MANAJEMEN RISIKO
1
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI............................................................................................................4
BAB IVDOKUMENTASI............................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................34
LAMPIRAN.................................................................................................................34
2
BAB I
DEFINISI
1. Manajemen Risiko dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit adalah
proses yang bertahap dan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja secara komperhensif di lingkungan Rumah Sakit
2. Risiko adalah “fungsi dari probabilitas (chance, likelihood) dari suatu kejadian yang tidak
diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya dampak dari kejadian tersebut.
3. Risiko klinis adalah semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan
pasien yang bermutu tinggi, aman dan efektif.
4. Risiko non klinis/corporate risk adalah semua issu yang dapat berdampak terhadap
tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai korporasi.
5. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritasrisiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya
6. Manajemen risiko rumahsakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi untuk
mengurangi risiko cedera dan kerugian padapasien, karyawan rumah sakit, pengunjung
dan organisasinya sendiri (The Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organizations/JCAHO).
7. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah proses identifikasi, penilaian, analisis dan
pengelolaan semua risiko yang potensial dan kejadian keselamatan pasien.
8. Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat menyebabkan cedera,
tuntutan atau kerugian secara finansial. Identifikasi akan membantu langkah-langkah
yang akan diambil manajemen terhadap risiko tersebut
9. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya
disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas proses
kerja di Rumah Sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat aman dan
nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit.
3
10. Identifikasi bahaya potensial adalah langkah pertama manajemen risiko kesehatan di
tempat kerja. pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi bahaya kesehatan yang
terpajan pada pekerja, pasien, pengantar dan pengunjung meliputi bahaya potensial fisik,
kimia, biologi, ergonomi, psikososial, mekanikal, elektrikal, limbah.
11. Analisa Risiko adalah proses yang bertujuan untuk untuk mengevaluasi besaran risiko
kesehatan pada kerja.
12. Evaluasi Risiko adalah tahapan membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada
tahapan anaisis risiko dengan criteria standar yang digunakan.
13. Pengendalian risiko adalah bagian dari manajemen risiko yang mempunyai prinsip
menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana / peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah / tidak ada, rekayasa engineering, pengendalian secara
administrasi, dan Alat Pelinding Diri
4
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini mencakup seluruh manajemen risiko di area pelayanan Rumah Sakit
Umum Kartini Kupang, baik itu risiko klinis ataupun non klinis, termasuk seluruh area
pekerjaan, unit kerja.Hal ini sebagai upaya untuk meminimalkan risiko keselamatan dan
kesehatan di Rumah Sakit pada tahap yang tidak bermakna sehingga tidak menimbulkan efek
buruk terhadap keselamatan dan kesehatan pasien, keluarga pasien, pengunjung, pelayan
kesehatan, vendor dan lingkungan Rumah Sakit Umum Kartini Kupang.
Manajemen risiko merupakan tanggungjawab seluruh komponen rumah sakit sehingga
pelaksanaan manajemen risiko untuk identifikasi risiko dan pengendalian risiko dapat tercapai
dengan baik bila semua komponen rumah sakit dapat berpartisipasi dan terlibat dalam
pelaksanaanya.
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan risiko, Rumah
Sakit Kartini mengatur kewenangan dan tanggung jawab manajemen rumah sakit yang dibagi
menjadi dua yaitu yang pertama level rumah sakit oleh Tim mutu dan manajemen risiko dari
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien rumah sakit, sedangkan yang kedua level departemen
dalam rumah sakit oleh kepala instalasi atau kepala bagian dari masing- masing unit kerja.
1. Uraian Tanggung Jawab Manajemen Risiko
a. Pimpinan Rumah Sakit
1) Menetapkan kebijakan mengenai manajemen risiko rumah sakit
2) Menetapkan dan membina tim manajemen risiko rumah sakit
3) Mengawasi sistim manajemen risiko berjalan baik dan berkesinambungan
4) Menerima laporan dan rekomendasi pengelolaan / pengendalian risiko serta
menindaklanjuti sesuai arah kebijakan rumah sakit termasuk pendanaannya.
5
5) Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan dan pengendalian insiden
keselamatan pasien sesuai grading risiko.
b. Tanggung Jawab Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
1) Meninjau daftar risiko rumah sakit dan memberi rekomendasi untuk
menurunkan skor risiko.
