Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN

SISTEM UTILITAS
RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA
PANDAAN – PASURUAN
2022

RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA

Jl. Raya By Pass No. 06 Pandaan - Pasuruan


Telp. (0343) 636064 Fax. (0343) 636083
Email: msmpandaan@gmail.com
RUMAH SAKIT
“MITRA SEHAT MEDIKA”
Jl. Raya By Pass No. 6 Telp. (0343) 636064 Fax. (0343) 636083 Email. msmpandaan@gmail.com
PANDAAN - PASURUAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA

NOMOR 016/ SK/ DIR/ I/ 2019

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN SISTEM UTILITAS

DIREKTUR RUMAH SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA

Menimbang : a. bahwa dalam meningkatkan keselamatan pasien maka perlu


adanya pemberlakuan pedoman sistem utilitas yang sesuai dengan
bangunan dan fasilitas di Rumah;

b. bahwa untuk keperluan diatas perlu Keputusan Direktur


Rumah Sakit Mitra Sehat Medika;

Mengingat : 1. Undang- Undang No. 01 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja;

2. Undang- Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana;

3. Undang- Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;

4. Undang- Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/


Men/ 1980 Tentang Syarat- Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan;

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 02/


Men/ 1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja;

7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 05/


MEN/ 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja;

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/ PRT/ M/ 2006


Tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;

9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 432/ Menkes/ SK/ IV/


2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/ PRT/ M/ 2007
Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung;

11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03 Tahun


2008 Tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun;

12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 21 Tahun


2008 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
Dan/ Atau Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal;

13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 09/ PER/ M/ 2008


Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;

14. Peraturan Menkes RS No. 1087/ Menkes/ SK/ VIII/ 2010


Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah
Sakit;

15. Peraturan Menkes RI No. 374/ MENKES/ PER/ III/ 2010


Tentang Pengendalian Vektor;

16. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/ MENKES/ PER/ IV/


2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;

17. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 736/ MENKES/ PER/ VI/


2010 Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum;

18. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1077/ MENKES/ PER/


V/ 2011 Tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
Rumah;

19. Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 Tentang


Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun;

20. Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 2008 Tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : PEMBERLAKUAN PEDOMAN SISTEM UTILITAS DI RUMAH


SAKIT MITRA SEHAT MEDIKA.

Kedua : Memberlakukan pedoman sebagaimana terlampir dalam lampiran


Surat Keputusan Direktur.
Ketiga : Segala biaya yang timbul akibat diterbitkannya Surat Keputusan ini
dibebankan pada anggaran RS.

Keempat : Surat Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan sampai dan
akan diubah dan diatur kembali sebagaimana mestinya apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.

Ditetapkan di Pandaan

Pada tanggal 12 Januari 2020

Direktur RS Mitra Sehat Medika,

dr. Chandra Lionardy


NIK. M. 100.011
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangunan-bangunan gedung tidak dapat terlepas dari masalah-masalah
lingkunganseperti hujan,angin,panas,dingin& lembab, polusi dan sebagainya. Hal itu
menyebabkan sebuah bangunan memerlukan suatu sistem utilitas yang dapat berfungsi
dalant pelayanan suatu bangunan (building sertice), dimana fungsi utamanya adalah
pada operasi mekanikal dan elektrikal seperti sistem tata udara sistem plumbing system
kelistrikan, sistem tata cahaya sistem transportasi vertikal dan sistem-sistem yang lain
yang dapat menunjang bangunan tersebut agar dapat berfungsi dengan baik.
Secara fisik sistem utilitas rumah sakit sebagian besar merupakan jalur-jalur panjang,
baik pada arah horisontal maupun pada arah vertikalnya.Dan di dalam perancangan
bangunan jalur-jalur ini menuntut disediakannya ruang/tempat/lokasi yang secara
kuantitas cukup dan secara kuatitas memenuhi syarat, baik syarat teknis maupun syarat
pemeliharaan dan perbaikan.
Di dalam perancangnya seringkali jalur instalasi ini ditempatkan pada satu zona
dengan jalur sirkulasi, baik yang berada di dalam perencanaanya seringkali jalur instalasi
ini ditempatkan pada satu zona dengan jalur sirkulasi, baik yang berada dalam jalur
vertikal maupun yang berada pada jalur horisontal.Pada lajur vertikal yang ditempatkan
pada satu zona disebut core dan pada jalgr horisontal sering kita lihat berada sejalan
dengan jalur-jalur koridor yang menjalar di dalam bangunan yang bersangkutan.

