Anda di halaman 1dari 17

Surat Keputusan Direktur

tentang
PANDUAN PROGRAM MANAJEMEN
RISIKO FASILITAS DAN
LINGKUNGAN

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM)


“NALA HUSADA”
2018
~7~
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM)
“NALA HUSADA”
Jl. Arif Rahman Hakim No. 150 Surabaya 60111
Tilp: 031 - 5952491

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT “NALA HUSADA”
NOMOR: 005/SK/RSGM-NH/MFK/II/2018

TENTANG

KEBIJAKAN PANDUAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN


LINGKUNGAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT “NALA HUSADA”

Menimbang :

a. Bahwa panduan program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan saat dilakukan
pelayanan maupun pengobatan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada”;
b. Bahwa agar panduan program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan terlaksana dengan
baik, perlu kebijakan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada”
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada”

Mengingat :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
5. Pemenkes Nomor 4 tahun 2016 Tentang Penggunaan Gas Medik dan Vakum Medik pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
6. Pemenkes Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
7. Pemenkes RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Baku Mutu Air Limbah
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

~8~
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
11. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (patient safety), 2008
12. Surat Keputusan Ketua Pembina Yayasan Nala, Nomor: Kep/187/IX/2017, tanggal 31
Oktober 2017, tentang Penyelenggaraan dan Pengelolaan Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala
Husada”
13. Surat Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Nala Nomor: Kep/91/IV/2017, tanggal 01 April
2017, tentang Pendapatan Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada”.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN PROGRAM MANAJEMEN


RISIKO FASILITAS DAN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN
MULUT “NALA HUSADA”

Kedua : Kebijakan panduan program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan Rumah
Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada” sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan panduan program manajemen risiko fasilitas dan
lingkungan dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala
Husada”

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 22 Febuari 2018

Direktur,
Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada”

drg. Dwi Haryanto, M. Kes

~9~
Lampiran
Keputusan Direktur RSGM “Nala Husada”
Nomor : 005/SK/RSGM-NH/MFK/II/2018
Tanggal : 22 Febuari 2018

KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO FASILITAS DAN


LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT “NALA HUSADA”

BAB 1
PENDAHULUAN

Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK) adalah suatu kegiatan perencanaan,


pendidikan, dan pemantauan terhadap keselamatan dan keamanan lingkungan fisik rumah sakit,
pengelolaan bahan berbahaya, manajemen kedaruratan, dan kesiapan menghadapi bencana, sistem
pengamanan kebakaran, pemeliharaan peralatan medis, monitoring sistem utiliti/ sistem pendukung
(listrik, limbah, ventilasi, kunci), serta pelatihan dan pendidikan bagi seluruh staf tentang peran
mereka dalam menyediakan fasilitas asuhan pasien yang aman dan efektif. Bertujuan menyediakan
fasilitas yang aman, berfungsi, dan supportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Ruang
lingkup Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan (MFK) terdiri dari instalasi penyediaan sarana rumah
sakit (IPSRS), instalasi kesehatan lingkungan, serta seluruh instalasi di rumah sakit.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja
individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan
lain dijalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita
menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya
cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat
menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang ( opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istila resiko (risk). Dalam beberapa tahun
terakhir manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan , praktik, maupun pelatihan
kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa
kini.

~ 10 ~
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau
perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana kemungkinan yang dihadapi
dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil
sekali. Misalnya membeli lotre. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi
jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli lotre relatif kecil. Apakah ini juga tergolong
resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil
apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko
mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian dimana suatu perusahaan sepatu
yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial
akibat asset yang terbakar ( misal gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap
untuk dijual). Namun juga dilihat dari kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroprasinya
perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya
pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan
menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dapat dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari
manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan
corporate governance, mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset
yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