2) Meninjau risiko-risiko ekstrim, tindakan, pengendalian, dan menyoroti area-
area utama kepada masing-masing kepala unit kerja terkait.
c. Tim Manajemen Risiko
1) Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemenrisiko.
2) Penyediaan pelatihan penilaian risiko.
3) Memantau daftar risiko per unit kerja untuk setiap perubahan, bagian yang
tidak lengkap, dengan perhatian pada tingkat risiko dan jadwal waktu.
4) Memberi saran kepada penilai risiko, kepala unit kerja dan pihak eksekutif
perihal manajemen risiko.
5) Memelihara dan membina daftar penilai risiko yang aktif.
6) Menanggapi permintaan audit internal eksternal berkaitan dengan manajemen
risiko.
7) Menanggapi permintaan pihak eksternal untuk informasi berkaitan proses risiko.
d. Penilai Risiko
Penilai risiko harus dipilih oleh Kepala Unit Kerja untuk memastikan bahwa penilai
risiko yang dipilih mempunyai keterampilan kerja, pengetahuan, dan pengalaman
yang memadai untuk memenuhi perannya. Staf yang berminat pada peran sebagai
penilai risiko harus mendiskusikan peran tersebut dan mendapat persetujuan dari
Kepala Unit Kerja. Penilai risiko bertanggung jawab untuk:
1) Menghadiri pelatihan penilai risiko dan pemutakhiran yang diselenggarakan
oleh Tim Manajemen Risiko.
2) Menilai risiko di area kerja mereka menggunakan Form Penilaian Risiko,
mengidentifikasi seluruh risiko yang penting terlebih dahulu dan memastikan
bahwa Kepala Unit Kerja mengambil perhatian terhadap risiko tersebut.
3) Memastikan bahwa mereka menyimpan dokumen penilaian risiko yang asli dan
memberikan satu salinan kepada Kepala Unit Kerja untuk disimpan arsip.
4) Menunjukkan bukti penilaian dan rencana tindakan yang lengkap dengan
jadwal waktu penyelesaian.
5) Jika penilai risiko memandang bahwa penilaian risiko mereka tidak
6
memperoleh perhatian yang memadai, mereka harus menghubungi Komite
Mutu dan Keselamatan Pasien untuk meminta nasehat.
e. Kepala Unit Kerja
Mengelola seluruh risiko di tempat kerja mereka. Kepala Unit mendelegasikan tugas
melakukan penilaian risiko kepada anggota tim yang telah menghadiri pelatihan
penilaian risiko untuk penilai.
1) Pelaksanaan strategi dan kebijakan manajemen risiko di area tanggung jawab.
2) Mengelola daftar risiko unit kerja masing-masing. Hal ini termasuk
mengumpulkan, meninjau, dan memutakhirkan data.
3) Menunjuk penilai risiko untuk area mereka, memastikan bahwa mereka
diijinkan untuk menghadiri pelatihan penilai risiko dan sesipemutakhiran.
4) Memastikan bahwa penilai risiko mempunyai alokasi waktu yang memadai
untuk melakukan penilaian risiko.
5) Melakukan validasi seluruh penilaian risiko yang dilakukan, dan melakukan
tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi sampai pada tingkat
terendah yang mungkin dicapai.
6) Melengkapi Form Penilaian Risiko (meninjau / menyetujui pemeringkatan
matriks: menyatakan tindakan apa yang diperlukan/ diambil untuk menurunkan
risiko sampai pada tingkat terendah yang mungkin dicapai).
7) Jadwal waktu untuk memulai/ meningkatkan langkah pengendalian (pada
tingkat berapa risiko sisa tertinggal setelah pelaksanaan tindakan/peningkatan
langkah pengendalian: apakah risiko perlu dimasukkan kedalam daftar risiko
unit kerja).
8) Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan dan supervisi bagi
staf untuk mendukung penurunan risiko. (seluruh staf menghadiri training
terkait).
9) Memelihara catatan penilaian risiko yang dilaksanakan dan untuk mencatat
perkembangan dan kinerja dibandingkan tindakan perbaikan yangdirencanakan.
