Anda di halaman 1dari 27

KEDARURATAN DAN

BENCANA

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE


SINGKAWANGTAHUN 2022

2
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
W E M P E
Jalan Gunung Sari No 10 Kel Pasiran Kec Singkawang Barat
Telp. (0562) 4644000 Email: rsia_wempe@yahoo.co.id Kode Pos: 79123

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH WEMPE SINGKAWANG


NOMOR: 147/Kep-DIR/MFK/RSIAW/I/2022
TENTANG
PANDUAN PENANGGANAN KEDARURATAN DAN BENCANA
(DISASTER PLAN)
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE SINGKAWANG

Menimbang : a.bahwa kegawatdaruran dan bencana dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan
menimpa siapa saja, sehingga harus dipersiapkan dengan baik Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Tepadu (SPGDT) Rumah sakit

b.bahwa Rumah Sakit memegang peranan penting dalam kesiapsiagaan


penanganan korban gawat darurat sehari-hari dan bencana

c.bahwa Untuk itu semua sistem pada berbagai level di Rumah Sakit harus
dipersiapkan dan siap siaga dalam menghadapi bencana

d.bahwa Setiap komponen dan unit tehnis harus memiliki Perencanaan


Penyiagaan Bencana Yang Terkoordinir dan Tertulis

e.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a,b,c dan d


perlu dibentuk Tim Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit yang
ditetapkan dengan Keputusan Direktur

Mengingat : 1. Undang - undang Dasar Negara Republik Indonesia1945


2. UU Kesehatan No 23 tahun 1992
3. UU Praktek Kedokteran No 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran
4. UU Tentang Pemerintahan Daerah No. 32 tahun 2004

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana
3
6. Keputusan Menkes Rl No. 448 / Menkes / SK / V! / 1993 tentang
pembentukan tim kesehatan penaggulangan korban bencana di setiap rumah
sakit
7. Keputusan Menkes Rl No. 28 / Menkes / SK / I / 1995 tentang petunjuk
pelaksanaan umum penanggulangan medik korban bencana
8. Keputusan Menkes Rl No. 205 / Menkes / SK / III / 1999 tentang petunjuk
pelaksanaan permintaan dan pengiriman bantuan medik dari rumah sakit
rujukan saat bencana

9. Keputusan Menkes Rl No. 876/ Menkes/ SK/ Xl/ 2006 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

PERTAMA : Membentuk Tim Perencanaan Penyiagaan Bencana Bagi Rumah Sakit Santo
Vincentius dengan susunan dan personalia sebagaimana tersebut dalam lampiran
Keputusan Direktur ini

KEDUA : Tugas dan fungsi Tim tersebut dalam lampiran ini.

KETIGA : Dalam melaksanakan tugas Tim ini berpedoman pada peraturan yang berlaku

KEEMPAT : Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya keputusan ini dibebankan pada
Anggaran Operasional RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK WEMPE
SINGKAWANG

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan atau
perubahan didalam keputusan ini.

Ditetapkan di Singkawang
Pada tanggal: 03 Januari 2022
RUMAH SAKIT WEMPE
SINGKAWANG

dr. Liau Songkono,Sp.OG


NIK: 201412001

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya yang dikaruniakan
kepada penulis sehingga Pedoman Penanganan Kedaruratan Dan Bencana ini dapat
terselesaikan. Pedoman Penanganan Kedaruratan Dan Bencana ini diharapkan dapat digunakan
oleh tamu maupun seluruh karyawan Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE Singkawang dalam
pencegahan serta penanggulangan bencana yang terjadi di lingkungan sekitar Rumah Sakit
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang bencana serta sistem
proteksinya, cara-cara pencegahan dan penanggulangan bencana di lingkungan Rumah Sakit,
memberi pengarahan penggunaan peralatan pemadaman sesuai standar yang ditetapkan.
Hal ini penting dilakukan sebagai penetapan acuan di lingkungan Rumah Sakit mengenai
pencegahan dan penanggulangan bencana serta keselamatan dan kesehatan kerjanya yang
merupakan faktor penting untuk memproteksi lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat bencana.
Penyusun menyampaikan banyak terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua
pihak dalam menyelesaikan Pedoman Penanganan Kedaruratan Dan Bencana Rumah Sakit Ibu
Dan Anak WEMPE ini.

Singkawang,03 Januari 2022

Penyusun

5
DAFTAR ISI

COVER
Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit…........................................................ 2
Kata Pengantar ..................................................................................................... 4
Daftar Isi ................................................................................................................. 5

BAB I DEFINISI ................................................................................................... 6

A. Latar Belakang ........................................................................................ 6


B. Tujuan ..................................................................................................... 6
C. Gambaran Bencana ...................................................................................7