BAB 2
PENGERTIAN

Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur


resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi
yang dapat digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi
ekef buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko tertentu.
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua perusahaan. Proses dimana
suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas
menuju keberhasilan didalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas.
Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko.
Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan
utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang dapat memberikan
dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi
kemungkinan kegagalan, dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses yang
bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen
resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permaslahan sesusai dengan metode yang
digunakan dalam melakukan aktifitas dalam suatu organisasi dimasa lalu, masa kini, dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan kebijaksanaan yang efektif
~ 11 ~
dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior, manajemen resiko harus diterjemahkan
sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemeberian tugas dan tanggung jawab
serta kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, dimana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja. Manajemen resiko
mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi
operasional dari semua tingkatan.
Definisi manajemen resiko (risk management) diatas dapat dijabarkan lebih lanjut
berdasarkan kata kunci sebagai berikut:
1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan di monitor secara berkala.
Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one time event)
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada dilingkungan organisasi. Untuk
lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai
institusi/departemen yang bersangkutan.
3. Applied in strategy setting
Manajemen resiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh manajemen
puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen resiko, strategi yang disiapkan
disesuaikan dengan resiko yang dihadapi oleh masing-masing bagian/unit pada organisasi.
4. Applied across the enterprised
Strategi yang dipilih berdasarkan manajemen resiko diaplikasikan dalam kegiatan operasional
dan mencakup seluruh bagian/unit organisasi. Mengingat resiko masing-masing bagian
berbeda. Maka penerapan manajemen resiko berdasarkan penentuan resiko oleh masing-
masing bagian
5. Design to identify potential events
Manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang secara
potensial menyebabkan terganggunya pencapaian tujuan organisasi.
6. Provide reasonable assurance
Resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa kegiatan dan
pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal.
7. Geared to achieve objectives
Manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat.
Hal ini dpat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia,
organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia, staff, organisasi).

~ 12 ~
Dalam perkembangannya resiko-resiko yang dibahas dalam manajemen resiko dapat
diklasifikasikan menjadi : Resiko Operasional, Resiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko Strategis. Hal
ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan manajemen resiko terintegrasi korporasi
(enterprise risk management). Manajemen resiko dimulai dari proses identifikasi resiko, penilaian
resiko, mitigasi, monitoring dan evaluasi.
a. Mengidentifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi resiko secara akurat dan kompleks sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah
satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi
sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain
: 1. Brainstorming 2. Survey 3. Wawancara 4. Informasi historia 5. Kelompok kerja.
b. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko
dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya kerusakan (severity) dan probabilitas
terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjective
dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur,
namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dengan yang terbaik
supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu resiko
karena informasi statistik tidak terlalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain itu,
mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial.
c. Monitoring resiko
Mengidentifikasi, menganalisa, dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian penting
dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti sampai disini
saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan
dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk
selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan pengukuran untuk
mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya resiko
yang baru maupun berubah. Sehingga ketika suatu resiko terjadi maka respon yang dipilih
akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

Konsep Resiko
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan
dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dari sasaran
organisasi.
Menurut Vauhan (1978)mengemukakan beberapa definisi resiko sebagai berikut:
~ 13 ~
a. Risk is the chance of loss (resiko adalah kans kerugian) chance of loss berhubugan dengan
suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance
dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu.
Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga resiko tidak ada.
b. Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian). Istilah possibility berarti
bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun definisi ini kurang
cocok dipakai analisis secara kuantitatif.
c. Risk in uncertainty (resiko adalah ketidakpastian), uncertainty dapat bersifat subjective dan
objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko yang
didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty
akan dijelaskan pada dua definisi resiko tersebut.
d. Risk in the dispersion of actual from expected results (resiko merupakan penyebaran hasil
aktual dari hasil yang diharapkan). Ahli statistik medefinisikan resiko sebagai derajat
penyimpangan sesuatu nilai disekitar suatu posisi sentral atau disekitar tirik rata-rata.
e. Risk ist the probability of any outcome different from the one expected (resiko adalah
probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan)

Menurut definisi diatas, resiko bukan probabilitas dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilitas
dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan. Dari berbagai definisi diatas, resiko
dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau
tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya ketidakpastian.
Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazzard. Peril merupakan suatu
peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu kerugian. Sedangkan hazard merupakan keadaan
dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Hazard terdiri dari beberapa tipe,
yaitu :
1. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari
objek yang dapat memperbesar terjadinya kerugian.
2. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang berkaitan dengan
sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dpat memperbesar kemungkinan
terjadinya peril.
3. Morale hazard merupakan kondisi dari orang yang merasa sudah memperoleh jaminan dan
menimbulkan kecerobohan sehingga kemungkinan timbulnya peril.
4. Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau perundang-
undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga memperbesar terjadinya peril.
Resiko dapat terjadi pada pelayanan kinerja, dan reputasi dari institusi yang bersangkutan. Resiko
yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kejadian alam, operasional, manusia,
politik, teknologi, pegawai, keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi. Suatu resiko yang
terjadi dapat berasal dari resiko lainnya. Dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Resiko
rendahnya kinerja suatu instansi berasal dari resiko rendahnya pelayanan kepada publik. Resiko
terakhir disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia yang memiliki organisasi dan operasional
~ 14 ~
seperti keterbatasan fasilitas kantor. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak tercapainya misi
dan tujuan dari instansi tersebut., dan timbulnya ketidakpercayaan dari publik. Resiko diyakini tidak
dapat dihindari. Berkenan dengan sektor publik yang menuntut transparansi dan peningkatan kinerja
dengan dana yang terbatas, resiko yang dihadapi instansi pemerintah akan semakin bertambah dan
meningkat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap resiko akan menjadi keniscayaan untuk dapat
menentukan prioritas-strategi dan program dalam pencapaian tujuan organisasi.