10) Kepala unit kerja harus mengingatkan tim manajemen risiko jika penilai risiko
meninggalkan / tidak lagi memenuhi perannya, sehingga tim manajemen risiko
mempunyai tanggung jawab untuk memutakhirkan data penilai risiko
organisasi.
11) Berkoordinasi dengan unit kerja lain di dalam rumah sakit.
12) Dalam keadaan dimana rencana untuk mengelola risiko berada di luar
7
kewenangan Kepala Unit Kerja atau dimana ada implikasi sumber daya
yang besar, risiko akan diprioritaskan oleh Direktur Rumah Sakit.
13) Memastikan bahwa penilaian risiko divalidasi ulang pada jangka waktu yang
sesuai atau mengikuti perubahan keadaan. Frekuensi peninjauan akan bervariasi
mengikuti tingkat sisa risiko.
Tabel 1. Level dan Tindakan
Level / Bands Tindakan
Extreme Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari
(sangat tinggi) membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
Direktur
High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari Kaji
dengan detil & perlu tindakan segera serta
membutuhkan perhatian top manajemen,
Moderate (sedang) Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana paling
lama 2 minggu. Manajer / Pimpinan terhadap biaya
dan kelola risiko klinis sebaiknya menilai dampak
Low (rendah) Risiko rendah, dilakukan investigasi sederhana paling
lama 1 minggu diselesaikan dengan prosedur rutin
f. Karyawan
1) Seluruh staf mempunyai tanggung jawab memberi informasi kepada atasan
mereka setiap bahaya yang bermakna di tempat kerja. Merupakan suatu hal
yang mendasar bahwa jika seorang staf menganggap ada hal yang serius yang
telah mereka laporkan kepada atasan langsung mereka, tetapi belum
ditindaklanjuti, mereka harus melaporkan ini kepada tingkat yang lebih tinggi.
2) Untuk memastikan kebijakan ini dilaksanakan dengan efektif, setiap karyawan:
a) Menghadiri pelatihan sebagaimana ditentukan oleh atasan mereka atau oleh
rumah sakit (orientasi dan prosedur baru, pelatihan wajib: induksi,
keselamatan kebakaran, memindahkan dan mengangkat, keselamatan
personal).
b) Dapat bekerja sama secara penuh dalam menerapkan pedoman, protokol,
dan kebijakan yang berkaitan keselamatan dan kesehatan, dan manajemen
risiko.
c) Melaporkan setiap insiden, kecacatan, atau setiap perubahan yang dapat
mempengaruhi kondisi kerja langsung kepada atasan / penilai risiko lokal
dan melengkapi form insiden report dengan tepat.
8
d) Mengikuti petunjuk kerja yang tertulis serta pelatihan yang disediakan.
e) Berpartisipasi aktif dalam proses penilaian risiko.
f) Memenuhi, melaksanakan langkah pengendalian/setelah penilaian
dilakukan.
9
BAB III
TATA LAKSANA
Tata laksana manajemen risiko terbagi menjadi dua bagian, yaitu manajemen risiko klinis dan
manajemen risiko non klinis (aspek keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit).
Pendekatan terhadap identifikasi risiko meliputi: Brainstorming, Mapping out proses dan
prosedur perawatan atau jalan keliling dan menanyakan kepada petugas tentang identifikasi
risiko pada setiap lokasi. Membuat checklist risiko dan menanyakan kembali sebagai umpan
balik. Risk Assessment Tools yang digunakan dalam menangani risiko yang terjadi yaitu Risk
Grading Matrix dan Root Cause Analysis (diisi dengan tata laksana RCA).
Pada pelaksanaan RCA mempunyai beberapa prinsip antara lain fokus pada problem solving,
fokus pada sistems dan proses, bukan pada individu, terbuka, teliti dan efisien. Langkah RCA
adalah:
1. Identifikasi Insiden yang Akan Dianalisis.
a. Melakukan Investigasi
1) Mengkaji ulang laporan kasus insiden
a) Mencatat ringkasan kejadian secara kronologis pada form insiden
b) Melakukan identifikasi masalah
c) Mencatat staf yg terlibat
d) Menentukan siapa yg akan diinterview
e) Membatasi masalah
f) Bagian mana dalam proses pelayanan yang akan diteliti tergantung kondisi
pasien, kapan dan dimana insiden terjadi.
