DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.2 TUJUAN..................................................................................................................2
4.2 Koordinasi...............................................................................................................2
4.3 Evaluasi...................................................................................................................2
4.4 Diklat.......................................................................................................................2
iii
BAB 5 LOGISTIK.................................................................................................................2
BAB 9 PENUTUP..................................................................................................................2
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.2.............................................................................................................................2
Gambar 3.1 Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pola Pembangunan
Horisontal...............................................................................................................................2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum
Terciptanya kondisi sehat, aman, nyaman di lingkungan Rumah Sakit Syafira.
perbaikan;
f. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
8. Kesiapan listrik dan air bersih ini dilakukan uji coba minimal setahun
sekali atau sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan uji coba
tersebut didokumentasikan;
9. Kualitas air, termasuk air yang digunakan untuk hemodialisis/chronic
renal dialysis, dimonitor secara teratur oleh laboratorium yang
terakreditasi dan didokumentasikan;
10. Mengidentifikasi sistim kunci dari gas medis, ventilasi dan sistim
pendukung lainnya;
11. Sistim kunci ini dipelihara , diperiksa, diuji coba, dan secara teratur dan
didokumentasikan untuk rencana peningkatan.
menekan atau mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada
hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara kesehatan dan keselamatan.
Upaya kesehatan adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
Keselamatan kerja, adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Kecelakaan kerja, adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan,
karena peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa
kecelakaan disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling
ringan sampai kepada yang paling berat.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang
mengandung paparan atau kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.
medis outlet.
23. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistem Proteksi Kebakaran Aktif,
Depkes.
25. Surat Keputusan Direktur Nomor ………. Tahun 2015 tentang Struktur
Organisasi Rumah Sakit Syafira.
26. Surat Keputusan Direktur Nomor …….. Tahun 2015 tentang Pembentukan
Komite MF
15
BAB 2
STANDAR KETENAGAAN
BAB 3
STANDAR FASILITAS
7. 1 buah telepon
8. 2 buah lemari berkas
9. Jaringan internet
20
BAB 4
TATALAKSANA PELAYANAN
4.2 Koordinasi
Melakukan koordinasi dengan lintas sektoral yang terkait dengan fasilitas rumah
sakit.
4.3 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu standar, ketentuan dan peraturan yang
berlaku. Evaluasi dilakukan terhadap setiap tahapan proses manajemen resiko
agar dapat diketahui pencapaian dari upaya yang dilakukan dan diperoleh
rekomendasi untuk upaya pengendalian yang akan dilakukan dimasa mendatang.
21
4.4 Diklat
Melakukan pelatihan dan simulasi jika diperlukan bagi seluruh petugas, pasien,
pengunjung dan badan independen yang ada di rumah sakit. Pelatihan yang
dilakukan terutama tentang keselamatan dan keamanan saat terjadi bencana dan
kebakaran yaitu bagaimana mengevakuasi pasien ke tempat yang aman,
bagaimana mengevakuasi pengunjung, keluarga pasien dan petugas ke tempat
yang aman, bagaimana mengevakuasi berkas-berkas yang penting bagi rumah
sakit.
Waktu Kejadian Hari/ Tanggal/ Jam Hari/ Tanggal/ Jam Hari/ Tanggal/ Jam Hari/ Tanggal/ Jam
Kejadian
Informasi
Tambahan
Good
Practice
Masalah
Pelayanan
LANGKAH 6
FORM TEKNIK (5H) MENGAPA
MASALAH
MENGAPA
MENGAPA
MENGAPA
MENGAPA
MENGAPA
28
LANGKAH 7
FORM REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAKAN
Akar Tindakan Tingakat Penanggung Waktu Waktu Sumber Daya Bukti Paraf
Masalah Rekomendasi Jawab Mulai Selesai Yang Penyelesaian Status
(Individu, Tim, Dibutuhkan
Direktorat, Rs)
1
Failure mode effects analisis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
perbaikan system yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan pasien.
