BENCANA
2
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
W E M P E
Jalan Gunung Sari No 10 Kel Pasiran Kec Singkawang Barat
Telp. (0562) 4644000 Email: rsia_wempe@yahoo.co.id Kode Pos: 79123
Menimbang : a.bahwa kegawatdaruran dan bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan
menimpa siapa saja, sehingga harus dipersiapkan dengan baik Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Tepadu (SPGDT) Rumah sakit
c.bahwa Untuk itu semua sistem pada berbagai level di Rumah Sakit harus
dipersiapkan dan siap siaga dalam menghadapi bencana
9. Keputusan Menkes Rl No. 876/ Menkes/ SK/ Xl/ 2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Membentuk Tim Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit Santo
Vincentius dengan susunan dan personalia sebagaimana tersebut dalam lampiran
Keputusan Direktur ini
KETIGA : Dalam melaksanakan tugas Tim ini berpedoman pada peraturan yang berlaku
KEEMPAT : Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya keputusan ini dibebankan pada
Anggaran Operasional RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
SINGKAWANG
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan atau
perubahan didalam keputusan ini.
Ditetapkan di Singkawang
Pada tanggal: 03 Januari 2022
RUMAH SAKIT WEMPE
SINGKAWANG
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya yang dikaruniakan
kepada penulis sehingga Pedoman Penanganan Kedaruratan Dan Bencana ini dapat
terselesaikan. Pedoman Penanganan Kedaruratan Dan Bencana ini diharapkan dapat digunakan
oleh tamu maupun seluruh karyawan Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE Singkawang dalam
pencegahan serta penanggulangan bencana yang terjadi di lingkungan sekitar Rumah Sakit
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bencana serta sistem
proteksinya, cara-cara pencegahan dan penanggulangan bencana di lingkungan Rumah Sakit,
memberi pengarahan penggunaan peralatan pemadaman sesuai standar yang ditetapkan.
Hal ini penting dilakukan sebagai penetapan acuan di lingkungan Rumah Sakit mengenai
pencegahan dan penanggulangan bencana serta keselamatan dan kesehatan kerjanya yang
merupakan faktor penting untuk memproteksi lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat bencana.
Penyusun menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua
pihak dalam menyelesaikan Pedoman Penanganan Kedaruratan Dan Bencana Rumah Sakit Ibu
Dan Anak WEMPE ini.
Penyusun
5
DAFTAR ISI
COVER
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit…........................................................ 2
Kata Pengantar ..................................................................................................... 4
Daftar Isi ................................................................................................................. 5
6
Lampiran I
Peraturan Direktur Rumah Ibu dan Anak Wempe
Nomor: 147/Kep-Dir/MFK/RSIAW/I/2022
Tentang
Pedoman Disaster Plan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bencana merupakan suatu musibah yang tidak dapat dihindari, baik bencana itu terkait
dengan alam, seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan sebagainya, maupun bencana terkait
kegagalan teknologi, kerusuhan massal ataupun akibat human hazard.
Indonesia secara geografis terletak diatas pertemuan lempeng tektonik dan kaya akan
gunung berapi, menjadikan bencana alam sebagai salah satu musibah yang sulit dihindarkan
sehingga setiap upaya penanggulangan bencana merupakan hal yang mutlak harus dimiliki oleh
rumah sakit.
Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE Singkawang juga menyusun pedoman
penanggulangan bencana sebagai acuan untuk menghadapi berbagai kemungkinan bencana yang
dapat terjadi di wilayah Kota Singkawang, diharapkan rumah sakit mampu memerankan
fungsinya sebagai sarana kesehatan masyarakat yang tentunya sangat diperlukan dalam kondisi
bencana selain rumah sakit tetap mengutamakan keselamatan pasien serta seluruh karyawannya
dan juga saat bencana terjadi.
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi, baik dari dalam maupun
dari luar rumah sakit yang mengenai pasien, pegawai, pengunjung, dan masyarakat
sekitar.
2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personil dan unit kerja saat terjadinya
bencana.
3. Sebagai acuan dalam penyusunan standard prosedur operasional dalam penanggulangan
kegawatdaruratan bencana.
4. Memberikan pertolongan medis yang optimal dengan waktu yang sesingkat mungkin di
rumah sakit.
7
5. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat.
6. Menurunkan jumlah kesakitan dan kematian korban akibat bencana.
7. Mencegah penyakit yang mungkin timbul serta mencegah penyebabnya pasca bencana.
8. Menciptakan dan meningkatkan mekanisme kerja sektoral dan lintas program dengan
mengikut sertakan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana/musibah massal
kegawatdaruratan sehari–hari.
