heat exhaustion

Heatcramps

Heat stroke

Gangguan perilaku

Kecelakaan kerja

15
Kebisingan
Gangguan fisiologis

Gangguan komunikasi

Gangguan tidur

Gangguan pendengaran

Pengaruh psikologis

Pencahayaan
Kelelahan mata

Iritasi

Penglihatan rangkap

Keluhan pegal disekitar mata dan sakit kepala

16
Ketajaman penglihatan terganggu

Kerusakan indra mata

Kecelakaan kerja

Getaran
Gangguan pada sistem peredaran darah

Gangguan pada sistem tulang, sendi dan otot

Gangguan pada sistem syaraf

Cepat lelah

Gelombang Radiasi
Kemandulan

Mutasi gen

Berbagai penyakit mata

17
Iritasi kulit

Sindrom sistem syaraf pusat

Gangguan gastrointestinal

Gangguan sistem hemopoetik

Kanker

Kematian

Listrik
Luka bakar

Kaku pada otot

Tahanan tubuh membesar

18
Kematian

Biologi

(Virus, bakteri, jamur,


Penyakit akibat kerja dan infeksi nosokomial

Parasit)

3
Kimia

Gas anastesi, reagen,


Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Formaldehid, obat2-an

Bahan pembersih,

19
Pestisida

4
Psikososial

Stres, kerja shift,


Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

Penyalahgunaan obat

Pelecehan seksual

Di dalam Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Kerja ini dicakup pedoman pelaksanaan


tentang Keselamatan dan Keamanan Lingkungan Fisik, Pengelolaan Bahan Berbahaya,
Kegawatdaruratan dan Bencana, Pengamanan Kebakaran, Peralatan Medis, dan Sistem
Pendukung dan Utiliti.

Pengendalian Bahaya di Rumah Sakit


Risiko bahaya yang terjadi di rumah sakit adalah akibat faktor-faktor lingkungan kerja yang
bersumber dari bahan-bahan yang dipergunakan dalam suatu proses produksi, hasil produksi,
sisa produksi serta peralatan dan sarana dalam melakukan pekerjaan serta keadaan cuaca
ditempat kerja.

20
Faktor-faktor lingkungan kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Reboterdiri dari faktor fisik, faktor kimia,
faktor biologi, faktor psikologi dan faktor ergonomik. Faktor-faktor lingkungan kerja yang nilainya melampaui
Nilai Ambang Batas (NAB), maka kemungkinan dapat mengakibatkan gangguan kenyamanan kerja, gangguan
kesehatan bahkan dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja.
a. Faktor Fisik di Lingkungan Rumah Sakit
Faktor-faktor fisik yang biasanya terjadi di lingkungan kerja rumah sakit adalah ;
Iklim kerja
Iklim Kerja, adalah keadaan lingkungan kerja yang merupakan perpaduan antara parameter-
parameter suhu udara, kelembaban udara, suhu radiasi, kecepatan gerakan udara dan panas
metabolisme sebagai hasil aktivitas dari seseorang. Bila melampaui Nilai Ambang Batas
(NAB) sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. KEP - 51/MEN/1999 tanggal
16 April 1999 dan Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44, maka akan
mengakibatkan berbagai kelainan fisik dan fisiologis.
Pengendalian bahaya fisik akibat iklim kerja dilakukan sebagai berikut:
a) Terhadap lingkungan kerja
Menyempurnakan sistem ventilasi
Terhadap permukaan yang mempunyai suhu permukaan tinggi memperkecil panas radiasi
Menyediakan tempat istirahat yang cukup
Memberikan warna yang cerah pada peralatan yang memberikan sumber panas
Memasang shielding (penyekat) antara sumber panas dan tenaga kerja
b) Terhadap tenaga kerja
Memberikan air minum dekat tempat kerja yang memenuhi syarat artinya cukup dan mudah
dicapai dari lokasi kerja
Pada lingkungan kerja yang mempunyai suhu radiasi rendah dianjurkan dengan pakaian kerja
ringan, sedang untuk radiasi tinggi dianjurkan dengan pakaian kerja dengan tertutup seluruh
permukaan kulit dan berwarna putih
Dihindari bagi tenaga kerja yang harus bekerja dilingkungan panas apabila berbadan gemuk
sekali dan menderita penyakit cardio-vasculer
c) Terhadap lingkungan kerja yang bersuhu dingin
Disediakan intermediate room dengan perubahan suhu yang tidak terlalu besar sebelum
masuk ke tempat kerja bersuhu dingin
Mencegah pengeluaran panas dari tubuh dengan pakaian pelindung
Memperbesar E req dengan menaikan metabolisme melalui pem-berian makanan tambahan
dan dalam hal-hal tertentu meningkatkan aktivitas.

Kebisingan

21
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan bising mengganggu (annoyance
noise), yaitu kebisingan yang tidak menghi-langkan daya dengar, tetapi mengganggu konsentrasi/ketenangan.
Biasanya tingkat kebisingan rendah dan suaranya tidak keras. Sedangkan bising yang menyebabkan kehilangan
daya dengar, yaitu kebisingan yang menyebabkan ketulian pada tingkat kebisingan yang tinggi. Nilai Ambang
Batas Kebisingan (NAB) telah diatur dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 dan
Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44.
Kebisingan dapat menyebabkan berbagai pengaruh terhadap tenaga kerja seperti :
Gangguan Fisiologis
Gangguan Tidur
Gangguan Komunikasi
Gangguan Psikologis
Gangguan Pendengaran
Pengendalian Bahaya Fisik Akibat Kebisingan
Pengendalian terhadap bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah mengu-rangi tingkat dan atau lamanya
pemaparan, secara garis besar usaha-usaha yang dapat ditempuh dengan cara :
(1) Pengendalian secara teknis
Mengurangi kebisingan pada sumbernya, misalnya memasang pere-dam pada tempat-
tempat sumber bising
Merawat mesin-mesin secara teratur
Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada yang
goyang
(2) Pengendalian secara administratif
Pengaturan secara administratif dilakukan dengan mengatur waktu pemaparan yaitu tidak berada dilingkuan
kerja yang mempunyai kebisingan dengan intensitas melampaui Nilai Ambang Batas (NAB)
(3) Pengendalian secara medis
Pemeriksaan sebelum bekerja
Pemeriksaan berkala
(4) Penggunaan alat pelindung diri
Ear muff (tutup telinga)
Ear plug (sumbat telinga)
Pencahayaan
Intensitas pencahayaan yang cukup dan distribusinya merata serta tidak menimbulkan
kesilauan, dapat terlaksana kalau perencanaan atau design dari pemasangan lampu ruangan
kerja. Intensitas cahaya dinyatakan dalam satuan “Lux” yaitu satuan penerangan atau
pencahayaan per m2 nya jatuh arus cahaya sebesar satu lumen. Standart intensitas
pencahayaan di tempat kerja diatur dalam Peraturan Menteri Perburuan (PMP No.7 th 1964)

22
tentang syarat-syarat kebersihan di tempat kerja dan intensitas pencahayaan dan Keputusan
Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan :
Kelelahan mata dengan akibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja
Keluhan pegal-pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata
Kerusakan indra mata
Meningkatnya terjadinya kecelakaan
Pengendalian bahaya fisik akibat Intensitas cahaya
Membersihkan secara rutin instalasi penerangan termasuk lampunya
Secepatnya mengganti dan memperbaiki instalasi penerangan dan lampu-lampu yang rusak
Jika memakai penerangan alami atau sinar matahari diupayakan agar jendela tempat jalannya
masuk sinar matahari tidak terhalang atau tertutup
Penambahan penerangan lokal apabila penerangan umum tidak mencukupi untuk jenis
pekerjaan-pekerjaan tertentu
Getaran
Getaran adalah merupakan salah satu faktor fisik dan biasanya terjadi karena mesin-mesin atau alat-alat mekanis
lainnya yang dijalankan dengan suatu motor dapat menghasilkan suatu getaran yang akan diteruskan ke tubuh
tenaga kerja yang mengoperasikannya.
Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas getaran telah ditetapkan dengan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
KEP-51 /MEN/1999, Keputusan Dirjen PPM & PLP No. HK.00.06.64.44 dan menurut Internasional Standar
Organisation (ISO,1979) batas aman bagi kesehatan, yaitu getaran paling kecil yang dapat mengganggu
kesehatan adalah 14 mm/detik.
Pengaruh dari getaran adalah:
Menggangu kenyamanan kerja
Mempercepat terjadinya kelelahan
Membahayakan kesehatan
Pengendalian bahaya fisik akibat Getaran
Isolasi sumber getaran
Bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote kontrol
Mengurangi waktu pemaparan terhadap getaran, diselingi dengan waktu istirahat yang cukup
Melengkapi peralatan mekanis yang dapat menahan atau menyerap getaran
Merawat mesin secara rutin

Gelombang Radiasi
Radiasi dapat ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dengan kemajuan tek-nologi yang sangat pesat sekarang ini.
Radiasi gelombang elektromagnetik terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti

23
gelom-bang-gelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari layar monitor), sinar infra red,
sinar ultra violet.
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999
tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari pada radiasi adalah:
Menyebabkan kemandulan
Menyebabkan mutasi gen
Menyebabkan berbagai penyakit mata
Menyebabkan iritasi kulit

Pengendalian bahaya fisik akibat Radiasi


Isolasi sumber radiasi
Bila mungkin pekerjaan dilaksanakan secara remote kontrol
Mengurangi waktu pemaparan terhadap radiasi, diselingi waktu istirahat yang cukup
Menggunakan alat pelindung diri
Merawat mesin secara rutin dan Pemberian makanan tambahan
b. Faktor Kimia di lingkungan Rumah sakit
Pada dasarnya bahan kimia berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan atau penyakit. Bahan
kimia penyebab kecelakaan pada umumnya bersifat mudah terbakar (flammable); atau mudah
meledak (eksplosive); atau cepat bereaksi dengan bahan lain (reaktif); atau berupa senyawa
asam yang kuat dan pekat (korosif) atau senyawa basa kuat (kaustik); atau bisa juga berupa
“gas asphyxiant” yaitu gas yang sangat banyak memenuhi suatu ruangan membuat kadar
oksigen menjadi sangat rendah (kurang dari 9 %) sehingga orang sulit bernapas dan lemas.
Bahan kimia yang dapat menimbulkan penyakit umumnya bersifat irritant terhadap kulit/mata
dan sistem pernapasan; atau menyebabkan radang/ infeksi; atau menimbulkan efek sistemik
yaitu tidak menimbulkan efek lansung pada bagian tubuh yang terpapar(kulit,mata atau
saluran pernapasan) melainkan memberi efek pada organ-organ yang berada di dalam tubuh,
seperti system syaraf pusat (SSP), ginjal, alveoli, darah, janin dll. Nilai Ambang Batas (NAB)
Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja telah diatur dengan Surat Edaran Menteri Tenaga
Nomor : SE – 01 /MEN/1997 tanggal 16 Oktober 1997. Faktor kimia dilingkungan kerja
rumah sakit terdapat banyak diruang ruang seperti :
Laboratorium (bahan kimia, gas untuk pemeriksaan)
Ruang Operasi (Gas Anastesi,cairan pencuci hama dll)
Ruang Intensive Care (Cairan anti septic, Gas dll)
Bagian Pemeliharaan Sarana (Cat, Gas untuk mengelas, Cairan pembersih alat)
Bagian Farmasi (bahan kimia, obat dll)
Ruang Sterilisasi (Gas, Cairan anti septic dll)
Ruang Pencucian (Bahan kimia untuk mencuci)

24
Pengendalian bahaya kimia
Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau bahan.
Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan dengan baik.
Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api, mempunyai ventilasi yang cukup
baik untuk mencegah terjadinya akumulasi gas-gas yang berbahaya. Suhu ruang
penyimpanan juga harus disesuaikan, setiap kali harus diamati apakah kondisi ruang
penyimpanan selalu bersih, tidak ada bocoran atau tumpahan zat kimia.
Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia dari suatu
tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat menimbulkan bahaya
bila sampai terjatuh atau tumpah.
Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana aliran udara masuk
dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja juga harus diperhatikan.
Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar pekerja
Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu para pekerja harus diberikan
pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan Standart Operating Prosedur (SOP)
yang berlaku.
Penggunaan alat pelindung diri
Pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus terhadap pekerja

c. Faktor-faktor Biologis di lingkungan Rumah sakit


Dalam lingkungan rumah sakit terdapat berbagai macam penyakit yang di sebabkan oleh
agent biologi atau Mikro organisme.
Secara garis besar agent - agent biologi dapat digolongkan sebagai berikut :
Kelompok Bakteri , misalnya: Streptococcus, Salmonella, Staphylococcus
Kelompok Virus, misalnya: HIV, HBV
Kelompok Jamur, misalnya: Blastomycetes, Actinomycetes
Kelompok Parasit, misalnya: Ancylostoma, Ascaris
Kelompok Ricketsia dan Chlamydia, misalnya: LGV, Psittacosis
Cara penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain dapat terjadi dengan berbagai cara,
misalnya:
Melalui saluran pernapasan
Melalui kontak kulit
Melalui saluran pencernaan
Melalui peredaran darah
Bagian-bagian tubuh penderita yang dapat menjadi sumber penularan antara lain adalah :
Urine, Tinja, Keringat, dan Sputum

25
Pengendalian bahaya biologi
Peningkatan pengetahuan dan kepedulian petugas kesehatan terhadap penyakit infeksi
nosokomial
Protap untuk setiap pekerjaan dan tindakan
Prosedur pengelolaan spesimen (darah, urine, tinja, sputum, dan lainnya)
Sterilisasi, desinfeksi, dekontaminasi peralatan medis, meja, lantai dan sebagainya
Isolasi pasien (penyakit khusus)
Sanitasi lingkungan Rumah Sakit
Pemeriksaan kesehatan berkala untuk petugas
Melaksanakan pengelolaan limbah rumah sakit
Pelatihan pengendalian Infeksi Nosokomial
Penggunaan alat pelindung diri

Pedoman Praktis Ergonomik


Jumlah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang terus meningkat diakibatkan oleh kurangnya perhatian
terhadap masalah ergonomi di lingkungan pekerjaan. Pedoman Praktis Ergonomik dapat digunakan untuk
mencari solusi prak-tis bagi peningkatan kondisi kerja dari sudut pandang ergonomi.
Hal ini bertujuan untuk menyediakan alat yang tepat untuk meningkatkan kondisi lingkungan kerja, mencapai
tingkat efisiensi serta tingkat keselamatan dan kese-hatan Kerja yang lebih baik.
Pedoman praktis ergonomik mencakup semua masalah aspek utama dari ergonomi yang diperlukan di tempat
kerja yang meliputi :
Penyimpanan dan Penanganan Material
Pencahayaan di Tempat Kerja
Bangunan dan Lingkungannya
Bahaya-bahaya Lingkungan Kerja
Fasilitas Umum
Peralatan Pelindung Diri
Hal-hal tersebut di atas sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah ergonomi sesuai situasi yang ada di
lingkungan kerja setempat.

a. Penyimpanan dan Penanganan Material


Jalur pengangkutan harus bebas hambatan dengan rambu-rambu yang jelas
Gang dan Koridor agar cukup lebar sehingga memungkinkan dilakukannya transportasi dua
arah.
Jalur transportasi agar dalam kondisi yang baik, tidak licin dan bebas rintangan.
Buatlah “Jembatan” (turunan/tanjakan) dengan sudut kelandaian antara 5 – 8 % pada batas
permukaan lantai yang berbeda pada jalur/jalan di ruang kerja.

26
Sempurnakan tata letak tempat kerja agar mengurangi gerakan material yang dibutuhkan.
Gunakan kereta dorong atau alat lain yang beroda untuk mengangkut material.
Gunakan rak beroda untuk mengurangi pekerjaan memuat maupun mem-bongkar.
Di tempat kerja, gunakan rak bersekat-sekat yang dapat menampung lebih banyak barang,
agar mengurangi jumlah barang yang harus di pindah-pindahkan.
Gunakan alat bantu mekanis untuk mengangkat, menurunkan maupun memindahkan benda-
benda yang berat.
Kurangi penanganan barang / material, dengan cara menggunakan alat-alat bantu.
Mengangkat / membawa barang yang berat, bagi barang menjadi beberapa bagian yang lebih
ringan yang ditempatkan dalam kemasan, kotak, nampan dan lain-lain.
Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak, dan lain-lain yang
akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian yang dapat dijadikan pegangan.
Bila memindahkan barang secara manual (tanpa alat), usahakan sesedikit mungkin gerakan
meninggikan atau merendahkan dari posisi ketinggian semula
Bila memindahkan benda-benda yang berat, lakukan secara mendatar dengan didorong atau
ditarik, jangan diangkat maupun diturunkan
Sewaktu mengerjakan benda/barang, membawa, mengangkat dan sebagai-nya hindari
gerakan membungkuk maupun memutar pinggang
Benda yang kita bawa agar selalu dirapatkan pada badan kita
Lakukan gerakan mengangkat dan menurunkan barang secara perlahan-lahan, dan hindarkan
gerakan memutar pinggang ataupun membungkukkan badan
Bila kita mengangkat beban/benda panjang, tumpukan sebagian beban berat di atas bahu
(dipikul), agar terjaga keseimbangan tubuh
Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melaku-kan pekerjaan
mengangkat beban berat, seyogyanya diselingi dengan pekerjaan-pekerjaan ringan
Sediakan dan tempatkan bak sampah pada posisi yang memudahkan penggu-naannya
Jalur-jalur keluar bangunan (untuk keadaan darurat), agar diberi tanda/garis/tulisan yang
jelas, serta harus bersih dari benda-benda yang dapat menghambat.
b. Pencahayaan di tempat kerja
Tingkatkan pemanfaatan cahaya alami di siang hari
Jika ruang kerja memerlukan penambahan cahaya, berikan cat berwarna lembut pada dinding
dan plafon
Penerangan harus selalu dinyalakan di mana para pekerja berada, misalnya di gang-gang,
tangga dan lain-lain
Nyalakan lampu penerangan yang mencukupi bagi para pekerja agar mereka dapat bakerja
lebih efisien dan nyaman setiap saat

27
Sediakan penerangan khusus di tempat kerja untuk maksud pekerjaan pengawasan dan agar
pekerja dapat melaksanakan pekerjaannya lebih teliti
Untuk mengurangi cahaya yang menyilaukan secara langsung, pindahkan sumber cahaya atau
pasang pelindung
Hilangkan permukaan-permukaan yang memantulkan cahaya dari sekitar tempat kerja untuk
menghindarkan sinar pantulan yang menyilaukan
Pilihlah sistem pencahayaan yang memadai untuk pekerjaan yang memerlukan pengamatan
dari jarak yang dekat serta dilakukan secara berulang-ulang
Bersihkan selalu jendela-jendela dan rawat selalu sumber-sumber penerangan

c. Bangunan dan Lingkungannya


Lindungi para pekerja dari hawa panas yang berlebihan dalam ruangan
Lindungi tempat kerja dari hawa panas dan dingin yang berlebihan dari luar ruangan
Pasanglah lapis penyekat atau isolasi pada sumber panas dan sumber dingin
Pasanglah sistem pengaturan udara yang memadai sehingga para pekerja dapat melaksanakan
tugasnya dengan aman dan efisien
Perbanyak penggunaaan sistem ventilasi alami untuk meningkatkan kenyamanan udara di
dalam ruang kerja
Tingkatkan fungsi dan perawatan sistem ventilasi untuk memastikan tersedianya udara bersih
di ruang kerja

d. Pengendalian Bahan-Bahan dan Subtansi yang Berbahaya


Pasangkan sekat atau penutup pada bagian-bagian dari mesin-mesin yang memiliki tingkat
kebisingan yang tinggi
Untuk mengurangi kebisingan, rawatlah mesin mesin dan peralatannya yang terkait secara
teratur
Pastikan bahwa faktor kebisingan ditempat kerja tidak mempengaruhi faktor komunikasi,
keselamatan serta efisiensi kerja
Kurangi fakor getaran yang dapat mempengaruhi pekerja dalam usaha meningkatkan
keselamatan, kesehatan dan efisiensi kerja
Pilihlah lampu tangan yang sudah terisolasi dengan baik dari bahaya sengatan listrik maupun
panas
Pastikan bahwa kabel-kabel yang menghubungkan peralatan dan lampu-lampu berada dalam
kondisi aman
Lindungi para pekerja dari bahaya bahan-bahan kimia sedemikian rupa sehingga mereka
dapat melaksanakan tugasnya dengan aman dan efisien

28
e. Fasilitas Umum
Sediakan dan lakukan perawatan yang baik, termasuk mengganti dan mencuci berbagai
fasilitas sanitasi yang ada, agar kerapian maupun kebersihan dan kesehatan terjaga
Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan kondisi yang baik dan
nyaman untuk para pengguna
Tingkatkan fasilitas kesejahteraan dan pelayanan, sejalan dengan usaha peningkatan kinerja
para pekerja
Sediakan tempat/ruangan khusus bagi para pekerja untuk mengadakan rapat, pertemuan, dan
program pelatihan
Beri tanda-tanda yang jelas pada ruang/area di mana di tempat tersebut diharuskan
menggunakan alat pelindung diri
Sediakan alat pelindung diri yang memadai dan mampu melindungi para karyawan sesuai
dengan peruntukannya
Jika bahaya di ruang kerja tidak dapat dihilangkan dengan cara lain, maka gunakan dan pilih
alat pelindung diri yang cocok dan mudah perawatannya bagi pekerja yang menggunakannya
Pastikan bahwa pekerja yang perlu menggunakan alat pelindung diri secara teratur, harus
mengikuti petunjuk penggunaaan yang tepat, proses adaptasi serta pelatihan pemakaian
Pastikan bahwa semua orang dapat menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan
Pastikan bahwa alat pelindung diri dapat diterima oleh semua pekerja
Sediakan bahan-bahan pembersih dan fasilitas perawatan alat pelindung diri, serta lakukan
program perawatan secara teratur
Sediakan tempat yang memadai untuk menyimpan alat-alat pelindung diri
Berikan tugas dan tanggung jawab kepada petugas untuk melaksanakan perawatan dan
kebersihan secara rutin.

Persyaratan Teknis Sarana Rumah Sakit


Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, tahan laam dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
Langit-langit
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
Dinding dan Partisi
Dinding harus keras, rata, tidak berpori, tidak menyebabkan silau, tahan api, kedap air, tahan
karat, tidak punya sambungan (utuh), dan mudah dibersihkan.
Lantai

29
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang, dan mudah dibersihkan.
Struktur Bangunan
Setiap bangunan rumah sakit, strukturnya harus direncanakan agar kuat, kokoh, dan stabil
dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan (safety),
serta memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yang
direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan rumah sakit, lokasi, keawetan,
dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
Struktur Atas
Konsruksi atas bangunan rumah sakit dapat terbuat dari konstruksi beton, konstruksi baja,
konstruksi kayu atau konstruksi dengan bahan dan teknologi khusus.
Struktur bawah
Struktur bawah bangunan rumah sakit dapat berupa pondasi langsung atau pondasi dalam,
disesuaikan dengan kondisi tanah di lokasi didirikannya rumah sakit.

Pintu
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk
masuk dan ke luar dan pada umumnya dilengkapi dengan penutup (daun pintu).
Toilet ( kamar kecil )
Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang ( tanpa terkecuali penyandang cacat,
orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.

4. Keamanan Pasien
Untuk menjamin keamanan pasien selama menjalani pengobatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo, perlu dilengkapi dengan adanya perlengkapan keamanan bagi pasien,
antara lain:
Pegangan sepanjang tangga dan dinding
Perlunya pegangan sepanjang tangga dan dinding dimaksudkan agar pasien, termasuk
keluarga dan karyawan dapat berpegangan saat menaiki atau menuruni tangga, dan bagi
pasien yang dalam kondisi lemah, apabila tidak menggunakan kursi roda, dapat berjalan
dengan berpegangan pada dinding.
Toilet dilengkapi pegangan dan bel
Pegangan di toilet pasien untuk membantu pasien yang kondisinya lemah agar tidak terjatuh
saat berada dalam toilet. Bel di toiet ditujukan untuk memudah-kan pasien meminta
pertolongan apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan saat berada dalam toilet.
Pintu dapat dibuka dari luar

30
Pintu toilet di ruang perawatan hendaknya dapat dibuka dari luar agar apabila terjadi sesuatu
kondisi darurat misalnya pasien terjatuh di depan pintu, petugas dapat segera memberikan
pertolongan tanpa terhalang oleh tubuh pasien.
Tempat tidur dilengkapi penahan pada tepinya
Penahan pada tepi tempat tidur pasien dengan jarak terali lebih kecil dari kepala anak +/- 10
cm, agar pasien tidak mudah terjatuh dari tempat tidur dan mencegah terjadinya kecelakaan
pada anak-anak.
Sumber listrik mempunyai penutup/pengaman
Untuk mencegah/mengurangi bahaya yang mungkin timbul dari sumber listrik terutama
diruangan rawat inap.

Sumber air panas mempunyai kendali otomatis


Untuk mencegah terjadinya luka bakaroleh air panas, seluruh sumber air panas perlu
memiliki kendali otomatis.
Pemasokan oksigen yang cukup pada tempat-tempat penting
Ketersediaan oksigen di semua ruang perawatan, IGD, ICU dan Bedah harus selalu terjamin.
Untuk itu harus dilakukan pengecekan dan pemeliharaan rutin terhadap perlengkapan ini.
Tersedia emergency suction
Disetiap ruang perawatan harus tersedia emergency suction yang selalu siap pakai dan dapat
dipergunakan setiap saat.
Kamar dilengkapi dengan bel yang mudah dijangkau dan lampu darurat
Setiap kamar perawatan dilengkapi dengan bel yang letaknya mudah dijangkau serta lampu
darurat yang otomatis menyala ketika dibutuhkan.

5. Penanggulangan Kecelakaan Kerja


Penanggulangan kecelakaan akibat kerja, merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada
tenaga kerja yang menderita kecelakaan atau penyakit mendadak ditempat kerja.
Pertolongan pertama tersebut dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat pada
korban, sebelum pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan oleh dokter atau petugas
kesehatan lainnya, dengan tujuan:
Menyelamatkan nyawa korban;
Meringankan penderitaan korban;
Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah;
Mempertahankan daya tahan korban;
Mencarikan pertolongan lebih lanjut.

31
a. Hal-hal pokok yang penting dalam penanggulangan Kecelakaan Kerja
Tindakan-tindakan yang penting adalah:
Tidak boleh panik;
Memperhatikan nafas korban;
Bila pernafasan berhenti, segera dilakukan pernafasan buatan (dari mulut ke mulut);
Memperhatikan perdarahan.
Dilakukan dengan menekan tempat pendarahan kuat-kuat dengan tangan, dengan
menggunakan sapu tangan atau kain yang bersih
Memperhatikan tanda-tanda “Shock”.
Jangan memindahkan korban secara terburu-buru, harus diatasi dulu keadaan-keadaan yang
membahayakan korban, seperti: perdarahan, patah tulang, nafas hilang, denyut jantung
berhenti, dan lain sebagainya.

b. Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan pemakaian Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam
pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha
rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian APD
bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut.
Sebagai usaha terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah enak dipakai, tidak mengganggu
kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya.