Kategori resiko
Resiko dapat dikategorikan dalam dua bentuk : 1. Resiko spekulatif dan 2. Resiko murni.
Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal dengan
istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat
menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.
Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adlah kebakaran, apabila
perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan
yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian,
bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk mebakar dengan maksud-maksud
tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-
apa dan tidak mungkin menguntungkan. Slah satu cara menghindari resiko murni adalah dengan
asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan, itu sebabnya resiko murni kadang-
kadang dikenal dengan istilah resiko yang dpat diasuransikan (insurable risk). Perbedaan utama anatar
resiko spekulatif dengan resiko murni adlah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan untung, sedangkan untuk resiko murni tidak dapat
kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan
penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka
dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya lawan dari resiko spekulatif adalah resiko murni,
yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer
resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika
adanya resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.
Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, resiko ekonomi. Biaya-biaya
yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat diabagi sebagai berikut : 1.
Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan, 2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri.
Mengidentifikasi resiko

~ 15 ~
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menentukan secara sistematis dan
berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan checlist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial. Salah
satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu cheklist adalah; kerugian hak milik
(property losses), kwajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia
(personel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan
jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan yang sifat operasinya kompleks,
berdiversifikasi dan dinamis, maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi
semua segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut: 1. Questioner analisis resiko (risk
analysis questionnaire), 2. Metode lapoiran keuangan (financial statement method), 3. Metode peta
aliuran (flow-chart), 4. Inspeksi langsung pada objek, 5. Interaksi yang terencana dengan bagian-
bagian perusahaan, 6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu, 7. Analisis lingkungan.
Dengan mengamati langsung jelasnya operasi, bekerja mesin, peralatasn, lingkungan kerja,
kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko dapat mempelajari kemungkinan tentang hazard.
Oleh karena itu, keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerjasama yang erat
dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan. Manajer resiko dapat menggunakan tenaga
pihak luar untuk proses mengidentifikasi resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan
manajemen resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, dimana mereka membatasi proses hanya
pada resiko yang diasuransikn saja. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk menentukan
metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi.
Program manajemen risiko diperlukan untuk mengelola risiko-risiko dilingkungan pelayanan
pasien dan tempat kerja staf. Rumah skait menyusun satu program induk atau beberapa program
terpisah yang meliputi sebagai berikut:
1. Keselamatan dan Keamanan
 Keselamatan- sejauh mana bangunan, area, dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung
 Keamanan-perlindungan terhadap kerugian, kerusakan, gangguan atau
akses, atau penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang
2. Bahan berbahaya dan Beracun (B3) dan Limbahnya- penanganan, penyimpanan,
penggunaan bahan radioaktif dan lainnya dikendalikan, serta limbah berbahaya
ditangani secara aman.
3. Penanggulangan bencana (emergensi)-respon terhadap wabah, bencana, dan
keadaan darurat direncanakan dan berjalan efektif
4. Proteksi kebakaran (fire safety) property dan para penghuni dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap
5. Peralatan medis-pemilihan, pemeliharaan, dan penggunaan teknologi dengan cara
yang aman untuk mengurangi risiko.
6. Sistem penunjang (utilitas)-pemeliharaan sistem listrik, air, dan sistem penunjang
lainnyadengan tujuan mengurangi risiko kegagalan operasional.