g) Misalnya : Insiden pasien meninggal setelah 2 minggu pasca operasi, maka
investigasi difokuskan pada persiapan operasi, durante operasi, pengawasan
pasca operasi
b. Menentukan penyebab insiden
b. Dokumentasi
Lakukan studi dokumentasi untuk mengetahui apa yang terjadi sesuai data, observasi
dan inspeksi. Tujuan melakukan dokumentasi adalah :
1) Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama investigasi
dan jika kasus disidangkan di pengadilan
2) Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3) Menggambarkan insiden secara akurat
4) Mengorganisasi informasi
5) Memberikan petunjuk pada Tim Investigasi
c. Mengumpukan semua bukti yang berhubungan dengan insiden sesegera mungkin.
1) Semua catatan medis (misalnya : catat keperawatan, medis, dll)
2) Hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnosis (Xray, CT Scan)
3) Dokumentasi dan formulir mengenai insiden (Incident Report)
4) Kebijakan dan Prosedur (SPO)
5) Integrated care pathway yg berhubungan
6) Pernyataan-pernyataan dan observasi
7) Lakukan interview dengan siapa saja yang terlibat insiden
8) Bukti fisik (misalnya : tata ruang bangsal, dll)
9) Daftar staf yg terlibat
10) Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi insiden (msalnya :
pergantian jaga, ada tidaknya staf yang terlatih,dll)
d. Interview
Mengetahui kejadian secara langsung serta untuk pengecekan pada hasil observasi
dan data dokumentasi. Interview dilakukan dengan orang yang terlibat insiden
atapun dengan pimpinan setempat
4. Petakan Kronologi Kejadian (Narasi, Timeline, Tabular Timeline, Time Person Grid)
Langkah ini sangat membantu bila kronologi insiden dipetakan dalam sebuah bagan. Ada
berbagai macam cara :
a. Kronologi Narasi
Kronologi insiden sangat berguna pada laporan akhir insiden
b. Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis hal ini memungkinkan
investigator untuk menemukan bagian dalam proses dimana masalah terjadi
c. Tabular Timeline
Sama dengan Timeline tetapi lebih detail menginformasikan, Good practice, care
management problem (CMP). Merupakan pengembangan Timeline yang berisi 3
data dasar : tanggal, waktu, cerita kejadian asal dan dilengkapi 3 data lain yaitu :
informasi tambahan, praktek yg baik (good practice) dan masalah / CMP (care
management problem)
d. Time Person Grids
Memungkinkan untuk melacak gerak / kehadiran orang sebelum dan sesudah
insiden. Alat pemetaan tabular yang dapat membantu pencatatan pergerakan orang
(Staf, Dokter, pengunjung, pasien dll) sebelum, selama dan sesudah kejadian
sehingga dapat membantu investigator mengetahui keberadaan seseorang pada saat
kejadian /insiden. Time person grid ini digunakan bila dalam suatu insiden terdapat
keterlibatan banyak orang dalam kejadian tersebut dan investigator ingin
memastikan keberadaan mereka dalam insiden, berguna pada keadaan jangka
pendek. Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai mengetahui
kerangka waktu spesifik yang lebih detil
5. Identifikasi Masalah/CDP/CSP/CMP (Brainstorming, Brainwriting, Nominal Group
Technique)
a. Masalah yang terjadi dalam pelayanan baik itu melakukan tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya.
b. Suatu insiden bisa terdiri dari beberapa CMP
c. Identifikasi CMP untuk mengetahui serangkaian kejadian yang mengakibatkan
insiden. Prinsip dasar CMP
1) Pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yg ditetapkan
2) Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tak langsung pada
3) Adverse event yang berdampak pada pasien baik langsung / tidak langsung,
misal :
a) Kegagalan dalam observasi / tindakan
b) Penanganan yang tidak tepat
c) Tidak mencari bantuan saat dibutuhkan
d) Kesalahan dalam menggunakan peralatan
e) Tidak mengikuti SOP
f) Kesalahan memberikan pengobatan
6. Analisis Informasi
Tools untuk Identifikasi Proximate & Underlying Cause
a. Analisis 5 Why
Dikenal sebagai why-why chart lebih difokuskan pada pendalaman AAM / RCA
sehingga investigator yang menggunakan teknik ini dapat mencari penyebab
insiden keselamatan pasien lebih mendalam. Adapun analisis dengan menggunakan
5 Why mempunyai tujuan secara konstan bertanya mengapa? Melalui lapisan
penyebab sehingga mengarah ke akar permasalahan dari problem yang
teridentifikasi.