B. Tujuan
 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pedoman sistem utilitas adalah sebagai dasar untuk
memberikan pedoman kepada petugas Rumah Sakit Mitra Sehat Medika
khususnya petugas yang berhubungan dengan sistem utilitas yang ada Rumah
Sakit.
 Tujuan Khusus
a. Merencanakan sistem utilitas sebaik mungkin agar fungsi bangunan dapat
berjalan lancar dan keberadaannya tidak mengganggu lingkungan di
sekitarnya.
b. Menerapkan sistem penghawaan yang tepat untuk rumah sakit.
c. Menggunakan sistem komunikasi yang tepat di lingkungan rumah sakit.
d. Mengetahui spesifikasi jenis air bersih dan air minum, standar penggunaan
dan penyesuaian terhadap kebutuhan penghuni bangunan
e. Merancang secara rinci sistem palmbing air bersih yang terdiri dari :
 Sistem perpipaan air bersih
 Perhitungan kebutuhan sistem penyediaan sistem air bersih

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Ketersediaan air dan listrik 24 jam sehari
2. Membuat daftar inventaris komponen sistem utilitas
3. Pemeriksaan dan pemeliharaan serta perbaikan semua komponen utilitas
4. Jadwal pemeriksaan, testing, pemeliharaan semua sistem utilitas
5. Pelabelan pada tuas- tuas control sistem utilitas
6. Komponen listrik yang digunakan sesuai dengan standard dan peraturan
perundangan
BAB II
SISTEM PENGHAWAAN DAN PENGKONDISIAN UDARA

2.1 Sistem Penghawaan


Setiap bangunan rumah sakit harus memiliki ventilasi alami dan atau ventilasi
mekanik/buatan sesuai dengan fungsinya. Bangunan rumah sakit harus mempunyai bukaan
permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendeta dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka
untuk kepentingan ventilasi alami. Persyaratan teknis dari sistem penghawaan yaitu :
1. Jika ventilasi alami tidak mungkin dilaksanakan, maka diperlukan ventilasi buatan seperti
pada bangunan fasilitas tertentu yang memerlukan perlindungan dari udara luar dan
pencemaran.
2. Pada ruang-ruang khusus seperti ruang isolasi, ruang laboratorium maupun ruang
farmasi, diperlukan fasilitas pengelolaan limbah udara infeksius paparan udara
3. Sistem tata udara harus ditempatkan agar memudahkan dalam pemeriksaan dan
pemeliharaan.
4. Sebagai ventilasi, udara segar harus dimasukkan ke dalam ruangan untuk menjaga
kesegaran dan kesehatan ruangan.
5. Udara segar harus dimasukkan langsung dari luar dan bukan udara yang berasal dari
lobi atau koridor tertutup,
6. Untuk instalasi tata tdara sentral, udara segar harus dimasukkan melalui mesin pengolah
udara sentral.
7. Untuk sistem tata udara individu" seperti unit jendela dan unit split, udara segar boleh
dimasukkan langsung ke dalam ruangan.
8. Ruangan yang dilengkapi dengan ventilasi mekanik harus diberikan pertukaran udara
minimal 6 (enam) kali per jam.
9. Tata udara untuk ruangan yang dapat menimbulkan pencemaran atau penularan
penyakit ke ruangan lainnya, harus langsung dibuang ke luar.
10. Ruang bedah dan ruang perawatan penyakit menular yang berbahay4 pembuangan
udaranya harus ke tempat yang tidak membahayakan lingkungan rumah sakit.
11. Ruang pengolahan bahan obat, proses foto dan proses kimia lainnya yang dapat
mencemari tingkungan, pembuangan udaranya harus melalui penyaring dan pemroses
untuk menetralisir bahan bahan yang terkandung di dalam udara buangan tersebut
sesuai ketentuan yang berlaku.

2.2 Sistem Pengkondisian Udara


Untuk kenyamanan termal dalam ruang di dalam bangunan rumah sakit harus
mempertimbangkan temperatur dan kelembapan udaranya. Untuk mendapatkan tingkat
temperatur dan kelembapan udara di dalam ruangan dapat dilakukan dengan alat
pengkondisian udara yang mempertimbangkan :
1. Fungsi bangunan rumah sakit/ruang, jumlah pengguna letak geografis, orientasi
bangunan, volume retrying, jenis peralatan dan penggunaan bahan bangunan
2. Kemudahan pemeliharaan dan perawatan
3. Prinsip-prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan

2.3 Pemeliharaan Mekanikal


1. Window Unit, Split Unit dan Package Unit
a. Pemeliharaan
 Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada case unit menyeka
menggunakan kain atau sikat pembersih dan deterjen, dilakukan setiap bulan
sekali.
 Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada komponen heat exchanger
condensor, koil pipa pvc water, saringan (filter) dan panci penampung.
Pembersihan dilakukan dengan cara mengeluarkan window AC dan kemudian
dibersihkan menggunakan sikat atau kain pembersih,deterjen dan
kompressor angin. Pemeliharaan dilakukan 3 (tiga) bulan sekali.
 Dilakukan pengisian refrigeran dengan cara memasukkan refrigeran ke dalam
pipa unit melalui lubang pengisian yang telah ada. Jenis refrigerant yang
digunakan adalah Freon, R-12, F.22 alau fluida lain yang ditentukan oleh
pabrik pembuatnya. Pengisian dilakukan bila dianggap perlu.
b. Perbaikan Kecil.
 AC Split.
Dilakukan penggantian isolasi pipa tembaga atau kuningan atau jenis lain bila
ditemui adanya bagian isolasi pipa yang rusak dengan cara membuka
bagian/daeratr isolasi yang rusak tersebut sekeliling pipa kemudian diganti
dengan isolasi dan salah satu bahan yang tersebut di bawah ini:
- Asbestos, serat gelas kemudian dilapisi bahan yang tahan air.
- Magnesium karbida kalsium silikat, busa polietilen kernudian dilapisi
bahan tahan air. Ketebalan batran isolasi disesuaikan dengan ketentuan
pabrik pembuat AC ini atau minimal 20 mm'
 AC Package.
- Bila terjadi kerusakan tali kipas atau kendor dilakukan penggantianatau
penyetelan. Bila terjadi kerusakan tali kipas maka tali kipas harus diganti
dengan cara mengatur posisi motor penggerak sedemikian, sehingga tali
kipas dapat diganti dan kemudian diatur kembali pada posisi yang sesuai
dengan ketentuan tegangan tali kipas dari pabrik pembuatnya dan
dilakukan pada saat blower tidak beroperasi. pemeriksaan kondisi tali
kipas ini dilakukan setiap minggu. Baut-baut yang ditemukan dalam
keadaan kendor pada saluran pipa refrigerant dilakukan pengokohan.
Pengkokohan baut yang kendor, disesuaikan dengan petunjuk dari pabrik
pembuat AC tersebut. Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu.
- Dilakukan penyetelan termostat pendinginan sesuai dengan kebutuhan
pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur ter mostat pada
kondisi temperatur ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi
termostat dilakukan setiap minggu
 Chiller
- Pemeliharaan
 Dilakukan pembersihan atau penyetelan terhadap permukaan luas unit
chiller ini dengan cara menyeka dengan kain atau dengan sikat
pembersih. Pembersihan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.
 Dilakukan pembersihan terhadap komponen pipa air pendingin
kondensor dan koil pipa pendingin evaporator dengah cara membuka
bagian penutup mesin chiller yang telah ditentukan oleh pabrik
pembuatnya. Pembersihan dilakukan pada saat mesin chiller tidak
beroperasi, dan dilakukan 2 (dua) bulan sekali.
 Untuk penggantian refrigeran mesin chiller dilalcukan sesuai petunjuk
mesin tersebut, karena setiap mesin chiller mempunyai spesifikasi
yang berlainan.
 Fluida yang digunakan adalah R-22, R-11 atau refrigeran lain sesuai
petunjuk pabrik. Penggantian dilakukan bila dianggap perlu.
2. Unit pengolah udara (AHU).
a. Pemeliharaan
 Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan
caramenyeka dengan kain atau sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan
ini dilakukan 6 (enam) bulan sekali.
 Dilakukan pembersihan terhadap komponen filter udara dengan cara
membuka filter, komponen pipa pembuangan air dan panci pembuangan
dengan cara membuka penutup untuk perawatan bagian bawah AHU,
komponen koil pendingin dengan cara membuka bagian penutup untuk
perawatan bagian evaporator.
 Dilakukan pengontrolan baut-baut yang kendor padajalur aliran pipa dengan
cara mengokohkan baut yang kendor sesuai dengan petunjuk pabrik.
Pemeriksaan kondisi baut dilakukan setiap minggu.
 Dilakukan penyetelan termostat pendinginan sesuai dengan kebuhrhan
pendinginan di dalam ruangan dengan cara mengatur terrrostat pada kondisi
temperatur ruangan yang diinginkan. Pemeriksaan kondisi penunjukkan
termostat dilakukan setiap minggu.
b. Perbaikan kecil.
 Bila tali kipas rusak dilakukan penggantian baru.
 Bila ditemui kondisi pendingin yang rusak dilakukan penggantian sesuai
dengan bahan yang semula.