8
b. BENCANA EKSTERNAL
Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE sangat memungkinkan untuk menerima
korban bencana eksternal maupun memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar
Rumah Sakit. Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada Rumah Sakit adalah:
ledakan/bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
a) Siaga
Siaga adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban akan
datang ke rumah sakit dalam jumlah yang besar sehingga memerlukan
penanggulangan khusus, yang dapat terjadi didalam mauapun diluar jam kerja.
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada IGD,
informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter jaga, kemudian
berkoordinasi dengan kepala IGD, Kepala Bidang Pelayanan, Medis, dan Direktur
rumah sakit, sehingga keputusan mengaktifkan rencana penata laksanaan korban
bencana massal dirumah sakit (Disaster Plan) akan segera dibuat. Sesuai kondisi
dan kemampuan rumah sakit ,maka kondisi SIAGA dibagi menjadi 2 tingkat
yaitu:
Siaga 1: Jumlah korban 10–20 orang
Keadaan dimana korban dengan jumlah melebihi kemampuan pelayanan IGD
rumah sakit sehingga harus dibantu dengan memobilisasi dari petugas unit
kerjalain, tetapi masih terbatas di dalam lingkungan rumah sakit. Adapun
pekerjaan rutin sebagian terpaksa ditunda, tetapi sebagian lagi masih dapat
dilakukan tanpa terganggu.
Siaga 2: Jumlah korban lebih dari 20 orang
Keadaan dimana korban dalam jumlah melebihi kemampuan pelayanan IGD,
sehingga harus memobilisasi sebagian besar petugas rumah sakit termasuk
karyawan yang sedang tidak bertugas. Pada situasi ini seluruh kegiatan rutin
RS dihentikan, kecuali pelayanan terhadap pasien rawat inap.
b) Triase
Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai tingkat kegawatannya untuk
mendapat label tertentu dan kemudian dikelompokkan serta mendapatkan
pertolongan/penanganan sesuai dengan kebutuhan. Korban akan dibagi dalam
lima kondisi, sebagai berikut:
9
Label hijau
Korban yang tidak memerlukan pengobatan segera atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban dengan:
- Fraktur minor
- Luka minor, luka bakar minor
Label kuning
Korban dengan cidera sedang perlu mendapatkan perawatan khusus dan tidak
dapat dipulangkan, sehingga harus dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke
rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini:
- Korban dengan risiko syok
- Fraktur multiple
- Fraktur femur/pelvis
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran/trauma kepala
Label merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat dan
penanganan segera, kalau perlu tindakan operasi. Dengan kemungkinan
harapan hidup yang masih besar dan memerlukan perawatan rumah sakit atau
rujukan ke rumah sakit lainnya, termasuk dalam kategori sebagai berikut:
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Pendarahan external massif
Label hitam
Korban yang sudah meninggal dunia ditempatkan di ruang jenazah
10
BAB II
IDENTIFIKASI BENCANA
Hazzard Vulnerability Analysis atau HVA digunakan dalam upaya menentukan risiko
bencana apa saja yang dapat terjadi di wilayah Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE. HVA
membantu menentukan potensi bencana baik dari sisi Natural Hazzard, Technological Hazzard,
Human Hazzard, dan Hazzardous Material dari sisi risiko bencana, riwayat bencana dan data
statistik. Dari semua risiko bencana tersebut, risiko bencana yang dapat di identifikasikan adalah:
a) Natural Hazzard: Gempa bumi, banjir, puting beliung, dan letusan gunung berapi.
b) Technological Hazzard:Kegagalan listrik/genset, kegagalan transportasi, gangguan air
bersih, kebakaran, kegagalan sistem informasi, dan kerusakan struktur.
c) Human Hazzard: kerusuhan massal, kecelakaan massal, wabah infeksi, penculikan bayi,
terrorism/bom.
d) Hazzardous Materials: Tumpahan bahan infeksius/B3, ekspose radiasi dari radiologi,
terorisme kimia.