6. Kelemahan penggunaan APD


Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena:
Memakai APD yang tak tepat;
Cara pemakaian APD yang salah;
APD tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan;
Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah penting dalam
pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap baik, misalnya ;
APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu;
APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
APD dapat menularkan penyakit, bila digunakan bergantian;

c. Pencatatan dan Pelaporan Kecelakaan Kerja di lingkungan Rumah Sakit


Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit memuat komitmen dan tekad
dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, dengan kerangka dan program kerja
yang mencakup kegiatan secara menyeluruh yang bersifat umum dan operasional. Kebijakan
tersebut dibuat, disosialisasikan kepada semua pekerja agar prinsip-prinsip keselamatan dan

32
kesehatan kerja dilaksanakan secara efektif dan menjadi bagian dalam melaksanakan tugas
sehari-hari. Keterkaitan dalam upaya pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit selain pengendalian teknis juga perlu memperhatikan pengendalian administratif,
dimana salah satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah sistem pencatatan dan pelaporan
kecelakaan kerja, yaitu:Pencatatan peristiwa kecelakaan kerja
Pelaporan peristiwa kecelakaan kerja
Penyelidikan peristiwa kecelakaan kerja ; dan
Penanggulangan peristiwa kecelakaan kerja
Pengisian formulir tersebut harus berdasarkan fakta yang sebenar-benarnya agar tidak terjadi kesalahan dalam
upaya penyelidikan dan cara penanggulangannya.

33
B. PEDOMAN K3 KONSTRUKSI
Definisi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
Keselamatan konstruksi adalah keselamatan kerja di proyek konstruksi yang dilihat dari sisi
individual pekerja dan organisasi dimana pekerja tersebut bekerja.
Kewajiban umum
Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia Jasa
Konstruksi, yaitu :
1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan,
lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindungi
dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat
lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan keselamatan
kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga
kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya di dalam
organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi pekerjaan yang
dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengan
keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga kerja telah
diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya,
untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan
serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat
kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara
pelaksanaan kerja yang aman.
8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja
Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3 untuk
setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur organisasi
pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :

34
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja
dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan,
diwajibkan membentuk unit pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan unit struktural
dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau penyedia jasa.
4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan panitia pembina
keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah koordinasi pengurus atau Penyedia
Jasa, serta bertanggung jawab kepada pemimpin proyek.
5) Penyedia jasa harus mekukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas- fasilitas dalam
melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja dalam
segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari panitia
pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka harus
bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja.
Laporan kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang terkait
dengan K3, dimana :
1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan
kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :

a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing dan,
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.
Keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan
Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan
pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain serta jalur
transportasi, dimana :
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.

35
a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (pemeriksaan
kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan
individu),
b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
2) Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan khusus,
meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
referensi.
4) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan
oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan (PPPK).
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja
dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.
6) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk
kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan ular.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-alat
PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
8) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan keterangan/instruksi
yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
9) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan harus
dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
10) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
11) Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat
harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya risiko
tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan harus selalu tersedia di dekat tempat
mereka bekerja.
13) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat,
jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau
tempat berobat lainnya.
14) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan strategis
yang memberitahukan antara lain :
a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang PPPK, ambulans,
tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari petugas K3.
b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor telepon dan
nama orang yang bertugas dan lain-lain.

36
c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera
dihubungi dalam keadaan darurat.
Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak
dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya
suatu proyek jalan dan jembatan.
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian
evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Penyedia Jasa harus melaksanakan
prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana,
sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar, oleh
karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu memahami prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan
dan pengawasannya.
Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 untuk konstruksi jalan dan jembatan,
Penyedia Jasa harus mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bila dokumen tersebut tidak ada maka perencanaan
dan pelaksanaan K3 terutama terkait dengan aspek lingkungan harus mendapatkan
persetujuan dari direksi pekerjaan.
Tempat kerja dan peralatan
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan buatan
yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
b) Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori oleh debu,
gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.

37
c) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya, tenaga
kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke tempat
yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
c) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut dapat
menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk).
d) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat kerja.
e) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab lain harus
dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
f) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpanan semula.
Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan
alat pemadam kebakaran.
3) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran harus
selalu siap di tempat selama jam kerja.
4) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang
berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat
dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus selalu
dipelihara.
6) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan
dicapai.
7) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di tempat-tempat
sebagai berikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c) pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana terdapat barang-
barang dan alat-alat yang mudah terbakar.

38
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d) di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh aliran
listrik.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis.
10) Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon tetroclorida
tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas (ruangan tertutup,
sempit).
11) Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung,pipa
tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan sebuah katup yang
menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran.
Alat pemanas (heating appliances)
Penempatan bahan/material dan alat pemanas (heating appliance) harus di tempat yang
benar dan aman dari bahan-bahan yang mudah terbakar sebagaimana berikut ini :
1) Alat pemanas seperti kompor arang hanya boleh digunakan di tempat yang cukup
ventilasi.
2) Alat-alat pemanas dengan api terbuka, tidak boleh ditempatkan di dekat jalan keluar.
3) Alat-alat yang mudah mengakibatkan kebakaran tidak boleh ditempatkan di lantai kayu
atau bahan yang mudah terbakar.
4) Terpal, bahan canvas dan bahan-bahan lainnya tidak boleh ditempatkan di dekat alat-alat
pemanas yang menggunakan api, dan harus diamankan supaya tidak terbakar.
5) Kompor arang tidak boleh menggunakan bahan bakar batu bara yang mengandung
bitumen.
Bahan-bahan yang mudah terbakar
Penempatan bahan-bahan yang mudah terbakar harus aman sebagaimana dijelaskan berikut
ini :

1) Bahan-bahan yang mudah terbakar seperti debu/serbuk gergaji, lap berminyak dan
potongan kayu yang tidak terpakai tidak boleh tertimbun atau terkumpul di tempat kerja.
2) Bahan-bahan kimia yang bisa tercampur air dan memecah harus dijaga supaya tetap
kering.

39
3) Pada bangunan, sisa-sisa oli harus disimpan dalam kaleng yang mempunyai alat penutup.
4) Dilarang merokok, menyalakan api, dekat dengan bahan yang mudah terbakar.
5) Cairan yang mudah terbakar harus disimpan, diangkut, dan digunakan sedemikian rupa
sehingga kebakaran dapat dihindarkan.
6) Bahan bakar/bensin untuk alat pemanas tidak boleh disimpan di gedung atau sesuatu
tempat, kecuali di dalam kaleng atau alat yang tahan api yang dibuat untuk maksud tersebut.
7) Bahan bakar tidak boleh disimpan di dekat pintu-pintu.
Inspeksi dan pengawasan
Inspeksi dan pengawasan harus dilakukan secara teratur dan terus menerus selama pekerjaan
berlangsung di tempat-tempat dimana resiko kebakaran besar, dimana :
1) Tempat-tempat dimana risiko kebakaran terdapat misalnya tempat yang dekat dengan alat
pemanas, instalasi listrik dan penghantar listrik tempat penyimpanan cairan yang mudah
terbakar dan bahan yang mudah terbakar, tempat pengelasan baik las listrik atau karbit.
2) Orang yang berwenang untuk mencegah bahaya kebakaran harus selalu siap meskipun di
luar jam kerja.
Perlengkapan dan peringatan
Perlengkapan dan peringatan utama yang harus ada di lokasi proyek atau pekerjaan antara
lain sebagai berikut :
1) Papan pengumuman, dipasang pada tempat-tempat yang menarik perhatian; tempat yang
strategis yang menyatakan dimana kita dapat menemukan.
2) Alarm kebakaran, harus ditempatkan pada tempat terdekat.
3) Nomor telepon dan alat-alat dinas Pemadam Kebakaran yang terdekat harus ada dan
harus mudah dibaca.

Tempat-tempat kerja yang tinggi


Perlengkapan dan perlindungan pada tempat-tempat kerja yang tinggi adalah sebagai
berikut :
1) Tempat kerja yang tingginya lebih dari 2 m di atas lantai atau di atas tanah, seluruh sisinya
yang terbuka harus dilindungi dengan terali pengaman dan pinggir pengaman.
2) Tempat kerja yang tinggi harus dilengkapi dengan jalan masuk dan keluar, misalnya
tangga.
3) Jika perlu, untuk menghindari bahaya terhadap tenaga kerja pada tempat yang tinggi, atau
tempat lainnya dimana tenaga kerja dapat jatuh lebih dari ketinggian 2m harus dilengkapi
dengan jaring (jala) perangkap; pelataran (platform) atau dengan menggunakan ikat pinggang
(sabuk pengaman) yang dipasang dengan kuat.
Pencegahan terhadap bahaya jatuh ke dalam air

40
Bila pekerja dalam keadaan bahaya jatuh ke dalam air dan tenggelam, mereka harus memakai
pelampung/baju pengaman dan/atau alat-alat lain yang sejenis ban pelampung (mannedboat
dan ring buoys).
Utilitas umum
Utilitas umum seperti jaringan listrik, pipa gas, air, telepon dan lainnya yang akan
terganggu terkait dengan rencana kontruksi jalan dan jembatan sebelumnya harus dilakukan
koordinasi dengan instansi terkait dan untuk kepastian tentang letak dan posisi utilitas
tersebut, maka harus dilakukan pemeriksaan, pengecekan serta peninjauan lapangan bersama
dengan instansi terkait tersebut.
Kebisingan dan getaran (vibrasi)
Kebisingan dan getaran yang membahayakan bagi tenaga kerja harus dikurangi
sampai di bawah nilai ambang batas. Jika kebisingan tidak dapat di atasi maka tenaga kerja
harus memakai alat pelindung telinga (ear protectors).
Menghindari terhadap orang yang tidak berwenang
Orang yang tidak berwenang tidak diizinkan memasuki daerah konstruksi, kecuali
jika disertai oleh orang yang berwenang dan diperlengkapi dengan alat pelindung diri. Di
daerah konstruksi yang sedang dilaksanakan dan di samping jalan raya harus dipagari.
Perlengkapan keselamatan kerja
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam melaksanakan
tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.

41
Gambar . Perlengkapan keselamatan kerja

Pedoman untuk pelaku utama konstruksi


Pedoman untuk manajemen puncak
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer lapangan. Informasi ini
digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap program keselamatan kerja yang telah
diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan kerja dengan
cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan monitoring dan pengendalian mengenai
biaya dan rencana penjadualan pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan mengalokasikan
biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4`) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat memberikan jaminan
bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan dalam kondisi
aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan kerja dan
memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing masing divisi (bagian) untuk
program keselamatan kerja.
Pedoman untuk manajer dan pengawas
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk mengurangi
kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja konstruksi
sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk meningkatkan K3, juga harus
mendorong personil untuk memperbaiki sikap dan kesadaran terhadap K3 melalui
komunikasi yang baik, organisasi yang baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja
untuk tindakan-tindakan aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti dengan
memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari perencanaan pekerjaan dan
memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan hubungan yang erat
dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk menghindari terjadi kecelakaan dan
permasalahan dalam proyek konstruksi. Manajer dapat melakukannya dengan cara :

42
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan agar mereka
berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya dan hendaknya memberikan
perhatian yang khusus terhadap pekerja yang baru, terutama pada hari-harinya yang pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena dengan
mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik sudut pandang pari pekerja.
Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak
mandor, tetapi lebih mengarah untuk memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan
secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor tetapi juga harus
mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun (sebagai manusia) dapat membuat
kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih
para pekerjanya sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk
memberhentikan pekerja).
Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanaan
pekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya dengan tidak
membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara langsung atau tidak
menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang lama dan kemudian membiarkannya
begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak memberikan target
produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi
kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari keselamatan
kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang formal dengan para mandor
di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada tataran perusahaan.
Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah :
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.
C. PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH DAN BAHAN BERBAHAYA

43
Rumah sakit dengan berbagai kegiatannya yang menggunakan bahan berba-haya dan
menghasilkan limbah yang saat ini mulai disadari dapat menimbulkan gangguan kesehatan
akibat bahan yang terkandung di dalamnya dan menjadi mata rantai penyebaran penyakit,
selain itu juga dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan udara, air dan tanah.
Sampah rumah sakit dapat digolongkan berdasarkan jenis unit penghasil dan jenis
pengelolaannya, secara garis besar limbah padat rumah sakit digolongkan menjadi sampah
medis dan sampah non medis.
Limbah padat medis biasanya dihasilkan oleh Ruang Pasien, Ruang Tindakan/ Pengobatan,
Ruang Bedah, Ruang Perawatan termasuk dressing kotor, verband, kateter, swab, plaster, dll.
Limbah padat non medis dihasilkan oleh Ruang Administrasi, Ruang Gizi, Ruang Diklat, dll.
Penggolongan tersebut di atas bertujuan:
Memudahkan bagi penghasil untuk pembuangan sampah (sesuai jenis warna kantong)
Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
Memudahkan pengelola sampah dalam mengenali sampah didalamnya tergolong medis atau
bukan
Memperkecil biaya operasional pengelolaan limbah padat

a. Limbah Berbahaya dan Sejenisnya


Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau atau menusuk kulit.
Limbah benda tajam mempunyai potensi dan dapat menyebabkan cidera melalui sobekan
atau tusukan. Limbah benda tajam mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi dan beracun, bahan citotoksik atau radioaktif.
Secara umum, jarum disposible tidak dipisahkan dari syringe atau perlengkapan lain setelah
digunakan. Cliping, bending atau breaking jarum-jarum untuk membuatnya tidak bisa
digunakan sangat disarankan karena akan menyebabkan accidental inoculation. Prosedur
tersebut dalam beberapa hal perlu diperhatikan kemungkinan dihasilkannya aerosol. Menutup
jarum dengan kap dalam keadaan tertentu barangkali bisa diterima, misalnya dalam
penggunaan bahan radioaktif dan untuk pengumpulan gas darah.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kontainer yang tahan tusukan dan diberi label
dengan benar untuk menghindari kemungkinan cidera saat proses pengumpulan dan
pengangkutan limbah tersebut. Dan pada proses akhir dimusnahkan dengan incinerator.

Limbah infeksius
Limbah infeksius memiliki pengertian ;

44
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan
insentif)
Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan
ruang perawatan / isolasi penyakit menular
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incinerator.

Limbah jaringan tubuh


Cairan tubuh, terutama darah dan cairan yang terkontaminasi berat oleh darah, bila dalam
jumlah kecil, dan bila mungkin diencerkan, sehingga dapat dibuang ke spoolhook dalam
sistem saluran pengolahan air limbah.

Limbah citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontami-nasi dengan
obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik.
Untuk menghapus tumpahan yang tidak disengaja, perlu disediakan absorben yang tepat.
Bahan pembersih hendaknya selalu tersedia dalam ruang peracikan terapi citotoksik, bahan
yang cocok untuk itu, antara lain: sawdust, granula absorpsi, atau pembersih lainnya.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kantong kuning dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incenerator.
Sedangkan limbah dengan kandungan obat citotoksik rendah, seperti ; tinja , urine dan
muntahan, dapat dibuang secara aman ke dalam saluran air kotor. Namun harus hati-hati
dalam menangani limbah tersebut dan harus diencerkan dengan benar.

Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari ;
Obat-obatan kadaluarsa
Obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi
Obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat
Obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang bersangkutan
Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan
Metode pembuangan tergantung pada komposisi kimia limbah. Namun, prinsip – prinsip
berikut hendaknya dapat dijadikan pertimbangan.
Limbah farmasi hendaknya diwadahi dengan kontainer non reaktif
Bilamana memungkinkan, cairan yang tidak mudah terbakar (larutan anti-biotik) hendaknya
dierap dengan sawdust dikemas dengan kantong plastik dan dibakar dengan incenerator

45
Bila proses penguapan dilakukan untuk membuang limbah farmasi hendaknya dilakukan di
tempat terbuka jauh dari api, motor elektrik, atau intake conditioner. Proses penguapan dapat
menimbulkan pencemaran udara karena itu metode ini hendaknya hanya digunakan untuk
limbah farmasi dengan sifat racun rendah. Bahan ditempatkan dalam wadah non reaktif yang
mempunyai bidang permukaan luas.
Umumnya limbah farmasi harus dibuang melalui incenerator. Secara umum, tidak disarankan
untuk membuangnya ke dalam saluran air kotor.

Limbah bahan kimia


Limbah dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Pembuangan limbah kimia ke dalam saluran air
kotor dapat menimbulkan korosi atau berupa ledakan. Reklamasi dan daur ulang bahan kimia
berbahaya dan beracun (B3) dapat diupayakan bila secar teknis dan ekonomis
memungkinkan. Disarankan untuk berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat
petunjuk lebih lanjut.
Mercuri banyak digunakan dalam penyerapan restorasi amalgam. Limbah mercuri amalgam
tidak boleh dibakar dengan incenerator karena akan menghasilkan emisi yang beracun.
Terlepas dari produksi limbah kimia, prosedur pengamanan adalah yang terpenting (good
housekeeping). Disarankan untuk berkonsultasi dengan instansi berwenang untuk mendapat
petunjuk lebih lanjut.

Limbah plastik
Masalah yang ditimbulkan oleh limbah plastik adalah terutama karena jumlah penggunaan
yang meningkat secara cepat seiring dengan penggunaan barang medis disposable seperti
syringe dan selang. Penggunaan plasik lain seperti pada tempat makanan, kantong obat,
peralatan dan lain-lain juga memberi kontribusi meningkatnya jumlah limbah plastik.
Terhadap limbah ini barangkali perlu dilakukan tindakan tertentu sesuai dengan salah satu
golongan limbah di atas jika terkontaminasi bahan berbahaya.
Apabila pemisahan dilakukan dengan baik, bahan plastik terkontaminasi dapat dibuang
melalui pelayanan pengangkutan sampah kota/umum.
Dalam pembuangan limbah plastik hendaknya memperhatikan aspek berikut:
Pembakaran beberapa jenis plastik akan menghasilkan emisi udara yang berbahaya. Misalnya
pembakaran plastik yang mengandung PVC (Poly Vynil Chlorida) akan menghasilkan
hidrogen chlorida, sementara itu pembakaran plastik yang mengandung nitrogen seperti
plastik formaldehida urea akan menghasilkan oksida nitrogen.

46
Keseimbangan campuran antara limbah plastik dan non plastik untuk pembakaran dengan
incinerator akan membantu pencapaian pembakaran sempurna dan mengurangi biaya operasi
incenerator
Pembakaran terbuka sejumlah besar limbah plastik tidak diperbolehkan karena akan
menghasilkan pemaparan pada operator dan masyarakat umum.
Komposisi kimia limbah beracun sesuai dengan kemajuan tehnologi sehingga produk racun
potensial dari pembakaran mungkin juga berubah. Karena itu perlu dilakukan updating dan
peninjauan kembali strategi penanganan limbah plastik ini
Tampaknya limbah plastik yang dihasilkan dari unit pelayanan kesehatan akan meningkat.
Volume yang begitu besar memerlukan pertimbangan dalam pemisahan sampah dan untuk
sampah plastik setelah aman sebaiknya diupayakan daur ulang.

b. Prosedur Penanganan dan Penampungan


Pemisahan dan Pengurangan
Dalam pengembangan strategi pengelolaan limbah, alur limbah harus diidentifikasikan dan
dipilah-pilah. Reduksi keseluruhan volume limbah, hendaknya merupakan proses yang
kontinyu. Pilah-pilah dan reduksi volume limbah klinis dan yang sejenis merupakan
persyaratan keamanan yang penting untuk petugas pembuang sampah, petugas emergency
dan masyarakat.
Pemilahan dan reduksi volume limbah hendaknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut
;
Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah
B3 dan non B3
Diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia Non B3
Pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi
biaya, tenaga kerja dan pembuangan.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil adalah kunci
pembuangan yang baik. Dengan limbah berada dalam kantong atau kontainer yang sama
untuk penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan akan mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dalam penanganannya.

Penampungan
Sarana penampungan harus memadai, letak pada lokasi yang tepat, aman dan hygienis.
Standarisasi kantong pada limbah klinis dapat dilakukan dengan pembedaan warna maupun
dengan label, hal ini diperlukan agar menghindari kesalahan petugas dalam pengelolaan.
Keseragaman standar kantong & kontainer limbah memberikan keuntungan sebagai berikut:

47
Mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf yang dimutasikan antar instasni/unit
Meningkatkan keamanan secara umum, baik pada pekerjaan di lingkungan rumah sakit
maupun pada penanganan limbah di luar rumah sakit.
Pengurangan biaya produksi kantong & container

3) Pengangkutan
Dalam strategi pembuangan limbah rumah sakit hendaknya memasukkan prosedur
pengangkutan limbah internal dan eksternal. Pengangkutan internal biasanya berawal dari
titik penampungan ke onsite incinerator dengan kereta dorong. Peralatan tersebut harus diberi
label dan dibersihkan secara reguler dan hanya digunakan untuk mengangkut sampah . Setiap
petugas hendaknya diberi APD (alat pelindung diri) khusus.
Pengangkutan sampah klinis dan yang sejenis ke tempat pembuangan di luar memerlukan
prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus diikuti oleh seluruh petugas yang terlibat.
Prosedur tersebut harus memenuhi peraturan angkutan lokal. Bila limbah klinis dan yang
sejenis diangkut dengan kontainer khusus, kuat dan tidak bocor. Kontainer harus mudah
ditangani dan harus mudah dibersihkan.

Pemusnahan
Incinerator digunakan untuk melakukan proses pembakaran yang dilaksanakan dalam ruang
ganda incinerator yang mempunyai mekanisme pemantauan secara ketat dan pengendalian
parameter pembakaran. Limbah yang combustible dapat dibakar bila incinerator yang tepat
tersedia, bila tidak justru akan merusak dinding ruang incinerator. Residu dari incinerator/abu
bisa dibuang langsung ke landfill yang berizin atau bekerja sama dengan pihak ketiga yang
memiliki izin dari kementerian lingkungan hidup tentang pengelolaan limbah B3.

c. Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya


Barang berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya.
Yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun adalah:
Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif yang mampu
mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan yang dilaluinya, misalnya:
Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, dll.
Mudah meledak

48
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengim-bangan
kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat
dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan
atau bantingan dapat menimbulkan ledakan.

c. Mudah menyala atau terbakar


Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan pengim-bangan
kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan
mudah menyala atau terbakar mempunyai titik nyala (flash ponit) rendah (210C)
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi oksidasi,
mengakibatkan reaksi eksothermis (keluar panas)
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menye-babkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau
mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada
lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur uji 550C, mempunyai pH sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari
12,5 (basa)
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti dapat merubah
genetika.
k. Arus listrik
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi oleh:
Daya racun dinyatakan dengan satuan LD50 atau LC50, dimana makin kecil nilai LD50 atau
LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya
Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan
penyerapan melalui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya adalah yang melalui saluran
pernapasan karena tanpa disadari B3 akan masuk ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup

49
yang diperkirakan sekitar 8,3 M2 selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam
tubuh.
Konsentrasi dan lama paparan
Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat dan daya
racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau pengobatan
Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing-masing individu mempunyai daya tahan
yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia.

Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3:


Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh petugas yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label atau kode untuk dapat
membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi didapatkan dari lembar data keselamatan
bahan (MSDS).
Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai sifat dan
karekteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus memprediksi resiko yang
mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang dilakukan
meliputi:
Pengendalian operasional, seperti eliminasi, substitusi, ventilasi, penggunaan alat
perlindungan diri, dan menjaga hygiene perorangan.
Pengendalian organisasi administrasi, seperti pemasangan label, penyediaan lembar MSDS,
pembuatan prosedur kerja, pengaturan tata ruang, pemantauan rutin dan pendidikan atau
latihan.
Inspeksi dan pemeliharaan sarana, prosedur dan proses kerja yang aman
Pembatasan keberadaan B3 di tempat kerja sesuai jumlah ambang
Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan berbahaya antara lain:
Upayakan substitusi, yaitu mengganti penggunaan bahan berbahaya dengan yang kurang
berbahaya
Upayakan menggunakan atau menyimpan bahan berbahaya sedikit mungkin dengan cara
memilih proses kontinyu yang menggunakan bahan setiap saat lebih sedikit. Dalam hal ini
bahan dapat dipesan sesuai kebutuhan sehingga resiko dalam penyimpanan kecil.
Upayakan untuk mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang bahan berbahaya yang
menyangkut sifat berbahaya, cara penanganan, cara penyimpanan, cara pembuangan dan
penanganan sisa atau bocoran/ tumpahan, cara pengobatan bila terjadi kecelakaan dan
sebagainya. Informasi tersebut dapat diminta kepada penyalur atau produsen bahan
berbahaya yang bersangkutan.

50
Upayakan proses dilakukan secara tertutup atau mengendalikan kontaminan bahan berbahaya
dengan sistem ventilasi dan dipantau secara berkala agar kontaminan tidak melampaui nilai
ambang batas yang ditetapkan.
Upayakan agar tenaga kerja tidak mengalami paparan yang terlalu lama dengan mengurangi
waktu kerja atau sistem shift kerja serta mengikuti prosedur kerja yang aman.
Upayakan agar tenaga kerja memakai alat pelindung diri yang sesuai atau tepat melalui
pengujian, pelatihan dan pengawasan.
Upayakan agar penyimpanan bahan-bahan berbahaya sesuai prosedur dan petunjuk teknis
yang ada dan memberikan tanda-tanda peringatan yang sesuai dan jelas.
Upayakan agar sistem izin kerja diterapkan dalam penanganan bahan-bahan berbahaya
Tempat penyimpanan bahan-bahan berbahaya harus dalam keadaan aman, bersih, dan
terpelihara dengan baik
Upayakan agar limbah yang dihasilkan sekecil mungkin dengan cara memelihara instalasi
menggunakan teknologi yang tepat dan upaya pemanfaatan kembali atau daur ulang.

d. Pengadaan jasa dan bahan berbahaya


Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang diperlukan. Rekanan
yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut company profile. Informasi yang
diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau produk, kapabilitas rekanan,
harga, pelayanan, persyaratan MFK dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan
oleh rumah sakit.
Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat form seleksi yang memuat kriteria
wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing-masing kriteria
yang ditentukan.
Hal-hal yang menjadi kriteria penilaian :
a. Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam kontrak
kerjasama
b. Kualitas dan garansi
Kualitas barang yang diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi yang sudah
disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis garansi yang
diberikan.
c. Persyaratan MFK dan lingkungan
Menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001
Kemasan produk memenuhi persyaratan MFK dan lingkungan
Mengikuti ketentuan MFK yang berlaku di rumah sakit

51
d. Sistem mutu
Metodologi bagus
Dokumen sistem mutu lengkap
Sudah sertifikasi ISO 9000
e. Pelayanan
Kesesuaian waktu pelayanan dengan kontrak yang ada
Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya
Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
Memberikan layanan purna jual yang memadai dan dukungan teknis disertai sumber daya
manusia yang handal

e. Penanganan bahan berbahaya dan beracun


Dalam penanganan (menyimpan, memindahkan, menangani tumpahan, meng-gunakan, dll)
B3, setiap staf wajib mengetahui betul jenis bahan dan cara penanganannya dengan melihat
SOP dan MSDS yang telah ditetapkan.
Kenali dengan seksama jenis bahan yang akan digunakan atau disimpan
Baca petunjuk yang tertera pada kemasan
Letakkan bahan sesuai ketentuan
Tempatkan bahan pada ruang penyimpanan yang sesuai dengan petunjuk
Perhatikan batas waktu pemakaian bahan yang disimpan
Jangan menyimpan bahan yang mudah bereaksi di lokasi yang sama
Jangan menyimpan bahan melebihi pandangan mata
Pastikan kerja aman sesuai prosedur dalam pengambilan dan penempatan bahan, hindari
terjadinya tumpahan/ kebocoran
Laporkan segera bila terjadi kebocoran bahan kimia atau gas
Laporkan setiap kejadian atau kemungkinan kejadian yang menimbulkan bahaya/ kecelakaan
(accident atau near miss) melalui form yang telah disediakan dan alur yang telah ditetapkan.