3. Cooling Tower
a. Pemeliharaan
 Dilakukan pembersihan atau penyekaan pada rumah unit dengan kain atau
sikat pembersih dan deterjen. Pemeliharaan ditakukan 3 (tiga) bulan sekali.
 Dilakukan pembersihan pada komponen lauver/ filling udar4 kipas udara,
saringan air keluar, panci penampung/filter drain dengan
membukalauver/filling udara dan dikeluarkan kemudian dibersihkan dengan
cara menggunakan alat, kain/sikat pembersih dan deterjen sedangkan untuk
kipas udara saringan air keluar dan panci penampung dibersihkan ditempat
dengan menggunakan alat yang sama seperti di atas. Pembersihan dilakukan
6 (enam) bulan sekali.
 Dilakukin pencampuran fluida cair pada air cooling tower yang gunanya untuk
membantu menurunkan temperatur air dan juga mencegah timbulnya korosi
pada cooling tower.Pencampuran ini dilakukan dengan memakai fluida cair
tersebut dan kadamya disesuaikan standar manual dari pabrik pembuatnya
dengan mengukur fluida tabung gelas. Pengukuran tabung fluida ini dilakukan
setiap hari.
 Dilakukan pelumasan terhadap motor listrik penggerak propeler dengan cara
melumasi poros yang berputar. Pemeliharaan dilakukan setiap 6 (enam)
bulan. Dilakukan penyetelan/pengaturan terhadap katup pelarnpung sesuai
dengan kebutuhan air cooling tawer. Penyetelan dilakukan dengan cara
kalibrasi level pelampung yang berhubungan dengan make up water terhadap
kebutuhan air cooling tower yang ditunjukkan oleh meter air yang ada.
BAB III
SISTEM KOMUNIKASI DALAM RUMAH SAKIT