FMEA merupakan tehnik yang berbasis tim, sistematis, dan proaktif yang
digunakan untuk mecegah permasalahan dari proses atau pelayanan sebelum
permasalahn tersebut muncul atau terjadi. FMEA dapat memberikan gambaran
tidak hanya mengenai permasalahan- permasalahan apa saja yang mungkin terjadi
namaun juga mengenai tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan. Langkah-
langkah FMEA:
a) Menentukan proses yang mempunyai resiko tinggi dan membentuk tim
1. Menentukan proses yang mempunyai resiko tinggi
a. Proses baru
b. Proses yang sedang berjalan
c. Proses dalam klinis
d. Proses non klinis
2. Membentuk Tim
a. Multidisi
b. Tidak lebih dari 10 orang
c. Memiliki pengetahuan tentang proses yang akan dianalisis
d. Mewakili bidang yang akan di analisis dan unit yang terkena
perubahan
e. Mengikutkan orang yang tidak terlibat dalam proses tapi memiliki
analitikal skill
f. Setidaknya ada leader
g. Satu orang yang memiliki critical thinking saat perubahan akan
dilaksanakan.
a. Buat alur proses bila perlu dibuat sub proses dan buat masing-masing
diagramnya.
b. Bila proses baru : Bagaimana seharusnya
c. Bila proses lama : Bagaimana saat ini.
d. Buat Flowchart untuk diagram proses.
2. Modus Kegagalan
a. Tanyakan “bagaimana bisa gagal”
b. Identifikasi semua modus kegagalan
c) Menentukan dampak
Menentukan kemungkinan dampak jika kegagalan tersebut terjadi dengan
brainstorming/ diskusi diantara anggota tim
SKALA PROBABILITY
SKALA SEVERITY
NILAI
NILAI OCCURRENCESEVERITY PROBABILITY
1 1 SlightTidak diketahui kemungkinannya
onnoyance 1 dalam 10.000
2-3 2-3-4Moderate
Mungkin tapiproblem
system belum diketahui 1 dalam 5.000
4-5 Majordatanya
system problem
6 5-6 MinorTerjadi
injury tetapi jarang 1 dalam 200
7 7-8 Mayor Injurydan sering
Terjadi 1 dalam 100
8-9-10
9-10Terminal injury
Terjadi, or death
sangat sering / pasti 1 dalam 10
3
SKALA DETECTABLE
2
3
f) Redesain Proses
Difokuskan pada elemen redesain yang kritis dengan mempelajari Rumah
sakit lain bagaimana cara mengatasi hal tersebut.
Assessment
Penambahan Alat
Pemenuhan Penggantian Alat
(Pengembangan
Alat (Equipment Record)
Pelayanan)
1. Inventarisasi
2. Jumlah dan jenis 1. Usia pakai 1. Jumlah pasien
sesuai standar 2. Jumlah kerusakan 2. Jumlah kasus
3. Kekurangan Jenis 3. Nilai perbaikan 3. Jumlah produk
dan jumlah alat 4. Risiko bila (Pelayanan)
4. Pemilihan dipergunakan 4. Jumlah yang dirujuk
spesifikasi sesuai 5. Penentuan prioritas 5. Tingkat utilitas
pelayanan penggantian 6. Unit cost
5. Sesuai spek
Perencanaan Alat
Kesehatan
7 Kritis Unit
pelayan
an tidak
dapat
berfungs
i secara
efektif
tanpa
peralata
n
6 Esensial Pelayan
an
utama
tidak
dapat
dilakuka
n tanpa
peralata
n
A Pen Pelayanan utama dapat terhambat
g ting atau tertunda tanpa peralatan ini
a
7
k
P
e
n
ti
n
g
B
e
b
e
r
a
p
a
p
el
a
y
a
n
a
n
y
a
n
g
m
e
n
g
u
8
n
t
u
n
g
k
a
n
te
ta
p
i
b
u
k
a
n
u
ta
m
a
d
a
p
at
te
r
h
a
m
b
at
9
at
a
u
te
rt
u
n
d
a
ta
n
p
a
p
e
r
al
at
a
n
1
T
i
d
a
k
P
e
n
ti
n
g
10
P
e