52
D. PEDOMAN PENYEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
Undang-undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 22 mengamanatkan bahwa
untuk mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan yang sehat diperlukan penyelenggaraan
kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di lingkungan permukiman, angkutan umum,
tempat umum, lingkungan kerja termasuk rumah sakit. Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit lebih lanjut dijabarkan dalam Kepmenkes RI nomor 1204/Menkes/SK/X/2004.
Rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi para penderita, keluarga, pengunjung rumah sakit maupun para
pekerjanya, baik bagi para dokter, perawat, teknisi dan semua yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit
maupun perawatan penderita.
Rumah sakit sebagai sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan berupa pelayanan
rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, yang mencakup pelayanan medis dan non medis, perlu juga
menciptakan kondisi lingkungan yang sehat agar tidak menjadi tempat/sarana penyebaran penyakit dan
gangguan kesehatan lainnya khususnya bagi pasien, pengunjung dan karyawannya, dengan mewujudkan
kualitas kesehatan lingkungan .
Penyehatan lingkungan rumah sakit adalah segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara
lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap manusia. Dalam menyelenggarakan
penyehatan lingkungan rumah sakit, Direktur atau Pengurus rumah sakit bertanggung jawab

53
terhadap penyelenggaraan penyehatan lingkungan rumah sakit. Dalam melaksanakan tugas
tersebut Direktur rumah sakit telah membentuk instalasi kesehatan lingkungan sebagai
pelaksana yang menjalankan tugas pokok dan fungsi di bidang penyehatan lingkungan rumah
sakit.

Penyehatan Ruangan, Bangunan dan Fasilitas Sanitasi termasuk Pencahayaan,


Penghawaan dan Kebisingan.
Pengertian
Bangunan rumah sakit adalah semua bentuk fisik stasioner berupa ruangan, unit, kamar, halaman,
sarana/instalasi pengolah (Treatment Plant), dapur, laundry, akses jalan, sarana pemadam kebakaran dan
sejenisnya yang dibatasi oleh pagar terluar rumah sakit.
Penyehatan lingkungan rumah sakit adalah semua upaya untuk menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah
sakit dan pengaruhnya bagi manusia.
Penyehatan bangunan rumah sakit adalah upaya menyehatkan dan memelihara kondisi fisik bangunan rumah
sakit agar tidak menjadi faktor risiko penularan penyakit dan gangguan kesehatan.
Faktor Risiko Penularan Penyakit adalah kondisi atau keadaan yang dapat mendorong terjadinya penularan
penyakit
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif.
Penghawaan adalah jumlah udara segar yang memadai untuk menjamin kesehatan pemakai ruang
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan
kesehatan.
b. Lingkup Penyehatan Bangunan Rumah Sakit
Ruang/Kamar/Unit meliputi kebersihan ruang/kamar/unit, lantai, dinding, ventilasi, pencahayaan, suhu-
kelembaban, wastafel, toilet, tempat sampah, lalu lintas antar ruang, pemadam kebakaran dll.
Dapur meliputi lokasi, tempat peracikan makanan, wastafel, pencahayaan, ventilasi, petunjuk/himbauan, lantai,
saluran pembuangan air kotor, tempat sampah, cerobong asap, pemadam kebakaran dll.
Laundry meliputi pencahayaan, ventilasi, lantai, saluran pembuangan, tempat penampungan sementara linen
kotor dan linen bersih dll.
Halaman meliputi pagar, lahan terbuka, peresapan air hujan, taman, tempat sampah dll.
Akses jalan meliputi aksesibilitas, sarana penerangan malam hari dan petunjuk arah
Sarana Parkir Basement meliputi aksesibilitas, ventilasi, sarana penerangan, petunjuk arah/himbauan, pemadam
kebakaran.
Instalasi/sarana Pengolahan (Treatment Plant) meliputi lokasi, pagar, penerangan malam hari,
petnjuk/himbauan, tempat sampah.
Pemadam Kebakaran meliputi sumber listrik, ketersediaan sumber air, sistim kewaspadaan.

54
c. Persyaratan Lokasi Bangunan Rumah sakit
Bangunan RS harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat sehingga tidak
memungkinkan orang yang tidak berkepentingan dan binatang peliharaan keluar-masuk dengan bebas. Harus
selalu dalam keadaan bersih dan bebas dari asap rokok.
Lokasi bangunan RS harus terhindar dari banjir, apabila RS berada pada daerah banjir maka bangunan harus
sedemikian sehingga pada saat terjadi banjir permukaan air tertinggi tidak sampai menggenangi halaman RS.
Lokasi RS harus terhindar dari tanah lonsor.
Bangunan harus fireproofing (terhindar dari api), tersedia sarana pemadam kebakaran dan pada saat terjadi
keadaan darurat harus mudah dievakuasi.
Bangunan RS harus dilengkapi dengan pencahayaan baik alami maupun buatan dengan intensitas memadai.
Halaman tidak berdebu, tidak becek/tidak terdapat genangan air, tersedia saluran pelimpasan air hujan yang
memadai. Apabila kedalaman air tanah > 8 m pada musim penghujan maka air hujan harus diresapkan ke dalam
tanah.
Tersedia saluran pembuangan air limbah tertutup yang dialirkan ke instalasi pengolah limbah cair RS terpusat.
Tersedia tempat sampah yang memadai di lokasi-lokasi yang rawan kotor akibat sampah.
Instalasi/Sarana:
Pengolah Limbah Cair: apabila menggunakan sistim aerobik lokasi agar tidak berdekatan dengan ruang
perawatan atau sejenisnya agar tidak terganggu oleh bau yang dapat ditimbulkannya, harus dalam keadaan
bersih, pada malam hari harus diberikan lampu penerangan yang memadai dan hindari terjadinya penumpukan
sampah/sludge di lokasi instalasi.
Limbah Padat: apabila menggunakan Insinerator maka harus dibuatkan cerobong dengan ketinggian minimum
1,5 – 2,0 m tinggi bangunan tertinggi di sekitarnya, lokasi Insinerator agar berada pada posisi down wind dari
lokasi rumah sakit dan agar dihindari terjadinya penumpukan sampah yang akan dibakar di sekitar Insinerator
pada tempat terbuka.

d. Persyaratan Umum Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


Dinding dan lantai harus kuat, permukaan rata, tidak retak-retak, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan. Pertemuan antara dinding-lantai dan dinding-dinding berbentuk konus/melengkung.
Dinding yang selalu kontak dengan air harus dilapisi dengan cat anti air.Lantai yang selalu kontak dengan air
harus mempunyai kemiringan cukup ke arah saluran pembuangan air.
Atap harus kuat, tidak bocor, tidak menjadi tempat perindukan tikus dan binatang pengganggu lainnya. Tinggi
atap  10 m harus dilengkapi penangkal petir.

55
Langit-langit harus kuat, tidak bocor dan anti rayap, berwarna terang, tinggi minimal 2,7 m dari lantai dan
mudah dibersihkan.
Ruang harus selalu dalam keadaan bersih, tersedia tempat sampah sesuai jenisnya. Pembersihan dengan
disinfektan dilakukan secara periodik untuk mengurangi kadar kuman dalam udara misalnya lampu UV, aerosol
misalnya Resorcinol, Ethylene Glycol dan sejenisnya.
Penghawaan ruangan/ventilasi harus dihubungkan dengan udara luar/segar dengan debit pertukaran udara yang
memadai. Apabila tidak memungkinkan harus dilengkapi dengan sarana ventilasi mekanis.
Penggunaan tangga/lift/elevator harus dilengkapi petunjuk penggunaan yang mudah difahami pengguna, alarm
bila terjadi kemacetan lift dan sarana pencegahan kecelakaan lainnya.
Dilengkapi dengan pintu darurat yang mudah dijangkau apabila terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya.
Lalu lintas antar ruang harus dirancang dengan seksama dengan memperhati-kan kemudahan aksesibilitas,
menghindari terjadinya kecelakaan dan konta-minasi serta dilengkapi dengan petunjuk arah.
Akses jalan harus dapat mengakomodir lalu-lintas mobil pemadam kebakaran apabila terjadi keadaan darurat.
Akses jalan harus diperkeras sehingga tidak becek dan tidak berdebu.
Parkir Basement dilengkapi dengan exhauster yang memadai untuk meng-hilangkan udara tercemar di dalam
ruang Basement, dilengkapi petunjuk arah dan disediakan tempat sampah yang memadai serta pemadam
kebakaran.

e. Persyaratan Khusus Bangunan Rumah sakit


Persyaratan khusus bangunan rumah sakit dibagi menurut zona yang didasarkan pada tingkat risiko/bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan pelayanan di rumah sakit.
Zona tersebut adalah sebagai berikut:
Zona risiko rendah antara lain ruang administrasi, ruang komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang
resepsionis dan ruang kelas.
Zona risiko sedang antara lainruang pasien reguler, rawat jalan, ruang ganti pakaian dan ruang tunggu pasien.
Zona risiko tinggi antara lain ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang pengindraan medis
(medical imaging), ruang bedah mayat (autopsy) dan ruang jenasah.
Zona risiko sangat tinggi antara lain ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat
darurat dan ruang patologi.

f. Tata Cara Pelaksanaan


Pemeliharaan ruang dan bangunan
Kegiatan pembersihan ruang harus dilakukan pagi dan sore hari
Pembersihan lantai di ruang perawatan dilakukan paling sedikit 2 kali sehari
Kegiatan pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari
Alat-alat kebersihan harus memenuhi standard

56
Bahan-bahan pembersih serta antiseptik yang digunakan untuk kegiatan pembersihan harus
memiliki Lembar Data Pengaman (MSDS)
Peralatan pembersih harus dibedakan penggunaannya untuk ruangan dan untuk toilet
Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan bergerak menuju ke arah
luar.
Sewaktu membersihkan lantai, semua perlengkapan ruangan seperti meja, kursi, nakas yang
memungkinkan untuk dipindahkan, harus diangkat/ digeser agar pembersihan lantai lebih
sempurna.
Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 kali setahun dan di cat ulang 1 kali
setahun
Apabila ada ceceran darah atau cairan tubuh yang lain mengenai lantai dan dinding harus
segera dibersihkan menggunakan antiseptik.

Pencahayaan
Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan
intensitasnya sesuai dengan peruntukkannya
Penempatan bola lampu sedemikian rupa menghasilkan penyinaran yang optimum dan sering
dibersihkan
Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti
Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk menjamin keamanan

Penghawaan
Untuk penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang (cross ventilation) dan
dijaga agar aliran udara tidak terhalang.
Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi dibandingkan ruang-
ruang lain dan menggunakan cara mekanis (Air Conditioner)
Untuk penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan, dipasang pada ketinggian
minimal 2 m diatas lantai atau minimal 0,2 m dari langit-langit.
Pemantauan kualitas udara ruang minimal 2 kali setahun dilakukan pengambilan sampel dan
pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman, debu, dan gas)

Kebisingan
Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian rupa sehingga kamar dan ruangan yang
memerlukan suasana tenang terhindar dari kebisingan
Sumber-sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya agar diupayakan untuk
dikendalikan antara lain dengan cara :

57
Pada sumber bising di rumah sakit; peredaman, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan
mesin yang menjadi sumber bising
Pada sumber bising dari luar rumah sakit; penyekatan/ penyerap-an bising dengan penanaman
pohon, meninggikan tembok, dll.

Fasilitas Sanitasi
Fasilitas toilet dan kamar mandi
Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan mudah
dibersihkan.
Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan)
tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi.
Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water
seal).
Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan
ruang khusus lainnya.
Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
Toilet dan kamar mandi unit rawat inap dan karyawan harus terpisah.
Toilet dan kamar mandi karyawan harus terpisah dengan toilet pengunjung.
Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada petunjuk arah.
Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk.
Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 toilet untuk 1 - 40 pengunjung
wanita, 1 toilet untuk 1 - 60 pengunjung pria.

Fasilitas pembuangan sampah/limbah padat


Tempat pengumpul sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan setiap
radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.
Setiap tempat pengumpul sampah harus dilapisi kantong plastik seba-gai pembungkus
sampah dengan lambang dan warna sebagai berikut :
Tabel 4.2

58
Kategori Pewadahan Limbah Medis

No

Kategori
Warna tempat/ kantong plastik pembungkus sampah

Lambang

Keterangan

1
2
3
4

Radio aktif
Infeksius
Citotoksis
Umum

merah
kuning
ungu
Hitam

Sampah berbentuk benda tajam, ditampung dalam wadah yang kuat/tahan benda tajam sebe-lum dimasukkan ke
dalam kan-tong yang sesuai dengan katego-ri/jenis sampahnya.

Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah berisi
sampah.

59
Khusus untuk tempat pengumpul sampah katagori infeksius (plastik kuning) dan sampah
citotoksis (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan, apabila
akan dipergunakan kembali.
Tempat penampungan sampah sementara
Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tidak permanen.
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah.
Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali 24 jam.

Tempat pembuangan sampah akhir


Sampah radio-aktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan perundangan
yang berlaku (PP No. 13/1975) dan kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan
lebih lanjut.
Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui incinerator pada suhu di atas 1000 0C.
Sampah umum (domestik) yang memungkinkan supaya dilakukan daur ulang
Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor, bila tidak memungkinkan supaya
dimusnahkan melalui incinerator pada suhu diatas 1000 0C.
Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin dan ekonomis supaya didaur ulang, bila tidak
supaya pembuangannya berkonsultasi terlebih dahulu ke instansi yang berwenang.

Fasilitas pembuangan limbah


Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan
limbah harus mengalir dengan lancar.
Rumah Sakit memiliki unit pengolahan limbah sendiri
Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fasilitas pembuangan gas buangan (emisi)


Rumah Sakit harus memiliki sarana pengendalian gas buangan (emisi)
Gas buangan yang dibuang ke dalam lingkungan harus memnuhi baku mutu emisi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fasilitas Pengendalian Serangga dan Tikus


Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga
atau tikus.
Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.

60
Setiap sarana penampunagn air harus bersih dan tertutup

Fasilitas sanitasi lainnya


Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni, muntahan dan lain-lain, (spoelhok) yang terbuat dari logam
tahan karat pada setiap unit perawatan.
Tersedia ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan pada setiap unit perawatan

Penyehatan Makanan dan Minuman


a. Pengertian
Makanan dan minuman adalah semua makanan dan minuman yang disajikan untuk pasien
dan karyawan, dijual di dalam lingkungan rumah sakit serta dibawa dari luar rumah sakit.
Bahan makanan, adalah semua bahan, baik terolah maupun tidak, termasuk bahan tambahan makanan dan bahan
penolong.
Makanan jadi adalah makanan yang telah diolah dan atau langsung disajikan/dikonsumsi.
Pengelolaan makanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan bahan makanan,
penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan penyajian makanan.
Pengolahan makanan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau minuman terolah,
pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan dan pewadahan makanan.
Persyaratan kesehatan makanan adalah ketetapan terhadap makanan dan perlengkapannya yang memenuhi
persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika.
Penyehatan makanan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan
perlengkapan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.
Pengujian makanan adalah pemeriksaan dan analisa yang dilakukan terhadap contoh-contoh makanan dan
spesimen untuk diperiksa tingkat kesehatannya.
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang tidak digunakan sebagai makanan dan bukan
merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk
organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,
penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan
menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas
makanan tersebut

b. Persyaratan
Lokasi Dapur
Terhindar dari sumber pencemaran, terutama yang berasal dari tempat sampah, WC, bengkel cat danb sumber
pencemaran lain.

61
Bangunan dan Fasilitas Dapur
Halaman
Halaman bersih, tidak banyak lalat, dan tersedia tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan, tidak terdapat
tumpukan barang-barang yang dapat menjadi sarang tikus. Pembuangan air kotor (limbah dapur dan kamar
mandi) tidak menimbulkan sarang serangga, jalan masuknya tikus dan dipelihara kebersihannya. Pembuangan
air hujan lancar, tidak menimbulkan genangan-genangan air.
Kontruksi
Bangunan untuk kegiatan pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis konstruksi bangunan yang
berlaku.
Lantai
Permukaan lantai rapat air, halus, kelandaian cukup, tidak licin, dan mudah dibersihkan.
Dinding
Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dan mudah dibersihkan. Pada permukaan
dinding yang sering terkena percikan air, harus dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak
menahan debu, setinggi 2 m, dan berwarna terang.
Langit-langit
Langit-langit harus menutup seluruh atap bangunan, tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 m diatas lantai.
Pintu dan Jendela
Seluruh pintu dan jendela pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus membuka ke arah luar.
Semua pintu dibuat menutup sendiri dan dilengkapi peralatan anti lalat, seperti kasa, tirai, pintu rangkap dan
lain-lain.
Pencahayaan
Intensitas pencahayaan harus cukup untuk dapat melakukan pemeriksaan dan pembersihan serta melakukan
pekerjaan-pekerjaan secara efektif. Disetiap ruangan tempat pengolahan makanan dan tempat mencuci tangan
intensitas pencahayaan sedikitnya 200 lux pada bidang kerja. Semua pencahayaan tidak boleh menimbulkan
silau dan distribusinya sedemikian sehingga sejauh mungkin menghindakan bayangan.
Ventilasi/Penghawaan
Bangunan atau ruangan tempat pengolahan makanan harus dilengkapi dengan ventilasi yang dapat menjaga
kenyamanan suhu dan kelembaban dalam ruangan, ventilasi juga harus cukup untuk mencegah udara dalam
ruangan terlalu panas, mencegah kondensasi uap air atau lemak pada lantai, dinding atau langit-langit,
membuang bau, asap dan pencemaran lain dari ruangan. Tungku dapat dilengkapi dengan sungkup asap (hood)
alat perangkap asap, cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak. Semua tungku terletak
dibawah sungkup asap.
Dapur formula bayi (dapur susu)
Dapur susu dibuat ruangan khusus (ruangan berdinding kaca) yang “bebas” dari micro-organisme pathogen, dan
tidak dipakai untuk kegiatan lain. Tenaga penjamah makanan di dapur susu mempunyai baju dan atribut khusus

62
yang steril (barak short, tutup kepala, masker dan sarung tangan). Semua peralatan dan perlengkapan harus steril
(botol susu, tempat/wadah dan pengaduk).
Ruangan pengolahan makanan
Luas ruang pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja untuk bekerja, agar terhindar dari kemungkinan
terkontaminasinya makanan dan memudahkan pembersihan, dengan luas 2 m2 untuk setiap pekerja. Ruang
pengolahan makanan tidak boleh berhubunganlangsung dengan WC, peturasan dan kamar mandi. Untuk
kegiatan pengolahan dilengkapi sedikitnya meja kerja, lemari tempat penyimpanan bahan dan makanan jadi
yang terlindung dari gangguan serangga, tikus dan hewan lainnya.
Fasilitas pencucian peralatan dan bahan makanan
Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih / detergen. Pencucian bahan makanan yang tidak
dimasak harus menggunakan larutan kalim permanganat 0,02% atau dalam rendaman air mendidih dalam
beberapa detik. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang terlindung
dari kemungkinan pencemaran oleh tikus, serangga dan hewan lainnya.
Tempat cuci tangan
Tersedia temapat cuci tangan yang bersih dan terpisah dengan tempat cuci peralatan maupun bahan makanan
yang dilengkapi dengan kran, saluran pembuangan tertutup, bak penampungan, sabun dan pengering. Tempat
cuci tangan disesuaikan dengan banyaknya karyawan (penjamah makanan). Untuk sebuah tempat cuci tangan
dipergunakan maksimal 10 orang, dengan tambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 10 orang atau kurang dan
terletak sedekat mungkin dengan tempat kerja.
Air minum dan air bersih
Air bersih/minum harus tersedia cukup untuk seluruh kegiatan penyelenggaraan pengolahan
makanan. Kualitas air harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Tata Cara Pelaksanaan


Personal Hygiene
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan pribadi:
Mencuci tangan
Tangan selalu dicuci dengan sabun: sebelum bekerja, sesudah menangani bahan makanan mentah/kotor atau
terkontaminasi, setelah dari kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk atau bersin dan
setelah makan atau merokok.
Pakaian
Memakai pakaian khusus untuk bekerja. Pakaian kerja harus bersih , yang sudah usang jangan dipakai lagi.
Kuku dan perhiasan
Kuku dipotong pendek dan dianjurkan untuk tidak memakai perhiasan sewaktu bekerja.
Topi/penutup rambut
Semua penjamah makanan harus memakai topi atau penutup rambut untuk mencegah jatuhnya rambut kedalam
makanan dan mencegah kebiasaan mengusap/menggaruk kepala.

63
Merokok
Penjamah makanan sama sekali tidak diijinkan merokok selama bekerja, baik waktu mengolah maupun mencuci
peralatan. Merokok merupakan mata rantai antara bibir dan tangan dan kemudian ke makanan, disam-ping
sangat tidak etis.
Lain-lain
Kebiasaan lain seperti batuk-batuk, mengaruk-garuk, memecahkan jerawat, dan lain-lain, merupakan tindakan
yang tidak hygienis. Kebia-saan ini akan mengkontaminasi tangan dan pada gilirannya mengkontami-nasi
makanan.

Peralatan Pengolahan Makanan


Peralatan Makanan dan Minuman
Peralatan ini digunakan untuk penyajian makanan yang langsung di makan oleh karyawan, penderita maupun
pengunjung di rumah sakit, maka perlu diperhatikan:
Bahan untuk peralatan makanan haruslah terbuat dari bahan yang kuat dan bagian permukaan tempat makanan
atau yang kontak dengan makanan haruslah permukaannya halus, tidak ada sudut mati, mudah dibersihkan,
tidak mudah larut dalam makanan, tidak mengandung bahan beracun atau logam berat, antara lain: Timah (Pb),
Arsen (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), dan Antimon (An).
Bahan dasar harus kuat sehingga tidak mudah retak, penyok, gompel, robek atau pecah.
Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh mengandung angka kuman
yang melebihi ambang batas dan tidak boleh mengandung E.coli per cm2 permukaan alat.
Kebersihan peralatan
Kebersihan peralatan makanan dan minuman harus dijaga dengan baik. Indikasi kebersihan peralatan makan
secara fisik dapat diketahui dari tidak adanya kotoran atau noda, tidak bau (amis,tengik atau bau makanan).
Kebersihan dapat diperoleh dengan cara pencucian yang baik.
Peralatan Masak dan Wadah Makanan
Peralatan ini digunakan untuk mengolah makanan mentah atau membawa makanan matang:
Peralatan makanan mentah terpisah dengan peralatan makanan jadi.
Peralatan masak dan wadah makanan sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat dan tidak larut dalam makanan
seperti stainless steel.
Semua peralatan harus mempunyai tutup.
Peralatan yang bukan logam harus dari bahan yang kuat dan setelah rusak langsung dibuang.
Penyimpanan peralatan masak dan wadah pada rak-rak yang teratur, sebaiknya mendapatkan sinar matahari.

Pencucian Peralatan
Pencucian yang benar akan memberikan hasil akhir pencucian yang sehat dan aman. Untuk pencucian
peralatan yang perlu diikuti adalah:

64
Pisahkan segala kotoran atau sisa-sisa makanan yang terdapat pada alat /barang seperti gelas, mangkok dll
ketempat yang telah disediakan untuk itu. Selanjutnya sampah tersebut dibuang bersama sampah dapur lainnya.
Piring dan alat yang telah dibersihkan sisa makanan, ditempatkan pada tempat piring kotor.
Setiap piring/alat yang dicuci direndam pada bak pertama. Cara ini dimaksudkan untuk memberikesempatan
peresapan air kedalam sisa makanan yang masih menempel, sehingga mudah untuk membersihkan selanjutnya.
Setelah direndam untuk selama beberapa saat, maka piring mulai dibersihkan dengan menggunakan detergen
pada bak pencuci tersebut. Penggunaan sabun sebaiknya dihindarkan karena sabun tidak dapat menghilangkan
lemak.
Cara pencucian dilakukan dengan menggosok bagian-bagian yang terkena makanan, dengan cara menggosok
berulang kali sampai tidak terasa licin lagi. Bila mana masih licin akan menempel sisa-sisa bau yang belum
bersih.
Setelah pencucian dirasa cukup, maka langsung dibilas dengan air pembersih/pembilas yang mengalir, sambil
digosok dengan tangan dan tidak lagi terasa sisa-sisa makanan atau sisa-sisa detergen.
Piring atau gelas yang telah dicuci dibilas dengan air kaporit untuk desinfeksi, langsung direndam kedalam air
bak kaporit 50 ppm selama 2 menit kemudian ditempatkan pada tempat penirisan.
Sedangkan untuk desinfeksi dengan air panas disyaratkan dengan suhu 820C untuk selama 2 menit atau 1000C
selama 1 menit.
Cara memasukkan piring/gelas kedalam air panas,tidak boleh langsung dengan tangan, tetapi sebelumnya
dimasukkan kedalam rak-rak khusus untuk di disinfeksi.
Piring dan alat makan yang telah selesai melalui proses disinfeksi ditempatkan pada rak-rak anti karat (stainless
steel) sebagai tempat penirisan/pengeringan dengan cara terbalik atau miring sampai kering dengan bantuan
sinar matahari atau sinar buatan dan tidak boleh dilap dengan kain. Untuk itu bagian yang menempel
kepermukaan piring atau bibir gelas harus dijaga kebersihannya dengan cara desinfeksi.
Piring atau gelas yang akan dipakai tidak perlu di lap atau digosok kain lap, karena menjadi kotor kembali.
Bilamana di lap, gunakan kain lap/tissue sekali pakai.

Penyimpanan Peralatan
Penyimpanan peralatan haraus memenuhi ketentuan:
Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan kering dan bersih.
Cangkir, mangkok, gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus dibalik.
Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak aus/rusak.
Laci-laci penyimpanan peralatan terpelihara kebersihannya.
Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber pencemaran dan binantang perusak.

Pengolahan Makanan
Pengadaan Bahan Makanan

65
Sumber bahan makanan hendaknya dipilih yang berkualitas baik. Tempat-tempat memperoleh bahan mentah
hendaknya diketahui oleh kepala dapur. Disamping itu masih diperlukan upaya tertentu untuk menjamin bahwa
bahan makanan tersebut tetap dalam keadaan baik sampai siap digunakan, antara lain pemeriksaan bahan saat
penerimaan, kalau perlu gunakan alat uji untuk jenis makanan tertentu, misalnya : untuk jenis makanan susu dan
daging.
Bahan makanan yang akan diolah terutama daging, susu, telur, ikan/udang dan sayuran harus baik, segar dan
tidak rusak atau berubah bentuk , warna dan rasa, sebaiknya berasal dari tempat resmi yang diawasi.
Bahan makanan kemasan (terolah), bahan tambahan, bahan penolong yang dipergunakan hendaknya memenuhi
persyaratan, sudah terdaftar pada Depatemen Kesehatan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Makanan kemasan (terolah)
Mempunyai label dan merek
Terdaftar dan mempunyai nomor daftar
Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung
Belum kadaluarsa
Kemasan hanya digunakan untuk satu kali penggunaan
Makanan yang tidak dikemas
Baru dan segar
Tidak basi, busuk, rusak dan berjamur
Tidak mengandung bahan yang dilarang

Penyimpanan Bahan Makanan


Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu,
bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
Bahan makan kering
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan makanan kering antara lain:
Semua gudang bahan makanan hendaknya berada dibagian yang tinggi untuk mencegah genangan air dan
menjaga kelembabannya. Hendaknya dihindarkan meletakkan gudang di kaki tangga/elevator, ruang peralatan
atau ruang-ruang yang kurang sesuai untuk bahan makanan.
Bahan makanan hendaknya tidak diletakan dibawah saluran/pipa air (air bersih maupun air limbah) untuk
menghindari terkena bocoran dari saluran tersebut. Kebocoran itu mudah diketahui dengan melihat adanya
kotoran yang menempel pada bagian saluran yang bocor tersebut.
Hendaknya tidak ada drainase disekitar gudang makanan untuk menghindari saluran balik/meluapnya saluran
pada saat macet.
Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak yang baik dengan ketinggian rak terbawah dari lantai
20-25 cm. Hal ini untuk menghindari kontaminasi karena genangan air, memudahkan pembersihan dan
mencegah infeksi serangga.