Kapan menggunakan teknik ini?
1) Untuk menanyakan setiap penyebab masalah yang teridentifikasi untuk
mengidentifikasi :
a) Gejala (Symptom)
b) Proximate cause
c) Faktor-faktor yang berpengaruh (an influencing factor) atau
d) Akar masalah (root cause).
2) Untuk melanjutkan pencarian akar masalah yang sebenarnya, meskipun
telah diketahui kemungkinan penyebab.
Tabel 3. Analisis Why
Penyebab Disebabkan oleh Kasus
Cedera Jatuh
Jatuh Lantai licin
Lantai licin Pipa bocor
Pipa bocor Pipa bocor
Karet hubung Tidak dilakukan maintanence
rusak
d. Fish bone
Analisis dengan menggunakan fish bone ini dilaksanakan pada saat insiden yang
terjadi sangat kompleks atau melibatkan banyak unit/profesi.
Proses pemilihan topik yang menjadi pertimbangan adalah yang paling tinggi potensial
risiko, paling interrelated dengan proses lain, ketertarikan orang untuk memperbaiki.
2. Bentuk Tim
Pada pemilihan tim sebaiknya dipilih sebagai berikut :
a. Multidisiplin
b. Tidak lebih dari 10 orang (idealnya 4 – 8 orang)
c. Memiliki pengetahuan tentang proses yg akan dianalisa
d. Mewakili unit yang akan dianalisis
e. Mengikutkan orang yg tdk terlibat dalam proses
f. Ada leader nya.
g. Satu orang yg memiliki critical thinking
Setelah pemilihan tim, maka dilanjutkan dengan menyusun kegiatan tim sebagai berikut :
Tabel 7. Pertemuan
Pertemuan Tim Bahasan pertemuan Wakt
u
Pra Pertemuan Identifikasi topik dan motivasi pada tim
Pertemuan 1 Gambarkan proses, identikasi sub proses, verifikasi
ruang lingkup
Pertemuan 2 Kunjungi unit kerja utk observasi proses, verifikasi
semua langkah & sub proses apakah sudah benar
langkah 3)
Pertemuan 3 Identifikasi modus kegagalan, tugaskan anggota tim
utk berdiskusi dng petugas yg terlibat dalam proses
(Langkah 3)
Pertemuan 4 Identifikasi penyebab modus kegagalan tugaskan
anggota tim utk berdiskusi dng petugas yg terlibat
dalam proses untuk informasi tambahan (Langkah 3)
Pertemuan 5 Tuangkan modus kegagalan modus kegagalan dan
penyebabnya pada lembar kerja HFMEA (Langkah 3)
Lakukan analisa hazard (Langkah 4) Identifikasi
tindakan perbaikan dan tindaklanjuti tanggung
jawabnya (langkah 5)
Pertemuan 6-8 Tugaskan anggota tim menindaklanjuti PIC utk setiap
plus 1 tindakan perbaikan
Pertemuan plus Tindakan perbaikan berbasis umpan balik
2
Pertemuan plus Uji perubahan yang diajukan
3
Pertemuan plus Pertemuan dng pimpinan utk persetujuan semua
4 tindakan perbaikan
Post pertemuan Konsultan menindaklanjuti sampai pebaikan lengkap
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level manajemen yang harus bertanggung jawab untuk mengelola /
mengendalikan risiko / insiden tersebut termasuk dalam kategori biru / hijau / kuning / merah.