Persyaratan komunikasi datam rumah sakit dimaksudkan sebagai penyedia system


komunikasi baik untuk keperluan internal bangunan ataupun untuk hubungan keluar, pada
saat terjadi kebakaran kondisi darurat lainnya. termasuk antara lain sistem telepon, sistem
tata suara, sistem voice evacuation dan sistem panggilan perawat. Penggunaan instalasi
tata suara pada akhir keadaan darurat dimungkinkan asal memenuhi pedoman dan standar
yang berlaku.
3.1 Sistem Telepon dan Tata Suara
Persyaratan teknis instalasi telepon antara lain :
1. Saluran masuk system telepon harus memenuhi persyaratan
a. Tempat pemberhentian ujung kabel harus terang, tidak ada genangan air, aman
dan mudah dikerjakan.
b. Ukuran lubang (manhole) yang melayani saluran masuk kedalam gedung untuk
instansi telepon minimal berukuran 1.5m x 0.8m dan harus diamankan agar tidak
menjadi jalan air masuk ke rumah sakit pada saat hujan.
c. Diupayakan dekat dengan kabel satu dari kantor telepon dan dekat dengan jalan
besar.
d. Penempatan kabel telepon yang sejajar dengan kabel listrik, minimal berjarak
0.1m sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Ruang system telepon harus memenuhi persyaratan :
a. Ruang yang bersih, terang, kedap debu, sirkulasi udaranya cukup dan tidak boleh
kena sinar matahari langsung, serta memenuhi peryaratan untuk tempat
peralatan.
b. Tidak boleh digunakan cat dinding yang mudah mengelupas
c. Tersedia ruangan untuk petugas dan operator telepon
3. Persyaratan teknis system instalasi tata suara
a. Setiap bangunan rumah sakit dengan ketinggian 4 lantai atau 14m keatas harus
diapasng system tata suara yang dapat digunakan untuk menyampaikan
pengumuman dan instruksi apabila terjadi bencana.
b. Kabel instalasi komunikasi darurat harus terpisah dari instalasi lainnya dan
dilindungi terhadap bahaya kebakaran atau terdiri dari kabel tahan api.
4. Sistem Panggilan Perawat (Nurse Call)
Peralatan system panggilan perawat dimaksudkan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien yang memerlukan bantuan perawatan baik dalam kondisi
rutin maupun darurat. Sistem panggil perawat bertujuan menjadi alat komunikasi
antara perawat dengan pasien dalam bentuk visual dan audible (suara) dan
memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien. Persyaratan teknisnya antara lain :
a. Peralatan Sistem Panggil Perawat (SPP)
b. Panel control SPP
Panel control SPP harus :
 Jenis audio dan visual
 Penempatan diatas meja
 Perlengkapan yang ada pada control SPP sebagai berikut :
- Tombol penunjuk atau layar sentuh dengan bacaan digital secara visual
memberitahukan lokasi panggilan dan menempatkan dalam system meliputi
nomor ruang, kamar, tempat tidur dan prioritas panggilan
- Modul mengikuti perawat yang berfungsi untuk menjawab secara otomatis
atau selektif.
- Fungsi prioritas panggilan yang datang
Sinyal visual atau audible akan menandai adanya suatu panggilan rutin atau
darurat dan akan sampai panggilan itu dibatalkan.
-Fungsi pengingat (memory) dapat menyimpan sementara suatu panggilan
yang ditempatkan dan menghasilkan sinyal visual berupa nyala lampu dome
di koridor yang dihubungkan dengan bedside dengan cara mengaktifkan
fungsi/ sirkit pengingat. SInyal visual ini akan mati dan panggilan yang
tersimpan terhapus dari memori ketika panggilan itu dibatalkan di pos
setempat.
-Kemampuan menghasilkan sinyal audible dan visual untuk menandai adanya
panggilan yang datang dari pos yang terhubung :
 Dapat menghentikan atau melemahkan sinyal audible melalui rangkaian
mematikan/ melemahkan saat panel control sedang digunakan untuk
menjawab atau menempatkan suatu panggilan sinyal audible untuk
panggilan yang datang dan tidak terjawab harus secara otomatis
disambungkan kembali ke modus siaga
 Sinyal visual untuk panggilan yang datang harus tetap ditampilkan pada
setiap saat sampai panggilan terjawab atau dibatalkan pada pos
pemanggilan
 Sinyal audible dan sinyal visual untuk panggilan rutin dan darurat harus
jelas berbeda
 Tampilan visual untuk menunjukkan lokasi pos panggilan harus muncul
pada panel control SPP
 Tombol sentuh atau serupa membolehkan perawat memilih pos panggilan dan
melakukan komunikasi suara dua arah. Tombol sentuh juga harus memberikan
program status prioritas dan kemampuan fungsi lain yang ada 4 yaitu :
- Kemampuan memonitor bedside
- Kemampuan berhubungan minimum 10 pos secara serempak
- Mampu menerima panggilan dari 10 pos panggilan terkait secara serempak
 Peralatan komunikasi pada cabinet bedside. Setiap bedside harus
menyediakan :
- Microphone/ speaker
- Lampu pos pemanggil
- Tombol reser
- Kotak control untuk cordset
5. Pemeliharaan dan Perbaikan
a. Tata Suara
 Pemeliharaan pembersihan kotoran pada head dilakukan dengan head spray,
bila terjadi penurunan kualitas suara.
 Perbaikan kecil apabila permukaan head sudah tipis, karet- karet sudah getas
perlu dilakukan penggantian.
b. Paging Microphone
 Pemeliharaan pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan kain lap
kering, pembersihan dilakukan tiap 1 bulan.
c. Volume Control
 Pemeliharaan pembersihan permukaan dan kotoran dilakukan dengan lap,
sedangkan kemacetan pada kontak mekaniknya dibersihkan dengan contact
cleaner. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan.
 Knop yang longgar dapat dilakukan penyetelan atau penguatan dengan obeng.
 Perbaikan kecil knop yang aus dapat dilakukan penggantian dengan elemen
yang sama.
d. Speaker
 Pembersihan permukaan dan debu dilakukan dengan kuas.
e. Pesawat Telefon
 Pemeliharaan dibersihkan dengan kain lap sedangkan microphone sebaiknya
dilakukan dengan compressor. Pembersihan dilakukan sebulan sekali.
 Jack/ Outlet Telefon ditalarkan penyetelan dengan obeng bila jack/ outlet
telepon longgar.
 Perbaikan kecil bila terjadi kerusakan penggantian.
 Main Distribution Frame (MDF) pemeliharaan debu yang terdapat pada MDF
dibersihkan dengan kuad. Pembersihan dilakukan setahun sekali.
 Kabel- kabel yang longgar pada terminal kabel diperkuat dengan obeng
ataupun dengan pen solder.
 PABX pemeliharaan pembersihan kotoran pada PABX yang menggunakan
relay dilakukan dengan contact cleaner.
BAB IV
SISTEM KELISTRIKAN