66
Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 220 C untuk mengurangi pertumbuhan
serangga, bakteri atau kerusakan kaleng. Reaksi enzymatis yang merusak bisa terjadi pada suhu yang lebih
tinggi. Kelembaban relatif dijaga pada tingkat 40 % atau kurang untuk menjaga mutu biji-biji dan bahan sejenis.
Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga. Jendela dan pintu dipasang screen, pelindung tikus dan tempat
masuk pipa harus ditutup semen. Penggunaan pestisida harus hati-hati. Untuk gudang besar dapat menyewa ahli
pemberantas hama. Barang lain (misal: sabun, pestisida, detergen dan lain-lain) tidak boleh disimpan dalam
gudang makanan. Untuk keteraturan penyimpan-an bisa menggunakan kartu gudang.
Penyimpanan di lemari pendingin
Pada refrigerator hendaknya disediakan ruang yang memadai untuk meniris potongan-potongan dari freezer.
Bila ditiris diluar refrigerator, transfer panas terjadi cepat sehingga bagian tengah masih beku sementara bagian
luar sudah dimungkinkan untuk pertumbuhan bakteri.
Ada tiga cara pokok untuk meniriskan bahan makanan: langsung memasak bahan makanan beku, meniriskan
bahan makanan beku dari freezer dengan air panas suhu 1000C, dan meletakkan bahan makanan beku dalam air
mengalir.
Rak-rak dalam refrigerator diatur sedemikiansehingga bahan makanan tidak saling berdesakan untuk
mendapatkan aliran udara dingin secukupnya.
Refrigerator harus berukuran memadai sehingga dapat digunakan dengan baik dan mudah dijangkau. Area
pengolahan hendaknya tidak terlalu jauh dari refrigerator sehingga bahan makanan yang belum digunakan
segera dapat disimpan di refrigerator. Hal-hal tersebut mengingat bahwa bahan makanan yang dibiarkan dalam
suhu kamar selama lebih dari 3 jam memungkinkan terjadinya perkembangbiakan bakteri.

Pengolahan Makanan
Dalam pengolahan makanan terdapat unsur: bahan makanan, orang yang mengolah, waktu dan suhu.
Pengolahan makanan dapat dilakukan dengan berbagai proses, antara lain:
merebus, menggoreng, mengukus atau memanggang.
Pendinginan, untuk makanan yang disajikan mentah (salad, lalapan).
larutan kimia, seperti: pengasaman, penggaraman dan peren-daman dalam cuka.
proses biologi yang disebut fermentasi, seperti: membuat asam tempoyak, tape, dan lain-lain.
Pengolahan harus dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan prilaku yang hygienis:
Tidak merokok selama mengolah makanan
Tidak makan atau mengunyah
Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin
Tidak menggunakan peralatan atau fasilitasa kerja yang bukan peruntukkannya.
Tidak mengerjakan kebiasaan yang menjijikkan selama mengolah makanan seperti: mengorek, mencungkil,
menggaruk, menjilat atau meludah.
Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan
tubuh.

67
Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya.
Tenaga pengolah makanan harus selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin/berkala minimal 6 bulan
sekali.
Selalu berupaya untuk menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan kerja, dengan cara:
Menempatkan makanan pada wadah dan tempat yang layak, terutama makanan yang mudah rusak.
Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar mandi/WC.
Selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung.
Selalu bersifat teliti dan hati-hati dalam menangani makanan

Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah diolah dan disiapkan secara hygienis akan menjadi tercemar bila cara-cara
pengangkutannya tidak baik. Untuk itu perlu diperhatikan dalam cara pengangkutannya, yaitu:
Makanan jadi tidak diangkut bersama bahan makanan mentah.
Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup, bersih dan anti karat (stainless steel), dan
permukaan dalamnya mudah dibersihkan.
Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia udara untuk ruang gerak.
Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut bahan/barang kotor.

Penyajian Makanan
Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dengan meng-gunakan kereta dorong khusus
(stainless steel dan tertutup) serta peralatan yang dipakai selalu terjaga kebersihannya. Makanan jadi yang siap
disajikan harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih, makanan jadi yang disajikan dalam
keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600C untuk makanan
panas dan 40C untuk makanan dingin.
Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian bersih. Dalam tata hidang disiapkan
segera dan tidak lama menunggu, letak makanan berada dalam satu bidang, bila digunakan bidang yang berbeda
(bertingkat), maka jenis makanan basah berada dibawah dari jenis makanan kering.

Pengawasan dan Panilaian


Agar penyelenggaraan pengelolaan makanan di Rumah Sakit berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan perlu dilaksanakan peng-awasan dan penilaian yang dilakukan dengan mengadakan pemeriksaan
dengan observasi maupun pengukuran-pengukuran yang dianggap perlu, dimulai dari bagian luar bangunan
kemudian seterusnya sesuai dengan diagram jalur makanan termasuk tempat pencucian, tempat penyimpan-an
bahan, tempat pengolahan (dapur) termasuk alat pengangkut. Observasi meliputi:
Melihat kebersihan dan kerapihan secara umum.
Melihat kebersihan dan kerapihan karyawan selama melakukan tugas pengolahan makanan.

68
Melihat ada tidaknya serangga dan tikus.
Mengukur suhu penyimpanan dingin bahan makanan maupun makanan jadi.
Melakukan pengukuran-pengukuran yang diperlukan misalnya : pH dan chlor pada air minum dan air bersih,
kadar CO, Amoniak atau H2S di dapur, intensitas cahaya, suhu, kelembaban, kadar suhu pada makanan
tersebut dsb.
Untuk mengetahui pengelolaan makanan di rumah sakit memenuhi syarat atau tidak, perlu penilaian fisik dan
kualitas. Penilaian fisik direalisasikan dalam bentuk pemeriksaan dengan chek list yang berupa formulir
pemeriksaan yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga dikembangkan sistim bobot dan nilai. Nilai fisik
dapat berupa nilai mutlak atau persentase sesuai dengan penggunaan formulir. Dalam penilaian fisik hanya ada
dua pengertian yaitu memenuhi persyaratan kesehatan ling-kungan dan tidak memenuhi persyaratan. Penilaian
kualitas memerlukan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Penilaian dilakukan terhadap:
Pemeriksaan cemaran pada makanan, pada pemeriksaan ini diperlukan pengambilan contoh-contoh makanan
dengan diutamakan dari jenis makanan yang mempunyai resiko tinggi sebagai penyebab keracunan makanan,
antara lain makanan yang mengandung protein dan kadar air yang tinggi seperti daging, unggas, ikan, susu, telur
dan olahannya, secara sederhada dapat dari makanan campur yang siap dikonsumsi. Indikator terjadinya
pencemaran digunakan angka E.Coli.
Pemeriksaan kebersihan peralatan masak dan makanan, untuk menguji kebersihan dilakukan dengan mengambil
usapan dengan kapas lidi steril dengan metode pengambilan yang telah ditetapkan. Indikator terjadinya cemaran
adalah kuman E.Coli.
Pemeriksaan carrier penjamah, dilakukan dengan cara usap dubur (rectal swab) dengan memasukkan lidi kapas
steril kedalam dubur dengan metode pelaksanaan yang telah ditetapkan.
Pemeriksaan kualitas air bersih, dilakukan dengan pedoman dengan syarat-syarat berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
Kesimpulan dari pemeriksaan diambil setelah diperoleh laporan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Penilaian
fisik tetap merupakan dasar penilaian rutin, sedangkan penilaian hasil laboratorium merupakan penunjang dan
dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan peraturan.

Penyuluhan
Penyuluhan sanitasi pengelolaan makanan ditujukan untuk:
Pengawas dan penjamah makanan
Tujuan: Memberi pengetahuan agar merubah sikap dan perilaku dalam pengelolaan makanan.
Sasaran : Pengawasan makanan dan penjamah makanan yang ada dilingkungan rumah sakit (dapur, ruang
rawat dan kantin).
Metode : Penyegaran, Mengadakan pertemuan rutin setiap bulan atau enam bulan sekali, Mengadakan
pelatihan, dll.
Materi : 1. Penyakit infeksi yang ditularkan melalui makanan.

69
2. Penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan.
3. Prosedur kerja penyehatan makanan dalam pengelolaan makanan, meliputi: bahan makanan, cara penerimaan,
cara penyimpanan, pengolahan, penyaluran dan penyaji-an terhadap konsumen.
4. Pengetahuan sanitasi tentang sarana peralatan dan perlengkapan.
5. Personal hygiene.

Pasien, keluarga pasien dan pengunjung.


Tujuan : Agar pasien, keluarga pasien dan pengunjung memahami makanan yang baik untuk dimakan.
Metode : 1. Konsultasi
2. Penyuluhan
Materi : 1. Pengetahuan tentang makanan yang baik:
- Tidak basi dan tidak busuk serta akibatnya
- Menggunakan peralatan/wadah yang bersih
2. Tempat pengolahan makanan yang baik
3. Personal hygiene.

Penyehatan Air
a. Pengertian
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air minum sesuai
Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010
Air bersih adalah air yang dapat dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai Permenkes No. 416/
MENKES/Per/IX/1990
Sumber penyediaan air minum dan air bersih untuk keperluan rumah sakit dapat diperoleh
dari penyediaan air system perpipaan, seperti dari perusahaan air minum, sumber air tanah,
atau lainnya yang telah diolah sehingga memenuhi pesyaratan.

b. Persyaratan
Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
Tersedia air bersih minimal 500 lt/tempat tidur/hari.
Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan.
Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar harus menggunakan jaringan
perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.

70
c. Tata Cara Pelaksanaan
1) Pengawasan kualitas air
Pemeriksaan sanitasi sarana penyediaan air minum dan atau air bersih
Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sample air
Analisis hasil pemeriksaan sanitasi sarana dan sample air
Penanggulangan/ perbaikan sarana dan kualitas air
Pemeriksaan sanitasi air minum dan air bersih rumah sakit dilaksanakan sekurang-kurangnya
2 kali setahun, sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan
Jumlah pengambilan sample air pada sarana penyediaan air minum/ air bersih di rumah sakit
adalah 6 sampel air minum dan 6 sampel air bersih per bulan untuk pemeriksaan bakteriologi.
Titik pengambilan sample terutama pada kran di ruang dapur, bedah, RIIM, ICU, reservoir,
dan secara acak pada kran-kran sepanjang system distribusi dan titik-titik lain yang rawan
pencemaran.
Pemeriksaan kualitas kimia air minum/ air bersih dilakukan minimal 2 kali setahun, sekali
pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan. Titik pengambilan sample masing-
masing pada tempat penampungan (reservoir) dan kran terjauh dari reservoir
Sampel air dikirim dan diperiksa pada laboratorium yang berwenang atau yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
Pengambilan dan pengiriman sample harus dilaksanakan sendiri oleh petugas Kesling

Penanganan Limbah
a. Limbah Padat
1) Pengertian
Limbah padat adalah bahan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun yang terbuang.
Limbah padat rumah sakit dibedakan menjadi dua, yaitu: limbah medis dan limbah non medis
(domestik). Limbah medis terdiri dari: limbah benda tajam, limbah radioaktif, limbah
sitotoksis, limbah infeksius dan sangat infeksius, limbah farmasi
Limbah benda tajam terdiri dari: jarum suntik, pisau bedah, gunting, pecahan botol, object
glass, jarum infus, silet, disposable blood lancet
Limbah radioaktif terdiri dari: sisa radioisotop, dan bahan-bahan yang terkontaminasi
radioisotop misal: jarum suntik, kapas, kasa, kertas serap, tissue, sarung tangan
Limbah sitotoksis: Sisa obat sitotoksik dan semua bahan yang dibuang dan tidak terpakai lagi
yang terkontaminasi obat-obat sitotoksik
Limbah infeksius dan sangat infeksius: Semua bahan buangan dan tidak terpakai yang
terkontaminasi cairan tubuh, jaringan tubuh, sisa makanan dan minuman yang berasal dari
pasien hepatitis dan HIV/AIDS, sisa spesimen, dll

71
Limbah farmasi: Obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terkontaminasi, obat yang tidak
digunakan lagi, bekas kemasan obat seperti botol, aluminium foil, bahan buangan yang
dihasilkan selama pembuatan obat
Limbah domestik padat: terdiri dari limbah organik (sisa makanan, sampah daun-daunan,
kertas, dll) dan limbah non organic (botol minuman, kaleng minuman, kemasan minuman,
plastik pembungkus, baterai bekas.

2) Persyaratan
a) Tempat pengumpul sampah:
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai
permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan setiap
radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.
Setiap tempat pengumpul sampah harus dilapisi kantong plastik sebagai pembungkus sampah
dengan lambang dan warna yang telah ditetapkan.
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah berisi
sampah.
Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan sampah
citotoksis (plastik ungu) setelah dikosongkan segera dibersihkan dan didesinfeksi, apabila
akan dipergunakan kembali.

b) Tempat penampungan sampah sementara


Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tidak permanen.
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau alat pengangkut sampah.
Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya satu kali 24 jam.
Tempat pembuangan sampah akhir
Sampah radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan perundangan yang
berlaku (PP No. 13/1975) dan kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih
lanjut.
Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui incinerator pada suhu di atas 1000 0C.
Sampah umum (domestik) yang memungkinkan supaya dilakukan daur ulang
Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor, bila tidak memungkinkan supaya
dimusnahkan melalui incinerator pada suhu diatas 1000 0C.
Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin dan ekonomis supaya didaur ulang, bila tidak
supaya pembuangannya berkonsultasi terlebih dahulu ke instansi yang berwenang

72
3) Tata Cara pelaksanaan
Sampah dari setiap ruangan atau unit kerja harus dipisahkan sesuai dengan jenis sampah dan
dimasukkan ke dalam tempat sampah yang telah dilapisi dengan kantong plastik yang sesuai
oleh petugas cleaning service yang bekerja pada unit yang bersangkutan
Setiap hari atau setelah 2/3 bagian kantong plastik terisi walaupun belum 1 hari, sampah
diangkut ke tempat pengumpulan sementara
Sampah radioaktif Ir192 , Cs195, Tc99 disimpan sementara di tempat khusus dan diserahkan ke
BATAN atau di reeksport
Sampah infeksius dan sitotoksik dimusnahkan melalui incinerator dengan suhu 10000C
Sampah farmasi dikembalikan kepada distributor, dan apabila tidak memungkinkan
dimusnahkan melalui incinerator
Sampah medis benda tajam dikumpulkan dalam jerigen bekas, atau wadah lain yang tahan
terhadap tusukan.
Sampah bahan kimia berbahaya bila mungkin dan ekonomis supaya didaur ulang, bila tidak
supaya pembuangannya berkonsultasi terlebih dahulu ke instansi yang berwenang.
Pengangkutan sampah dari ruangan atau unit kerja ke tempat pengumpulan sementara harus
menggunakan trolly tertutup melalui jalur khusus
Tempat pengumpulan sampah dan tempat penampungan sampah sementara segera
dibersihkan dan didesinfeksi setelah dikosongkan
Petugas yang menangani sampah harus selalu menggunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, dan sepatu.
Saat mengangkat plastik, pegang ikatannya dan jangan memegang badan plastik
Pemilahan sampah dilakukan di sumber, sampah medis yang dihasilkan dari semua tindakan
medis, jangan dibuang ke tempat sampah di kamar perawatan.
Kantong plastik harus selalu tertutup dan terikat kuat saat diangkut ke tempat pembuangan
sampah sementara.
Apabila plastik sampah yang tersedia tidak sesuai, gunakan plastik yang ada, tetapi beri
tanda/ tulisan "SAMPAH MEDIS".
Perlakukan semua sampah yang berasal dari kamar pasien penyakit menular sebagai sampah
sangat infeksius.

b. Limbah Cair
1) Pengertian
Limbah cair adalah air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit dimana
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

73
Limbah cair medis terdiri dari sisa spesimen laboratorium, sisa reagent, reagent bekas, limbah
laundry, cairan tubuh pasien
Limbah cair domestik terdiri dari urine, tinja, air bekas cucian peralatan makan
2) Persyaratan
Fasilitas pembuangan limbah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan
limbah harus mengalir dengan lancar.
Rumah Sakit memiliki unit pengolahan limbah sendiri
Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi
persyaratan baku mutu effluent sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Tata Cara pelaksanaan
Limbah cair medis dan domestik melalui pipa saluran pembuangan dikumpulkan dibak penampungan sementara
yang disebut sewage, kemudian di olah di Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Lakukan pemeliharaan sarana IPAL secara rutin
Setiap hari harus dilakukan pemantauan debit, dan beberapa parameter penting seperti TSS, pH, Suhu, BOD,
COD, NH3, PO4, dan coliform.
Minimal 3 bulan sekali air limbah diperiksa pada laboratorium yang ditunjuk dan hasil pemeriksaan dikirimkan
ke BPLHD.

5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum termasuk Laundry


a. Pengertian
Tempat pencucian umum adalah tempat yang dilengkapi dengan sarana pencucian untuk mencuci
alat-alat/perlengkapan penunjang medis
Laundry adalah tempat dan sarana pencucian linen
Linen adalah suatu barang/sarana yang terbuat dari serat/benang/kain
Linen kotor infeksius: tingkat kontaminasi tinggi, biasanya berasal dari unit penyakit
menular, ruang isolasi, dll contohnya seprei, selimut, stik laken
Linen kotor non infeksius: tingkat kontaminasi lebih rendah, biasanya berasal dari sumber selain sumber linen
kotor infeksius contohnya taplak meja, cordyn.

b. Tata Cara Pelaksanaan


Lokasi tempat pencucian umum atau laundry hendaknya ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau oleh
unit kegiatan yang memerlukan. Penempatan laundry hendaknya jauh dari ruang pasien dan tidak berada di jalan
lintas.
Lantai harus terbuat dari beton atau plester yang kuat, rata, dan tidak licin dengan kemiringan memadai (2-3%)
Harus disediakan saluran pembuangan air kotor system tertutup dengan ukuran, bahan, dan kemiringan yang
memadai (2-3%)

74
Disediakan kran air bersih dengan kualitas dan tekanan yang memadai. Untuk laundry perlu disediakan juga air
panas (steam) untuk keperluan desinfeksi. Peralatan cuci dipasang permanent dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air kotor.
Laundry harus memiliki ruang-ruang terpisah untuk: Ruang linen kotor, Ruang linen bersih, Gudang trolly linen,
Gudang bahan-bahan pembersih, Gudang linen bekas yang tidak terpakai
Perlu disediakan ruang dan sarana pengering untuk alat-alat yang habis dicuci
Ventilasi ruang laundry harus mengikuti peraturan seperti ruang linen kotor: tekanan negative, ruang linen
bersih: tekanan positif
Ruang-ruang diatur penempatannya sehingga perjalanan linen kotor sampai menjadi linen bersih terhindar dari
kontaminasi silang
Hendaknya disediakan mesin cuci yang dapat mencuci jenis-jenis linen yang berbeda
Harus disediakan tempat cuci tangan petugas untuk mencegah kontaminasi linen bersih
Dalam melakukan proses pencucian harus dihindarkan tumpahan air
Tempat cuci harus selalu dijaga kebersihannya

Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu Lain


a. Pengertian
Serangga dan tikus adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan (vector) atau menjadi
perantara menularnya beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan instalasi
rumah sakit.
Binatang pengganggu adalah semua binatang yang dapat menularkan (vector) atau menjadi perantara
menularnya beberapa penyakit tertentu contohnya kucing, anjing.
Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu adalah kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan
populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
Pestisida adalah bahan kimia beracun yang dipergunakan untuk campuran umpan untuk membunuh serangga,
tikus, atau binatang pengganggu lainnya.
Tempat perindukan adalah daerah yang menjadi tempat hidup dan berkembang biak seperti tempat sampah,
saluran air kotor, tempat penyimpanan-pengolahan-penyajian makanan, penampungan air bersih, gudang
farmasi, gudang peralatan, dll.

b. Persyaratan
Rumah sakit harus bebas dari serangga, tikus, dan hewan pengganggu lainnya.

c. Tata Cara Pelaksanaan


1) Pengendalian secara fisik
Konstruksi rumah sakit harus dibuat sehingga tidak memberikan kemungkinan berkembang biaknya serangga,
tikus, dan hewan pengganggu lainnya.

75
Lubang-lubang di dinding, ruang kosong, ruang buntu, sejauh mungkin ditiadakan.
Sejauh mungkin ditiadakan tumpukan barang-barang bekas
Setiap lubang yang menghubungkan gedung dengan lingkungan luar hendaknya ditutup
Konstruksi pintu harus dibuat tahan gigitan tikus
Menjaga kebersihan sehingga tidak terjadi penumpukan sampah mau-pun sisa makanan yang dapat menjadi
sarana berkembang biaknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu
Setiap sarana penampungan air harus dibersihkan atau dikuras seku-rang-kurangnya seminggu sekali untuk
mencegah berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti
Semua saluran air kotor harus mengalir dengan lancar, tidak ada sampah untuk mencegah berkembang biaknya
nyamuk culex
Memasang perangkap tikus, serangga
Menggunakan peralatan elektrik pengusir tikus

Pengendalian secara kimia


Pengendalian dengan menggunakan pestisida harus dilakukan dengan hati-hati (pergunakan pestisida yang
tingkat toksisitasnya rendah, tidak persistens dan penggunaan alat pelindung bagi operator)
Apabila memungkinkan, ada ruangan yang kosong dapat dilakukan fogging atau fumigasi
Dapat juga menggunakan pestisida yang berbentuk umpan/bait

Pemantauan Sterilisasi/Desinfeksi
a. Pengertian
1) Sterilisasi dan desinfeksi adalah setiap upaya untuk menghapus hamakan atau membebaskan suatu objek
dari kontaminasi mikroorganisme patogen.
2) Pemantauan sterilisasi dan desinfeksi adalah kegiatan memantau proses dan hasil sterilisasi/ desinfeksi
melalui pengumpulan data.
b. Persyaratan
Persyaratan sebagaimana tersebut pada lampiran.
c. Tata Cara Pelaksanaan
Lakukan pemantauan proses dan hasil sterilisasi/ desinfeksi secara rutin minimal 1 bulan sekali.
Dokumentasikan semua data pemantauan.

Pengawasan Perlindungan Radiasi


a. Pengertian
Radiasi adalah emisi energi radiasi pengion yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh
instalasi radiodiagnostik dan radioterapi
Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di ruang kerja dan tingkat pemaparan pada
pekerja

76
Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium terhadap dosimeter, analisis hasil
laboratorium penyelidikan/ pemeriksaan mendalam terhadap instalasi dan tindak lanjut

b. Persyaratan
Sebagaimana tersebut pada lampiran

c. Tata Cara Pelaksanaan


Tindakan pencegahan radiasi harus mencakup upaya pemindahan dan pengamanan bahan yang memancarkan
radiasi, mengamankan pekerja yang bekerja dengan radiasi.
Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi hendaknya mencakup merancang instalasi
yang memenuhi persyaratan, penyediaan pelindung radiasi/ kontainer
Instalasi dan gudang ditempatkan pada lokasi yang jauh dari tempat-tempat yang mudah terbakar, yang tidak
dihuni/ digunakan banyak orang dan jauh dari tempat penyimpanan film
Pelindung radiasi yang disediakan harus mempunyai ketebalan tertentu yang mampu menurunkan laju dosis
radiasi. Tebal bahan pelindung mengikuti jenis dan energi radiasi, aktivitas dan dimensi sumber radiasi dan sifat
bahan pelindung.
Kontainer bahan yang memancarkan radiasi harus dibuat dari bahan dengan kapasitas penahan radiasi yang
memadai
Kontaminasi udara di tempat bekerja harus diusahakan sekecil mungkin. Semua pekerjaan yang dapat
menimbulkan kontaminasi harus dilakukan di dalam lemari khusus
Apabila tingkat kontaminasi tidak dapat ditekan dibawah NAB, harus digunakan perlengkapan proteksi khusus.
Perlengkapan proteksi khusus harus dalam keadaan baik diperiksa dan diuji secara berkala.
Harus selalu diusahakan agar memenuhi ketentuan keselamatan kerja terhadap perlengkapan radiasi
Harus dilakukan pemantauan perorangan (minimal satu bulan sekali) untuk melihat tingkat paparan dan
selanjutnya membatasi jumlah paparan yang diterima oleh pekerja. Tingkat pemaparan radiasi harus diusahakan
selalu dibawah NAB
Alat pemantau perorangan tidak membatasi pemaparan pada bagian tubuh yang lain. Maka dalam keadaan
tertentu perlu digunakan dosimeter tambahan (misal dosimeter cincin)
Alat pemantau perorangan harus dipilih sesuai dengan jenis, energi, dan arah radiasi
Dalam pekerjaan yang memungkinkan diterima paparan yang lebih besar dari NAB, semua pekerja harus
menggunakan alat pemantau perorangan
Walau pemaparan yang diterima kurang dari NAB, ada baiknya satu atau dua orang memakai alat pematau
untuk meyakinkan bahwa pekerja tidak menerima paparan yang melebihi ketentuan.
Pelayanan pemantauan menjadi tanggung jawab dan wewenang BAPETEN dan BPFK

77
Kegiatan pemantauan (mengatur pengiriman, penerimaan, penyiapan, distribusi, pencatatan, dll) dilaksanakan
oleh petugas proteksi radiasi di rumah sakit yang bersangkutan
Pengiriman dosimeter dari rumah sakit ke BAPETEN harus diatur sedemikian sehingga tidak mengganggu
kesinambungan pemantauan
Catatan hasil pemantauan menggunakan formulir yang telah ditetapkan dan harus disimpan selama pekerja
bertugas di rumah sakit dan harus mengikuti dimana petugas itu bekerja. Catatan harus disimpan minimal
selama 30 tahun.
Film yang belum digunakan harus disimpan pada suhu 6-100C dan kelembaban dapat mereduksi perak bromida
pada film yang akan dapat mengganggu pembacaan film.
Pengawasan atau pemeriksaan mendalam terutama bila dosis pemaparan lebih dari 1mJ/kg (100 rem) perminggu
atau 4 mJ/ kg (400 rem) per bulan untuk mengetahui kondisi pesawat radiasi, perlindungan radiasi yang
dilakukan, kelalaian petugas atau gabungan ketiganya
Petugas proteksi harus melakukan pengawasan terutama dalam hal kedisiplinan petugas radiasi
Hasil evaluasi tersebut harus dicantumkan pada kartu catatan petugas yang disimpan selama 30 tahun
Bila terjadi kecelakaan atau keadaan darurat harus dilakukan langkah-langkah seperti:
Daerah tempat kejadian harus diisolasi agar tidak ada orang yang mendekati daerah tersebut
Bila ada orang yang terkontaminasi harus segera didekontaminasi dan dilakukan tindakan lanjutan. Demikian
pula bila ada orang yang diduga menerima dosis lebih, harus segera diamankan
Bila ada peralatan atau daerah yang terkontaminasi, harus segera diisolasi dan kemudian didekontaminasikan
Badan yang berwenang segera diberi laporan

Penyuluhan Kesehatan Lingkungan


a. Pengertian
Penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit adalah penyampaian pesan tentang penyehatan
lingkungan rumah sakit kepada karyawan, pasien, pengunjung serta masyarakat disekitarnya agar mengetahui,
menyadari, dan mebiasakan diri bersikap bersih dan sehat serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah
sakit dengan benar.
b. Tata Cara Pelaksanaan
Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan dengan teknik/ cara : tanya jawab dan
bimbingan, ceramah dan diskusi, pameran, demonstrasi, pemasangan poster/ gambar, penyebaran leaflet, dll
Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit supaya dilakukan oleh seluruh karyawan rumah sakit
dibawah koordinasi instalasi kesehatan lingkungan
Pesan penyuluhan untuk karyawan berisi : hubungan fasilitas sanitasi dengan kesehatan, syarat-syarat fasilitas
sanitasi, pentingnya pemeliharaan fasilitas sanitasi, pentingnya memberi contoh kepada pasien dan pengunjung
tentang memanfaatkan fasilitas sanitasi

78
Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung,dan masyarakat sekitar, berisi : pentingnya hidup bersih dan sehat,
membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya
dengan benar.
10. Pelaporan dan Evaluasi
Petugas kesehatan lingkungan secara operasional bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penyehatan
lingkungan RS, yaitu menyusun rencana kerja dan mengimplementasikannya serta menyusun laporan berkala
setiap bulan.
Laporan berkala tersebut dievaluasi untuk kemudian dijadikan bahan masukan bagi perencanaan kegiatan
penyehatan lingkungan rumah sakit mendatang yang merupakan bagian dari rencana kegiatan penyelenggaraan
rumah sakit.
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan,
serta mengkaji kendala-kendala yang dihadapi selama program penyehatan lingkungan dilaksanakan. Salah satu
kegiatan evaluasi adalah melalui kegiatan pemantauan yang terdiri dari:

Tabel 4.3
Kegiatan Pemantauan Evaluasi

No.