r
al
at
a
n
ti
d
a
k
at
a
u
ja
r
a
n
g
d
i
g
u
n
a
k
a
n
at
a
u
h
11
a
n
y
a
d
i
g
u
n
a
k
a
n
u
n
t
u
k
t
u
g
a
s-
t
u
g
a
s
b
e
r
d
12
a
m
p
a
k
r
e
n
d
a
h
5
2
baiki a
Alkes k
telah a
digan n
tikan ,
oleh t
tekno e
logi t
baru a
dan p
sesuai i
prose b
dur i
klinik a
efekti y
fitasn a
ya p
dirag e
ukan r
Alkes b
telah a
digan i
tikan k
oleh a
tekno n
logi
baru t
yang i
lebih d
efisie a
n dan k
efekti
14
f t
e
r
s
e
d
i
a
A
l
k
e
s
m
a
s
i
h
d
a
p
a
t
d
i
p
e
r
b
a
i
15
k
i
t
e
t
a
p
i
d
i
l
i
h
a
t
d
a
r
i
r
i
w
a
y
a
t
p
e
m
e
l
i
16
h
a
r
a
a
n
t
i
d
a
k
e
f
e
k
t
i
f
s
e
c
a
r
a
k
l
i
n
i
s
17
d
a
n
t
i
d
a
k
e
f
i
s
i
e
n
A
l
k
e
s
t
e
l
a
h
d
i
g
a
18
n
t
i
k
a
n
o
l
e
h
t
e
k
n
o
l
o
g
i
b
a
r
u
d
a
n
s
u
19
d
a
h
t
i
d
a
k
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
p
r
o
s
e
d
u
r
k
20
l
i
n
i
k
Mungk Alkes ini sangat tua namun
3 in apabila suku cadang perlu diganti
Rusak tidak efektif dilihat dari sisi biaya
2 Jarang Alkes
Rusak dalam
kondisi
baik dan
biaya
perbaika
n
tersedia
1 Sangat Alkes
jarang dalam
Rusak keadaan
baru
5. Mencari informasi harga dan biaya penyiapan sarana dan prasarana yang
dapat diperoleh dari RS lain yang telah lebih dahulu menggunakan alat
yang serupa, atau bisa juga dari supplier yang menjadi agen tunggal merk
tertentu di Indonesia, dan bisa pula melalui internet
2. Pemeliharaan Alat
Menyusun program pemeliharaan
a. Perencanaan
IPSRS harus mengurus perencanaan pemeliharaan. Untuk dapat
menyusun perencanaan, IPSRS harus memiliki daftar inventarisasi
peralatan.
Dengan memperhatikan kemampuan teknis, meliputi :
- SDM, yaitu :
- Jumlah teknisi
- Kemampuan teknis
- Pelatihan yang pernah diikuti
- Pengalaman kerja
- Fasilitas kerja
- Dokumen teknis
3. Pelaksanaan Pemeliharaan
Berdasarkan program yang telah disusun dan disetujui oleh Manajemen
Rumah Sakit, IPSRS menyiapkan teknisi yang akan melaksanakan program
tersebut. Pada tahap awal, kemungkinan IPSRS belum mampu
melaksanakan pelayanan teknis untuk seluruh alat yang dimiliki.
Hal ini perlu mendapat perhatian dari Manajemen Rumah Sakit dan semua
unit terkait, untuk dievaluasi dan dicari solusi yang tepat.
Pelaksanaan pelayanan teknis, terdiri dari : Pemantauan fungsi,
pemeliharaan berkala dan perbaikan alat harus mengikuti protap yang telah
tersusun
4. Pelaporan
25
b. Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan aspek
keselamatan bagi pasien dan petugas, terhadap semua kemungkinan
yangd apat terjadi. Aspek keselamatan yang harus diperhatikan,
meliputi :
- Bahaya listrik
- Bahaya radiasi
- Bahaya mekanik
- Bahaya terhadap bahan kimia
26
5. Pengujian / Kalibrasi
Pengujian / kalibrasi merupakan upaya untuk mengukur (measurement)
parameter kinerja suatu peralatan dan menjaga kondisi kinerja sebagaiman
di desain oleh pabrik, dengan melakukan penyetelan (adjustment)
bilamana diperlukan yaitu apabila terjadi selisih penunjukan antara
peralatan dengan stadart ukuran sehingga kesalahan dapat ditekan sampai
batas toleransi.