4.1 Sumber Daya Listrik


1. Sumber Daya Listrik Normal
Sumber daya listrik utama gedung harus diusahakan untuk menggunakan tenaga
listrik dari PLN.
2. Sumber Daya Listrik Siaga
a. Bangunan ruangan atau peralatan khusus yang pelayanan daya listriknya
disyaratkan tidak boleh terputus- putus, harus memiliki pembangkit/ pasokan daya
listrik siaga yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan dengan
persyaratan tersebut.
b. Sumber listrik cadangan berupa diesel generator (genset) genset harus disediakan
2 menit dengan kapasitas minimal 40% dari jumlah daya terpasang pada
terpasang pada masing- masing unit. Genset dilengkapi system AMF dan ATS.
3. Sumber Daya Listrik Darurat
a. Sistem instalasi listrik pada rumah sakit harus memiliki sumber daya listrik darurat
yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh atau sebagian beban
pada bangunan rumah sakit apabila terjadi gangguan sumber utama.
b. Sumber pasokan daya listrik darurat yang digunakan harus mampu melayani
semua beban penting termasuk untuk perlengkapan pengendalian kebakaran,
secara otomatis.
c. Pasokan daya listrik darurat berasal dari peralatan UPS (Uninterruptable Power
Supply) untuk melayani kamar operasi (Central Operation Theater), ruang
perawatan intensif (Intensive Care Unit), ruang perawatan intensif khusus jantung
(Intensive Cardiac Care Unit).
4. Jaringan Distribusi Listrik
a. Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyaknya dan/
atau busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan.
b. Peralatan pada papan hubung bagi seperti pemutus arus, sakelar, tombol, alat
ukur dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan
pengoperasian dan pemeliharaan oleh petugas.
c. Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lift kebakaran,
peralatan pengendali asap, system deteksi dan alarm kebakaran system
komunikasi darurat dan beban penting lainya harus terpisah dari instalasi beban
lainnya dan dilindungi terhadap kebakaran atau penggunaan penghantar tahan
api sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.2 Instalasi Listrik
Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya listrik jaringan distribusi, papan hubung
bagi dan beban listrik. Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati,
dilakukan pemeliharaan dan perbaikan, tidak membahayakan, mengganggu atau
merusakan bagi manusia lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya. Sistem
tegangan rendah (TR) dalam gedung adalah 3 fase 22A880 Volt dengan frekuensi 50
Hertz. Sistem tegangan menengah (TM) dalam gedung adalah 20 KVa dengan frekuensi
50 Hertz, mengikuti ketentuan yang berlaku. Untuk rumah sakit yang memiliki kapasitas
daya listrik tersambung dari PLN minimal 200 KVA disarankan agar sudah memiliki
jaringan listrik tegangan menengah 20 KVA (jaringan listrik TM 20 KVA). Instalasi listrik
tegangan menengah antara lain :
a. Penyediaan bangunan gardu listrik rumah sakit (ukuran sesuai standart gardu
PLN)
b. Peralatan transformator (kapasitas sesuai daya terpasang)
c. Peralatan panel TM 20 KVA dan aksesorisnya
d. Peralatan pembantu dan system pengamanan (grounding)
Semua perlengkapan listrik seperti penghantar, papan hubung bagi dan isinya,
transformator dan lain- lainnya tidak boleh dibebani melebihi kapasitas kemampuannya.
Masalah harmonisa dalam system kelisfikan harus diperhatikan. Sistem penerangan
darurat (emergency lighting) harus tersedia di dalam ruang- ruang tertentu. Sistem
pembumian (grounding system) harus terpisah antara frounding panel gedung dengan
panel alat. Nilai grounding peralatan tidak boleh kurang dari 0.2 m.
Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan dalam
ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan lantai yang kokoh
dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas. Ruangan transformator harus
diberi ventilasi yang cukup serta mempunyai luas ruangan yang cukup untuk perawatan
dan perbaikan. Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran,
maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering.
Penghematan energy harus diperhatikan. Untuk pemeliharaan listrik kotak lampu
pijar dilakukan pembersihan terhadap debu yang menempel dilakukan dengan lap kain,
jika sulit kain pembersih dicampur air dan glass cleaner. Kotak TL bagian dalam harus
dibuka dan dibersihkan dengan vacum cleaner (penghisap debu). ujung-ujungkontak di
lampu TL sering terjadi korosi. Transformator perlu dilakukan pengecekan yang teliti.
Untuk transformator jenis kering perlu dilakukan pembersihan dan debu dengan lap
kering dan vacuum cleaner dan diujung perlu dibersihkan dengan amplas. Untuk
transformator jenis oli perlu dilakukan pengetesan daya isolator dan oli trafo, dapat
ditetesi setiap tahun sekali untuk type Conservatif dan 5 tahun sekali untuk type Hematic
atau akan dilakukanlebih awal jika terjadi double shootinglshort circuit salah satu beban
(pengetesan oli di LMK PLN). UPS (Uninterruptible Power Supply) pada ruangan-
ruangan khusus (kelompok 2E) terdapat UPS. UPS perlu perhatian khusus pada baterai,
harus sering diperiksa/ diganti jika dalam indicator UPS sudah tidak dapat diisi kembali
dibagian battery terdapat pile- pile yang perlu dibersihkan dan temperatur ruangan
diusahakan 19° C. Untuk menjaga program- program yang ada dalam UPS yang
menggunakan micnoprocessor setiap bulan 2 kali.