Jenis pemantauan

Frekuensi

Parameter/Keterangan

1
Pemeriksaan sampel makanan
2 x setahun
Jml angka kuman/gr sampel

2
Pemeriksaan sampel air bersih
2 x setahun
Fisika, kimia

3
Pemeriksaan sampel air limbah

79
1 x sebulan
Fisika, kimia, biologi

3
Pemeriksaan emisi incinerator dan udara ambient
2 x setahun
Fisika, kimia

4
Pemeriksaan kualitas udara ruang
2 x setahun
Mikrobiologi

5
Pemeriksaan rectal swab pada penjamah makanan
2 x setahun
Mikrobiologi (jenis & jml angka kuman)

6
Pemeriksaan usap alat makan
2 x setahun
Mikrobiologi

7
Pemeriksaan usap linen
2 x setahun
Mikrobiologi

8
Pengukuran pencahayaan, kebisingan, suhu dan kelembaban
1 x sebulan
Fisika

7
Inspeksi sarana sanitasi
1 x sebulan
Cek list

80
8
Kepadatan serangga & vektor
1 x sebulan
Nyamuk & kecoa : 0
Tikus & kucing : 0
Lalat : < 5 per 20 mnt

Rumah sakit menyampaikan laporan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan
rumah sakit kepada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten dan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bogor sebagai penanggungjawab pelaksanaan program penyehatan sarana dan bangunan
umum di daerah.Hal ini sangat penting karena penyehatan lingkungan rumah sakit
merupakan bagian dari standar pelayanan minimal (SPM) rumah sakit.
D. PEDOMAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Definisi Kebakaran
Menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000 tentang
Panduan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan bahwa bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman
potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran
api, asap, dan gas yang ditimbulkan.
National Fire Protection Association / NFPA (1990) mengartikan kebakaran sebagai suatu
peristiwa oksidasi dimana bertemu tiga bahan/unsur, yakni bahan yang dapat terbakar,
oksigen yang terdapat di dalam udara, dan panas yang dapat berakibat menimbulkan kerugian
harta benda atau cidera bahkan kematian manusia.
Simanjuntak (1997) dalam seminar pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di
Jakarta tahun 1997, mengartikan kebakaran sebagai terbakarnya sesuatu benda yang
seharusnya tidak terbakar yang terjadi di luar tempat pembakaran dan api yang timbul tidak
dapat ditarik manfaatnya.

2. Konsep Kebakaran (Pengetahuan tentang api)


Api merupakan suatu reaksi kimia (reaksi oksidasi) yang bersifat eksotermis dan diikuti oleh
evaluasi pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap, dan bara.
Untuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan 3 unsur, yaitu bahan yang dapat
terbakar, oksigen, dan panas. Bilamana ketiga unsur ini berada dalam suatu konsentrasi yang
memenuhi syarat maka timbulah reaksi oksidasi yang dikenal dengan proses kebakaran.

81
Kehadiran ketiga unsur tadi (dalam konsentrasi yang seimbang) mengakibatkan reaksi-reaksi
kimia sebagai proses pembakaran menimbulkan terjadinya api awal. Jadi untuk menimbulkan
api awal diperlukan tiga unsur:
Benda atau bahan bakar (fuel) harus menjadi uap dahulu
Panas (Heat/energy) harus cukup untuk menentukan titik nyala
Oksigen (O2) sebagai oksidator.
Disamping adanya unsur-unsur penunjang terjadinya api awal tersebut guna
mempertahankan api tetap berlangsung, ada unsur lainya, yaitu unsur keempat yang dikenal
dengan rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Dengan adanya tambahan unsur
keempat, maka segitiga terjadinya api (fire triangle combustion) berkembang lebih sempurna
lagi menjadi empat bidang terjadinya api (The Fire Tetra Hedron of combustion).
Panas ( Heat / Energy )
Sumber-sumber panas yang menimbulkan api:
Api terbuka ( Open flame )
Sinar matahari ( Sun Light )
Energi Mekanik, antara lain:
Gesekan antara 2 buah benda
Benturan 2 buah benda
Kompresi ( Compression ), antara lain:
Pemampatan udara/gas
Perhimpitan benda-benda padat seperti timbunan sampah
Listrik, antara lain:
Beban lebih pada kabel
Peralatan listrik (kompor, setrika, dan las listrik)
Proses Kimia
Kapur sirih dengan air
Asam solfat dengan air
7) Panas berpindah (Heat transfer)
Radiasi (Radiation), perpindahan melalui gelombang-gelombang panas (infra merah) dari
benda yang terbakar ke benda-benda yang berada di dekatnya.
Konduksi (Conduction), ialah perambatan panas yang dihantarkan melalui benda-benda
antara, sehingga dapat merambatkan panas dari sumber api ke ruangan lain.
Konvensi (Convection), ialah perpindahan panas dari satu tempat ke tempat lain dengan cara
mengalirkan melalui udara atua cairan ke semua arah. Jika kebakaran terjadi di lantai bawah
maka panas dan kobaran api dapat menjalar atau berpindah ke lantai-lantai ke sebelah
atasnya.

82
d) Kontak langsung dengan api (direct Flame contact), ialah panas berpindah dari satu tempat ke tempat lain
secara langsung terkena lidah api atau dikarenakan lompatan api, bara, maupun nyala api.

Oksigen (O2)
Oksigen terdapat bebas di udara, berdasarkan penyelidikan di udara terdapat atau terkandung:
20% kadar oksigen (O2)
79% kadar Nitrogen (N2) atua zat lemas
1% campuran dari Neon, Xenon, argon, Krypton, Hydrogen, Zat cair
Bahan Bakar (Fuel )
Sifat-sifat benda yang terbakar sangat dipengaruhi oleh:
Titik nyala (Flash point)
Suhu penyalaan sendiri (Auto ignition temperature)
Daerah bisa terbakar (Flamable range)
Berdasarkan bentuknya benda yang dapat terbakar dibagi menjadi tiga golongan:
Benda padat
Benda cair
Benda gas
Titik nyala (flash point), yaitu suhu terendah dimana suatu zat/bahan yang cukup mudah menyala (terbakar
sekejap) bila dikenai sumber panas yang cukup atau suhu terendah dimana yang mudah menyala menghasilkan
uap yang cukup untuk membentuk gas campuran dengan udara sehingga mudah terbakar.
Daerah bisa terbakar (flamable range), yaitu batas merah dimana terdapat konsentrasi campuran uap bahan dan
udara yang dapat terbakar/menyala bila dikenai sumber panas.

3. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian atas kebakaran berdasarkan pada jenis benda-
benda atau bahan-bahan yang terbakar.
Klasifikasi kebakaran di bagi menjadi:

Kelas A
Kebakaran yang melibatkan bahan-bahan padat bukan logam biasanya merupakan bahan organik seperti kayu,
bahan-bahan yang mengandung selulosa, karet, kertas, berbagai jenis plastik dan serat-serat alam.

Kelas B
Kebakaran yang melibatkan cairan dan gas dapat berupa solvent (pelarut), pelumas, produk minyak bumi,
pengecer air, bensin dan cairan yang mudah terbakar lainnya.
83
Kelas C
Kebakaran yang melibatkan perlengkapan listrik yang bertegangan seperti kabel, stop kontak dan kotak sekring.
Kelas D
Kebakaran pada logam, seperti: magnesium, zirkonium, titanium, nat-rium, lithium dan senyawa natrium
kalium.

4. Kebakaran di Bangunan Rumah Sakit


Sukar untuk menentukan suatutermasuk rumah sakit yang tidak disertai bahaya kebakaran, oleh karena
kenyataanya setiap industri memper-gunakan atau membuat bahan-bahan yang mudah terbakar. Maka dari itu,
bahaya kebakaran dalam industri merupakan bahaya yang paling luas.
Kebakaran berbahaya karena menimbulkan kerugian, baik berupa korban jiwa maupun harta benda (materi).
Sedangkan kerugian lain yang tidak dapat dihitung, seperti menurunnya moral kerja, trauma, dan rasa was-was
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi terhadap prestasi kerja bahkan dapat mengakibat-kan hilangnya
lapangan pekerjaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kerugian akibat kebakaran dapat dibagi menjadi 3 kategori:
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebakaran. Semua faktor dalam kategori itu mempunyai pengaruh
yang kuat secara langsung atau tidak langsung terhadap tahap penyalaan api. Tersedianya bahan dan perilaku
kelalaian atua kegagalan sistem yang memulai kebakaran
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan dan penyebaran api. Untuk melangsungkan
pertumbuhan dan penyebaran api harus ada bahan bakar yang jumlahnya mendukung dan kesempatan
penyebaran api.
Faktor yang berperan dalam pengontrolan atau pemadaman api. Pada kegiatan tersebut diperlukan peran
manusia atau sarana mekanis yang dapat mengontrol kebakaran atau membatasi kerugian. Analisis tingkat
kerugian dikaitkan dengan kinerja sistem proteksi pemadaman.
Kebakaran di bangunan rumah sakit dapat terjadi karena berbagai penyebab antara lain:
Nyala api atau sumber api, seperti puntung rokok yang terkena bahan-bahan yang mudah terbakar
Percikan api, misalnya waktu kerja las atau membubut yang mengenai bahan-bahan yang mudah terbakar
Gangguan arus listrik yang merupakan penyebab utama kebakaran di rumah sakit
Ledakan cairan atau uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi
Ledakan atau kebocoran unsur kimia.

5. Fire Safety Management (FSM) dan Penerapannya


Firesafety Management (FSM) adalah pola pengelolaan/pengendalian unsur-unsur manusia/personil, sistem dan
peralatan, informasi dan data teknis, serta kelengkapan lainnya dengan tujuan untuk menjamin dan
meningkatkan keamanan total pada bangunan gedung tehadap bahaya kebakaran. Dengan demikian dalam FSM
terkandung unsur organisasi dan koordinasi personil, pengaturan sistem dan peralatan, pengolahan data,
informasi, serta sumber dana.

84
Kepmen PU No. 02/KPTS/1985 pasal 37, menyebutkan bahwa manajemen Sistem Pengamanan Kebakaran
adalah suatu sistem pengelolaan untuk mengamankan penghuni, pemakai bangunan maupun harta benda dalam
lingkungan bangunan terhadap bahaya kebakaran.
Menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000 tentang Panduan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan bahwa Sistem Pengamanan
Kebakaran adalah satu atau kombinasi dari metoda yang digunakan pada bangunan untuk memperingatkan
orang terhadap keadaan darurat, penyediaan tempat penyelamatan, membatasi penyebaran kebakaran,
pemadaman kebakaran, termasuk di sini sistem proteksi aktif dan pasif.
Kegiatan-kegiatan dalam manajemen pengamanan kebakaran, adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan dan cara kerja yang aman kebakaran
Sistem kerja atau prosedur kerja yang aman kebakaran dimaksudkan agar setiap tugas dan
pekerjaan yang dilakukan sejauh mungkin menghindari timbulnya ignition ataupun timbulnya
kebakaran. Pekerjaan pengelasan, misalnya, yang bisa menimbulkan percikan api harus
mengikuti persyaratan tertentu dan diawasi. Ini yang disebut sebagai hot-works. Perlindungan
atau barier harus diadakan bilamana bekerja dengan sumber api. Beberapa pekerjaan selain
pengelasan, adalah pengecatan dengan tinner, bahan kimia, pekerjaan yang mengandung
unsur gesekan (friction), pemanasan (heating) dan chemical reaction harus mengikuti SOP
tertentu.

b. “Firesafe Housekeeping”
Firesafe housekeeping adalah pekerjaan mengurus/menata keperluan rumah tangga bangunan
sehari-hari yang mengutamakan kondisi aman terhadap kebakaran. Termasuk disini adalah
penciptaan lingkungan yang bebas api/asap (fire & smoke free zones). Salah satu contoh
adalah larangan merokok (NO SMOKING) diberlakukan secara luas. Dengan demikian
timbulnya api, walau kecil sekalipun dapat dihindari.
Kegiatan lainnya yang masuk dalam kategori firesafe housekeeping adalah pencegahan
timbulnya ignition dan penyebaran kebakaran, seperti pemenuhan kerja yang aman (firesafe
works procedure), penerapan kompartemenisasi, menjaga kebersihan alat, menghindarkan
penumpukan barang di lokasi itu, tangga dan tempat-temapt sirkulasi lainnya, dan pengawaan
secara rutin dan terus menerus.

c. Pemeriksaan dan Pemeliharaan


Kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan ini merupakan unsur yang penting guna menjamin
segi keandalan peralatan proteksi bila terjadi kebakaran. Inspection & maintenance harus
diprogram dan dilakukan secara berkala tanpa terkecuali. Di Indonesia sering terjadi
kebakaran pada gedung tinggi justru memiliki sarana proteksi kebakaran. Salah satu
penyebabnya adalah kekurangan dari segi ini.

85
Pemeriksaan yang disertai pengetesan, serta pemeliharaan meliputi pemeriksaan terhadap:
Sistem deteksi dan alarm kebakaran
Sistem sprinkler otomatis
Sistem hidran/hose & standpipes
Sistem pemadam api khusus (C)2, Halon, dry powder dll)
Sistem pemadam api portable
Sistem catu air untuk kebakaran termasuk sistem pompa.
Tidak kalah pentingnya adalah unsur bangunan, konstruksi dan komponen-komponennya termasuk bahan
bangunan serta akumulasi benda berbahaya dan lain-lain. Oleh karena itu secara lengkap items yang harus
diperiksa meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1) Kondisi bangunan
Potensi penyebaran api lewat bukaan horizontal maupun vertikal yang tidak terlindung.
Konstruksi ruang/bangunan dimana tersiman di dalamnya bahan-bahan berbahaya
Kondisi penutup/seal bukaan dan dinding-dinding pemisah
Kondisi dinding dan penutup luar
2) Sarana penyelamatan
Kondisi koridor, sirkulasi, pintu & tangga kebakaran apakah tidak terhalang
Kondisi pintu-pintu yang menuju ke exit
Pintu-pintu kebakaran apakah tidak terganjal
Jarak tempuh (travel distance) apakah tetap memenuhi
3) Utilitas bangunan
Kondisi peralatan HVAC
Peralatan pengendalian asap/smoke exhaust
Kondisi pelistrikan dan penangkal petir
Pekerjaan reparasi alat dan hotworks yang mungkin sedang berlangsung
Sistem penerangan/pencahayaan dan komponen-komponennya

4) Suplai/Penyediaan Air
kondisi pompa-pompa jockey, electric and diesel pump
kondisi sumber air
kondisi pemipaan
kinerja suplai air, apakah masih sesuai dengan persyaratan
5) Sistem deteksi & alarm kebakaran
kondisi komponen sistem deteksi & alarm
komponen detektor panas & asap dan gas
panel alarm apakah masih berfungsi baik

86
manual push button apakah masih baik kondisinya
6) Sistem Sprinkler otomatis
kondisi sprinkler head
sistem pemipaan
hasil flow test & flushing
sumber air untuk sprinkler
7) Sistem hidran, hose & standpipes
kondisi komponen
kondisi slang/hose
lampu indikator apakah masih berfungsi
Penghalang di depan unit alat
8) Sistem Pemadam Kimia & Portable
kondisi silinder
pola pemasangan & keterjangkauan untuk pemakaian
labelling apakah masih utuh
sistem pemipaan.
Isi silinder apakah masih cukup tekanannya, apakah memerlukan recovery & recycling.

SISTEM PERINGATAN (ALARM) & PENANGGULANGAN KEBAKARAN RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH PASAR REBO.
Sistem peringatan kebakaran & penanggulangan kebakaran adalah suatu sistem untuk memberikan peringatan
dini dan cara penanggulangan kebakaran kepada penghuni gedung atau masyarakat RS, tentang adanya kejadian
kebakaran disuatu bagian gedung. Setelah adanya peringatan secara dini tersebut maka penghuni/ petugas dapat
mengambil langkah/ tindakan berikut pemadaman atau bila mungkin evakuasi jiwa atau harta benda.
Komponen pokok system peringatan kebakaran dan penanggulangan kebakaran pada rumah
sakit Umum Daerah Pasar Rebo terdiri dari :
Titik panggil manual sebanyak : (_ buah).
Alat pengindra kebakaran jenis asap : (_ buah).
Alat pengindra kebaran jenis panas : (_ buah).
Panel control : (_ unit).
Komponen tersebut dirangkai dengan instalasi kabel keseluruh ruangan dengan sistem pengalamatan sesuai
fungsi ruangan dan kebutuhan penginderaan dan penanggulangan kebakaran .
Sedangkan system penanggulangan kebakaran adalah suatu system yang terdiri dari beberapa
peralatan yang berfungsi untuk pemadaman api. Sistem Penanggulangan kebakaran di RS
Paru Dr.M.Goenawan yang tersedia saat ini hanya APAR yang berjumlah 64 buah.
Seluruh APAR yang ada disebarkan keseluruh gedung yang terdiri dari :
- Ruang rawat inap

87
- Ruang rawat jalan / IGD
- Ruang Penunjang medis
- Ruang adminstrasi
- Ruang Security
- Ruang Genset
- Ruang Incinerator
- Workshop

Kegiatan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
menurut Menurut Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor : 10/KPTS/2000
tentang Panduan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan.
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi:
a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran,
b. Sarana penyelamatan,
c. Sistem proteksi pasif,
d. Sistem proteksi aktif,
e. Pengawasan dan pengendalian.

I. CARA KERJA SISTEM PERINGATAN.


a). “MANUAL”, menggunakan titik panggil manual (Manual call box/break glass)
Apabila terjadi kebakaran pada suatu daerah/ ruangan tertentu cari titik panggil manual
terdekat dan pecahkan kaca tersebut maka alarm panggil manual akan memberikan
peringatan bunyi bel pada daerah tersebut serta memeberi isarat ke sentral panel lantai
basement “ bahwa daerah tersebut ada terjadi kebakaran
b).” AUTOMATIC “ Menggunakan sensor ( detector asap & panas).
Pengindera asap :
Bila terjadi kebakaran kemudian ada asap terdeteksi bagian/komponen pengindera asap,
pengindra tersebut akan aktif/“ON” dan alarm berbunyi serta memberikan isyarat ke sentral
panel sesuai alamat lokasi kejadian ke ruang control dilantai basement bahwa daerah tersebut
terjadi kebakaran.
Pengindera panas :
Bila terjadi kebakaran kemudian ada panas merambat dan terdeteksi bagian/komponen
pengindra panas, pengindra tersebut akan aktif/“ON” yang mengakibatkan alarm berbunyi
serta memberikan isarat ke sentral panel sesuai alamat lokasi kejadian ke ruang control (lantai
basement) bahwa daerah tersebut terjadi kebakaran.

88
II. CARA KERJA SISTEM PENANGGULANGAN KEBAKARAN.
1. PENANGGULANGAN KEBAKARAN SECARA MANUAL.
a. APAR
Apabila terjadi kebakaran pergi kelokasi APAR terdekat ,ambil APAR buka
Pin/pengaman arahkan selang ke posisi api yang ada, tekan tuas/tungkai untuk memadamkan
api.

d. Audit keselamatan terhadap kebakaran (Firesafety audit)


Financial audit sering dilakukan untuk menilai sejauh mana kondisi keuangan suatu perusahaan, sehat atau
tidak. Demikian pula halnya dengan firesafety audit yang perlu dilakukan guna dapat dinilai sejauh mana tingkat
keamanan atau kehandalan bangunan/gedung/industri terhadap bahaya kebakaran. Firesafety audit dilakukan
minimal 5 (lima) tahun sekali. Unsur yang diaudit meliputi semua unsur seperti kondisi bangunan dan
lingkungan dikaitkan dengan firesafety, bahan dan interior bangunan, sarana dan sistem proteksi kebakaran yang
ada dan terpasang, serta analisis risiko bahaya kebakaran yang mungkin terjadi kaitannya dengan sistem proteksi
yang disediakan, serta pelaporan hasil audit. Audit bisa dilakukan sendiri ataupun melalui konsultan ahli yang
berpengalaman dan direcognized oleh badan atau lembaga yang terkait.

e. Pembentukan Tim Emergency Response


Adanya tim emergency di lingkungan bangunan industri sangat membantu, khususnya sebagai
pewujudan upaya/tindakan awal. Di Amerika urusan pemadaman kebakaran adalah wewenang dan tanggung
jawab Dinas Kebakaran, tetapi di Indonesia diperlukan upaya awal sebelum Dinas Kebakaran tiba di lokasi.
Dengan semakin tingginya bangunan, maka semakin sulit upaya pemadaman dilakukan dari luar bangunan.
Oleh karena itu selain merancang jalan masuk untuk petugas Dinas Kebakaran untuk membasmi kebakaran dari
dalam gedung, maka di dalam bangunan gedung itu sendiri perlu ada tim emergency untuk mengatasi bahaya
kebakaran dan atau menghambat meluasnya kebakaran.
Tim emergency atau tim pengamanan bangunan ini sangat dianjurkan untuk dibentuk di setiap
bangunan tinggi. Lingkup tugas tim ini meliputi penanggulangan awal sebelum Dinas Kebakaran tiba di lokasi,
melaporkan kepada pihak dan unsur terkait, membantu operasi tim media & transportasi, pengawasan sekuriti
dan upaya pemulihan.

f. Pelatihan Penanggulangan Kebakaran


Materi pelatihan (training) ditujukan untuk membekali peserta dengan keterampilan yang diperlukan
pada tahap awal operasi pemadaman dan lanjutan.
Materi tersebut meliputi teori dasar api, bahan-bahan & cara pemadaman, pemadaman api portable dan jenis-
jenisnya, serta penggunaan hidran kebakaran.

89
Materi berikutnya yang perlu diberikan, seiring dengan perkembangan organisasi dan lingkup pengamanan,
adalah:
Peralatan bantu penapasan (self breathing apparatus)
Sistem deteksi & pembasmian kebakaran
Pengetahuan benda-benda berbahaya
Strategi pengendalian kebakaran
Pertolongan pertama terhadap korban
Untuk bangunan tinggi/industri yang lebih kompleks, diperlukan pelatihan ekstensif meliputi 40 jam
pelatihan setiap 1 minggu, jadwal pelatihan disamping fire drill bulanan dan latihan praktek lapangan.
Materi tersebut meliputi:
Organisasi pengendalian kondisi emergency
Sifat-sifat api dan pola penyebarannya
Bahan-bahan, dan cara pemadaman efektif
Pengetahuan mengenai alat pemadam api portable
Pengetahuan mengenai operasi hidran
Alat-alat bantu pernapasan
Sistem deteksi & alarm kebakaran
Sistem pemadsam terpasang (fixed system)
Pengetahuan benda-benda berbahaya
Strategi dan taktik pengendalian
Komando pengendalian operasi
Rescue dan teori peluncuran dengan tali (ropes)
Pengetahuan mengenai mobil tangga & snorkle
Cara-car pertolongan pertama
Pengetahuan mengenai proses kimia & ilmu bangunan
Test & evaluasi

g. Latihan Kebakaran (Fire Drill)


Hal ini merupakan test-case atau general rehearsal untuk mengantsipasi bila benar-benar terjadi kebakaran. Pada
drill ini ingin diperlihatkan kualitas kesiapan menyeluruh dari tim pelaksana dan yang diselamatkan dalam
kaitannya dengan kejadian kebakaran. Hasil pelaksanaan pelatihan yang diperoleh selama ini sekali-sekali
ditunjukkan dalam fire drill ini. Di Jakarta, pada beberapa gedung tinggi dilakukan fire drill minimal setahun
sekali dan diawasi langsung oleh petugas dari Dinas Kebakaran.

h. Emergency Response Manuals dan S.O.P.