a. Preventive Maintenance
c. Kebutuhan pemeliharaan
Saverity index 10 s/d 5 : 1 tahun sekali
RESIKO (RISK)
r D l L
, A y
e K z
l e
e T r
c E ,
t P c
r A e
o T n
s t
u D r
r A i
g N f
i u
c K g
a E e
l S
u A
n L
i A
t H
A
N
D
I
A
G
N
O
S
E
37
TIDAK 1 Kegagal E
MENYEBA an x
BKAN peralata a
RISIKO n tidak m
YANG menyeb
SIGNIFIKA abkan l
NKegagalan kesalaha i
peralatan n g
yang tindakan h
menyebabka , tidak t,
n tindakan mempen c
yang tidak garuhi o
tepat, keaman m
mempengar an p
uhi pasien u
keamanan dan t
pasien dan operator e
operator. . r
Gel warmer, t
heat e
r
m
sealer,
i
suction
n
pump
a
l,
v
i
d
e
o
p
38
r
i
n
t
e
r
RESIKO
BERDASARKAN
FUNGSI ALAT
(FUNCTION)
K N JE DEFI CO
A I NI NISI NT
T L S OH
E A
G I
O
R
I
P 1 Pe Perala De
er 0 nu tan fib
al nj yang rill
at an digun ato
an g akan r,
u Ke menu ve
nt hi njang ntil
u du kehid ato
k pa upan; r,
pe n; perala pa
n Te tan ce
ye ra untuk ma
39
m pi terapi ker
b de denga ,
u ng n inf
ha an radias ant
n ra i. inc
di ub
asi ato
. r
D
ia
ly
si
s
m
a
c
hi
n
e,
P
er
al
at
a
n
y
a
n
g
di
g
u
n
a
k
a
n
u
nt
u
40
k
m
e
n
g
o
b
at
i
p
a
si
e
n
8
T
er
a
pi
fi
si
k
d
a
n
p
e
n
g
o
b
at
a
n
E
le
ct
r
o
s
u
r
41
gi
c
al
u
ni
t,
P
er
al
at
a
n
u
nt
u
k
p
e
n
y
e
m
b
u
h
a
n
te
ta
pi
b
u
k
a
n
s
e
b
a
g
ai
p
42
e
n
u
nj
a
n
g
k
e
hi
d
u
p
a
n
P
er
al
at
a
n
b
e
d
a
h
d
a
n
P
er
a
w
at
a
n
I
nt
e
n
si
43
f.
in
f
u
si
o
n
p
u
m
p,
tr
a
ct
io
n
u
ni
t,
di
at
h
er
m
y
la
s
er
44
Peral 7 M ME
Sb
atan oni p
diag tor x
nosti ing
k9 ke
gia
tan
be
da
h
da
n
per
aw
ata
n
int
en
sif;
sys
te
m
rad
iol
ogi
shak 6 M P 5
er,
45
centr oni e
ifuge tor r
,Pera
ing a
latan
yang ko l
digu ndi a
naka
si t
n
untu fisi a
k k n
mem
da
persi
apka n A
n uni n
anali t a
sa
speci ult l
men. ras i
Akse on t
sori
og i
alat
Labo raf s
rator i
ium.
unt
incu uk
bator dia
, gn
micr ost
otom ik.
e
4 3 K Perala co
o tan mp
m yang ute
46
pu digun r,
ter akan tic
an untuk ket
d menyi pri
rel mpan, nte
ate menc r,
d etak, Q
meng C
ambil sys
atau te
mendi m
stribu
sikan
data.
Lain 2 Ya
-lain ng
ber
hu
bu
ng
an
de
ng
an
pa
sie
n.
berhubu
Tidak
1
47
EXTENSIV 5 Peralata D
E / BERAT n i
Kesehat a
an l
sebagian y
besar s
berupa i
mekanis s
, m
pneumat a
ik, atau c
fluida. h
i
n
e
,
v
e
n
t
i
l
a
t
48
o
r
,
a
n
e
s
t
h
e
s
i
a
m
a
c
h
i
n
e
,
x
-
r
a
y
t
a
b
l
e
49
pump,
electro
surgica
l
unit,
traction
unit
50
DIBAWAH 2 Peralata L
RATA- n a
RATARAT kesehata b
A-RATA n yang m
membut i
uhkan c
sedikit r
pengujia o
n s
kinerja. c
o
p
e
,
s
c
a
l
e
s
,
g
e
n
e
r
a
l
m
e
d
i
51
c
a
l
d
e
v
i
c
e
BAB 5
LOGISTIK
Pengadaan barang dan jasa terkait dengan kegiatan MFK secara umum
dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a) Pengadaan Jasa dan Bahan Umum
Untuk menunjang tujuan kegiatan MFK, maka diperlukan sarana dan
prasarana umum yang pengadaannya mengikuti prosedur pengadaan barang
umum di RS Syafira. Contoh barang umum terkait dengan MFK antara lain
kertas, denah bangunan RS, alat pemadan api ringan (APAR), jalur-jalur
penanda evakuasi, peringatan tanda bahaya, simbol-simbol tentang
kebakaran, simbol gas berbahaya, lembar penggunaan alat medis, lembar
pemeliharaan alat medis.
b) Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
RS harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang yang
diperlukan. Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari
material atau produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3
dan lingkungan serta informasi lain yang dibutuhkan oleh RS.