BAB V
SISTEM FASILITAS SANITASI

5.1 Persyaratan Air Bersih


1. Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan atau dapat
mengadakan pengolahan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
2. Tersedia air bersih minimal 500 liter/ tempat tidur/ hari.
3. Air minum dan air bersih bersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan
secara berkesinambungan.
4. Tersedia penampungan air (reservoir) bawah atau atas.
5. Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan kamar harus menggunakan
jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
6. Penyedian fasilitas air panas dan uap terdiri atas unit boiler, system perpipaan dan
kelengkapannya untuk distribusi ke daerah pelayanan.
7. Dalam rangka pengawasan kualitas air maka rumah sakit harus melakukan inspeksi
terhadap sarana air minum dan air bersih minimal 1 tahun sekali.
8. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 kali setahun
(sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan), titik sampel yaitu pada
penampungan air (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.
9. Rumah sakit telah menggunakan air yang sudah diolah seperti sumur bordan sumber
air lain untuk keperluan operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dengan
centrifuge filter dan dilengkapi dengan desinfeksi UV.
5.2 Persyaratan Penyalur Air Hujan
Sistem penyaluran air hujan direncanakan dan dipasang dengan angka ketinggian
permukaan air tanah, permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringan drainase
lingkungan/ kota. Sistem penyaluran air hujan harus dipilih untuk mencegah terjadinya
endapan dan penyumbatan pada saluran.
5.3 Pemelihara dan Instalasi Pengolahan Air Limbah
1. Pemeliharaan saluran secara periodic tiap bulan dapat berupa :
 Penggelontoran air
 Penyemprotan air dengan tekanan tinggi
 Pengambilan endapan
2. Lubang Pemeriksa (Bak Kontrol/ Man Hole)
Pemeliharaan lubang pemeriksa sama dengan pemeliharaan saluran tersebut diatas
hanya frekuensinya lebih sering (2 minggu sekali).
3. Pemeliharaan Kloset
Dipergunakan hanya untuk membuang kotoran manusia. Penggelontoran agar
menggunakan air yang lebih banyak. Pembersihan dilakukan tiap hari.
4. Tangki Septik
Pemeliharaan tangki septic pada prinsipnya hanya menguras endapan. Hal ini
dilakukan dengan seksama minimal 1 tahun dan maksimal 4 tahun. Bila limbah cair
banyak mengandung lemak minyak maka tangki septic dilengkapi dengan alat
penangkap lemak.
5. Bak Pengumpul
Pemeliharaan bisa dilakukan apabila terjadi pengendapan didalam bak pengumpul
dan pompa dilakukan tiap 6 bulan. Pengangkat baru dihidupkan disertai dengan
penyemprotan air terhadap semua permukaan yang kotor.
6. Instalasi Pengolahan Biologis dengan Anaerobic Filter
Pemeliharaan anaerobic filter adalah membersihkan sampah, tanaman, lumut yang
terdapat pada anaerobic filter. Pembersihan dilakukan setiap sabtu.
7. Bak Penampung Lumpur
Pemeliharaan bak penampung lumpur adalah membersihkan kotoran, lumut yang
menempel pada dinding. Pembersihan dilakukan setiap 3 bulan sekali.
8. Bak Kaporisasi
Pemeliharaan :
a. Pembersihan secara periodic endapan sisa kaporit dan saluran pembubuh
sehingga aliran kaporit menjadi lancar.
b. Pembersihan dilakukan setiap hari.
BAB VI
SISTEM PLAMBING