BAB II RUANG LINGKUP ................................................................................... 10

BAB III TATA LAKSANA KELOLA BENCANA ............................................... 13

3.1 Pengorganisasian .....................................................................................13

A. Tim Penanggulangan Bencana ................................................................. 14


B. Strategi Komunikasi Saat Bencana ............................................................ 17
C. Koordinasi Penanganan Bencana ............................................................... 17
D. Mobilisasi Petugas RS ...............................................................................18
E. Pengelolaan Sumber Daya Alternatif ......................................................... 19
F. Alur Proses Penanggulangan Bencana Didalam Rumah Sakit… ................ 19
G. Alur Proses Penanggulangan Bencana Dari Luar Rumah Sakit… ............... 21
H. Pengelolaan Kegiatan Klinis Disaat Bencana ............................................. 22
I. Perencanaan Logistik… .............................................................................. 22
J. Perencanaan Transportasi............................................................................ 23
K. Pelaporan .................................................................................................. 23

BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................................... 24

4.1 Evakuasi ................................................................................................... 24

A. Evakuasi Pasien Didalam Rumah Sakit ...................................................... 24


B. Evakuasi Diluar Rumah Sakit…................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................26

6
Lampiran I
Peraturan Direktur Rumah Ibu dan Anak Wempe
Nomor: 147/Kep-Dir/MFK/RSIAW/I/2022
Tentang
Pedoman Disaster Plan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bencana merupakan suatu musibah yang tidak dapat dihindari, baik bencana itu terkait
dengan alam, seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan sebagainya, maupun bencana terkait
kegagalan teknologi, kerusuhan massal ataupun akibat human hazard.
Indonesia secara geografis terletak diatas pertemuan lempeng tektonik dan kaya akan
gunung berapi, menjadikan bencana alam sebagai salah satu musibah yang sulit dihindarkan
sehingga setiap upaya penanggulangan bencana merupakan hal yang mutlak harus dimiliki oleh
rumah sakit.
Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE Singkawang juga menyusun pedoman
penanggulangan bencana sebagai acuan untuk menghadapi berbagai kemungkinan bencana yang
dapat terjadi di wilayah Kota Singkawang, diharapkan rumah sakit mampu memerankan
fungsinya sebagai sarana kesehatan masyarakat yang tentunya sangat diperlukan dalam kondisi
bencana selain rumah sakit tetap mengutamakan keselamatan pasien serta seluruh karyawannya
dan juga saat bencana terjadi.

B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi, baik dari dalam maupun
dari luar rumah sakit yang mengenai pasien, pegawai, pengunjung, dan masyarakat
sekitar.
2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personil dan unit kerja saat terjadinya
bencana.
3. Sebagai acuan dalam penyusunan standard prosedur operasional dalam penanggulangan
kegawatdaruratan bencana.
4. Memberikan pertolongan medis yang optimal dengan waktu yang sesingkat mungkin di
rumah sakit.

7
5. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat.
6. Menurunkan jumlah kesakitan dan kematian korban akibat bencana.
7. Mencegah penyakit yang mungkin timbul serta mencegah penyebabnya pasca bencana.
8. Menciptakan dan meningkatkan mekanisme kerja sektoral dan lintas program dengan
mengikut sertakan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana/musibah massal
kegawatdaruratan sehari–hari.

C. GAMBARAN BENCANA INTERNAL DAN EKSTERNAL


a. BENCANA INTERNAL
Bencana internal adalah bencana yang terjadi di dalam Rumah Sakit dan bencana
eksternal yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi jenis bencana ( Hazard ) yang
mungkin terjadi di Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE adalah sebagai berikut:
a) Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung.
b) Gempa Bumi
Lokasi kepulauan di Indonesia berada pada area lempengan bumi di bawah laut
yang sewaktu–waktu dapat bergerak dan menghasilkan gempa, dan kepulauan di
Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang sangat memungkinkan terjadinya
gempa bumi. Dampak terjadinya gempa ini dapat juga terjadi di Kota Singkawang
dan sekitarnya yang akan merupakan bencana eksternal namun bila dampak gempa
pada area bangunan di Rumah Sakit maka hal ini merupakan situasi bencana yang
terjadi di Rumah Sakit.
c) Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung–tabung besar gas maupun central gas
Rumah Sakit yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan
dan sabotase. Dan tabung–tabung gas maupun salurannya itu sendiri merupakan
sumber dari kebocoran.
d) Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan
berbahaya yang ada di Rumah Sakit.
e) Penyakit Menular
Penyakit menular yang potensial terjadi adalah diare, demam berdarah, serta new
emerging disease akibat pembauran peradaban global.