~ 16 ~
Program manajemen risiko diatas harus tertulis dan selalu diperbarui sehingga mencerminkan
kondisi rumah sakit terkini.Terdapat proses untuk meninjau dan memperbarui program tersebut.
Apabila didalam rumah sakit terdapat tenant/penyewa lahan yang tidak terkait dengan pelayanan
rumah sakit dan berada didalam fasilitas pelayanan pasien yang akan disurvei (misalnya rumah
makan, kantin, kafe, toko roti, toko souvenir, atau toko lainnya) maka rumah sakit memiliki kwajiban
memastikan bahwa tenant/penyewa lahan tersebut mematuhi program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan. Dalam menerapkan program manajemen dan risiko diatas maka rumah sakit perlu
mempunyai regulasi sebagai berikut :
1) Regulasi peninjauan dan pembaharuan program-program tersebut bila terjadi
perubahan lingkungan rumah sakit atau sekurang-kurangnya setahun sekali;
2) Regulasi bahwa tenant/penyewa lahan tersebut wajib mematuhi semua aspek program
manajemen fasilitas yang teridentifikasi dalam maksud dan tujuan butir 1 sampai 4
tersebut diatas.
Ada program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan yang dapat terjadi pada pasien,
keluarga, staf, dan pengunjung secara tertulis meliputi risiko yang ada pada butir 1 sampai 6 pada
maksud dan tujuan. Hal ini merupakan satu program induk atau beberapa program terpisah serta ada
regulasi untuk menerapkan program manajemen meliputi butir 1 dan 2 pada maksud dan tujuan.
Program tersebut masih berlaku dan sudah diterapkan sepenuhnya. Ada bukti peninjauan dan
pembaharuan program-program tersebut bila terjadi perubahan dalam lingkungan rumah sakit atau
sekurang-kurangnya setiap tahun. Ada bukti bahwa tenant/penyewa lahan di dalam lingkungan
rumah sakit sudah mematuhi semua aspek program manajemen risiko fasilitas dan lingkungan yang
teridentifikasi dalam butir 1 sampai 4 pada maksud dan tujuan. (D,W)

BAB 3
TATA LAKSANA

A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN


Rumah sakit menyusun SK dan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang
berlaku terhadap fasilitas rumah sakit. Rumah sakit membuat rencana tertulis (mencakup keselamatan
dan keamanan, bahan berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan dan kebakaran, peralatan
medis, dan sistem utilitas) yang terkini dan dilaksanakan sepenuhnya serta dievaluasi secara periodik.
Rumah sakit membuat surat tugas kepada seorang staf atau lebih untuk melaksanakan program
pengawasan dan pengarahan berdasarkan kompetensi, pengalaman atau pelatihan dengan indikator:
a. Terdapat program untuk memonitor semua aspek dari program manajemen resiko
fasilitas/lingkungan
b. Data monitoring tersebut digunakan untuk mengembangkan/meningkatkan program.
B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN
Rumah sakit membuat program dan melaksanakan program keselamatan dan keamanan fasilitas
fisik termasuk memonitor dan mengamankan area yang diidentifikasi sebagai berisiko.
a. Rumah sakit mempunyai dokumentasi hasil pemeriksaan fasilitas fisik yang terkini dan akurat
~ 17 ~
b. Rumah sakit mempunyai rencana mengurangi resiko yang nyata berdasarkan pemeriksaan
tersebut
c. Rumah sakit memperlihatkan kemajuan dalam melaksanakan rencananya.
d. Area yang beresiko dimonitor dan dijaga agar pasien, keluarga, staf dan pengunjung terjaga
keselamatan dan keamanannya.
e. Rumah sakit menyusun rencana dan anggaran yang memenuhi peraturan perundang-undangan
dan ketentuan lain.
f. Rumah sakit menyusun rencana dan anggaran untuk meningkatkan dan mengganti sistem,
bangunan, atau komponen yang diperlukan agar fasilitas tetap dapat beroprasi secara aman
dan efektif.
g. Pelaksanaan program dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencegah cidera dan
mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga, staff dan pengunjung.
h. Bila ada pihak independen dalam pelaksanaannya maka dilakukan survey untuk memastikan
keselamatan pasien
i. Rumah sakit memiliki data/dokumen yang nyata atau kondisi fisik bangunan rumah sakit saat
ini
j. Rumah sakit mendokumentasikan rencana tindak lanjut dari hasil kondisi saat ini
k. Rumah sakit mendokumentasikan kegiatan tindak lanjut tersebut untuk mengetahui
kemajuannya.