11
Hasil resume analisis di Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE adalah sebagai berikut:
Hazmat
Human
Natural
Proba bility 0,21 0,21 0,10 0,00 0,15
1,00
0,90
Relative Threat to Facility
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Natural Technological Human Hazmat
1,00
0,90
Relative Impact on Facility
0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Probability Severity
1. BENCANA INTERNAL
Risiko tinggi untuk bencana yang dapat terjadi secara internal adalah
a) Kebakaran
b) Penculikan bayi
c) Wabah infeksi/keracunan massal
d) Gempa bumi
e) Bom
2. BENCANA EXTERNAL
a) Kebakaran
b) Gema bumi
c) Letusan gunung berapi
d) Bom
12
13
14
BAB III
TATA KELOLA BENCANA
A. PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE sebagai berikut:
PENANGGUNG JAWAB
DIREKTUR
TIM K3RS
KETUA TIM STAF DIREKSI
Kepala IGD Ka.BidPelayananMedis
Ka.BidKeperawatan
PEMANTAU Ka.BidPenunjangMedis
PELAKSANA
Ka.BagUmum
Dokterkonsulenterkait
PELAKSANA Ka.BagAdministrasi&Keuanga
Dokter IGD n
KETERANGAN:
- - - - - - - - - - - - Garis Koordinasi
Garis Komando
15
B. TIM PENANGGULANGAN BENCANA:
Uraian Tugas:
1. Penanggung jawab Tim Penanggulangan Bencana
a. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan penanggulangan bencana.
b. Melakukan koordinasi dengan pihak luar jika terjadi suatu bencana.
c. Membuat suatu keputusan jika dalam proses penanggulangan bencana terjadi kendala atau
perselisihan.
2. Ketua Tim Penanggulangan Bencana
a. Memimpin operasi penanggulangan keadaan darurat.
b. Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab (Direktur/Wakil Direktur).
c. Memastikan prosedur penanggulangan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap
personil termasuk penghuni gedung.
d. Memberikan instruksi dan dalam setiap tindakan darurat evakuasi penghuni (pegawai,
pasien, keluarga atau tamu pasien).
e. Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait seperti Dinas Kebakaran, PLN,
Polisi, BMKG, gedung pelayanan medis lain di lingkungan rumah sakit atau rumah sakit
lain untuk memindahan pasien.
f. Melaporkan status keadaan darurat kepada penangung jawab.
g. Jika bencana gempa:
i. Mencari informasi mengenai skala gempa serta informasi kepada instansi terkait dalam
hal ini BMKG.
ii. Jika terdapat bangunan runtuh dan ada korban terjebak reruntuhan segera minta bantuan
dari luar seperti Dinas Pemadam Kebakaran/Basarnas untuk menyelamatan korban
gempa atau tenaga medis dari gedung rumah sakit.
iii. Berkonsultasi ke ahli konstruksi bangunan guna memastikan struktur bangunan gedung
masih layak atau tidak.
3. Tim K3 RS
a. Berkoordinasi dengan ketua tim penanggulangan bencana dalam proses penanggulangan
kebakaran maupun dalam proses evakuasi.
b. Melakukan pendataan terhadap seluruh kejadian untuk dilaporkan kepada direktur rumah
sakit.
4. Pemantau Pelaksana
a. Melakukan bantuan konsulen terhadap penderita atau korban bencana.
16
b. Memberikan konsulen baik kepada dokter-dokter yang menangani penderita atau korban.
5. Staf Direksi
a. Melakukan koordinasi dengan unit dibawahnya untuk bisa melakukan tugas-tugasnya
dalam membantu proses pelaksanaan penanggulangan bencana yang terjadi di rumah sakit.
b. Melakukan pengaturan tenaga dalam proses penanggulangan bencana yang terjadi.
6. Pelaksana (Dokter IGD)
a. Sebagai koordinator pelaksana di ruang triage
b. Koordinasi dengan perawat jaga IGD
c. Menginformasikan kepada:
Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE
Kepala IGD Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE
Kepala bidang keperawatan
Kepada dokter jaga lain bila diperlukan tenaga dokter jaga tambahan
d. Membantu persiapan:
Ruang tempat pelayanan
Peralatan dan bahan habis pakai
Mengecek obat-obatan yang diperlukan
e. Memberi pelayanan medis dengan prioritas utama berdasarkan prosedur triage
7. Seksi Transportasi dan Evakuasi
Menyiapkan segala sarana prasarana evakuasi dan transportasi bilamana itu diperlukan dalam
proses penanggulangan bencana yang terjadi.
8. Seksi Penunjang
Membantu proses layanan sesuai kebutuhan penderita/korban.
9. Seksi Triage Officer
a. Bersama dengan dokter menyiapkan tempat pelayanan
b. Memanggil perawat jaga on call IGD
c. Memberi pertolongan perawatan darurat
d. Membantu dalam evakuasi korban
e. Membantu triage officer
f. Melakukan pengidentifikasian penderita
g. Mengendalikan komunukasi baik telephone maupun radio medic
17
10. Seksi Logistik
a. Menyiapkan kebutuhan proses penanggulangan bencana berupa persediaan makanan serta
kebutuhan gizi bagi penderita/korban maupun bagi petugas.
b. Menyiapkan persediaan kebutuhan linen saat proses penanggulangan bencana berjalan.