8
b. BENCANA EKSTERNAL
Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE sangat memungkinkan untuk menerima
korban bencana eksternal maupun memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar
Rumah Sakit. Potensi bencana eksternal yang berdampak kepada Rumah Sakit adalah:
ledakan/bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
a) Siaga
Siaga adalah suatu keadaan dimana pada waktu yang bersamaan korban akan
datang ke rumah sakit dalam jumlah yang besar sehingga memerlukan
penanggulangan khusus, yang dapat terjadi didalam mauapun diluar jam kerja.
Pesan siaga dari pusat komunikasi harus disampaikan langsung kepada IGD,
informasi ini harus diterima langsung oleh perawat atau dokter jaga, kemudian
berkoordinasi dengan kepala IGD, Kepala Bidang Pelayanan, Medis, dan Direktur
rumah sakit, sehingga keputusan mengaktifkan rencana penata laksanaan korban
bencana massal dirumah sakit (Disaster Plan) akan segera dibuat. Sesuai kondisi
dan kemampuan rumah sakit ,maka kondisi SIAGA dibagi menjadi 2 tingkat
yaitu:
 Siaga 1: Jumlah korban 10–20 orang
Keadaan dimana korban dengan jumlah melebihi kemampuan pelayanan IGD
rumah sakit sehingga harus dibantu dengan memobilisasi dari petugas unit
kerjalain, tetapi masih terbatas di dalam lingkungan rumah sakit. Adapun
pekerjaan rutin sebagian terpaksa ditunda, tetapi sebagian lagi masih dapat
dilakukan tanpa terganggu.
 Siaga 2: Jumlah korban lebih dari 20 orang
Keadaan dimana korban dalam jumlah melebihi kemampuan pelayanan IGD,
sehingga harus memobilisasi sebagian besar petugas rumah sakit termasuk
karyawan yang sedang tidak bertugas. Pada situasi ini seluruh kegiatan rutin
RS dihentikan, kecuali pelayanan terhadap pasien rawat inap.
b) Triase
Triase adalah tindakan pemilihan korban sesuai tingkat kegawatannya untuk
mendapat label tertentu dan kemudian dikelompokkan serta mendapatkan
pertolongan/penanganan sesuai dengan kebutuhan. Korban akan dibagi dalam
lima kondisi, sebagai berikut:

9
 Label hijau
Korban yang tidak memerlukan pengobatan segera atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, mencakup korban dengan:
- Fraktur minor
- Luka minor, luka bakar minor
 Label kuning
Korban dengan cidera sedang perlu mendapatkan perawatan khusus dan tidak
dapat dipulangkan, sehingga harus dirawat di rumah sakit atau dirujuk ke
rumah sakit lain, termasuk dalam kategori ini:
- Korban dengan risiko syok
- Fraktur multiple
- Fraktur femur/pelvis
- Luka bakar luas
- Gangguan kesadaran/trauma kepala
 Label merah
Korban dengan cidera berat yang memerlukan observasi ketat dan
penanganan segera, kalau perlu tindakan operasi. Dengan kemungkinan
harapan hidup yang masih besar dan memerlukan perawatan rumah sakit atau
rujukan ke rumah sakit lainnya, termasuk dalam kategori sebagai berikut:
- Gangguan pernapasan
- Trauma kepala dengan pupil anisokor
- Pendarahan external massif
 Label hitam
Korban yang sudah meninggal dunia ditempatkan di ruang jenazah

10
BAB II
IDENTIFIKASI BENCANA

Hazzard Vulnerability Analysis atau HVA digunakan dalam upaya menentukan risiko
bencana apa saja yang dapat terjadi di wilayah Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE. HVA
membantu menentukan potensi bencana baik dari sisi Natural Hazzard, Technological Hazzard,
Human Hazzard, dan Hazzardous Material dari sisi risiko bencana, riwayat bencana dan data
statistik. Dari semua risiko bencana tersebut, risiko bencana yang dapat di identifikasikan adalah:
a) Natural Hazzard: Gempa bumi, banjir, puting beliung, dan letusan gunung berapi.
b) Technological Hazzard:Kegagalan listrik/genset, kegagalan transportasi, gangguan air
bersih, kebakaran, kegagalan sistem informasi, dan kerusakan struktur.
c) Human Hazzard: kerusuhan massal, kecelakaan massal, wabah infeksi, penculikan bayi,
terrorism/bom.
d) Hazzardous Materials: Tumpahan bahan infeksius/B3, ekspose radiasi dari radiologi,
terorisme kimia.

11
Hasil resume analisis di Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE adalah sebagai berikut:

SUMMARY OF MEDICAL CENTER HAZARDS ANALYSIS


SUMMARY OF MEDICAL CENTER HAZARDS ANALYSIS

Total for Facility


Technological

Hazmat
Human
Natural
Proba bility 0,21 0,21 0,10 0,00 0,15

Se ve rity 0,34 0,34 0,22 0,00 0,26

Ha za rd Spe cific Re la tive Risk: 0,07 0,07 0,02 0,00 0,04

Hazard Specific Relative Risk to Medical Center

1,00
0,90
Relative Threat to Facility

0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Natural Technological Human Hazmat

Probability and Severity of Hazards to Medical Center

1,00
0,90
Relative Impact on Facility

0,80
0,70
0,60
0,50
0,40
0,30
0,20
0,10
0,00
Probability Severity

1. BENCANA INTERNAL
Risiko tinggi untuk bencana yang dapat terjadi secara internal adalah
a) Kebakaran
b) Penculikan bayi
c) Wabah infeksi/keracunan massal
d) Gempa bumi
e) Bom

2. BENCANA EXTERNAL
a) Kebakaran
b) Gema bumi
c) Letusan gunung berapi
d) Bom

12
13
14
BAB III
TATA KELOLA BENCANA

A. PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian Penanggulangan Bencana di Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE sebagai berikut:

PENANGGUNG JAWAB
DIREKTUR

TIM K3RS
KETUA TIM STAF DIREKSI
Kepala IGD  Ka.BidPelayananMedis
 Ka.BidKeperawatan
PEMANTAU  Ka.BidPenunjangMedis
PELAKSANA
 Ka.BagUmum
Dokterkonsulenterkait
PELAKSANA  Ka.BagAdministrasi&Keuanga
Dokter IGD n

SEKSI SEKSI SEKSI TRIAGE SEKSI


TRANSPORTASI PENUNJANG OFFICER LOGISTIK SEKSI KEAMANAN
DAN EVAKUASI  ILaboratorium  DokterJaga  Inst. Gizi &INFORMASI
 Unit  Inst. Farmasi IGD  Unit Linen  Satpam
PemeliharaanSara  Inst.  PerawatJag  Bag. Administrasi
na  RawatJalan a IGD ------------------
 PerawatJaga  Inst.  Polsek
 Satpam  SterilisasiSentra  PMK
 Parkir l  Tim SAR
 Inst.
RekamMedis



KETERANGAN:

- - - - - - - - - - - - Garis Koordinasi

Garis Komando

15
B. TIM PENANGGULANGAN BENCANA:
Uraian Tugas:
1. Penanggung jawab Tim Penanggulangan Bencana
a. Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan penanggulangan bencana.
b. Melakukan koordinasi dengan pihak luar jika terjadi suatu bencana.
c. Membuat suatu keputusan jika dalam proses penanggulangan bencana terjadi kendala atau
perselisihan.
2. Ketua Tim Penanggulangan Bencana
a. Memimpin operasi penanggulangan keadaan darurat.
b. Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab (Direktur/Wakil Direktur).
c. Memastikan prosedur penanggulangan darurat ini dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap
personil termasuk penghuni gedung.
d. Memberikan instruksi dan dalam setiap tindakan darurat evakuasi penghuni (pegawai,
pasien, keluarga atau tamu pasien).
e. Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait seperti Dinas Kebakaran, PLN,
Polisi, BMKG, gedung pelayanan medis lain di lingkungan rumah sakit atau rumah sakit
lain untuk memindahan pasien.
f. Melaporkan status keadaan darurat kepada penangung jawab.
g. Jika bencana gempa:
i. Mencari informasi mengenai skala gempa serta informasi kepada instansi terkait dalam
hal ini BMKG.
ii. Jika terdapat bangunan runtuh dan ada korban terjebak reruntuhan segera minta bantuan
dari luar seperti Dinas Pemadam Kebakaran/Basarnas untuk menyelamatan korban
gempa atau tenaga medis dari gedung rumah sakit.
iii. Berkonsultasi ke ahli konstruksi bangunan guna memastikan struktur bangunan gedung
masih layak atau tidak.
3. Tim K3 RS
a. Berkoordinasi dengan ketua tim penanggulangan bencana dalam proses penanggulangan
kebakaran maupun dalam proses evakuasi.
b. Melakukan pendataan terhadap seluruh kejadian untuk dilaporkan kepada direktur rumah
sakit.
4. Pemantau Pelaksana
a. Melakukan bantuan konsulen terhadap penderita atau korban bencana.

16
b. Memberikan konsulen baik kepada dokter-dokter yang menangani penderita atau korban.
5. Staf Direksi
a. Melakukan koordinasi dengan unit dibawahnya untuk bisa melakukan tugas-tugasnya
dalam membantu proses pelaksanaan penanggulangan bencana yang terjadi di rumah sakit.
b. Melakukan pengaturan tenaga dalam proses penanggulangan bencana yang terjadi.
6. Pelaksana (Dokter IGD)
a. Sebagai koordinator pelaksana di ruang triage
b. Koordinasi dengan perawat jaga IGD
c. Menginformasikan kepada:
 Direktur Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE
 Kepala IGD Rumah Sakit Ibu Dan Anak WEMPE
 Kepala bidang keperawatan
 Kepada dokter jaga lain bila diperlukan tenaga dokter jaga tambahan
d. Membantu persiapan:
 Ruang tempat pelayanan
 Peralatan dan bahan habis pakai
 Mengecek obat-obatan yang diperlukan
e. Memberi pelayanan medis dengan prioritas utama berdasarkan prosedur triage
7. Seksi Transportasi dan Evakuasi
Menyiapkan segala sarana prasarana evakuasi dan transportasi bilamana itu diperlukan dalam
proses penanggulangan bencana yang terjadi.
8. Seksi Penunjang
Membantu proses layanan sesuai kebutuhan penderita/korban.
9. Seksi Triage Officer
a. Bersama dengan dokter menyiapkan tempat pelayanan
b. Memanggil perawat jaga on call IGD
c. Memberi pertolongan perawatan darurat
d. Membantu dalam evakuasi korban
e. Membantu triage officer
f. Melakukan pengidentifikasian penderita
g. Mengendalikan komunukasi baik telephone maupun radio medic