C. BAHAN BERBAHAYA
Rumah sakit mengidentifikasi dan mempunyai daftar terbaru limbah berbahaya, yakni;
a. Membuat rencana kegiatan penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan berbahaya
serta tata cara pemmbuanganya
b. Menyusun rencana sistem pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan
insiden lainnya.
c. Menyusun dan menetapkan rencana untuk penanganan limbah yang benar didalam rumah
sakit dan pembuangan limbah berbahaya secara aman dan sesuai ketentuan hukum.
d. Menysun dan menetapkan rencana untuk alat dan perlindungan yang benar dalam
penggunaan, ada tumpahan dan paparan
e. Menyusun dan menetapkan rencana untuk mendokumentasikan persyaratan (ijin, lisensi,
ketentuan persyaratan lainnya)
f. Menyusun dan menetapkan rencana pemasangan label pada bahan dan limbah berbahaya.
g. Rumah sakit melakukan survey dan didokumentasikan bila menggunakan jasa independen
D. KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA
Rumah sakit mengidentifikasi bencana internal dan eksternal yang besar, seperti keadaan darurat
di masyarakat, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya serta kejadian wabah besar yang
menyebabkan terjadinya risiko yang signifikan. seluruh rencana diujicoba secara tahunan atau
sekurang-kurangnya elemen kritis.

~ 18 ~
a. Strategi komunikasi pada kejadian-pengelolaan sumber daya pada eaktu kejadian, termasuk
sumber daya alternatif pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternatif
tempat pelayanan.
b. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staff pada waktu kejadian
c. Proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi pertentangan anatara
tanggung jawab staff secara pribadi dengan tanggung jawab rumah sakit dalam hal penugasan
staf untuk pelayanan pasien.
d. Dilakukan tanya jawab pada setiap akhir uji coba rumah sakit memastikan badan independen
yang ada dalam fasilitas pelayanan mematuhi rencana kesiapan menghadapi bencana.
e. Rumah sakit merencanakan untuk menanggapi kemungkinan terjadinya bencana.
E. PENGAMANAN KEBAKARAN
Rumah sakit merencanakan program untuk memastikan seluruh penghuni rumah sakit aman dari
kebakaran dan asap.
a. Program pengurangan resiko kebakaran
b. Program assesmen risiko kebakaran saat ada pembangunan di atau berdekatan dengan fasilitas
c. Program deteksi dini kebakaran dan asap
d. Program meredakan kebakaran dan pengendalian asap
e. Program evakuasi bila terjadi kedaruratan akibat kebakaran-program dilaksanakan secara
terus-menerus dan komprehensif
f. Rumah sakit membuat sistem deteksi kebakaran dan pemadaman
g. Rumah sakit melatih staf untuk berpartisipasi dalam perencanaan pengamanan kebakaran
h. Semua staf berpartisipasi sekurang-kurangnya setahun sekali dalam rencana pengamanan dan
asap
i. Staf dapat memperagakan cara membawa pasien ke tempat aman
j. Rumah sakit memeriksa, menguji coba, dan memelihara peralatan.
k. Rumah sakit memastikan badan independen mematuhi rencana pengamanan kebakaran
l. Rumah sakit membuat kebijakan untuk pelarangan merokok berlaku bagi pasien, keluarga,
pengunjung, dan staf
F. PERALATAN MEDIS
Rumah sakit membuat rencana pengelolaan peralatan medis
a. Rumah sakit mengumpulkan hasil monitoring dan didokumentasikan untuk program
manajemen peralatan medis
b. Hasil monitoring digunakan untuk keperluan perencanaan dan perbaikan
c. Rumah skit membuat daftar inventaris alat medis
d. Rmah sakit melakukan insfeksi secara teratur
e. Rumah sakit melakukan uji coba peralatan medis sesuai rekomendasi pabrik
f. Rumah sakit membuat program pemeliharaan yang preventif
g. Rumah sakit menunjuk tenaga yang kompeten untuk memberikan pelayanan ini;
G. SISTEM UTILITY
Rumah sakit memastikan kebutuhan air minum selalu tersedia
~ 19 ~
a. Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang beresiko paling tinggi bila terjadi
air minum yang terkontaminasi atau terganggu
b. Rumah sakit mengurangi risiko bila hal itu terjadi
c. Rumah sakit merencanakan sumber air minum alternatif dalam keadaan darurat
d. Rumah sakit memastikan kebutuhan listrik selalu tersedia
e. Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi bila terjadi
kegagalan listrik
f. Rumah sakit mengurangi resiko bila hal ini terjadi
g. Rumah sakit merencakan sumber listrik alternatif dalam keadaan darurat
H. SISTEM UTILITY/SISTEM PENDUKUNG
Rumah sakit mendokumentasikan hasil identifikasi sistem listri, gas medis, limbah, ventilasi
dan kunci. Rumah sakit mendokumentasikan perencanaan pemeliharaan sistem listrik, gas medis,
limbah dan kunci secara periodic. Utiliti tersebut dimonitor dan didokumentasikan hasilnya
sebagai tindak lanjut dan peningkatan.
I. PENDIDIKAN STAF
Rumah sakit merencanakan pelatihan bagi staf yang sudah ditunjuk dalam hal mengoprasikan
peralatan medis dan sistem utility, menghadapi bencana, kebakaran, penanganan limbah, gas
medis, emergensi listrik dan air. Rumah sakit melakukan self assesmen terhadap peran emergensi
utiliti dengan menanyakan memperagakan, dan hasilnya didokumentasikan untuk peningkatan.