Agar pelaksanan operasi pengendalian emergency berjalan lancar dan setiap pelaksana memiliki persepsi dan bahasa
yang sama, maka ketentuan mengenai cara-cara atau pola pengendalian emergency didokumentasikan melalui

90
penyusunan Emergency Response Manuals atau Pedoman/petunjuk Pengendalian Keadaan Darurat. Pedoman ini
seyogyanya dimiliki oleh setiap unit industri dan bagunan gedung tinggi.
Langkah-langkah selanjutnya dalam hal pedoman ini adalah:
Mendiseminasikan atau menyebar luaskan pedoman ini kepada seluruh karyawan melalui pelatihan/training dan
sebagainya.
Updating & revisi manuals, sedikitnya setiap 5 (lima) tahun
Membuat buku-buku petunjuk praktis & buku saku atau sistem kartu yang didasarkan atas isi manual emergency
tersebut.
Tidak kalah pentingnya adalah pembuatan Standard Operating Procedures (S.O.P). Materi-materi SOP yang perlu disusun
adalah sebagai berikut:
SOP pemadaman kebakaran
SOP evakuasi kebakaran
SOP kondisi emergency
SOP Fiesafe Works & activiteis
SOP Inspection & Maintenance
SOP bagi penghuni & pemakai bangunan bila ada kondisi emergency

i. Brosur, Leaflets dan Poster


Untuk senantiasa meningkatkan pengetahuan penghuni/pemakai bangun-an akan bahaya kebakaran
dan pentingnya unsur penanggulangan kebakaran serta model atau pola pengendalian, maka dapat digunakan
brosur, leaflets ataupun poster berukuran besar yang dipasang ditempat-tempat strategis, seperti di tempat kerja,
bengkel, koridor, ruang tunggu, ruang pemrosesan dan lain-lain. Termasuk pula disini adalah tanda-tanda
petunjuk dan peringatan (warning) dan sebagainya, antara lain seperti:
Dilarang Merokok
Alat Pemadam Kebakaran
Pintu Ke Luar atau Ke Luar/fire exit
Tangga Kebakaran (Fire Staircase)
Pecahkan kaca bila terjadi Kebakaran
Bila Kebakaran Jangan Gunakan Lift (Do not use elevator in case of Fire)
Telepon darurat
Fire extinguisher
Hydrant Box
Fire Hose Reels
Press here I manual push button
Safety Rules for Hotel Guests
Fire Escape Plan (aturan Penyelamatan bila kebakaran)
Fire Eqipemnt for Fire Purpose keep Accessible all times

91
Standpipe – Fire departement conection
Pull Down local fire alarm
Caution chemical Storage area no open flame within 25 feet

j. Pencegahan Kebakaran
Sebagai gambaran lebih lanjut tentang upaya pencegahan dan pengen-dalian kebakaran dapat
diuraikan sebagai berikut:
Keselamatan terhadap terjadinya kebakaran didasarkan atas pengaturan pada perencanaan
perusahaan. Pencegahan kebakaran dimulai sejak perencanaan perusahaan dengan mengatur
hal yang berkaitan dengan pengaturan proses produksi, perencanaan agar tidak meluasnya
kebakaran yang terjadi serta kemungkinan akan penanggulangan yang efektif ter-hadap
bencana kebakaran. Pendekatannya dilakukan dengan penelaahan secara cermat atas
bangunan menurut kegunaannya serta penentuan lokasi yang sesuai dengan keperluannya,
misalnya penentuan untuk apotik, kafetaria, ruang perawatan dan lainnya yang sesuai dengan
kompartemenasi terhadap pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan jarak yang
cukup antara satu denga nlainnya sehingga antara gedung tersebut menjadi lebih aman
terhadap penjalaran kebakaran, kontruksi tahan api harus dibuat menurut besarnya risiko
bahaya dan untuk keperluan sebagai berikut:
Tempat kerja atau kegiatan yang membahayakan agar dapat menekan sampai sekecil
mungkin api ketempat lainnya.
Untuk bangunan dengan fungsi vital seperti gudan gpenyimpanan barang, pusat tenaga listrik,
laboratorium dan lain sebagainya
Tempat kerja yang sangat berharga
Bangunan bertingkat banyak
2) Konstruksi bangunan dan material.
Konstruksi bangunan dan material yang dipakai sedapat mungkin dikaitkan denga upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran, pengendalian gas dan asap yang terjadi serta
adanya jalur bukaan yang dapat dikendalikan dalam upaya penyelamatan personil
3) Pengawasan etrhadap kemungkinan kebakaran
Saat yang tepat untuk menghentikan timbulnya kebakaran adalah sebelum kebakaran terjadi,
sekalipun bangunan-bangunan telah direncanakan secara tepat dan dilengkapi dengan alat
pencegahan kebakaran serta bahan-bahan dan konstruksi tahan api. Hanya pengawasan yang
terus menerus dapat memberikan perlindungan yang lebih optimal terhadap kemungkinan
terjadinya bahaya kebakaran. Pengawas atau petugas kebakaran yang bertugas dalam
pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus memiliki daftar-daftar perincian masalah
yang harus diperiksa secara teratur, pengawasan sebaiknya tidak dilaksanakan oleh satu orang
melainkan harus bergantian agar hal yang perlu mendapatkan perbaikan dpat ditemukan.

92
4) Pemasangan sistem tanda kebakaran dalam gedung
Sistem tanda kebakaran atau fire alarm harus tersedia dan dapat bekerja dengan baik,
sehingga dapat memberikan tanda secara tepat tentang terjadinya kebakaran. Fire alarm dapat
dipasang dengan sistem automatis atau yang manual sesuai dengan kebutuhan ruangan atau
gedung yang bersangkutan.
5) Jalan untuk menyelamatkan diri
Secara ideal semua gedung atau bangunan harus mempunyai sekurang-kurangnya dua jalan
penyelamatan diri yang bertentangan pada setiap tempat pada bangunan tersebut, sehingga
dapat dibuat alternatif terhadap penyelamatan diri, jalan penyelamatan demikian harus
dipelihara bersih dan tidak terhalang oleh barang-barang mudah terlihat dan diberi tanda arah
yang jelas. Ukuran lebar dari jalan untuk penyelamatan diri serta jarak maksimum harus
menjadi acuan yang penting dalam perencanaan jalan penyelamatan diri, jarak maksimum
biasanya diterima adalah +/- 40 meter dengan perkiraan lebar 0,5 meter untuk
menyelamatkan orang keluar 40 orang setiap menitnya.
6) Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran
Alat pemadam api harus tersedia dan dilengkapi baik untuk peralatan yang tetap ditempat
maupun yang dapat dibawa (mobil unit). Alat pemadam api dapat yang dibuat dari bahan
kimia maupun dari air hydrant. Alat pemadam kebakaran yang tidak terpasang tetap harus
tersedia terutama untuk keadaan darurat, alat tersebut harus disesuaikan dengan jenis
kebakaran dan perkiraan besarnya api.

Daerah-daerah di Rumah Sakit Paru RSUD Pasar Rebo yang berpotensi timbul kebakaran:
Tabel 4.4
Daerah Potensi Kebakaran di RSUD Pasar Rebo
Tempat
Lokasi

Ruang panel listrik


Ruang generator
Gudang farmasi
Ruang gas elpiji
Ruang laundry
Ruang arsip
Gudang ATK dan rumah tangga

93
Gd. OK
Belakang Gd. Instalasi Gizi
Lantai I IGD Terpadu
Gd. Instalasi Gizi
Gd. Laundry
Gd. Arsip
Gd. Administrasi

E. PEDOMAN KEWASPADAAN BENCANA


PENGERTIAN
Kewaspadaan Bencana adalah suatu upaya untuk mencegah bencana yang mungkin dapat
dicegah sehingga nol bencana dan bila terjadi bencana dapat mencegah atau menekan
kematian /cacat dan juga diharapkan dapat melaksanakan penanggulangan bencana secara
optimal.

IDENTIFIKASI FAKTOR BENCANA

Tabel 4.5
Identifikasi Faktor Bencana di RSUD Pasar Rebo

94
No
Faktor bencana

Macam bencana

Kebakaran

Ledakan

Gempa Bumi

Ancaman Bom

Banjir

Huru hara

Kebisingan

Lokasi/Unit Kerja

Ruang Ginset, Trafo, AHU

95
IncInerator

Gudang penyimpanan tabung Gas

Gudang penyimpanan reagent laboratorium

Gudang penyimpanan reagent Farmasi

Gudang Penyimpanan ATK & alat kebersihan

Gudang Penyimpanan alat-alat Linen

Radio Diagnostik

Bengkel

Ruang Komputer

Ruang Data Medik dan Arsip

Hal-hal penting dalam kewaspadaan bencana:


Mencegah bencana yang mungkin dapat dicegah
Mengurangi meluasnya dampak dari suatu bencana
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu bencana atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya
Memberi pertolongan pada kecelakaan

96
Menggunakan alat-alat perlindungan diri
Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit , keracunan, infeksi atau penularan
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Pengaturan suhu dan kelembaban udara yang baik
Pengaturan sirkulasi udara
Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara, dan proses kerja
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan dan penyimpanan barang
Mengamankan dan memelihara sarana dan prasarana bangunan
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan berbahaya agar resiko
kecelakaan tidak menjadi bertambah besar
Setiap terjadi bencana harus dilaporkan

PROGRAM KERJA KEWASPADAAN BENCANA


Pencegahan dan Pengendalian Bencana
Inventarisasi fasilitas keamanan dan evakuasi
Perbaikan fasilitas keamanan dan evakuasi
Pemeliharaan fasilitas keamanan dan evakuasi
Pelatihan disaster plan (tanggap darurat)
Pembuatan dan evaluasi prosedur
Sosialisasi
Laporan dan evaluasi

Keamanan Pasien
Inventarisasi fasilitas keamanan pasien
Perbaikan fasilitas keamanan pasien
Pemeliharaan fasilitas keamanan pasien
Laporan dan evaluasi

Pengembangan SDM
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di rumah sakit merupakan hal pokok
yang tidak bisa dikesampingkan, karena sebagian besar pendukung kegiatan bidang MFK
bertitik tolak dari bagaimana sumber daya manusia yang ada melaksanakan setiap komitmen
yang ada.

97
Perlu dilakukan identifikasi dan alokasi sumber daya manusia untuk memenuhi setiap tujuan
dan sasaran kegiatan MFK.
Direktur memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan memotivasi
karyawan dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan mengko-munikasikan komitmennya
pada kebijakan yang telah dibuat. Selanjutnya transformasi sistem manajemen MFK dari
prosedur tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan dalam mencapai tujuan
dilakukan mulai dari proses: Recruitment, Seleksi, Placement, Orientasi, Assessment,
Pelatihan dan pengembangan kompe-tensi/keahlian lainnya, Rotasi dan mutasi, serta Reward
& punishment.
Program pelatihan yang dikembangkan (baik terhadap karyawan rumah sakit maupun
karyawan subcont) setidaknya mempunyai unsur-unsur:
Identifikasi kebutuhan pelatihan karyawan yang dituangkan dalam Matriks Pelatihan
Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tertentu
Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan organisasi/ atau perundang-
undangan
Pelatihan untuk sekelompok karyawan yang menjadi sasaran
Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima
Evaluasi pelatihan yang telah diterima
Rotasi dan mutasi karyawan dilakukan atas dasar kompetensi atau kebutuhan antar unit kerja.
Rotasi dan mutasi dapat dilakukan secara berkala, terutama bagi karyawan-karyawan yang
dalam pekerjaannya meng-alami pemaparan dalam selang waktu tertentu, seperti terpapar
bahan kimia secara terus menerus, terpapar kebisingan dengan intensitas tinggi dan lain
sebagainya.

Tabel 4.6
Standar Kompetensi MFK - Bidang Kewaspadaan Bencana

Bagian standar kompetensi


Pelaksana
Koord.
PMFK-RS
Manajer Unit
Ka. Inst./Div.
Sub.cont

Memahami kebijakan MFK secara menyeluruh

98
v
V
v
v
v
v

Mampu mengidentifikasi dampak penting (faktor resiko)


-
v
v
v
v
-

Mengerti dan mampu melakukan prosedur tanggap darurat


v
V
v
v
v
v

Mampu melakukan internal audit


-
V
v
v
v
-

KESIAPSIAGAAN DAN TANGGAP DARURAT


Keadaan darurat adalah setiap kejadian yang tidak direncanakan yang membahayakan
penghuni dan pengunjung rumah sakit, isi rumah sakit dan struktur fisik bangunan rumah
sakit.
Jenis-jenis kedaruratan:

99
Darurat minor: setiap kejadian baik yang berpotensi terjadi maupun aktual terjadi yang tidak
berdampak serius terhadap keseluruhan operasi fungsional gedung, antara lain:
Orang terperangkap dalam lift/kegagalan lift
Kegagalan utilitas gedung
Kegagalan sistem telekomunikasi
Kegagalan sistem pendinginan
Kebocoran air
Darurat mayor: setiap kejadian baik yang berpotensi terjadi maupun aktual terjadi yang
berdampak terhadap berhentinya keseluruhan operasi fungsional gedung, antara lain:
Ancaman bom
Ditemukan objek dan diduga bersifat eksplosif
Demonstrasi, kerusuhan atau huru hara di depan/ sekitar gedung
Tindakan kejahatan
Bencana: setiap kejadian yang telah terjadi dan secara serius melibatkan atau mengikutkan
sebagian atau seluruh operasional dari gedung, dimana dalam beberapa kasus dapat
menimbulkan korban jiwa dan kerusakan properti yang parah dan permanen, antara lain:
Ledakan, Kebakaran, Gempa, Banjir, dan lain-lain.
Keadaan darurat yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Paru RSP. Dr. M. Goenawan
Partowidigdo, antara lain: Kebakaran, Ledakan, Gempa bumi, Ancaman bom, Banjir, Huru
hara, Kebocoran radiasi, dan lain-lain.
Beberapa lokasi/satuan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya/bencana, adalah: Ruang
boiler, Ruang genset, trafo, AHU, Incinerator, Gudang penyimpanan tabung gas, Dapur,
Gudang penyimpanan reagent (laboratorium dan farmasi), Gudang penyimpanan ATK & alat
kebersihan, Gudang penyimpanan alat-alat linen, Radiodiagnostik dan radioterapi, Bengkel,
Ruang komputer, dan Ruang data medik dan arsip.

PROSEDUR-PROSEDUR PENANGGULANGAN BENCANA


1. Prosedur saat terjadi gempa bumi
Jika berada dalam gedung
Lindungi kepala dan badan anda dari reruntuhan bangunan (dengan bersembunyi di bawah
meja, dll)
Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan goncangan
Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan

100
Jika berada di luar gedung
Hindari bangunan yang ada di sekitar anda
Perhatikan tempat anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah
2. Prosedur sesudah terjadi gempa bumi
Keluar dari gedung dengan tertib
Jangan menggunakan lift, gunakan tangga biasa
Periksa apakah ada yang terluka, lakukan P3K
Berteriak minta tolong apabila terjadi luka parah pada anda atau orang lain disekitar anda
Periksa apakah terjadi kebakaran, kebocoran gas, kebocoran pipa air
Matikan aliran listrik, jangan menyalakan api dahulu
Jangan masuk ke bangunan yang sudah terjadi gempa, karena kemungkinan masih terdapat
reruntuhan
3. Prosedur apabila terjadi kebakaran
Bila mendengar alarm kebakaran yang pertama atau ada pengumuman, tetap tenang untuk
bersiap-siap evakuasi.
Berhenti melakukan semua kegiatan
Simpan dokumen-dokumen barharga, uang tunai, barang-barang berharga dalam brankas
Matikan dan cabut semua peralatan elektronik dari sumber listrik
Matikan puntung rokok yang membara
Tutup dan kunci semua jendela
Tutup semua pintu tetapi jangan di kunci

Bila mendengar alarm kebakaran terus menerus atau ada pengumuman


Setiap orang berkumpul di titik berkumpul lantai dan tunggu instruksi komandan lantai
Petugas evakuasi harus memeriksa:
Tidak seorang pun memakai sepatu hak tinggi
Tidak seorang pun membawa tas yang besar
Wanita, orang tua, dan anak-anak berada dalam satu kelompok
Bila komandan lantai telah memerintahkan evakuasi, petugas evakuasi memimpin evakuasi
bagi semua orang yang berada di lantainya
4. Prosedur saat evakuasi
Tetap tenang dan jangan panik
Jangan sekalipun menggunakan lift
Berjalan cepat tetapi jangan lari
Keluarlah segera melalui tangga yang terdekat.

101
Jangan membawa barang yang lebih besar dari tas kantor atau tas tangan
Turuti instruksi petugas
Jangan memakai sepatu hak tinggi
Prioritaskan pasien, orang cacat, wanita hamil, anak-anak dan orang tua
Keluarlah menuju assembly point di pelataran parkir
Jangan berhenti di tangga atau kembali ke ruangan anda untuk mengambil barang yang
tertinggal
Berjalan dan berkumpul di assembly point (tempat berkumpul) dan tunggu instruksi
selanjutnya dari petugas
Jangan kembali masuk gedung sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari Koordinator
Keadaan Darurat
Prinsip-prinsip evakuasi:
Pertama : evakuasikan orang yang berada di lantai yang terbakar, satu lantai di atas dan satu
lantai di bawah
Kedua : evakuasikan orang yang berada di lantai atas lainnya
Ketiga : evakuasikan orang yang berada di lantai bawah lainnya

5. Prosedur keadaan darurat ancaman bom


Penerima ancaman bom melalui telephone
Tetap tenang dan jangan panik
Ambil formulir bomb threat checklist isi sebisa mungkin.
Catat waktu dan tanggal yang tepat pada saat ancaman telephone tersebut di terima
Usahakan pemberi ancaman berbicara selama mungkin melalui tele-phone. Isi formulir
checklist tersebut dan gunakan formulir tersebut untuk mendapatkan informasi sebanyak
mungkin dan pemberi ancaman, seperti:
Kapan bom tersebut akan meledak?
Dimana bom tersebut diletakkan?
Bagaimana bentuk bom tersebut?
Bom jenis apa yang diletakkan?
Kenapa bom tersebut diletakkan di dalam gedung ini, dsb.
Menarik perhatian dan rekan/atasan terdekat untuk memonitor pang-gilan tersebut dan
memberikan inisiatif untuk berusaha merekam pembicaraan telephone tersebut melalui mesin
perekam pembicaraan yang ada.
Ambil catatan sebanyak mungkin untuk mengingat pesan, kata demi kata, dan minta
penelephone mengulang pesan tersebut apabila dianggap perlu

102
Dengar secara seksama suara latar belakang (background noise), gaya pengucapan, aksen,
dsb yang mungkin dapat memberikan petunjuk terhadap umur, jenis kelamin, dan lokasi
penelphone
Usahakan menyita waktu penelphone sebanyak mungkin. Yakinkan dia bahwa banyak orang
di dalam rumah sakit dan memerlukan waktu cukup lama untuk mengevakuasi semuanya.
Beritahukan kepada penelphone bahwa bantuannya sangat diperlukan untuk menghindari
jatuhnya korban jiwa.
Setelah pembicaraan selesai, tinggalkan telepon anda dalam keadaan off hook (gagang
telepon terletak di meja) dan isi formulir ceklist selengkap mungkin.
Jangan memberitahukan rekan-rekan kerja lainnya untuk menghindari kebingungan dan
kepanikan.
Segera informasikan ancaman tersebut kepada atasan langsung/ koordinator keadaan darurat/
tim emergency/ satuan pengamanan
Tetap berada di posisi untuk menunggu kedatangan koordinator keadaan darurat/ tim
emergency
Koordinator keadaan darurat:
Segera menuju lokasi penerima ancaman tersebut dan dapatkan informasi seperti yang
tercantum dalam formulir Bomb Threat Checklist
Klarifikasikan dengan penerima ancaman mengenai informasi yang tertulis di dalam formulir
tersebut dan dapatkan informasi lainnya yang mungkin belum dicantumkan ke dalam
formulir oleh si penerima ancaman
Informasikan kepada tim pencari apabila ada area/tempat yang disebutkan oleh pengancam
Penemuan obyek yang dicurigai:
Jangan mengabaikan obyek tersebut atau berpura-pura obyek itu tidak berada di sana
Jangan menyentuh, menggoyangkan, memiringkan atau melakukan tindakan apapun pada
obyek tersebut
Informasikan penemuan tersebut kepada atasan langsung/ koordinator keadaan darurat/ tim
emergency/ satuan pengamanan
Sedapat mungkin arahkan orang-orang yang berada di dekat area tersebut untuk menghindar.

6. Prosedur menghadapi insiden


Insiden adalah kejadian tidak terduga yang mengakibatkan kecelakaan kerja atau nyaris
celaka. Prosedur umum apabila terjadi insiden:
Segera berikan pertolongan pertama
Lakukan sesuai dengan prosedur
Bawa ke poliklinik untuk perawatan selanjutnya.

103
7. Prosedur pada keracunan pestisida
a. Tanggalkan pakaian yang terkena pestisida ini dan cucilah kulit yang terkena dengan air
dan sabun.
b. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata yang terkena dengan air bersih yang
mengalir selama 15 menit.
c. Apabila pestisida tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan pemuntahan dengan
memberikan minum segelas air hangat yang diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara
meggelitik tenggorokan dengan jari tangan yang bersih. Usahakan terus pemuntahan sampai
cairan muntah menjadi jernih*. Jangan diberi sesuatu melalui apabila mulut pada penderita
yang tidak sadar.
d. Apabila pestisida terhisap bawalah penderita ke ruangan yang berudara segar dan bila perlu
berikan pernafasan bantuan melalui mulut atau dengan pemberian oksigen.
* catatan: untuk pestisida golongan basa kuat, jangan dirangsang untuk muntah.

8. Prosedur pertolongan pertama pada kecelakaan kerja


Luka sayat; hentikan pendarahan dengan tekanan langsung pada luka dan bila pendarahan
bila pendarahan berlanjut bawa keklinik.
Luka bakar ringan; rendam bagian yang terluka dalam air dingin dan bersih sampai rasa nyeri
berkurang kemudian tutup dengan balut kering dan steril selanjutnya bawa keklinik. Selain
itu beri banyak minum dan jaga jangan sampai kedinginan.
Luka bakar karena asam kuat; buang sebanyak mungkin zat yang masih melekat, taburkan
bubuk Na-bikarbonat ke atas luka bakar
Mata terpercik asam kuat; cuci mata segera dengan air menggunakan alat semprot, lalu
kompres dengan Na-bikarbonat 5%
Luka bakar karena basa kuat; buang sebanyak mungkin zat yang masih melekat, taburkan
asam borat
Mata terpercik basa kuat; cuci mata dengan asam asetat 1%
Tertelan asam kuat; minum susu
Tertelan basa kuat; minum asam asetat encer, jangan dirangsang untuk muntah

9. Prosedur penanggulangan kecelakaan kerja radiasi


Dekontaminasi permukaan kulit
Laporkan segera pada petugas proteksi radiasi
Tanggalkan semua perlengkapan kerja yang terkena kontaminasi
Cek dengan menggunakan hand and foot monitor untuk mengetahui bagian tubuh yang
terkontaminasi

104
Bawa secepatnya personil yang terkontaminasi ke ruang dekontaminasi personil dengan hati-
hati agar tidak terjadi kontaminasi pada jalan yang dilaluinya
Lakukan pengukuran ulang untuk mengetahui tingkat kontaminasinya dan catat hasil
pengukuran.
Siapkan air bersih suam-suam kuku, deterjen/ sabun lunak atau radiawash dan kertas tissue
Siram dengan hati-hati permukaan kulit yang terkena kontaminasi dengan air bersih,
usahakan jangan sampai terjadi cipratan air
Cuci dengan sabun lunak, teepol atau radiawash selama 2-3 menit
Bilas dengan air bersih
Keringkan dengan kertas tissue
Lakukan pengukuran ulang, bila hasilnya dibawah batas kontaminasi rendah, maka
permukaan kulit tersebut sudah aman
Bila hasil pengukuran lebih besar dari batas kontaminasi yang diijinkan, lakukan kembali
tindakan dekontaminasi seperti di atas sampai tercapai kondisi aman
b. Dekontaminasi celah-celah jari dan kuku
Laporkan segera pada petugas proteksi radiasi
Tanggalkan semua perlengkapan kerja yang terkena kontaminasi
Cek dengan menggunakan hand and foot monitor untuk mengetahui bagian tubuh yang
terkontaminasi
Bawa secepatnya personil yang terkontaminasi ke ruang dekontaminasi personil dengan hati-
hati agar tidak terjadi kontaminasi pada jalan yang dilaluinya
Lakukan pengukuran ulang untuk mengetahui tingkat kontaminasinya dan catat hasil
pengukuran.
Siapkan air bersih suam-suam kuku, deterjen/ sabun lunak atau radiawash, kertas tissue, pisau
silet/ gunting kuku, serta sikat plastik yang lembut
Bila kuku personil panjang, potong dulu agar mudah dalam pencucian
Siram dengan hati-hati celah-celah jari dan kuku dengan air bersih, usahakan jangan sampai
terjadi cipratan air
Cuci dengan sabun lunak, teepol atau radiawash selama 2-3 menit
Untuk membersihkan celah-celah kuku gunakan sikat plastik yang lembut
Bilas dengan air bersih
Keringkan dengan kertas tissue dan di bawah lampu pengering
Lakukan pengukuran ulang, bila hasilnya dibawah batas kontaminasi rendah, maka
permukaan kulit tersebut sudah aman
Bila hasil pengukuran lebih besar dari batas kontaminasi yang diijinkan, lakukan kembali
tindakan dekontaminasi seperti di atas sampai tercapai kondisi aman.

105
10. Prosedur tindak lanjut insiden
a. Setelah terjadi kecelakaan atau kejadian nyaris celaka, saksi membuat laporan insiden
dengan mengisi form laporan insiden
Formulir yang telah diisi dikirimkan ke PMFK-RS
PMFK-RS melakukan investigasi dan analisa terhadap kasus yang terjadi
Hasil analisa dirumuskan dalam bentuk tindakan perbaikan dan pencegahan
Kirimkan ke unit kerja terkait untuk dilaksanakan
PMFK-RS melakukan monitoring dan verifikasi untuk memastikan tindakan perbaikan dan
pencegahan telah selesai dilakukan

KOMPETENSI TIM PENANGGULANGAN BENCANA


Memahami tata letak ruang bangunan secara keseluruhan terutama mengenai jalan-jalan
keluar, sarana evakuasi, dsb.
Memahami tentang alat-alat proteksi kebakaran yang terdapat dalam bangunan, sistem
pemadam dan pendeteksian kebakaran, cara kerja dan cara menggunakan.
Memahami cara pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan menjaga keamanan secara
baik di daerah yang menjadi tanggung jawabnya.
Memahami prosedur yang harus diikuti pada waktu terjadi keadaan darurat dan bila terjadi
haruslah diperoleh kepastian bahwa prosedur tersebut akan dilaksanakan sebagaimana
mestinya.