Setiap unit kerja yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3 harus
menginformasikan kepada subkomite limbah B3 sebagai unit pengadaan
barang setiap kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta
termasuk jenis B3.
2
BAB 6
KESELAMATAN PASIEN
BAB 7
PELAYANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
3
1. Pemeriksaan prakarya
c. Kimia, yaitu gas, uap, debu, cairan, pelarut, logam berat dan bahan
korosif
a. Personal fitness
b. Population at risk
Prinsip dasarnya adalah perlindungan tenaga kerja terhadap potensi bahaya dan
risiko yang muncul dari proses operasi dan produk serta hasil buangan yang
5
BAB 8
PENGENDALIAN MUTU
8.1 Pemantauan
Pemantauan merupakan langkah terakhir dari proses manajemen risiko.
Untuk menentukan periode monitoring sangat tergantung pada sifat bahaya,
besaran risiko, perubahann operasi (proses), perubahan metode kerja, dan
perubahan peraturan. Berdasarkan persyaratan OSHAS 18000/2001 bahwa
perlunya ada pemeliharaan dokumen dan rekaman yang berhubungan dengan
identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko. Pemantauan dilakukan
terhadap seluruh rangkaian kergiatan manajemen risiko yaitu pencatatan,
pelaporan, pendokumentasian dan komunikasi risiko. Adapun langkah-langkah
pemantauan yang perlu dilakukan sebagai berikut:
1. Pencatatan
d. Pengendalian risiko
2. Pelaporan
3. Dokumentasi
d. Formulir atau lembar kerja antara lain MSDS, hasil survey dan
lain-lain
4. Komunikasi risiko
8.2 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengacu kepada standar, ketentuan, dan
peraturan yang berlaku. Evaluasi dilakukan terhadap setiap tahapan proses agar
dapat diketahui pencapaian dari upaya yang dilakukan dan diperoleh rekomendasi
untuk upaya pengendalian yang akan dilakukan di masa mendatang.
BAB 9
PENUTUP
acuan dan dasar bagi perencanaan dan penulisan panduan maupun program MFK
yang akan disusun kemudian.
Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa walaupun telah berusaha
maksimal untuk menyelesaikan buku ini, tetapi masih terdapat kekurangan. Saran,
kritik dan ide yang membangun senantiasa diperlukan untuk memperbaiki Buku
Pedoman MFK RS Syafira ini.
Lampiran 1
Jenis Limbah B3
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
12
dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Secara umum, limbah yang dihasilkan dari industri rumah sakit berbentuk padat,
cair dan gas.
a. Limbah Padat
Semua limbah RS yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan RS yang
terdiri dari limbah padat medis dan non medis.
Gambar 9.1
Limbah Padat
Rumah Sakit
5.
6. Gambar 9.3 warna air limbah
Lampiran 2
dari :
2. Area semi publik, yaitu area yang menerima tidak berhubungan langsung
dengan lingkungan luar rumah sakit, umumnya merupakan area yang
menerima beban kerja dari area publik, misalnya laboratorium, radiologi,
rehabilitasi medik.
3. Area privat, yaitu area yang dibatasi bagi pengunjung rumah sakit,
umumnya area tertutup, misalnya seperti ICU/ICCU, instalasi bedah,
instalasi kebidanan dan penyakit kandungan, ruang rawat inap.
1. Zona Pelayanan Medik dan Perawatan yang terdiri dari : Instalasi Rawat
Jalan (IRJ), Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap (IRNA),
Instalasi Perawatan Intensif (ICU/ICCU/PICU/NICU), Instalasi Bedah,
Instalasi Rehabilitasi Medik (IRM), Instalasi Kebidanan dan Penyakit
Kandungan
2. Zona Penunjang dan Operasional yang terdiri dari : Instalasi Farmasi,
Instalasi Radiodiagnostik, Laboratorium, Instalasi Sterilisasi Pusat
(;Central Sterilization Supply Dept./CSSD), Dapur Utama, Laundri,
Pemulasaraan Jenazah, Instalasi Sanitasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana
15
(IPS).