11. Seksi Keamanan dan Informasi
a. Melakukan bantuan pemadaman maupun evakuasi saat terjadi kondisi darurat.
b. Membantu pengamanan proses penanggulangan bencana di rumah sakit.
c. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (Polsek, PMK dll) perihal kebutuhan proses
penanggulangan bencana.
d. Melakukan penyebaran informasi kepada penghuni gedung rumah sakit perihal terjadinya
bencana maupun hala-hal lain yang terkait proses penanggulangan bencana.
12. Unit Pemeliharaan Sarana
a. Memastikan penyebab alarm yang berbunyi dan melaporkan kepada ketua tim
penanggulangan bencana.
b. Memastikan semua sarana darurat beroperasi selama keadaan darurat.
c. Mematikan power penggerak lift penumpang dan semua posisi lift di lantai dasar (fire
switch).
d. Siaga untuk mengoperasikan on atau off listrik pada lantai tertentu atau seluruh gedung
sesuai kondisi dilapangan.
e. Siaga untuk mengoperasikan genset secara manual bila sistem otomatis tidak bekerja pada
saat pasokan listrik PLN terputus.
f. Menghentikan suplai oksigen sentral baik secara keseluruhan maupun per ruangan/unit
sesuai dengan kondisi dilapangan.
g. Siaga untuk mengoperasikan pompa air secara manual bila system otomatis tidak bekerja,
agar air selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan maupun jika diperlukan untuk
pemadaman kebakaran.
h. Siaga melihat posisi ketinggian air pada control panel dan melaporkan kondisi air ke
koordinator darurat/kebakaran.
13. Kepala/Penanggung jawab ruangan/unit
a. Mengkoordinir seluruh staf di ruangan/unit masing-masing untuk melakukan
penyelamatan-penyelamatan yang diperlukan.
b. Selalu berkoordinasi dengan unit terkait perihal kondisi darurat di ruangan/unitnya masing-
masing.
18
c. Selalu siaga mengkoordinasi staf-nya untuk melakukan bantuan evakuasi ke ruangan/unit
lain bilamana dibutuhkan.
14. Petugas Evakuasi ruangan
a. Memastikan evakuasi pasien dengan baik sesuai kriteria evakuasi.
b. Memastikan evakuasi petugas dengan baik sesuai kriteria evakuasi petugas.
c. Melakukan evakuasi asset/peralatan jika kondisis memungkinkan sesuai dengan kriteria
evakuasi.
19
Pos Komando di Rumah Sakit
Rumah Sakit harus menyediakan satu ruangan yang akan difungsikan sebagai pos
komando selama bencana massal terjadi yaitu diruang humas. Sebaiknya ruangan ini sudah
dilengkapi radio dan telephone, atau telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi
tersebut. Ruangan ini harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untuk menampung hingga
10 orang petugas.
Tim inti dari Pos Komando di RSIA ini beranggotakan:
- Direktur Rumah Sakit
- Kabid Pelayanan Medis
- Kabid Keperawatan
- Kabag Umum
- Kabag Keuangan
- Sekretaris
- Humas (berhubungan dengan keluarga korban dan media massa)
- Customer Service
Pos Informasi: Seksi keamanan dan informasi
Pos logistik dan donasi: Seksi Logistik
Pos penanganan jenazah: Seksi penunjang, Seksi transportasi dan evakuasi
Pos relawan: Seksi keamanan dan informasi
Pos komunikasi dengan keluarga korban: Seksi keamanan dan informasi
Pos pengelolaan data: kepala instalasi rekam medis
20
operator telephone harus pula dimobilisasi. Untuk meningkatkan efisiensi, pemberian bantuan ini
harus direncanakan secara seksama dan dengan penekanan untuk melakukan pergantian yang
cepat petugas yang bertugas di lokasi yang paling terekspos/paling sibuk (instalasi gawat darurat,
instalasi kamar operasi). Hal ini akan mencegah tidak tergantikannya petugas pada unit-unit
tersebut selama penanganan kecelakaan massal dan memperlancar pengembalian petugas ke
pekerjaan rutin setelah bekerja di unit penanganan kecelakaan massal.
21
Korban dapat merupakan pasien RSIA, tetapi dapat pula merupakan karyawan yang
bekerja di RSIA.
Alasan evakuasi:
1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya mengancam.
2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakan yang memerlukannya.