17
10. Seksi Logistik
a. Menyiapkan kebutuhan proses penanggulangan bencana berupa persediaan makanan serta
kebutuhan gizi bagi penderita/korban maupun bagi petugas.
b. Menyiapkan persediaan kebutuhan linen saat proses penanggulangan bencana berjalan.
11. Seksi Keamanan dan Informasi
a. Melakukan bantuan pemadaman maupun evakuasi saat terjadi kondisi darurat.
b. Membantu pengamanan proses penanggulangan bencana di rumah sakit.
c. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait (Polsek, PMK dll) perihal kebutuhan proses
penanggulangan bencana.
d. Melakukan penyebaran informasi kepada penghuni gedung rumah sakit perihal terjadinya
bencana maupun hala-hal lain yang terkait proses penanggulangan bencana.
12. Unit Pemeliharaan Sarana
a. Memastikan penyebab alarm yang berbunyi dan melaporkan kepada ketua tim
penanggulangan bencana.
b. Memastikan semua sarana darurat beroperasi selama keadaan darurat.
c. Mematikan power penggerak lift penumpang dan semua posisi lift di lantai dasar (fire
switch).
d. Siaga untuk mengoperasikan on atau off listrik pada lantai tertentu atau seluruh gedung
sesuai kondisi dilapangan.
e. Siaga untuk mengoperasikan genset secara manual bila sistem otomatis tidak bekerja pada
saat pasokan listrik PLN terputus.
f. Menghentikan suplai oksigen sentral baik secara keseluruhan maupun per ruangan/unit
sesuai dengan kondisi dilapangan.
g. Siaga untuk mengoperasikan pompa air secara manual bila system otomatis tidak bekerja,
agar air selalu tersedia untuk kebutuhan pelayanan maupun jika diperlukan untuk
pemadaman kebakaran.
h. Siaga melihat posisi ketinggian air pada control panel dan melaporkan kondisi air ke
koordinator darurat/kebakaran.
13. Kepala/Penanggung jawab ruangan/unit
a. Mengkoordinir seluruh staf di ruangan/unit masing-masing untuk melakukan
penyelamatan-penyelamatan yang diperlukan.
b. Selalu berkoordinasi dengan unit terkait perihal kondisi darurat di ruangan/unitnya masing-
masing.

18
c. Selalu siaga mengkoordinasi staf-nya untuk melakukan bantuan evakuasi ke ruangan/unit
lain bilamana dibutuhkan.
14. Petugas Evakuasi ruangan
a. Memastikan evakuasi pasien dengan baik sesuai kriteria evakuasi.
b. Memastikan evakuasi petugas dengan baik sesuai kriteria evakuasi petugas.
c. Melakukan evakuasi asset/peralatan jika kondisis memungkinkan sesuai dengan kriteria
evakuasi.

C. STRATEGI KOMUNIKASI SAAT BENCANA


Strategi komunikasi saat bencana menjadi tanggung jawab kepala bagian administrasi,
dibantu oleh ketua tim untuk kebutuhan komunikasi internal, dan ketua seksi informasi untuk
komunikasi eksternal.
Setiap SDM anggota tim yang terlibat harus mampu memahami peran dan tugasnya
masing-masing, baik dalam kondisi yang ditentukan sebagai kondisi siaga, stanby, pemanggilan
maupun pelaksanaan.Sarana komunikasi yang digunakan adalah meliputi: sarana telephone,
radiomedik, maupun sarana komunikasi yang lainnya.
Komunikasi diatur agar melalui satu jalur instruksi dan koordinasi melalui masing-
masing penanggung jawab, agar proses penanggulangan bencana berjalan secara sinergis dan
terarah. Kebutuhan pengambilan keputusan yang cepat dapat diakomodasi melalui penanggung
jawab masing-masing yang melaporkan kepada penanggung jawab komunikasi.

D. KOORDINASI PENANGAN BENCANA


Tim penanggulangan bencana berlaku sebagai organisasi keadaan “SIAGA”. Apabila RS
dinyatakan dalam keadaan “SIAGA”, maka selanjutnya seluruh petugas yang telah ditentukan
langsung dan segera bertugas dilokasi tugasnya masing-masing.
Susunan keanggotaan tim penanggulangan bencana RS sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing.
Dalam mengantisipasi terjadinya bencana diluar jam kerja, maka dibentuk tim
penanggulangan bencana luar jam kerja, yang berpusat di IGD dan hanya bersifat sementara
bertugas sesuai fungsinya, sampai pejabat penanggung jawab yang sebenarnya hadir/mengambil
alih.