URAIAN TUGAS PELAKSANA PENANGGULANGAN BENCANA


1. Dalam Kondisi Keadaan Darurat
a. Penanggung jawab/Deputy chief warden, berfungsi selaku emergency director
Memantau atau mengawasi pelaksanaan pengendalian keadaan darurat (emergency)
Mengambil alih tugas koordinator keadaan darurat/ chief warden bila tidak dapat melakukan
tugasnya
Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan kendali keadaan darurat
b. Koordinator keadaan darurat/ chief warden
Memimpin operasi pemadaman tingkat awal dan penyelamatan jiwa
Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap
personil termasuk penghuni gedung
Memberikan instruksi dalam setiap tindakan emergency
Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait (Dinas kebakaran, polisi, PLN, Tim
SAR, PMI, PDAM, PNGAS, Bakorlak)
Melaporkan status keadaan darurat kepada unsur pimpinan
Mengumumkan dan membunyikan alarm gedung bila keadaan sudah sangat darurat

106
c. Komandan Lantai
Memelihara daftar yang terakhir tentang personil di bawah tanggung jawabnya dan berusaha
mendidik mereka mengenai peralatan yang ada, melakukan upaya pencegahan kebakaran dan
menerapkan prosedur evakuasi
Bersama chief warden menentukan daerah berkumpul di tempat parkir bagi penghuni lantai
apabila terjadi keadaan darurat dan meneliti anggotanya sebelum mereka kembali bertugas
Menyediakan kotak P3K dan mampu memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Melaporkan terjadinya keadaan darurat di wilayah tanggung jawabnya kepada Chief warden
Menerima perintah dan melaporkan jalannya kegiatan pengendalian kepada chief warden
Memimpin dan mengkoordinir dan memastikan kegiatan evakuasi berjalan dengan baik dan
lancar
Memimpin dan mengkoordinir operasi pemadaman tingkat awal apabila kebakaran terjadi di
wilayah tanggung jawabnya.

d. Petugas evakuasi
Melakukan kegiatan evakuasi di lantai yang menjadi tanggung jawabnya
Memastikan agar evakuasi dapat berlangsung dengan tenang dan tertib
Memimpin serta mengarahkan orang-orang menuju assembly area (daerah berkumpul)
melalui pintu dan tangga darurat dengan tenang dan tertib
Memberi peringatan-peringatan terhadap orang yang membawa barang berat/ besar, orang
yang akan menggunakan lift, orang yang memakai sepatu berhak, agar tidak menimbulkan
bencana lebih buruk.
Memberikan laporan kepada komandan lantai.
Dalam kondisi biasa (normal): memastikan bahwa pintu keluar tetap tetap tertutup dan tidak
terkunci selama jam kerja dan memastikan koridor, lobby dan tangga bebas dari barang-
barang yang menghalangi sirkulasi.

e. Petugas pemadam
Memadamkan kebakaran tingkat awal dengan menggunakan APAR atau hidrant
Melokalisasi area yang terbakar dengan menyemprotkan hidran pada barang yang mudah
terbakar sampai Dinas Kebakaran datang
Membantu di lantai lain yang terbakar bila memerlukan tenaga dan bekerja sama dengan
kelompok lain yang memerlukan bantuan
Memastikan APAR dan selang kebakaran, serta sarana proteksi kebakaran lainnya ada dalam
kondisi baik dan siaga
f. Petugas pencari dan penyelamat

107
Memeriksa secara cermat di semua ruangan untuk memastikan apakah penghuni sudah
dievakuasi semua dan tidak ada yang tertinggal
Menghimpun dan menyelamatkan benda-benda atau dokumen atau berkas berharga lainnya
Membantu dan menyelamatkan orang-orang yang tidak dapat berjalan sendiri.
Menyelamatkan orang-orang yang terjebak dalam daerah berbahaya dan tidak dapat mencari
jalan keluar
Menghitung jumlah orang yang berevakuasi dari lantai yang menjadi tanggung jawabnya
Mengadakan apel checking jumlah penghuni guna menyakinkan bahwa tidak ada yang
tertinggal di gedung/ lantai
Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakit/ luka, pingsan, meninggal)
g. Regu pemadam inti (fire fighter)
Membantu petugas pemadam lantai untuk memadamkan api
Mencegah api agar tidak menyebar
Membantu kelompok lain yang memerlukan bantuan
h. Regu bantuan
Kelompok teknisi
Operator lift memastikan semua lift tidak beroperasi dan lift berada di lantai 1
Bila memungkinkan fire lift dioperasikan untukkeperluan petugas keamanan dan petugas
Dinas Kebakaran untuk pemadaman kebakaran dan menolong orang
Operator AC memastikan sistem AC tidak beroperasi atau pada posisi off
Operator listrik siaga menghidupkan atau mematikan listrik pada lantai tertentu atau seluruh
gedung sesuai instruksi chief warden dan siaga mengoperasikan genset secara manual bila
sistem otomatis tidak bekerja pada saat pasokan listrik PLN terputus
Operator kontrol panel memonitor terus menerus kontrol panel untuk mengetahui terjadinya
kebakaran secara dini
Melakukan pengecekan situasi apabila monitor menyala dan alarm berbunyi dengan
menghubungi komandan lantai
Melaporkan ke chief warden apabila tidak memperoleh informasi dari komandan lantai
Memberitahukan komandan lantai apabila terjadi alarm palsu
Membunyikan general alarm atau alarm per-lantai atas perintah koordinator keadaan darurat
atau penanggung jawab keadaan darurat.
Operator pompa siaga mengoperasikan pompa air secara manual apabila sistem otomatis
tidak bekerja sehingga dapat menyediakan air untuk kebutuhan pemadaman kebakaran
Operator pengendalian asap siaga mengoperasikan kipas udara tekanan positif secara manual
pada ruang tangga darurat bila sistem otomatis tidak bekerja pada saat general alarm
berbunyi.

108
Kelompok humas dan komunikasi
Menyampaikan berita dari koordinator keadaan darurat kepada komandan lantai pada saat
ada gangguan pada sarana komunikasi selama operasi penanggulangan tingkat awal
Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat
Melaksanakan hubungan komunikasi lewat handy talky dari dan ke chief warden
Menyampaikan pengumuman atau perintah chief warden ke setiap lantai atau seluruh gedung
melalui sistem paging
Memberikan informasi yang diperlukan kepada keluarga atau media massa
Kelompok medis dan P3K
Memberikan pertolongan kepada korban (sakit, cedera, meninggal) setelah dievakuasikan
oleh petugas evakuasi
Memanggil ambulans dan mengatur penggunaannya
Mengatur pengiriman orang sakit atau cedera ke rumah sakit terdekat dengan menggunakan
ambulans
Kelompok Pengamanan
Menangani urusan keamanan dalam bangunan maupun lingkungannya saat penanggulangan
keadaan darurat berlangsung
Mengamankan daerah bencana dari kemungkinan tindakan seseorang yang tidak terpuji/
kejahatan
Menangkap orang yang jelas-jelas melakukan tindakan kejahatan dan membawanya ke pos
komando
Membantu tim pencari dan penyelamat
Mengatur perparkiran saat penanggulangan keadaan darurat termasuk pengaturan jalur dan
rambu-rambu
Mengatur arus mobil masuk dan keluar
Kelompok pembersih
Membersihkan area dari genangan air akibat pecahnya kepala sprinkler, tumpahan cairan,
bekas-bekas pemadaman, dll
Membantu dalam upaya pencarian lokasi bom, dalam hal adanya ancaman bom
Memastikan tidak ada barang-barang yang menghalangi kegiatan penanggulangan
2. Dalam Kondisi Keadaan Normal
Dikoordinasikan oleh chief warden (koordinator keadaan darurat):
Membuat program dan jadwal pemeriksaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
penanggulangan bencana/ keadaan darurat
Melakukan kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana
penanggulangan bencana/ keadaan darurat
Ikut serta memantau pelaksanaan sistem kerja atau prosedur kerja yang aman

109
Berperan aktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman
Secara rutin melakukan sosialisasi mengenai prosedur penanggulangan keadaan darurat
Mengupdate dan merevisi manual penanggulangan keadaan darurat sedikitnya 5 tahun sekali
Menyusun buku saku/petunjuk praktis mengenai penanggulangan keadaan darurat

8. FASILITAS DAN PERALATAN


1. Komunikasi
Komunikasi sangat diperlukan untuk sosialisasi dan penerapan prinsip MFK dan kesehatan
lingkungan. Komunikasi juga berguna untuk menjaga hubungan baik dengan instansi di luar
rumah sakit, agar apabila terjadi keadaan darurat/ bencana kita mendapatkan bantuan dengan
cepat. Ada 2 jenis komunikasi yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal.

a. Komunikasi internal
Ditujukan untuk menyampaikan informasi MFK dan Kesehatan Lingkungan kepada seluruh
karyawan RS. Paru Dr. M. Goeanwan Partowidigdo. Komunikasi juga sangat dibutuhkan
dalam penanggulangan keadaan darurat dan bencana.
Media komunikasi internal antara lain:
Briefing mingguan di tiap-tiap unit kerja
Rapat koordinasi
Sarasehan
Buletin, papan pengumuman

b. Komunikasi eksternal
Pada komunikasi eksternal, ada 2 jenis informasi, yaitu: informasi keluar rumah sakit, dan
informasi dari luar yang masuk ke rumah sakit.
Informasi keluar dapat berupa pelaporan kepada lembaga pemerintah, mau-pun komunikasi
yang dilakukan saat terjadi keadaan darurat.
Informasi dari luar yang masuk ke rumah sakit dapat berupa komplain dari masyarakat,
pemeriksaan dari dinas terkait, dll. Untuk menunjang komunikasi berjalan dengan baik
diperlukan sistem komunikasi yang menjamin hubungan antara unit kerja baik internal
maupun eksternal meliputi sarana komunikasi seperti telephone dan paging, prosedur
penggunaan alat komunikasi, dan ada jadwal pengujian secara berkala dilengkapi dengan
catatan hasil pengujian.

110
SISTEM KOMUNIKASI SAAT KEADAAN BENCANA/DARURAT
DI RUMAH SAKIT UUM DAERAH PASAR REBO

TIM EMERGENCY
TELP. 1200 PETUGAS
PELAPOR TERIMA, CATAT KOORDINATOR
SEBUTKAN : TANGGAL, JAM,
NAMA PENELPON KEADAAN
NAMA & NOMOR DARURAT
NOMOR TELEPON TELP. PELAPOR,
LOKASI KEJADIAN TELP. 11
CEK MONITOR
JIKA MUNGKIN BAS
SUMBER PENYEBAB
KEJADIAN

MONITORING &
BERKOORDINASI

REGU PEMADAM REGU BANTUAN REGU BANTUAN


KOMANDAN LANTAI INTI INTERN EKSTERN
TELP .11, 43, 14 TELP. 44, 29 Dinas Damkar
Bogor 322100
PLN
254968
SAR
021-5502111,
5501111
Polsek Cisarua
254540

111
2. Rambu-rambu
Rambu-rambu/tanda-tanda berguna untuk menunjukkan daerah berbahaya dan daerah
terlarang untuk dimasuki umum, adanya APAR, jalan keluar apabila terjadi bencana, dan
tanda-tanda larangan. Rambu/tanda yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
antara lain : Sesuai dengan Denah Lokasi Tangga Darurat, Hidran dan Apar (terlampir).

F. PEDOMAN PEMELIHARAAN SISTEM UTILITY


Pengertian
Sistem Utility merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap dan laik
pakai serta dapat difungsikan dengan baik.

Pengoperasian Sistem Utility


Beberapa tahapan kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam operasionalisasi
Sistem Utility yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan pengoperasian dalam pelayanan dan
penyimpanan peralatan apabila telah selesai digunakan.
Persiapan pengoperasian
Berbagi aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar peralatan siap dioperasikan
adalah: peralatan harus dikondisikan dalam keadaan laik pakai lengkap dengan aksesori yang
diperlukan, terpelihara dengan baik, sertifikat kalibrasi yang masih berlaku, ijin operasional
yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan ijin. Prasarana yang diperlukan oleh
masing-masing alat (misal listrik,air,gas,uap) tersedia dengan kapasitas dan kualitas yang
memenuhi kebutuhan. Bahan operasional tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan
pelayanan. Kemudian SDM siap, baik dokter, operator maupun paramedik, dll, sesuai dengan
tindakan pelayanan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan Pengoperasian dalam Pelayanan
Pelaksanaan pengoperasian peralatan dalam pelayanan medik kepada pasien, secara teknis
agar mengikuti urutan yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat
dimatikan setelah selesai melakukan suatu kegiatan pelayanan medic. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa tombol atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan
tombol/saklar mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian alat
sesuai pelayanan medik selesai. Demikian halnya pada waktu mematikan alat, maka
tombol/saklar yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan
seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan adalah merupakan
yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan alat.
112
Penyimpanan Peralatan
Setelah peralatan selesai dipergunakan untuk pelayanan medik kepada pasien, maka
peralatan agar disimpan dalam kondisi yang baik. Selesai dioperasikan setiap aksesori alat
harus dilepaskan, kemudian alat dari aksesorinya dibersihkan sebagai kegiatan perawatan
yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan.
Pada waktu disimpan (dalam keadaan tidak operasional), setiap alat agar ditutup dengan
penutup debu, agar terhindar dari debu sehingga peralatan terlihat selalu dalam keadaan
bersih. Peralatan yang mobile sebaiknya diletakkan di bagian ruangan tertentu yang terhindar
dari jalan keluar masuk personil. Sedangkan peralatan yang bersifat portable beserta
aksesorinya sebaiknya diletakkan dalam lemari atau rak.
Pemantauan Operasional Peralatan
Pemantauan operasional peralatan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi alat
untuk menlaksanakan pelayanan dan seberapa jauh beban kerja setiap alat yang operasional.
Dalam pemantauan didatakan kondisi alat dan beban kerjanya selama satu bulan atau periode
tertentu. Pemantauan dilakukan oleh teknisi secara periodik pada selang waktu pemeliharaan
preventif untuk setiap alat. Operator atau pengguna alat mendatakan/mencatat beban kerja
setiap alat yang operasional. Apabila kondisi alat tidak memungkinkan untuk difungsikan,
segera lakukan tindakan perawatan/pemeliharaa

Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan SISTEM UTILITY adalah suatu upaya yang dilakukan agar SISTEM
UTILITY selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia
pakai lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan terdapat berbagai kriteria dan
aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan.

Kriteria Pemeliharaan

BAGAN KRITERIA PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN

113
PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN
TERENCANA TIDAK TERENCANA

PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN


PREVENTIF KOREKTIF DARURAT

Pemeliharaan Pemeliharaan Perbaikan Overhaul Perbaikan terhadap


Waktu Operasional Waktu Tidak terhadap kerusakan alat yang
(Running Maintenance) Operasional kerusakan alat mendadak / tidak
(Shut Down yang terencana terduga
Maintenance) (Bersifat Korektif)

Inspection :
Lihat,rasakan,
Dengarkan, tanpa/
dengan alat ukur

Pelumasan, Pembersihan,
Penyetelan Pelumasan,
Penyetelan,
Penggantian,
Bahan pemeliharaan

Dalam pelaksanaan pemeliharaan SISTEM UTILITY terdapat dua kriteria pemeliharaan,


yaitu :
Pemeliharaan Terencana

114
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan terhadap alat sesuai
dengan jadual yang telah disusun. Jadual pemeliharaan disusun dengan memperhatikan jenis
peralatan, jumlah, kualifikasi petugas sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang
tersedia. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan preventif/pencegahan dan
pemliharaan korektif (perbaikan).
Pemeliharaan Preventif
Pemliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa perawatan
dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari oelh operator dan kegiatan
penyetelan, peluasan serta penggantian bahan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi
secara berkala. Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil kemungkinan terjadinya
kerusakan. Untuk jenis alat tertentu pemeliharaan preventif dapat dilakukan pada saat alat
sedang jalan/operasional/running maintenance, melalui peemriksaan dengan melihat,
merasakan, mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa maupun dengan menggunakan alat
ukut. Pada waktu running maintenance dilakukan juga pelumasan dan penyetelan bagian-
bagian alat tertentu yang memerlukan.
Pemeliharaan preventif dengan running maintenance biasanya tidak dilakukan untuk
SISTEM UTILITY. Pemeliharaan preventif untuk SISTEM UTILITYpada umumnya
dilakukan pada waktu alat tidak operasional/shut down maintenance, yaitu alat dalam
keadaan dimatikan lalu dipelihara. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dapat berupa
pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen, penyetelan, penggantian bahan
pemeliharaan, pengukuran keluaran dan keselamatan.
Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku cadang.
Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke
kondisi siap operasional dan laik pakai dapat difungsikan dengan baik.
Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi teknis yaitu pengukuran kuantitatif
keluaran dan pengukuran aspek keselamatan. Sedangkan kalibrasi yang bersifat teknid dan
legalitas penggunaan alat harus dilakukan oleh Institusi Penguji yang berwenang. Perbaikan
korektif dilakukan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan dilakukan secara
terencana.
Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu kegiatan perbaikan terhadap
peralatan dengan mengganti bagian-bagian utama alat, bertujuan untuk mengembalikan
fungsi dan kemampuan alat yang sudah menurun karena usia dan penggunaan.

Pemeliharaan Tidak Terencana

115
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat berupa
perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga dan harus segera
dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk dapat melaksanakan
pemeliharaan tidak terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (stand by) dan fasilitas
pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin
dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan terencana.

Aspek Pemeliharaan
Agar pemeliharaan SISTEM UTILITY dapat dilaksanakan dengan sebaik-sebaiknya, maka
unti kerja pemeliharaan peralatan Rumah Sakit, perlu dilengkapi dengan aspek-aspek
pemeliharaan yang berkaitan dan memadai meliputi, sumber daya manusia yaitu teknis,
fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan.
Aspek-aspek pemeliharaan ini pada umumnya memerlukan pembiayaan.
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (teknisi) merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan SISTEM UTILITY. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan jenis dan teknologi
SISTEM UTILITY yang ditangani ,sedangkan jumlahnya berdasarkan kepada jumlah setiap
jenis alat. Semuanya ini merupakan beban kerja yang harus ditangani oleh teknisi.
Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya pemeliharaan SISTEM
UTILITYmeliputi :
Ruangan tempat bekerja, terdiri dari workshop/bengkel, gudang dan ruang adminstrasi.
Peralatan kerja terdiri dari toolset elektrik, toolset elektronik, toolset mekanik, toolset gas dan
berbagai macam alat ukur.
Dokumen Pemeliharaan
Dokumen pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan
pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil
pemeliharaan.
Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu
pengadaannya, pada umumnya meliputi: brosure, installation manual, installation report,
operating manual, service manual yang mencakup schematic diagram, part list, recommended
parts. Prosedur Tetap Pengoperasian, Prosedur Tetap Pemeliharaan dan Sertifikat Kalibrasi
juga merupakan dokumen teknis. Guna memudahkan penanganan pemeliharaannya, maka
setiap alat agar dilengkapi dengan dokumen teknis yang bersangkutan.
Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan peralatan; apda umumnya merupakan kumpulan atau kronologis hasil
pemeliharaan setiap alat, meliputi :

116
Inventerasi Peralatan
Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap type/model
alat untuk nama dan merk alat yang sama, mencakup nama alat, merk, model/type, nama
perusahaan yang mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual;
kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat
dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama.
Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi bebna kerja
pemeliharaan. Dari data ini kaan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemliharaan secara
keseluruhan, sehingga pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Inventarisasi peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh pengelola
pemeliharaan dan ditinjau secara periodic, paling tidak setahun sekali dan setiap ada
perubahan atau penambahan peralatan baru.
Kartu Pemeliharaan Alat.
Kartu pemeliharaan adalah kartu yang dipasang/digantungkan pada setiap alat, dengan maksu
agar memudahkan kepada setiap petugas terkait untuk mengetahui data mengenai suatu alat
dan penanganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini berlaku untuk
setiap alat memuat data masing-masing alat yang berkaitan erat dengan aspek pemeliharaan,
yaitu :
Data statis, meliputi :
Nama Rumah Sakit
Nama Instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
Nama alat sesuai fungsinya
Merk alat, Type/Model
Nomor seri
Tahun pengadaan
Nilai pengadaan
Nomor inventaris
Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai dimasukkan pada daftar inventarisasi di
rumah sakit.
Data dinamis, meliputi :
Tanggal kegiatan pemeliharaan dilakukan.
Uraian kegiatan, hasil dan nama teknisi pelaksana.
Keterangan lainnya yang dianggap perlu.
Data ini dituliskan pada karut pemeliharaan oleh teknisi, yang menjelaskna secara garis besar
uraian kegiatan setiap melakukan pemeliharaan alat yang bersangkutan.
Catatan Pemeliharaan Alat

117
Catatan pemeliharaan alat berupa lembaran kartu yang disimpan pada urusan administrasi
teknis peralatan di unit kerja pemeliharaan/IPSRS, dengan maksud agar memudahkan
petugas administrasi teknis dan teknisi untuk mengetahui data alat dan penanganan apa saja
yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini memuat data masing-masing alat yang
berkaitan erat dengan kegiatan pemeliharaan dan labih luas dari kartu pemeliharaan alat,
yaitu :
Data statis, meliputi :
Nama Rumah Sakit
Nama Instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
Nomor inventaris
Nama alat sesuai fungsinya
Merk alat, Type/Model
Nomor seri
Sumber pengadaan
Tahun pengadaan/pemasangan
Supplier/Agen
Periode pemeliharaan
Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai diinventarisasikan di rumah sakit.
Data dinamis, meliputi :
Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum dilakukan pemeliharaan.
Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada alat
yang bersangkutan.
Pelaksana, nama teknisi dan nama perusahaan pihak ke III yang melakukan pemeliharaan.
Tanggal dimulai dan tanggal selesainya pemeliharaan.
Biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan.
Keterangan penjelasan yang mendukung kegiatan pemeliharaan.
Data dinamis ini diisi/ditulis oleh petugas adminstrasi teknis berdasarkan laporan dari teknsii
yang melaksanakan pemeliharaan.
Daftar Keagenan Peralatan
Keberadaan perusahaan yang mengageni suatu alat sangat diperlukan dalam rangka
pemeliharaan SISTEM UTILITY. Agen peralatan bertanggung jawab terhadap penyediaan
suku cadang peralatan yang diageninya, sebagai realisasi dari jaminan purna jual terhadap
peralatan yang dijualnya.
Untuk peralatan tertentu yang tidak mampu dilaksanakan oleh teknisi RS, secara teknis dan
ekonomis pemeliharaannya lebih baik dilaksanakn langsung oleh perusahaan yang
mengageninya, sejauh dapat diproses sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

118
Daftar keagenan peralatan dapat memudahkan untuk megetahui nama perusahaan dan
alamatnya yang mengageni peralatan tertentu, sehingga apabila alat mengalami suatu
masalah, agen yang bersangkutan dapat dengan mudah dimintakan bantuannya.
Pelaporan dan Evaluasi
Setiap kegiatan pemeliharaan SISTEM UTILITY dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan
hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian dilaporkan oleh dan kepada pejabat pemberi
tugas sesuai dengan penugasannya. Kemudian secara berkala, laporan kegiatan dievaluasi
sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemeliharaan periode selanjutnya.
Contoh formulir yang berkaitan dengan kegiatan dan pelaporan meliputi :
Surat Penugasan Pemeliharaan Peralatan
Bon Peminjaman Peralatan Kerja
Bon Permintaan Barang
Laporan Kerja Pemeliharaan Peralatan (Preventif)
Laporan Kerja Pemeliharaan Peralatan ( Korektif)
Laporan Hasil Pemantauan Operasional Peralatan

Pelaksanaan Pemeliharaan
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan teknisi, tingkat
teknologi peralata, fasilitas kerja dan prosedur pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan
SISTEM UTILITY di rumah sakit dapat dilakukan oleh teknisi rumah sakit setempat dengan
rujukan atau oleh Pihak III.

Dilaksanakan oleh Teknisi Rumah Sakit


Pada dasarnya pemeliharaan SISTEM UTILITYdi rumah sakit harus dapat dilaksanakan oleh
teknisi setempat sejauh memungkinkan ditinjau dari segala aspek, khususnya aspek
pemeliharaan.
Dilaksanakan oleh Teknisi Rujukan.
Apabila teknisi RS tidak mampu melaksanakan pemeliharaan suatu alat disebabkan oleh
beberapa hal, missal kemampuan teknisi kurang atau peralatan kerja tidak lengkap, maka
pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari rumah sakit yang lebih mampu.

Bahan Pemeliharaan dan Suku Cadang


Pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan apabila aspek pemeliharaan yang
mendukung tersedia. Bahan pemeliharaan setiap jenis alat sangat diperlukan untuk
terselenggaranya pemeliharaan preventif peralatan. Demikian juga suku cadang diperlukan
apabila melakukan pemeliharaan korektif.

119
Agar pemeliharaan peralatan dapat terlaksana dengan baik sesuai jadual, maka penyediaan
kebutuhan bahan pemeliharaan dan suku cadang perlu mendapat perhatian yang seksama,
melalui suatu perencanaan yang matang, baik aspek teknis maupun pembiayaannya.

G. PEDOMAN PEMELIHARAAN PERALATAN MEDIS

Pengoperasian Peralatan Kesehatan


Beberapa tahapan kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam operasionalisasi
peralatan kesehatan yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan pengoperasian dalam pelayanan
dan penyimpanan peralatan apabila telah selesai digunakan.
Persiapan pengoperasian
Berbagi aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar peralatan siap dioperasikan
adalah: peralatan harus dikondisikan dalam keadaan laik pakai lengkap dengan aksesori yang
diperlukan, terpelihara dengan baik, sertifikat kalibrasi yang masih berlaku, ijin operasional
yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan ijin. Prasarana yang diperlukan oleh
masing-masing alat (misal listrik,air,gas,uap) tersedia dengan kapasitas dan kualitas yang
memenuhi kebutuhan. Bahan operasional tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan
pelayanan. Kemudian SDM siap, baik dokter, operator maupun paramedik, dll, sesuai dengan
tindakan pelayanan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan Pengoperasian dalam Pelayanan
Pelaksanaan pengoperasian peralatan dalam pelayanan medik kepada pasien, secara
teknis agar mengikuti urutan yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat
dimatikan setelah selesai melakukan suatu kegiatan pelayanan medic. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa tombol atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan

120
tombol/saklar mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian alat
sesuai pelayanan medik selesai. Demikian halnya pada waktu mematikan alat, maka
tombol/saklar yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan
seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan adalah merupakan
yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan alat.
Penyimpanan Peralatan
Setelah peralatan selesai dipergunakan untuk pelayanan medik kepada pasien, maka
peralatan agar disimpan dalam kondisi yang baik. Selesai dioperasikan setiap aksesori alat
harus dilepaskan, kemudian alat dari aksesorinya dibersihkan sebagai kegiatan perawatan
yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan.
Pada waktu disimpan (dalam keadaan tidak operasional), setiap alat agar ditutup dengan
penutup debu, agar terhindar dari debu sehingga peralatan terlihat selalu dalam keadaan
bersih. Peralatan yang mobile sebaiknya diletakkan di bagian ruangan tertentu yang terhindar
dari jalan keluar masuk personil. Sedangkan peralatan yang bersifat portable beserta
aksesorinya sebaiknya diletakkan dalam lemari atau rak.

Pemantauan Operasional Peralatan


Pemantauan operasional peralatan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi alat untuk
menlaksanakan pelayanan dan seberapa jauh beban kerja setiap alat yang operasional. Dalam
pemantauan didatakan kondisi alat dan beban kerjanya selama satu bulan atau periode
tertentu. Pemantauan dilakukan oleh teknisi secara periodik pada selang waktu pemeliharaan
preventif untuk setiap alat. Operator atau pengguna alat mendatakan/mencatat beban kerja
setiap alat yang operasional. Apabila kondisi alat tidak memungkinkan untuk difungsikan,
segera lakukan tindakan perawatan/pemeliharaan.

Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan peralatan kesehatan adalah suatu upaya yang dilakukan agar peralatan
kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia
pakai lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan terdapat berbagai kriteria dan
aspek-aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan.

121
Kriteria Pemeliharaan

BAGAN KRITERIA PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN
TERENCANA TIDAK TERENCANA

PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN


PREVENTIF KOREKTIF DARURAT

Pemeliharaan Pemeliharaan Perbaikan Overhaul Perbaikan


terhadap
Waktu Operasional Waktu Tidak terhadap kerusakan alat yang
(Running Maintenance) Operasional kerusakan alat mendadak / tidak
(Shut Down yang terencana terduga
Maintenance) (Bersifat Korektif)

Inspection :
Lihat,rasakan,
Dengarkan, tanpa/
dengan alat ukur

Pelumasan, Pembersihan,
Penyetelan Pelumasan,
Penyetelan,
Penggantian,
Bahan pemeliharaan

122
Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat dua kriteria pemeliharaan,
yaitu :
Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan terhadap alat sesuai
dengan jadual yang telah disusun. Jadual pemeliharaan disusun dengan memperhatikan jenis
peralatan, jumlah, kualifikasi petugas sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang
tersedia. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan preventif/pencegahan dan
pemliharaan korektif (perbaikan).
Pemeliharaan Preventif
Pemliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa perawatan
dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari oelh operator dan kegiatan
penyetelan, peluasan serta penggantian bahan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi
secara berkala. Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil kemungkinan terjadinya
kerusakan. Untuk jenis alat tertentu pemeliharaan preventif dapat dilakukan pada saat alat
sedang jalan/operasional/running maintenance, melalui peemriksaan dengan melihat,
merasakan, mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa maupun dengan menggunakan alat
ukut. Pada waktu running maintenance dilakukan juga pelumasan dan penyetelan bagian-
bagian alat tertentu yang memerlukan.
Pemeliharaan preventif dengan running maintenance biasanya tidak dilakukan untuk
peralatan kesehatan. Pemeliharaan preventif untuk peralatan kesehatanpada umumnya
dilakukan pada waktu alat tidak operasional/shut down maintenance, yaitu alat dalam
keadaan dimatikan lalu dipelihara. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dapat berupa
pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen, penyetelan, penggantian bahan
pemeliharaan, pengukuran keluaran dan keselamatan.
Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku cadang.
Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke
kondisi siap operasional dan laik pakai dapat difungsikan dengan baik.
Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi teknis yaitu pengukuran kuantitatif
keluaran dan pengukuran aspek keselamatan. Sedangkan kalibrasi yang bersifat teknid dan
legalitas penggunaan alat harus dilakukan oleh Institusi Penguji yang berwenang. Perbaikan

123
korektif dilakukan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan dilakukan secara
terencana.
Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu kegiatan perbaikan terhadap
peralatan dengan mengganti bagian-bagian utama alat, bertujuan untuk mengembalikan
fungsi dan kemampuan alat yang sudah menurun karena usia dan penggunaan.