BAB 4
DOKUMENTASI

A. KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN


Kebijakan tentang fasilitas rumah sakit program perencanaan keselamatan dan keamanan, bahan
berbahaya, manajemen emergensi, pengamanan dan kebakaran, peralatan medis, dan sistem
utilitas yang terkini dan dilaksanakan sepenuhnya serta dievaluasi secara periodik. SK SPI
(sistem pengawasan internal). Program SPI
B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN
Program keselamatan dan keamann fasilitas fisik yang diidentifikasi sebagai beresiko.
Dokumentasi hasil pemeriksaan fasilitas fisik yang terkini dan akurat
1. Program rencana mengurangi resiko yang nyata berdasarkan pemeriksaan tersebut
2. Dokumen pelaksanaan mengurangi resiko
3. Program meminitor keselamatan dan keamanan
4. Rencana anggaran bisnis tentang keselamatan dan keamanan pasien
5. Untuk meningkatkan atau mengganti sistem, bangunan, atau komponen yang diperlukan
agar fasilitas tetap dapat beroprasi secara aman dan efektif
6. Dokukmen pelaksanaan untuk mencegah cidera dan mempertahankan kondisi aman bagi
pasien, keluarga, staff, dan pengunjung
~ 20 ~
7. Survey untuk keselamatan pasien bila pelaksanaan pembangunan dan pelayanan oleh
pihak independen
8. Dokumen evaluasi tentang kondisi fisik bangunan rumah sakit saat ini. Dokumen
rencana tindak lanjut dari kondisi saat ini
C. BAHAN BERBAHAYA
Dokumen identifikasi dan daftar terbaru limbah berbahaya-program rencana kegiatan
penanganan,penyimpanan, dan penggunaan bahan berbahaya serta tata cara pembuangannya.
1. Dokumen rencana sistem pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure)
dan insiden lainnya
2. Penanganan limbah yang besar didalam rumah sakit dan pembuangan limbah berbahaya
secara aman dan sesuai ketentuan hukum
3. Alat dan perlindungan yang benar dalam penggunaan, ada tumpahan dan paparan
4. Dokumen pernyataaan ijin, lisensi, ketentuan pesyaratan lainnya.
5. Program dan pelaksanaaan pemasangan label pada bahan dan limbah berbahaya
6. Dokumentasi hasil survey yang dilakukan oleh pihak independen
D. KESIAPAN MENGHADAPI BENCANA
Dokumen hasil identifikasi bencana internal dan eksternal yang besar, seperti keadaan darurat di
masyarakat, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya serta kejadian
1. Wabah besar yang menyebabkan terjadinya resiko yang signifikan, program uji coba
menghadapi bencana
2. Strategi komunikasi pada kejadian, pengelolaan sumber daya waktu kejadian, termasuk
sumber daya alternatif, pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk
alternatif tempat pelayanan, identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staff
pada waktu kejadian, proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan apabila terjadi
pertentangan antara tanggung jawab staf secara pribadi dengan tanggung jawab rumah
sakit dalam hal penugasan staff untuk pelayanan pasien
3. Dokumen hasil evaluasi uji coba bencana
E. PENGAMANAN KEBAKARAN
Program keamanan dari kebakaran meliputi program pengurangan resiko kebakaran, program
assesmen resiko kebakaran saat ada pembangunan di atau berdekatan dengan fasilitas, program
deteksi dini kebakaran saat ada pembangunan di atau berdekatan dengan fasilitas, program
deteksi dini kebakaran dan asap, program meredakan kebakaran dan pengendalian asap,
program-program evakualsi bila terjadi kedaruratan akibat kebakaran
Dokumen hasil program keamanan dari kebakaran
1. Sistem deteksi kebakaran dan pemadaman
2. Program pelatihan staf dalam menanggulangi bencana kebakaran
3. Program pemeriksaan, pengujin dan pemelihraan alat
4. MoU dengan pihakn independen tentang penanganan rencana pengamanan kebakaran
5. Kebijakan untuk pelarangan merokok berlaku bagi pasien keluarga, pengunjung dan staff