19
 Pos Komando di Rumah Sakit
Rumah Sakit harus menyediakan satu ruangan yang akan difungsikan sebagai pos
komando selama bencana massal terjadi yaitu diruang humas. Sebaiknya ruangan ini sudah
dilengkapi radio dan telephone, atau telah dipersiapkan untuk pemasangan alat komunikasi
tersebut. Ruangan ini harus mudah ditemukan/dicapai, dan cukup untuk menampung hingga
10 orang petugas.
Tim inti dari Pos Komando di RSIA ini beranggotakan:
- Direktur Rumah Sakit
- Kabid Pelayanan Medis
- Kabid Keperawatan
- Kabag Umum
- Kabag Keuangan
- Sekretaris
- Humas (berhubungan dengan keluarga korban dan media massa)
- Customer Service
 Pos Informasi: Seksi keamanan dan informasi
 Pos logistik dan donasi: Seksi Logistik
 Pos penanganan jenazah: Seksi penunjang, Seksi transportasi dan evakuasi
 Pos relawan: Seksi keamanan dan informasi
 Pos komunikasi dengan keluarga korban: Seksi keamanan dan informasi
 Pos pengelolaan data: kepala instalasi rekam medis

E. Mobilisasi Petugas Rumah Sakit


Petugas Instalasi Gawat Darurat yang diberangkatkan ke lokasi kecelakaan harus segera
digantikan dengan petugas dari keperawatan lain. Petugas dari bagian lain juga harus membantu
mempersiapkan ruangan yang akan dipergunakan untuk menampung korban kecelakaan massal
tersebut.
Bantuan harus diberikan kepada unit-unit utama dalam penanggulangan kecelakaan
massal di Rumah Sakit, yaitu instalasi gawat darurat, instalasi kamar operasi, laboratorium,
radiologi dan instalasi perawatan intensif, dan petugas-petugas lain seperti kepala bidang,
seksi/urusan, petugas gizi, petugas laundry, petugas cleaning service, petugas keamanan dan

20
operator telephone harus pula dimobilisasi. Untuk meningkatkan efisiensi, pemberian bantuan ini
harus direncanakan secara seksama dan dengan penekanan untuk melakukan pergantian yang
cepat petugas yang bertugas di lokasi yang paling terekspos/paling sibuk (instalasi gawat darurat,
instalasi kamar operasi). Hal ini akan mencegah tidak tergantikannya petugas pada unit-unit
tersebut selama penanganan kecelakaan massal dan memperlancar pengembalian petugas ke
pekerjaan rutin setelah bekerja di unit penanganan kecelakaan massal.

F. PENGELOLAAN SUMBER DAYA TERMASUK SUMBER DAYA ALTERNATIF


Pengelolaan sumber daya pada saat bencana, menjadi perhatian penting bagi RSIA,
terutama untuk sumber daya vital seperti air bersih, listrik dan gas medis. Peningkatan kebutuhan
sumber daya tersebut harus didukung oleh sumber daya alternatif yang dapat diperoleh.
Untuk kebutuhan air bersih, RSIA Mempunyai pendukung kebutuhan air bersih dari jalur
mata air gunung sari Singkawang. Demikian pula kebutuhan listrik RSIA yang didukung oleh 1
unit generator listrik, apabila diperlukan dapat bekerja sama dengan vendor generator listrik yang
menjadi rekanan RSIA. Demikian pula kebutuhan gas medis, RSIA bekerja sama dengan pihak
kedua untuk mencukupi kebutuhannya.
Untuk pemenuhan sumber daya manusia yang terbatas atau saran kesehatan lain yang
terbatas, RSIA bekerjasama dengan RS lain sebagai jejaring rujukan pelayanan.

G. ALUR PROSES PENANGGULANGAN BENCANA DI DALAM RSIA


Bencana yang terjadi didalam RS dapat menjadi 2 hal, yaitu:
1. Bencana yang tidak memerlukan evakuasi
Penanganan korban bencana yang terjadi didalam rumah sakit tetap melalui proses triase
dengan sistem penanganan yang sama seperti pada penanganan korban yang datang dari
luar RS.
2. Bencana yang memerlukan evakuasi
Apabila bencana yang terjadi didalam dapat menyebabkan kerusakan bangunan serta
mengancam keselamatan semua orang yang berada di RSIA, maka harus segera dilakukan
evakuasi.
a. Evakuasi
Evakuasi adalah proses pemindahan korban dari lokasi kejadian ke tempat lain yang
aman atau untuk mendapatkan pertolongan medis yang lebih baik atau lebih lengkap.

21
Korban dapat merupakan pasien RSIA, tetapi dapat pula merupakan karyawan yang
bekerja di RSIA.
Alasan evakuasi:
1. Untuk memindahkan pasien atau staf dari tempat dimana bahaya mengancam.
2. Untuk mempersiapkan tempat tidur bagi korban kecelakan yang memerlukannya.
Pelaksanaan dari bencana internal:
a. Pasien harus segara dipindahkan dari tempat yang berbahaya ke tempat yang
aman.
b. Keputusan seberapa luas rencana dilakukan akan ditentukan oleh petugas yang
berwenang.
c. Pendataan/pengabsenan akan dilaksanakan sebelum, selama, dan sesudah
evakuasi jika memungkinkan.
b. Anggota Tim Evakuasi
1. Petugas perawat jaga disemua ruang jaga.
2. Staf SDM/kepegawaian dibantu oleh staf administrasi (diluar jam kerja semua staf
administrasi yang tugas jaga).
c. Prosedur Evakuasi pada Penanganan Bencana
1. Perawat jaga ruangan mendengar pemberitahuan adanya bencana dan perintah
evakuasi dari pimpinan siaga.
2. Dalam kondisi kebakaran atau bencana internal lain, semua pasien atau staf rumah
sakit harus segera dipindahkan ke tempat lain yang aman di rumah sakit atau
dikeluarkan dari rumah sakit.
3. Pemindahan pertama dilakukan ke tempat yang aman dalam lantai yang sama, lalu
jika area tersebut dianggap tidak aman lagi, dilakukan pemindahan ke lantai
bawahnya atau dikeluarkan dari gedung.
4. Pemindahan harus secara sistematis dengan memindahkan pasien dan staf yang
lebih dekat dengan area yang berbahaya terlebih dahulu.
5. Setiap bagian dalam gedung harus diberi tanda. Pastikan pintu yang
menghubungkan dengan area yang terbakar selalu tertutup rapat sewaktu pindah
dari satu bagian ke bagian lain.
6. Jangan mencoba untuk evakuasi dari gedung “saat” terjadinya bencana gempa.