Pemeliharaan Tidak Terencana


Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat berupa
perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga dan harus segera
dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk dapat melaksanakan
pemeliharaan tidak terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (stand by) dan fasilitas
pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin
dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan terencana.

Aspek Pemeliharaan
Agar pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-sebaiknya, maka
unti kerja pemeliharaan peralatan Rumah Sakit, perlu dilengkapi dengan aspek-aspek
pemeliharaan yang berkaitan dan memadai meliputi, sumber daya manusia yaitu teknis,
fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan.
Aspek-aspek pemeliharaan ini pada umumnya memerlukan pembiayaan.
Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (teknisi) merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan
pemeliharaan peralatan kesehatan. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan jenis dan teknologi
peralatan kesehatan yang ditangani ,sedangkan jumlahnya berdasarkan kepada jumlah setiap
jenis alat. Semuanya ini merupakan beban kerja yang harus ditangani oleh teknisi.
Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya pemeliharaan peralatan
kesehatanmeliputi :
Ruangan tempat bekerja, terdiri dari workshop/bengkel, gudang dan ruang adminstrasi.
Peralatan kerja terdiri dari toolset elektrik, toolset elektronik, toolset mekanik, toolset gas dan
berbagai macam alat ukur.
Dokumen Pemeliharaan
Dokumen pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan
pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil
pemeliharaan.
Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu
pengadaannya, pada umumnya meliputi: brosure, installation manual, installation report,

124
operating manual, service manual yang mencakup schematic diagram, part list, recommended
parts. Prosedur Tetap Pengoperasian, Prosedur Tetap Pemeliharaan dan Sertifikat Kalibrasi
juga merupakan dokumen teknis. Guna memudahkan penanganan pemeliharaannya, maka
setiap alat agar dilengkapi dengan dokumen teknis yang bersangkutan.
Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan dengan
kegiatan pemeliharaan peralatan; apda umumnya merupakan kumpulan atau kronologis hasil
pemeliharaan setiap alat, meliputi :
Inventerasi Peralatan
Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap type/model
alat untuk nama dan merk alat yang sama, mencakup nama alat, merk, model/type, nama
perusahaan yang mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual;
kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat
dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama.
Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi bebna kerja
pemeliharaan. Dari data ini kaan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemliharaan secara
keseluruhan, sehingga pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Inventarisasi peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh pengelola
pemeliharaan dan ditinjau secara periodic, paling tidak setahun sekali dan setiap ada
perubahan atau penambahan peralatan baru.
Kartu Pemeliharaan Alat.
Kartu pemeliharaan adalah kartu yang dipasang/digantungkan pada setiap alat, dengan maksu
agar memudahkan kepada setiap petugas terkait untuk mengetahui data mengenai suatu alat
dan penanganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini berlaku untuk
setiap alat memuat data masing-masing alat yang berkaitan erat dengan aspek pemeliharaan,
yaitu :
Data statis, meliputi :
Nama Rumah Sakit
Nama Instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
Nama alat sesuai fungsinya
Merk alat, Type/Model
Nomor seri
Tahun pengadaan
Nilai pengadaan
Nomor inventaris
Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai dimasukkan pada daftar inventarisasi di
rumah sakit.
Data dinamis, meliputi :

125
Tanggal kegiatan pemeliharaan dilakukan.
Uraian kegiatan, hasil dan nama teknisi pelaksana.
Keterangan lainnya yang dianggap perlu.
Data ini dituliskan pada karut pemeliharaan oleh teknisi, yang menjelaskna secara garis besar
uraian kegiatan setiap melakukan pemeliharaan alat yang bersangkutan.
Catatan Pemeliharaan Alat
Catatan pemeliharaan alat berupa lembaran kartu yang disimpan pada urusan administrasi
teknis peralatan di unit kerja pemeliharaan/IPSRS, dengan maksud agar memudahkan
petugas administrasi teknis dan teknisi untuk mengetahui data alat dan penanganan apa saja
yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini memuat data masing-masing alat yang
berkaitan erat dengan kegiatan pemeliharaan dan labih luas dari kartu pemeliharaan alat,
yaitu :
Data statis, meliputi :
Nama Rumah Sakit
Nama Instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan
Nomor inventaris
Nama alat sesuai fungsinya
Merk alat, Type/Model
Nomor seri
Sumber pengadaan
Tahun pengadaan/pemasangan
Supplier/Agen
Periode pemeliharaan
Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai diinventarisasikan di rumah sakit.
Data dinamis, meliputi :
Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum dilakukan pemeliharaan.
Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada alat
yang bersangkutan.
Pelaksana, nama teknisi dan nama perusahaan pihak ke III yang melakukan pemeliharaan.
Tanggal dimulai dan tanggal selesainya pemeliharaan.
Biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan.
Keterangan penjelasan yang mendukung kegiatan pemeliharaan.
Data dinamis ini diisi/ditulis oleh petugas adminstrasi teknis berdasarkan laporan dari teknsii
yang melaksanakan pemeliharaan.
Daftar Keagenan Peralatan
Keberadaan perusahaan yang mengageni suatu alat sangat diperlukan dalam rangka
pemeliharaan peralatan kesehatan. Agen peralatan bertanggung jawab terhadap penyediaan

126
suku cadang peralatan yang diageninya, sebagai realisasi dari jaminan purna jual terhadap
peralatan yang dijualnya.
Untuk peralatan tertentu yang tidak mampu dilaksanakan oleh teknisi RS, secara teknis dan
ekonomis pemeliharaannya lebih baik dilaksanakn langsung oleh perusahaan yang
mengageninya, sejauh dapat diproses sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Daftar keagenan peralatan dapat memudahkan untuk megetahui nama perusahaan dan
alamatnya yang mengageni peralatan tertentu, sehingga apabila alat mengalami suatu
masalah, agen yang bersangkutan dapat dengan mudah dimintakan bantuannya.
Pelaporan dan Evaluasi
Setiap kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan
hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian dilaporkan oleh dan kepada pejabat pemberi
tugas sesuai dengan penugasannya. Kemudian secara berkala, laporan kegiatan dievaluasi
sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemeliharaan periode selanjutnya.
Contoh formulir yang berkaitan dengan kegiatan dan pelaporan meliputi :
Surat Penugasan Pemeliharaan Peralatan
Bon Peminjaman Peralatan Kerja
Bon Permintaan Barang
Laporan Kerja Pemeliharaan Peralatan (Preventif)
Laporan Kerja Pemeliharaan Peralatan ( Korektif)
Laporan Hasil Pemantauan Operasional Peralatan

Pelaksanaan Pemeliharaan
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan teknisi, tingkat
teknologi peralata, fasilitas kerja dan prosedur pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan
peralatan kesehatan di rumah sakit dapat dilakukan oleh teknisi rumah sakit setempat dengan
rujukan atau oleh Pihak III.

Dilaksanakan oleh Teknisi Rumah Sakit


Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatandi rumah sakit harus dapat dilaksanakan oleh
teknisi setempat sejauh memungkinkan ditinjau dari segala aspek, khususnya aspek
pemeliharaan.
Dilaksanakan oleh Teknisi Rujukan.
Apabila teknisi RS tidak mampu melaksanakan pemeliharaan suatu alat disebabkan oleh
beberapa hal, missal kemampuan teknisi kurang atau peralatan kerja tidak lengkap, maka
pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari rumah sakit yang lebih mampu.

127
Bahan Pemeliharaan dan Suku Cadang
Pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan apabila aspek pemeliharaan yang mendukung
tersedia. Bahan pemeliharaan setiap jenis alat sangat diperlukan untuk terselenggaranya
pemeliharaan preventif peralatan. Demikian juga suku cadang diperlukan apabila melakukan
pemeliharaan korektif.
Agar pemeliharaan peralatan dapat terlaksana dengan baik sesuai jadual, maka penyediaan
kebutuhan bahan pemeliharaan dan suku cadang perlu mendapat perhatian yang seksama,
melalui suatu perencanaan yang matang, baik aspek teknis maupun pembiayaannya.

H. PEDOMAN LARANGAN MEROKOK


Pengertian
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap,
dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang
dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan species lainnya atau
sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.
Kawasan tanpa rokok, adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan
merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau mempromosikan
produk tembakau.

Tujuan larangan merokok


memberikan perlindungna yang efektif dari bahaya asap rokok
meberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat
melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok baik
langsung maupun tidak langsung.

128
Tata cara larangan merokok
memberikan penyuluhan dan pengetahuan mengenai bahaya merokok bagi perokok
dan perokok pasif.
menyediakan konseling berhenti merokok.
memberikan informasi dan edukasi, dan pengembangan kemampuan masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat,
memberikan bimbingan teknis bagi penyediaan tempat khusus untuk merokok.

129
I. PEDOMAN PENARIKAN ALAT MEDIS
Alat medis adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau alat implant yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
Penarikan kembali alat medis dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau
seluruh produk tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dapat dilakukan
atas permintaan produsen atau instruksi Instansi Pemerintah yang berwenang.
Tindakan penarikan kembali dilakukan segera setelah diterima instruksi untuk penarikan
kembali, terlebih lagi untuk produk yang mengandung risiko tinggi terhadap kesehatan
dilakukan secara menyeluruh dan tuntas sampai tingkat konsumen atau sarana pelayanan
kesehatan.
Tersedia sistem dokumentasi untuk mendukung pelaksanaan penarikan kembali secara
efketif, cepat dan tuntas.
Tersedia prosedur tetap dan instruksi kerja untuk kegiatan penarikan kembali.
Pelaksanaan penarikan kembali :
Atas dasar permintaan produsen atau instruksi Instansi Pemerintah yang berwenang, petugas
yang berwenang memeriksa Kartu Persediaan untuk meneliti peneriman dan panyaluran
produk dari batch dimaksud.
Produk yang ada dalam persediaan segera dipisahkan dari stok persediaan yang lain.
Unit atau pelanggan yang menerima produk dimaksud segera dihubungi dan sekaligus
dikirimi permintaan tertulis untuk menghentikan penyerahan dan mengembalikan produk
tersebut. Produk tersebut, dikembalikan pada produsen yang bersangkutan dan dicatat dalam
Buku Pengembalian Barang.
Permintaan tertulis penarikan kembali harus menyatakan apakah penarikan kembali tersebut
perlu dilakukan pada semua tingkat distribusi.
Produk sisa stok beserta hasil penarikan disimpan terpisah dan dicatat dalam Buku
Penerimaan Pengembalian Barang.
Dibuat laporan pelaksanaan penarikan, hasil penarikan dan permintaan penghentian
penyerahan atau penggunaan produk dimaksud kepada Instansi Pemerintah yang berwenang
disertai Laporan Pengembalian Barang yang ditarik dari peredaran.
Untuk produk impor, mitra dan/atau pihak berwenang di luar negeri harus diberitahu
mengenai penarikan kembali tersebut.
BAB V
EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU

130
Sebagaimana Program-program MFK yang telah diuraikan pada bab terdahulu, maka untuk
mengetahui tingkat pencapaian dari masing-masing program tersebut, serta menjamin
terselenggaranya program termaksud sesuai dengan ketentuan dan standar yang telah
ditetapkan, perlu dilakukan evaluasi dan pengendalian mutu secara terjadwal serta
berkesinambungan.
Dari keseluruhan program MFK yang telah ditetapkan, maka aspek-aspek pokok dari
program MFK yang perlu dicakup dalam program evaluasi dan pengendalian mutu, adalah:
disaster program;
pencegahan dan pengendalian kebakaran;
keamanan pasien, pengunjung dan petugas;
keselamatan dan kesehatan pegawai;
pengelolaan bahan dan barang berbahaya;
kesehatan lingkungan kerja;
sanitasi rumah sakit;
sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan;
pengelolaan limbah padat, cair dan gas;
pendidikan dan pelatihan (diklat) MFK;
pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data.
Berbagai metode dan cara dapat diterapkan dalam melaksanakan evaluasi dan pengendalian
mutu program-program MFK di atas. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut di bawah
ini perlu dilakukan secara terus menerus dan terinteg-rasi dalam pelaksanaan kegiatan MFK
secara menyeluruh, sebagai kegiatan dalam rangka melakukan evaluasi dan pengendalian
mutu, sebagai berikut:

1. Pemantauan dan Inspeksi Lingkungan Kerja


Untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor bahaya yang ada di lingkungan rumah sakit masih
berada di bawah atau sudah melampaui Nilai Ambang Batas (NAB), sangat diperlukan
pemantauan lingkungan kerja secara terus menerus dan terprogram.
Tujuan dari pemantauan lingkungan kerja adalah:

Evaluasi risiko
Untuk menilai konsentrasi kontaminan maksimum atau yang diharapkan di lingkungan
kerja. Informasi yang diperoleh digunakan untuk merekomen-dasikan perlengkapan
perlindungan yang diperlukan oleh pekerja dan untuk menilai kemungkinan reaksi
sensitivitas atau hipersensitivitas yang timbul.
Menaksir pemaparan

131
Untuk mengukur konsentrasi kontaminan aktual terhadap seseorang pekerja khusus.
Konsentrasi yang terukur mungkin berbahaya, mungkin juga tidak. Dalam banyak hal, cukup
menunjukkan bahwa bahan yang terpapar kurang dari setengah batas yang diperbolehkan.
Seleksi dan evaluasi peralatan pengendalian pencemaran
Untuk menentukan jumlah kontaminan yang melewati atau lolos dari alat pengendali
karena terjadi kebocoran, kerusakan, perawatan yang tidak mencukupi, kapasitas berlebihan
ataupun karena terjadi kecelakaan. Efisiensi penangkapan alat pengendalian pencemaran
penting untuk membuat konsentrasi kontaminan dibawah ambang batas pada lokasi tertentu.
d. Seleksi alat pelindung diri
Untuk menentukan faktor proteksi yang diperlukan oleh perlengkapan ketika pekerja berada
di area yang terkontaminasi atau potensial terkontaminasi untuk waktu tertentu
Pemenuhan peraturan atau standar
Untuk mengetahui apakah pemaparan yang terjadi masih dibawah syarat yang ditetapkan
Identifikasi sumber pencemaran
Untuk mengetahui kontribusi masing-masing sumber pencemar berdasarkan keunikan
karakteristiknya.
Pengawasan proses
Untuk meyakinkan bahwa proses yang sedang dipantau berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, bahwa bahan utama tidak hilang karena terjadi kebocoran atau reaksi samping
dan hanya efluen yang diharapkan, dihasilkan dalam jumlah yang diharapkan pula.

Investigasi keluhan
Untuk memecahkan keraguan dan mencatat bahan berbahaya yang sesung-guhnya dihasilkan.

2. Audit
Audit adalah suatu proses verifikasi secara sistematis dan terdokumentasi, untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif, untuk menentukan apakah sistem manajemen MFK
rumah sakit telah sesuai dengan kriteria audit, yang dibuat oleh organisasi, dan menentukan
kelemahan unsur sistem (manusia, sarana, lingkungan kerja dan perangkat lunak). Sehingga
dapat dilakukan langkah perbaikan sebelum timbul dampak dan/atau kecelakaan/kerugian.
Hasil audit selanjutnya harus dikomunikasikan kepada manajemen puncak, sebagai bahan
pertimbangan dalam proses kegiatan perusahaan selanjutnya.
Secara umum tujuan audit adalah :
Menentukan apakah sistem manajemen MFK telah diterapkan dan dipelihara secara tepat.
Mengidentifikasi bidang yang berpotensi untuk disempurnakan ditingkatkan dalam sistem
manajemen MFK .

132
Menilai kemampuan proses tinjauan manajemen internal untuk menjamin kesesuaian dan
efektifitas sistem manajemen MFK
Menerapkan sistem manajemen MFK secara efektif dan konsisten, serta menciptakan suasana
pengelolaan MFK yang baik, sehat dan nyaman.
Mengevaluasi sistem manajemen MFK rumah sakit bila ada keinginan untuk membuat
kontrak kerjasama
Memastikan bahwa pengelolaan MFK di rumah sakit telah dilaksanakan sesuai ketentuan
pemerintah, standar teknis, dan kebijaksanaan yang ditentukan manajemen
Menentukan langkah untuk mengendalikan aspek dan dampak serta bahaya potensial sebelum
timbul gangguan atau kerugian
Mengembangkan mutu pelaksanaan pengelolaan MFK
Menilai secara kritis dan sistematis semua aspek, dampak, dan potensi bahaya dalam sistem
di kegiatan operasional
Pengkajian berkala terhadap semua prosedur yang berkaitan dengan MFK, dilakukan minimal enam bulan
sekali, dengan melibatkan satuan kerja lain, baik di dalam maupun di luar rumah sakit.

3. Tindakan perbaikan
Semua hasil temuan dari pelaksanaan pencatatan, pelaporan, dan audit, di analisis dan
didokumentasikan, agar dapat digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan
pencegahan.

133
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN

1. Pendahuluan
Pelaksanaan kegiatan MFK di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo diwujudkan dengan
menyelenggarakan program kegiatan dari berbagai aspek MFK. Dalam rangka
penyelenggaraan dan pengelolaan program kegiatan MFK tersebut, maka kegiatan pencatatan
dan pelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting guna mendokumentasikan
kegiatan, baik mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian
serta evaluasi kegiatan tersebut, termasuk kasus-kasus dan kejadian yang berkaitan dengan
lingkup tugas bidang MFK. Data/informasi yang dituangkan dalam bentuk laporan yang
dihasilkan dari pelaksanaan pencatatan tersebut, akan sangat bermanfaat untuk menilai hasil
yang telah dicapai, dan sekaligus menjadi bahan bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan. Untuk itu kegiatan pencatatan dan pelaporan perlu dilakukan secara baik, tertib
dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah ditetapkan.
Untuk itu pemahaman oleh para pelaksana program MFK di lingkungan Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo, terhadap pentingnya kegiatan pencatatan dan pela-poran kegiatan MFK,
perlu untuk secara terus menerus dibina dan dimantapkan, agar penyelenggaraan dan
pengelolaan program kegiatan MFK di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Tujuan
Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan MFK, adalah:
menghimpun dan menyediakan data/informasi kegiatan MFK;
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan MFK;
mencatat dan melaporkan setiap kejadian/kasus MFK;
menyusun dan melaksanakan pelaporan kegiatan MFK;

3. Sasaran

134
Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan MFK adalah mencatat dan melaporkan
pelaksanaan seluruh kegiatan MFK, yang tercakup di dalam:
Program Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
Program Penanggulangan Kebakaran;
Program Kewaspadaan Bencana; dan
Kejadian/kasus yang berkaitan dengan MFK serta upaya penanggulangan dan tindak
lanjutnya.

4. Pelaksanaan Pencatatan dan pelaporan


Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek MFK, dilak-sanakan
dengan menggunakan formulir-formulir yang telah ditetapkan.

a. Materi Pencatatan dan Pelaporan


1) Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Pencatatan dan pelaporan kegiatan keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan kesehatan lingkungan rumah sakit,
meliputi pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan atau kasus-kasus dan kejadian yang berkaitan
dengan:
kecelakaan kerja;
pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja;
pemeriksaan dan pengkajian penyakit akibat kerja;
kondisi dan pemanfaatan alat pelindung diri;
kejadian kontaminasi bahan kimia dan bahan berbahaya;
pemeriksaan kesehatan pegawai (pra-karya, berkala, dan khusus);
penyehatan bangunan dan ruangan, termasuk pencahayaan, penghawa-an, serta kebisingan;
penyehatan makanan dan minuman termasuk kejadian kontaminasi dan keracunan;
penyehatan air termasuk kualitasnya;
pengendalian serangga dan tikus;
pemeriksaan dan pengkajian bahaya pembuangan limbah berbahaya;
perlindungan radiasi;
penyuluhan kesehatan lingkungan.

2) Penanggulangan Kebakaran
Pencatatan dan pelaporan kegiatan penanggulangan kebakaran, meliputi hal-hal sebagai berikut:
pemeriksaan dan pengkajian kebakaran;
kondisi dan kualitas peralatan pencegahan/proteksi kebakaran;
kondisi dan kualitas perlengkapan pemadam dan penanggulangan keba-karan;

135
sarana penyelamatan dan evakuasi;
pendidikan dan pelatihan penanggulangan kebakaran.
3) Kewaspadaan Bencana
Pencatatan dan pelaporan kegiatan kewaspadaan bencana, meliputi hal-hal sebagai berikut:
pemeriksaan dan pengkajian bahaya peledakan, bahaya akibat gempa, bahaya akibat insiden,
bahaya akibat kebocoran radiasi, dan bahaya akibat kontaminasi bahan kimia/bahan
berbahaya lainnya yang luas;
kondisi dan kualitas fasilitas keamanan dan evakuasi;
kondisi dan kualitas alat komunikasi dalam bencana;
pendidikan dan pelatihan kewaspadaan bencana;
b. Pelaksana Pencatatan dan Pelaporan
Setiap Satuan Kerja di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo meru-pakan
pelaksana pencatatan dan pelaporan kegiatan MFK;
Di setiap satuan kerja harus ditunjuk paling sedikit satu orang petugas yang melaksanakan
kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan MFK di satuan kerjanya;
Kepala Satuan Kerja atau pejabat lain yang ditunjuk, bertanggung jawab atas
terselenggaranya pencatatan dan pelaporan kegiatan MFK di masing-masing satuan kerja,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Jadwal Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan MFK dilakukan setiap waktu, sesuai
dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan atau pada saat terjadi
kejadian/kasus (tidak terjadwal);
Pelaporan terdiri dari:
pelaporan berkala (bulanan, triwulanan, dan tahunan) dilakukan sesuai dengan jadwal yang
telah ditetapkan;
pelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang dilakukan sewaktu-waktu pada saat kejadian
atau terjadi kasus yang berkaitan dengan MFK;
Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan MFK, wajib
dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang di
bidang MFK di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo;

d. Alur Pelaporan
1) Laporan Rutin/Berkala
Laporan disusun petugas pembuat laporan dan disampaikan kepada Kepala Satuan Kerja
untuk disahkan;
Laporan dari Satuan Kerja disampaikan kepada Direktur dan atau Pejabat Penangungjawab
program MFK di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo;

136
Sesuai dengan substansinya, laporan kegiatan MFK Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
secara menyeluruh, dapat disampaikan oleh Direktur kepada Instansi-instansi terkait di
bidang MFK, antara lain: Depnaker dan Dep.Kes. R.I.
Laporan Kasus/Kejadian tak terduga
Kasus/kejadian tak terduga, seperti: kecelakaan di tempat kerja, ancaman bom, gempa bumi,
atau bencana-bencana lain, dilaporkan pada saat itu juga oleh Satuan Kerja terkait, secara
langsung kepada Direktur dan atau Pejabat Penanggung-jawab MFK di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo;
Untuk kasus/kejadian yang memerlukan tindak lanjut oleh Instansi lain di luar Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo, maka Direktur dan atau Pejabat Penanggungjawab MFK
melaporkan kejadian/kasus tersebut kepada instansi terkait, seperti: Kepolisian, Dinas
Pemadam Kebakaran, Tim SAR, SATGAS Siaga Bencana, Pusat Ambulance, dan lain-lain.

e. Komunikasi Pada Saat Terjadi Bencana dan atau Darurat


Pelaporan pada saat terjadi bencana atau keadaan darurat, dilakukan dengan menggunakan
sarana dan alur komunikasi yang menjamin kece-patan dan ketepatan penyampaian
laporan/berita, dari pelapor kepada pejabat yang berwenang menerima laporan;
Sarana komunikasi yang diperuntukkan bagi penanggulangan bencana dan atau keadaan
darurat, harus dipersiapkan dan dipelihara dengan baik agar selalu berada dalam keadaan siap
pakai;
Petugas pelaksana yang bertanggung jawab terhadap komunikasi dalam kondisi bencana dan
atau keadaan darurat, harus benar-benar menge-tahui tata letak dan lokasi serta mengerti
cara-cara mengoperasikan alat-alat komunikasi yang akan dipergunakan;
Petugas pelaksana di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo wajib mengetahui dan
mempunyai catatan tentang pusat-pusat komunikasi pada instansi-instansi lain di luar Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, yang terkait dengan penanggulangan bencana dan atau
kedaruratan, yang setiap saat dapat dihubungi, seperti: Kepolisian, Dinas Pemadam
Kebakaran, Tim SAR, SATGAS Siaga Bencana, Pusat Ambulance, dan lain-lain,

137
BAB VII
PENUTUP

Dengan ditetapkannya Pedoman Manajemen Fasilitas Kesehatan (MFK) ini,


diharapkan akan memberikan acuan bagi seluruh Satuan Kerja dan Pelaksana di lingkungan
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dalam melaksanakan kegiatan MFK.
Keberhasilan penyelenggaraan dan pengelolaan MFK di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo sangat ditentukan oleh pemahaman seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit
Umum Daerah Pasar Rebo, khususnya para penanggung jawab komponen kegiatan MFK,
terhadap prinsip-prinsip dasar MFK serta ketaatannya untuk melaksanakan seluruh kegiatan
MFK secara taat asas dan sesuai dengan kebijakan pokok serta pedoman yang telah
ditetapkan. Untuk itu upaya-upaya pembinaan, termasuk pendidikan dan pelatihan di bidang
MFK secara berkelanjutan, bagi tenaga pelaksana kegiatan MFK perlu terus ditingkatkan.
Hal-hal yang bersifat teknis dalam penyelenggaraan dan pengelolaan MFK di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, memerlukan pengaturan yang lebih rinci, antara lain dalam
bentuk ketentuan-ketentuan dan petunjuk teknis yang lebih spesifik, SOP, ataupun standar-
standar, perlu disusun dan dirumuskan oleh para penanggung jawab kegiatan sesuai
bidangnya masing-masing, dengan mengacu kepada kebijakan, pedoman, dan peraturan
perundang-undangan di bidang MFK yang telah ditetapkan.
Sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan penyelenggaraan dan
pengelolaan MFK di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, maka evaluasi terhadap hasil
seluruh komponen kegiatan sangat perlu dilakukan secara terjadwal dan terprogram dengan
baik.
Dengan terselenggaranya pengelolaan kegiatan MFK di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasar Rebo dengan baik, disertai dengan upaya-upaya pembinaan, pendidikan dan pelatihan
yang dilaksanakan secara taat asas (konsisten), diharapkan tujuan akhir untuk tercapainya

138
predikat rumah sakit paru terbaik bagi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo akan dapat
diwujudkan.

139

Anda mungkin juga menyukai