Untuk tindakan dan pengukuran Outcome diperlukan beberapa hal antara lain:
1. Tentukan apakah potensila penyebab modus kegagalan akan di kontrol, eliminasi, terima
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan dieliminasi
3. Identifikasi Ukuran Outcome yang digunakan analisa dan uji redesign proses
4. Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut
5. Tentukan apakah perlu dukungan manajemen puncak untuk melaksanakan rekomendasi.
F. Manajemen Risiko Dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Rumah Sakit
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 66 tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit, ada beberapa langkah dalam pelaksanaan
manajemen risiko :
1. Identifikasi Bahaya Potensial
Identifikasi bahaya potensial merupakan langkah pertama manajemen risiko kesehatan di
tempat kerja. Pada tahap ini dilakukan identifikasi potensi bahaya kesehatan yang terpajan
pada pekerja, pasien, pengantar dan pengunjung yang dapat meliputi fisik, kimia, biologi,
ergonomic, psikososial, mekanikal, elektrikal, limbah, bencana.
Tabel 15. Bahaya Potensial
No Bahaya Potensial Lokasi Orang yang
berisiko
Fisik
Workshop maintenance, Petugas
1 Bising dapur, CSSD, R. Genset, Maintenance, gizi,
IPAL CSSD, sanitarian
Workshop maintenance, Petugas
2 Getaran
R. Genset Maintenance
Workshop maintenance,
Petugas
R. Genset, R. Rekam
3 Debu Maintenance,
medis, lokasi
petugas RM
pembangunan/renovasi
Petugas
Workshop maintenance,
4 Panas Maintenance, gizi,
dapur, CSSD, R. Genset
CSSD.
Kimia
Petugas
1 Desinfektan Semua area kebersihan,
petugas medis
2 Cytotoxics Laboratorium PA Analist
Farmasi, Laboratorium, Petugas farmasi,
3 Formaldehide
CSSD CSSD dan Analist.
Analist dan
Laboratorium, Workshop
4 Solvents petugas
maintenance
maintenance.
5 Penanganan B3 yang salah
Penanganan B3 tidak pada Lab, Farmasi, CSSD, IPD
6 Petugas kesehatan,
tempatnya 1, IPD 2, OPD, ER, Gizi,
gizi, maintenance,
7 B3 yang tidak diberi label Laundry, Workshop
farmasi, cleaning
Tidak memakai APD saat maintenance, Gudang CS,
8 service.
penanganan B3 Gudang Logistik
9 Terkena paparan B3 (internal)
Paparan B3 (eksternal) korban
10 ER Petugas ER, CS.
>5
Paparan B3 (eksternal) korban
11 ER Petugas ER, CS.
<5
Tumpahan B3, jumlah sedikit IPD, OPD, Gizi, ER, Petugas IPD, OPD,
12
– sedang Gudang Logistik ER, CS.
OT, Lab, Farmasi, CSSD,
Petugas IPD, OPD,
13 Tumpahan B3, jumlah besar Workshop Maintenance,
ER, CS.
Gudang CS
Biologi
Petugas Medis,
ER, IPD, OT,
1 HIV, Hepatitis Analist, Cleaning
Laboratorium
Service
Petugas Medis,
2 Rubella ER, IPD 2
Cleaning Service
Petugas Medis,
ER, IPD 2 (Irish), Analist, Cleaning
3 TB
Laboratorium Service, Petugas
Gizi
Wabah penyakit ER Petugas ER,
4
Analist, CS
Ergonomi
Pekerjaan yang dilakukan Perawat, Security,
secara manual ER, IPD, OT, Gudang Petugas yang
1 Penyimpanan Obat, menangani
Logistik penyimpanan
barang
Postur yang salah dalam Semua Area Semua Karyawan
2
bekerja
Pekerjaan berulang Semua area Petugas admin,
3 driver
Psikososial
1 Kerja shift Semua Area Semua Karyawan
2 Stress kerja Semua Area Semua Karyawan
3 Penculikan Bayi IPD 1 Pasien
4 Penyanderaan IPD 1 dan 2 Pasien
Kehilangan barang milik Pasien dan
5 IPD 1 dan 2
pasien dan keluarga pengujung
Kehilangan kendaraan Lapangan parkir Karyawan, pasien
6
bermotor dan pengujung