22
d. Tindak lanjut
Setelah semua pasien dan korban akibat bencana tersebut sudah terkumpul
ditempat yang aman, ketua tim penanggulangan bencana mengatur pengiriman pasien
dan korban ke rumah sakit terdekat atau ke rumah sakit rujukan.
Dengan adanya program penanggukangan bencana baik yang berasal dari luar
RSIA maupun yang berasal dari dalam RSIA sendiri diharapkan seluruh petugas dapat
bekerja sesuai dengan pedoman yang sudah dibuat.

H. ALUR PROSES PENANGGULANGAN BENCANA DARI LUAR RSIA


Bencana yang terjadi diluar rumah sakit, lingkungan sekitar rumah sakit, dimana korban
dibawa ke rumah sakit dalam jumlah besar sehingga terjadi kekurangan petugas rumah sakit
dalam mengatasi korban bencana yang dibawa ke RSIA.
Tindakan yang akan dilakukan oleh rumah sakit bila terjadi bencana diluar RS adalah bersikap
aktif dan pasif.
a. Aktif
Yang dimaksud bersikap aktif adalah apabila para korban bencanan dibawa ke RSIA
untuk mendapatkan pertolongan medis. Dalam hal ini rumah sakit akan mengaktifkan sistem
siaga sesuai dengan jumlah korban yang datang dan semua korban yang ditangani melalui proses
triasedalam keadaan bencana. Kegiatan ini akan dilakukan oleh tim penanggulangan bencana RS.
b. Pasif
RSIA bersifat pasif atau menunggu informasi dan instruksi dari instansi terkait seperti
Dinkes atau Satlak PBP/Satkorlak PBP dalm menghadapi bencana yang terjadi diluar rumah
sakit dimana para korban tidak dibawa ke rumah sakit kita melainkan rumah sakit yang telah
ditentukan oleh instansi yang berwenang tersebut.
c. Dekontaminasi
Jika terjadi bencana internal dan external IGD rumah sakit sudah ada fasilitas ruang
dekontaminasi dengan kondisi sebagai berikut:
 Ruang dekontaminasi ditempatkan disisi depan/sisi luar IGD atau terpisah dengan
IGD.
 Jenis pintu menggunakan Swing membuka kea arah dalam dan dilengkai dengan
penutup pintu otomatis.
 Bahan pintu tahan terhadap benturan brankar.

23
 Lantai tidak licin dan tahan terhadap air.
 Kontruksi dinding tahan terhadap air dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai.
 Dilengkapi dengan washtafel (sink) dan pancuran air (shower).

I. PENGELOLAAN KEGIATAN KLINIS DI SAAT BENCANA


Pada prinsipnya rumah sakit dalam keadaan bencan sekalipun, harus mampu mengelola
bersama pelayanan sehari-hari serta melayani korban akibat bencana, secara aktif membantu
dalam penyelamatan nyawa korban bencana. Namun demikian RSIA harus menentukan
keadaannya, apakah dapat berfungsi secara penuh, berfungsi parsial atau tidak dapat berfungsi
ketika terjadi bencana. Apakah RSIA masih mampu menerima pasien-pasien baru, ataukah sudah
tidak mampu lagi menerima tambahan pasien.

J. PERENCANAAN LOGISTIK
Kebutuhan obat, alat-alat kesehatan, makanan dan lain-lain harus disiagakan dibawah
koordinasi dan pimpinan dari ketua tim penanggulangan bencana yang dalam hal ini dipimpin
oleh kepala IGD.
Perencanaan meliputi:
 Siap untuk mensuplai kebutuhan tiap bagian.
 Memiliki list terbaru dari supplier yang dapat mengirim dengan cepat kebutuhan obat dan
barang-barang kebutuhan.
 Ketersediaan obat-obat gawat darurat.
 Tersedianya petugas untuk mengatur obat setiap waktu obat dibutuhkan.
 Penyimpan makanan pada saat bencana dan mempertahankan persediaan makanan untuk pasien
dan petugas. Semua dana yang dikeluarkan dalam kegiatan ini harus dibuatkan laporan
pertanggung jawaban.