3. Zona Penunjang Umum dan Administrasi yang terdiri dari : Bagian
Kesekretariatan dan Akuntansi, Bagian Rekam Medik, Bagian Logistik/
Gudang, Bagian Perencanaan dan Pengembangan (Renbang), Sistem
Pengawasan Internal (SPI), Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit),
Bagian Sumber Daya Manusia (SDM), Bagian Pengadaan, Bagian
Informasi dan Teknologi (IT).
Gambar 9.4 Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan Pada RS Pola Pembangunan
Horisontal
Lampiran 3
A. Massa Bangunan.
1. Intensitas antar Bangunan Gedung di RS harus memperhitungkan
jarak antara massa bangunan dalam RS dengan mempertimbangkan
hal-hal berikut ini :
a. Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
b. Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
c. Kenyamanan;
d. Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;
2. Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan &
Lingkungan (RTBL), yaitu :
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Ketentuan besarnya KDB mengikuti peraturan daerah setempat.
Misalkan Ketentuan KDB suatu daerah adalah maksimum 60%
maka area yang dapat didirikan bangunan adalah 60% dari luas
total area/ tanah.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Ketentuan besarnya KLB mengikuti peraturan daerah setempat.
KLB menentukan luas total lantai bangunan yang boleh
dibangun. Misalkan Ketentuan KLB suatu daerah adalah
maksimum 3 dengan KDB maksimum 60% maka luas total
16
C. Lantai :
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan
mudah dibersihkan dan berwarna terang.
2. Lantai Toilet/ WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin,
mudah dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak
ada genangan air.
3. Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori dan lubang
untuk berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti
elektrostatik dan tidak mudah terbakar.
D. Dinding
1. Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak
mengandung logam berat.
2. Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding
dengan langit-langit, membentuk konus (tidak membentuk siku)
khususnya pada bagian kamar operasi (OK) untuk menjamin
sterilitas ruangan.
3. Dinding Toilet/WC dari bahan kuat dan kedap air.
4. Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa permukaan kramik
dibagi sama ke kanan dan ke kiri.
5. Khusus ruang radiologi dilapis PB yang tebalnya minimal 2 mm atau
setara dinding bata ketebalan 30cm serta dilengkapi jendela kaca anti
radiasi
6. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,5 m dari lantai
19
E. Pintu/ Jendela :
1. Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm.
2. Pintu dapat dibuka dari luar.
3. Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai.
4. Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji.
5. Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daum, mudah dibuka
tetapi harus dapat menutup sendiri (dipasang penutup pintu (door
close).
6. Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi
PB minimal 2 mm atau sertara dinding bata ketebalan 30 cm
dilengkapi dengan lampu merah tanda bahaya radiasi serta
dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
F. Plafon
1. Rangka plafon kuat dan anti rayap.
2. Permukaan plafon berwana terang, mudah dibersihkan tidak
berbahan dasar asbes.
3. Langit-langit dengan ketinggian 3 m dari lantai.
4. Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
G. Ventilasi
1. Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara
yang cukup, luas minimum 15% dari luas lantai.
2. Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk
operasi kombinasi antara fan, exhauster dan AC dapat memberikan
sirkulasi udara dengan tekanan positif.
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
H. Atap
1. Atap kuat , tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus
dan binatang pengganggu lain.
20
I. Sanitasi
1. Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik,
utuh dan tidak cacat, serta mudah dibersihkan.
2. Urinoir dipasang/ ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan
baik.
3. Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak
menimbulkan bau, dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang
dapat dibuang (disposable tissues).
4. Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan
mudah dibersihkan.
5. Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet
dan kamar mandi 10:1
6. Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan
kamar mandi 20:1
7. Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel,
closet, keluar dengan lancar dan jumlahnya cukup.
K. Tangga
21
1. Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua
arah.
2. Lebar injakan minimum 28 cm.
3. Tinggi injakan maksimum 21 cm.
4. Tidak berbentuk bulat/ spiral.
5. Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
6. Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Peganan
rambat mudah dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari
segala instalasi. Tangga diluar bangunan dirancang ada penutup
tidak kena air hujan secara langsung.