~ 21 ~
F. PERALATAN MEDIS
Program rencana pengelolaan peralatan medis
1. Dokumen hasil monitoring terhadap peralatan medis meliputi : daftar inventaris alat
medis, insfeksi secara teratur, uji coba peralatan medis sesuia rekomendasi pabrik.
2. Program pemeliharaan preventif
3. Surat tugas tenaga yang kompeten untuk memberikan pelayanan ini
G. SISTEM UTILITY (SISTEM PENDUKUNG)
Program penyediaan air yang meliputi: identifikasi area dan pelayanan yang bersiko paling
tinggio bila terjadi air minum terkontaminasi atau terganggu, mengurangi risiko bila hal itu
terjadi, merencanakan sumber air minum alternatif dalam keadaan darurat.
Program penyediaan listrik yang meliputi identifikasi area dan pelayanan yang beresiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik, mengurangi risiko bila hal itu terjadi, merencanakan sumber
listrik altrnatif dalam keadaan darurat.
H. SISTEM UTILITY/SISTEM PENDUKUNG (LISTRIK,LIMBAH,VENTILASI,KUNCI)
Dokumentasi hasil identifikasi sistem listrik,gas medis, limbah, ventilasi dan kunci, dokumentasi
perencanaan pemeliharaan sistem listrik, gas medis, limbah, dan kunci secara periodik.
dokumentasi hasil monitoring dan tindak lanjut dalam peningkatan utility
I. PENDIDIKAN STAF
Program pelatihan bagi staf yang sudah ditunjuk dalam hal mengoprasikan peralatan medis dan
sistem utiliti, menghadapi bencana, kebakaran, penanganan limbah, gas medis, emegensi air dan
listrik. Dokumen self assesmen terhadap peran emergensi utiliti dengan menanyakan,
memperagakan, hasil didokumentasikan untuk peningkatan

BAB 5
PENUTUP

Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manajemen yang tidak terlepas
dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko lebih menekankan pada proses mengelola asset fisik
yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko yang melekat pada proses tersebut dengan
melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap asset utama rumah sakit untuk
mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas atau secara
khusus lebih menekankan pada aktivitas manajemen asset rumah sakit (setiap aktivitas lifecycle asset
management). Walaupun penerapan manajemen resiko pada rumah sakit di indonesia belum ada
peraturan hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best practice)
maka seyogyanya sudah mulai dapat diterapkan secara sistematis, terintegrasi, dan melekat pada
setiap aktivitas bisnis rumah sakit, khususnya pada aktivitas manajemen asset sehingga tujuan
manajemen asset dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu solusi dalam rangka
memaksimalkan pengelolaan aset rumah sakit.
~ 22 ~
DAFTAR PUSTAKA

Artikel “Landasan Teori Asset Manajemen”. Website Manajemen Asset 2007


Artikel “Lifecycle Asset Managemen” Website Manajemen Asset, 2007
Artikel “Risk Based Enterprise Asset Management”, Capgemini, Website, 2007
Artikel “Sumber Daya Air”. Website Bappenas
Artikel “Sumbang Pikir dalam PDAM Rescue”. Kepala bidang rencana dan evaluasi pusat
pengembangan inventasi BAPEKIN. Website,2007
Artikel “Water Infrastructure”. Website GAO, Maret 2004
Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara. 2005
Commite of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commision. What is COSO :
Background in Events leading to Internal Control-Integrated Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997 The Institute Of
Internal Auditors. Internal C

Direktur,
Rumah Sakit Gigi dan Mulut “Nala Husada”

drg. Dwi Haryanto, M. Kes

~ 23 ~

Anda mungkin juga menyukai