24
K. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Transportasi diperlukan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan
obat dan alkes, penjemputan para pejabat atau panitia penanggulangan bencana, evakuasi pasien,
merujuk pasien dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan penaggulangan bencana.
Seluruh unit mobil ambulan dan sepeda motor yang dimiliki rumah sakit harus disiagakan
termasuk dibawah komando kabag umum/komando regu.

L. PELAPORAN
Selama kegiatan penanggulangan bencana, setiap penanggung jawab harus melaporkan
kegiatan yang telah dilakukan kepada ketua tim penanggulangan bencana adanya kejadian atau
masalah yang baru dalam bencana juga harus segera dilaporkan hal ini sangat berguna untuk
keperluan informasi baik ke dalam maupun ke luar rumah sakit dan juga sangat berguna untuk
menentukan tingkat siaga selanjutnya.

25
BAB IV
EVAKUASI

A. EVAKUASI PASIEN DIDALAM RUMAH SAKIT


Prosedur evakuasi korban bencana:
1. Mengevakuasi pasien dari lokasi bencana/musibah massal menuju area titik kumpul.
2. Proses evakuasi dilakukan melalui tangga darurat.
3. Untuk gedung bertingkat yang tidak memiliki ram, pasien yang dengan kondisi tidak bisa
berjalan dievakuasi dengan digendong atau diusung dengan selimut, tandu atau kursi dengan
memperhatikan kondisi penyakit/trauma pasien.
4. Petugas evakuasi membekali diri dengan segala keperluan pribadi serta membekali diri
dengan membawa alat dan obat untuk pertongan pertama.
5. Petugas menilai situasi dan kondisi pasien/korban.
6. Petugas menentukan korban termasuk yang segera dievakuasi atau yang bisa ditunda.
7. Pasien/korban yang termasuk kategori SEGERA dievakuasi harus memperhatikan prinsip
ABC.
8. Korban yang dengan kategori tidak segera dievakuasi setelah yang kategori SEGERA
dievakuasi.
9. Korban dipindahkan ke lokasi aman atau rumah sakit lapangan atau IGD.
10. Komunikasikan rencana dan teknik mengangkat dan mengangkut dengan rekan atau tim.
11. Pada saat mengangkat pasien/korban perhatikan beberapa peraturan untuk mencegah cidera.
Antara lain :
 Posisi kaki menapak dengan baik dan kokoh dan sepanjang lebar bahu.
 Saat mengangkat gunakan tumpuan pada kaki bukan punggung.
 Saat mengangkat hindari gerakan memutar yang bisa menimbulkan cidera, jaga punggung
dalam posisi lurus.
 Hindari memutar ketika menjangkau.
 Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inci didepan anda.
 Saat memindahkan korban melewati tangga, jika memungkinkan menggunakan kursi dari
pada tandu.

26
12. Pada saat mendorong atau menarik penderita perlu diperhatikan :
 Lebih baik mendorong dari pada menarik jika memungkinkan.
 Punggung selalu tetap lurus/terkunci.
 Jaga beban dekat dengan tubuh anda.
 Jika beban berada dibawah pinggang, dorong atau tarik dengan posisi berlutut.
 Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.

B. EVAKUASI PASIEN DILUAR RUMAH SAKIT


Tim Pra Hospital
1. Berangkat kelokasi kejadian harus bersama dengan tim, minimal dua orang.
2. Menilai situasi sekitar (Rapid Health Assassment) dan segera laporkan kembali ke RSIA.
3. Berkoordinasi lapangan dengan petugas lain dilapangan pada awal kejadian (Polisi, SAR,
PLN atau dinas lain yang lebih berkompeten).
4. Setelah lokasi dinyatakan aman oleh pihak yang lebih berkompeten, segera lakukan triage
lapangan (triase satu) sesuai dengan berat ringannya kasus (hijau, kuning, merah).
5. Menentukan prioritas penanganan.
6. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman.
7. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
8. Lakukan triase evakuasi (triase dua) sesuai perkembangan kondisi korban selama ditempat
collecting area untuk menentukan prioritas transportasi korban ke IGD atau ke RS yang lebih
besar sesuai kebutuhan medis korban.

27
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pedoman Simulasi/Gladi Kesiapsiagaan Masyarakat


Menghadapi Ancaman Gempa dan Tsunami, 2014

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan


Bencana Tentang Rambu dan Papan Informasi Bencana, 2015

Badan Nasional PenanggulanganBencana. RisikoBencana Indonesia. Jakarta: BNPB:2016

Peraturan Menteri Pekerja Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem


Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

ILO.(2018). Manajemen Resiko Kebakaran.Jakarta : International Labour Organization 2018

Ismara Ima K, dkk.(2014). Buku Ajar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)Universitas negeri
yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta Juniani, Anda Iviana, dkk. Implementasi Metode Hazop Dalam Proses Identifikasi
Bahaya Dan Analisa Resiko Pada Feedwater System Di Unit Pembangkitan Paiton, PT.PJB.
Surabaya(ID) : Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya. Diakses pada 3 Desember 2018

28

Anda mungkin juga menyukai