M. Area Parkir
1. Area parkir tertata dengan baik
2. Mempunyai ruangan bebas disekitarnya
N. Pemandangan (Landscape)
1. Akses Jalan lancar dengan rambu-rambu yang jelas.
2. Saluran pembuangan yang melewati jalan tertutup dengan baik dan
tidak menimbulkan bau.
3. Tanaman tertata dengan baik dan tidak menutupi rambu-rambu yang
ada.
4. Jalan dalam area rumah sakit dirawat.
5. Tersedia area untuk tempat berkumpul (public corner).
22
6. Pintu gerbang untuk masuk dan keluar sementara melalui pintu yang
sama karena keterbatasan lahan yang ada tetapi walaupun begitu,
untuk menunjang keamanan dilengkapi dengan gerdu jaga.
7. Papan nama Rumah Sakit dibuat rapi, kuat, jelas atau mudah dibaca
untuk umum, terpampang di bagian depan Rumah Sakit
O. Sistem Komunikasi
1. Tersedia saluran telepon intenal dan eksternal dan berfungsi dengan
baik.
2. Tersedia saluran telepon khusus untuk keadan darurat (untuk IGD,
sentral telepon dan posko tanggap darurat).
3. Instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik.
4. Tersedia komunikasi lain (HT, paging sistem dan alarm) untuk
mendukung komunikasi tanggap darurat.
5. Tersedia sistem panggilan perawat (nurse call ) yang terpasangan
berfungsi dengan baik.
6. Tersedia sistem tata suara pusat (central sound system).
7. Tersedia peralatan pemantau keamanan/ CCTV (Close circuit
television) yang terpasang tersebar di seluruh area rumah sakit.
B. Utiliti
1. Penyediaan listrik :
a) Rumah Sakit Syafira memiliki Gardu Listrik/ Trafo Listrik
Tersendiri untuk menjamin suplai kebutuhan rumah sakit dengan
daya sebesar ...... KVA.
b) Kapasitas dan instalasi listrik terpasang memenuhi standar PUIL.
c) Untuk kamar beda, HCU, menggunakan catu daya khusus dengan
sistem catu daya cadangan otomatis dua lapis (generator dan UPS/
Uninteruptable Power Supply).
d) Tersedia ruang UPS minimal 2 x 3 m 2 (sesuai kebutuhan) terletak
di gedung HCU dan diberi pendingin ruangan.
e) Kapasitas UPS disesuaikan dengan kebutuhan.
f) Kapasitas generator (Gen set) disediakan adalah ..... (KVA)
dengan satu Gen Set pendukung yang berdaya ... KVA dan setara
dengan 75% dari daya terpasang dan dilengkapi AMF dan ATS
system.
g) Grounding system harus terpisah antar grounding panel gedung
dan panel alat. Nilai grounding peralatan rata-rata terukur adalah
0,5 Ohm.
26
2. Penangkal petir :
a) RS Syafira sudah memiliki penangkal petir dan pengawasan
penangkal petir sesuai dengan ketentuan Permenaker No. 2 tahun
1989 oleh pihak berwenang yang dalam hal ini adalah
Dinsosnakertrans.
3. Gas Medis :
a) Tersedianya gas medis dengan sistem sentral dan tabung.
b) Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang,
berfungsi dengan baik dilengkapi dengan ALARM untuk
menunjukkan kondisi sentral gas medis dalam keadaan rusak/
ketersediaan gas tidak cukup.
c) Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan sentral gas medik.
d) Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan .
e) Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida
(NO2), gas tekan dan vacum.
4. Pemipaan (plumbing)
a) Sistem pemipaan di RS Syafira adalah pemipaan air bersih
sedangkan untuk pemipaan kebakaran RS Syafira sudah memiliki
1 buah Hydrant.
b) Pipa air bersih tidak boleh bersilangan denan pipa air kotor.
c) Instalasi pemipaan tidak berdekatan atau berdampingan dengan
insalasi listrik.
5. Saluran (drainase)
a) Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedapa
air dan berkualitas baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang
cukup ke arah aliran pembuangan.
b) Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak
tertentu dan ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi
penutup yang mudah dibuka/ ditutup memenuhi syarat teknis,
serta berfungsi dengan baik.
27
Lampiran 4
Kesehatan Kerja