Sistem Plambing Rumah Sakit adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelaksanaan pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan alat plambing dan pipa dengan
peralatan didalam gedung rumah sakit, yang berhubungan dengan system drainase saniter,
draiase hujan, dan jaringan air bersih yang dihubungkan dengan system kota atau sistem
lain yang diperbolehkan. Perencanaan sistem plambing bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan menyalurkan air kotor ke tempat buangan secara higienies yang
sesuai dengan lingkungan sekitar. Mengetahui dasar- dasar dan mampu membuat
perencanaan plambing dan instrumentasi/ perataan instalasi yang berkaitan dengan rancang
bangun dibidang lingkungan. Sistem perataan plambing adalah suatu sistem penyediaan
atau pengeluaran air ke tempat- tempat yang dikehendaki tanpa ada gangguan atau
pencemaran terhadap daerah- daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan
penghuninya dalam masalah air.
6.1 Fungsi dan Jenis Peralatan Plambing
a. Fungsi dan jenis peralatan plambing
 Untuk menyediakan air bersih ke tempat tempat yang dikehendaki dengan
tekanan yang cukup.
 Membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian
penting lainnya.
6.2 Peralatan Plambing
Peralatan plambing meliputi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan dalam suatu
kompleks rumah sakit. Peralatan tersebut terdiri dari :
a. Peralatan untuk penyediaan air bersih
b. Peralatan untuk penyediaan air panas
c. Peralatan untuk pembuangan air kotor
d. Peralatan lainnya yang ada hubungannya terhadap perencanaan pemipaan.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih umum, jenis peralatan plambing digunakan
untuk mencakup :
a. Peralatan pengolah air kotor
b. Peralatan penyediaan gas
c. Peralatan dapur
d. Peralatan mencuci
e. Peralatan pengolah sampah
6.3 Syarat dan mutu bahan bangunan
Dalam perencanaan pelaksanaan plambing harus diperhatikan syarat- syarat dari bahan
plambing yaitu :
a. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan
b. Tidak menimbulkan gangguan suara
c. Tidak menimbulkan radiasi
d. Tidak merusak perlengkapan bangunan
e. Instalasi harus kuat dan bersih
Kemudian mutu bahannya harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Daya tahan harus lama minimal 30 tahun
b. Permukaan harus halus dan tahan air
c. Tidak ada bagian- bagian yang tersembunyi/ menyimpan kotoran pada bahan- bahan
yang dimaksud
d. Bebas dari kerusakan baik mekanis maupun yang lain
e. Mudah memelihara
f. Memenuhi peraturan- peraturan yang berlaku
Dalam perencanaan plambing, perrlu diperhatikan bahan atau alat plambing pipa
PVC dan pipa tembaga (untuk air panas). Ukuran yang sering digunakan mulai dari
diameter 1dm- 2 dm sampai dengan 6 dm untuk bangunan. Alat- alat plambing yang
merupakan permulaan dari sistem pembuangan dari instalasi dapat berupa : Kran,
kloset, wastafel, Bath up, shower.
6.4 Sistem plambing air bersih
WHO telah membuat standarisasi mengenai air bersih. Air bersih adalah air yang telah
memenuhi syarat tersebut yang meliputi kualitas fisik, biologis, kimia dan radiologis yang
jika dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Untuk penyediaan air minum dirumah
sakit menggunakan air minum dalam kemasan. Syarat sistem penyediaan air bersih
adalah :
a. Persyaratan Kualitatif
Menggambarkan syarat air bersih secara kualitas yang meliputi :
 Syarat Fisik
Air bersih harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
 Syarat Kimia
Tidak boleh mengandung bahan kimia dan jumlah yang melampaui batas.
 Syarat Biologis
Tidak mengandung bakteri pathogen dan parasit
 Syarat Radiologis
Tidak boleh mengadung zat- zat yang dapat menimbulkan radioaktif.
b. Persyaratan Kuantitatif
Dilihat dari banyaknya air baku yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air dari
jumlah pemakai yang menempati gedung tersebut.
c. Persyaratan Kontinuitas
Persyaratan ini berkaitan dengan kualitas air. Yakni air yang digunakan diambil
secara terus menerus dengan debit yang sama pada saat musim kemarau maupun
musim penghujan.
6.5 Sistem plambing air buangan
Air buangan atau juga sering disebut air lirnbah adalah semua cairan yang dibuang
baik yang mengandung kotoran makhluk hidup maupun sisa-sisa proses produksi. Air
buangan dibagi menjadi 4 golongan,yaitu :
a. Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, spoelhoek dan air buangan yang mengandung
kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya.
b. Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat plambing lainnya, seperti bak mandi, bak cuci
tangan, bak dapur.
c. Air hujan
Sistem pembuangan dimana hanya air hujan dari atap gedung dan tempat lainnya
dikumpulkan dan dialirkan keluar.
d. Air buangan khusus
Air buangan yang mengandung gas, racun atau bahan- bahan berbahaya seperti air
buangan dari laborat, farmasi, kamar operasi.

Anda mungkin juga menyukai