Pelaksanaan dari bencana internal:
a. Pasien harus segara dipindahkan dari tempat yang berbahaya ke tempat yang
aman.
b. Keputusan seberapa luas rencana dilakukan akan ditentukan oleh petugas yang
berwenang.
c. Pendataan/pengabsenan akan dilaksanakan sebelum, selama, dan sesudah
evakuasi jika memungkinkan.
b. Anggota Tim Evakuasi
1. Petugas perawat jaga disemua ruang jaga.
2. Staf SDM/kepegawaian dibantu oleh staf administrasi (diluar jam kerja semua staf
administrasi yang tugas jaga).
c. Prosedur Evakuasi pada Penanganan Bencana
1. Perawat jaga ruangan mendengar pemberitahuan adanya bencana dan perintah
evakuasi dari pimpinan siaga.
2. Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lain, semua pasien atau staf rumah
sakit harus segera dipindahkan ke tempat lain yang aman di rumah sakit atau
dikeluarkan dari rumah sakit.
3. Pemindahan pertama dilakukan ke tempat yang aman dalam lantai yang sama, lalu
jika area tersebut dianggap tidak aman lagi, dilakukan pemindahan ke lantai
bawahnya atau dikeluarkan dari gedung.
4. Pemindahan harus secara sistematis dengan memindahkan pasien dan staf yang
lebih dekat dengan area yang berbahaya terlebih dahulu.
5. Setiap bagian dalam gedung harus diberi tanda. Pastikan pintu yang
menghubungkan dengan area yang terbakar selalu tertutup rapat sewaktu pindah
dari satu bagian ke bagian lain.
6. Jangan mencoba untuk evakuasi dari gedung “saat” terjadinya bencana gempa.
22
d. Tindak lanjut
Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah terkumpul
ditempat yang aman, ketua tim penanggulangan bencana mengatur pengiriman pasien
dan korban ke rumah sakit terdekat atau ke rumah sakit rujukan.
Dengan adanya program penanggukangan bencana baik yang berasal dari luar
RSIA maupun yang berasal dari dalam RSIA sendiri diharapkan seluruh petugas dapat
bekerja sesuai dengan pedoman yang sudah dibuat.
23
Lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
Kontruksi dinding tahan terhadap air dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai.
Dilengkapi dengan washtafel (sink) dan pancuran air (shower).
J. PERENCANAAN LOGISTIK
Kebutuhan obat, alat-alat kesehatan, makanan dan lain-lain harus disiagakan dibawah
koordinasi dan pimpinan dari ketua tim penanggulangan bencana yang dalam hal ini dipimpin
oleh kepala IGD.
Perencanaan meliputi:
Siap untuk mensuplai kebutuhan tiap bagian.
Memiliki list terbaru dari supplier yang dapat mengirim dengan cepat kebutuhan obat dan
barang-barang kebutuhan.
Ketersediaan obat-obat gawat darurat.
Tersedianya petugas untuk mengatur obat setiap waktu obat dibutuhkan.
Penyimpan makanan pada saat bencana dan mempertahankan persediaan makanan untuk pasien
dan petugas. Semua dana yang dikeluarkan dalam kegiatan ini harus dibuatkan laporan
pertanggung jawaban.
24
K. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Transportasi diperlukan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan
obat dan alkes, penjemputan para pejabat atau panitia penanggulangan bencana, evakuasi pasien,
merujuk pasien dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan penaggulangan bencana.
Seluruh unit mobil ambulan dan sepeda motor yang dimiliki rumah sakit harus disiagakan
termasuk dibawah komando kabag umum/komando regu.
L. PELAPORAN
Selama kegiatan penanggulangan bencana, setiap penanggung jawab harus melaporkan
kegiatan yang telah dilakukan kepada ketua tim penanggulangan bencana adanya kejadian atau
masalah yang baru dalam bencana juga harus segera dilaporkan hal ini sangat berguna untuk
keperluan informasi baik ke dalam maupun ke luar rumah sakit dan juga sangat berguna untuk
menentukan tingkat siaga selanjutnya.
25
BAB IV
EVAKUASI
26
12. Pada saat mendorong atau menarik penderita perlu diperhatikan :
Lebih baik mendorong dari pada menarik jika memungkinkan.
Punggung selalu tetap lurus/terkunci.
Jaga beban dekat dengan tubuh anda.
Jika beban berada dibawah pinggang, dorong atau tarik dengan posisi berlutut.
Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.
27
DAFTAR PUSTAKA
Ismara Ima K, dkk.(2014). Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Universitas negeri
yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta Juniani, Anda Iviana, dkk. Implementasi Metode Hazop Dalam Proses Identifikasi
Bahaya Dan Analisa Resiko Pada Feedwater System Di Unit Pembangkitan Paiton, PT.PJB.
Surabaya(ID) : Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya. Diakses pada 3 Desember 2018
28