Kehilangan sarana prasarana
7 IPD 1 dan 2 Petugas IPD
RS
8 Gangguan masyarakat Lobby, ER Seluruh karyawan
Mekanikal
Terjepit mesin Workshop maintenance, Petugas
1 dapur, CSSD, R. Genset, Maintenance, gizi,
IPAL CSSD,sanitarian
Terjatuh/terpeleset di RAM Ram dan tangga Karyawan, pasien
2
atau tangga dan pengujung
Terpeleset di kamar mandi Kamar mandi Karyawan, pasien
3
dan pengujung
Kesalahan pembacaan hasil ER, OPD, IPD, OT, Pasien
4 pada alat medis karena belum Laboratorium
terkalibrasi
5 Kesalahan penggunaan alat ER, OPD, IPD, OT, Pasien
karena belum terkalibrasi Laboratorium
Kesalahan penggunaan alat ER, OPD, IPD, OT, Pasien
6 medis yang baru karena belum Laboratorium
dilakukan pelatihan alat baru
7 Kerusakan transportasi Pasien
Kerusakan / meledaknya R. Air
8
pompa air
9 Saluran air / IPAL mampet R. IPAL
Gangguan sistem komunikasi R. Server
10
(telepon atau internet)
Gangguan sistem informasi R. Server
11
(SIMRS)
Gangguan HVAC (ventilasi ER, IPD, OT Pasien
12
dan AC)
Elektrikal
1 Tersengat listrik IPD 1 Petugas IPD
Hubungan pendek arus listrik Seluruh area Karyawan, pasien
2
dan pengujung
Ledakan gas Gizi dan R. Oksigen Petugas gizi,
3 Petugas
maintenance
Kebocoran gas Gizi dan R. Oksigen Petugas gizi,
4 Petugas
maintenance
5 Ledakan kompor gas Gizi Petugas gizi
Percikan api dari colokan Seluruh area Karyawan, pasien
6
listrik dan pengujung
Pemadaman listrik / kegagalan ER dan OT Pasien, petugas ER
7
listrik dan OT
Kerusakan genset listrik R. genset Karyawan, pasien
8
dan pengujung
Kekurangan bahan bakar R. penyimpanan bahan Pasiem dan
9
bakar petugas ER, RM
Kebocoran gas medis R. gas medis Pasien IPD 1,
petugas gizi,
10
laundry,dan
maintenance
Meledaknya tabung gas medis R. gas medis Pasien IPD 1,
petugas gizi,
11
laundry,dan
maintenance
Meledaknya sistem gas sentral R. gas medis Pasien IPD 1,
petugas gizi,
12
laundry,dan
maintenance
Limbah
1 Terkena paparan darah / cairan Area pelayanan medis Petugas medis,
tubuh beresiko petugas cleaning
service.
Bencana
1 Gempa bumi Semua area
2 Kekeringan Semua area
Karyawan, pasien
3 Erupsi Semua area
dan pengujung
4 Banjir Semua area
5 Ledakan bom Semua area
Dampak
Keselamatan k3
Kerusakan aset
Lingkungan hidup
Keterangan
Prioritas
N
Skor
Bahaya potensial
o
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tabel 18 Risiko
Keselamatan dan Keamanan Rumah Area Yang Berisiko
Sakit
1 Penculikan Bayi IPD 1 Pasien
2 Penyanderaan IPD 1 dan IPD 2 Pasien
3 Kehilangan barang milik pasien dan IPD 1 dan IPD 2 Pengunjung, Keluarga
keluarga pasien
4 Kehilangan kendaraan bermotor Pihak ke-3 (Parkir) Pengunjung, Keluarga
pasien dan Karyawan
5 Kehilangan sarana prasarana RS
6 Keselamatan saat ada renovasi / Petugas pembangunan
pembangunan dan karyawan di area
pembangunan / renovasi
7 Gangguan masyarakat Semua Departemen
8 Terorisme
Pengunjung, Keluarga
9 Terjatuh/terpeleset di RAM/tangga
pasien dan Karyawan
1 Terpeleset di kamar mandi
0
1 Tersengat listrik IPD 1 Perawat IPD 1, Petugas
1 Kebersihan
1 Tertusuk jarum atau benda tajam Petugas medis, Petugas
2 ER, IPD 1, IPD 2,
kebersihan
1 Terkena paparan darah / cairan Lab, OPD, OT
3 tubuh beresiko
B3 Area
1 Penanganan B3 yang salah OT, Lab, Farmasi, Petugas kesehatan, gizi,
2 Penyimpanan B3 tidak pada CSSD, IPD 1, IPD 2, maintenance, farmasi,
tempatnya OPD, ER, Gizi, cleaning service.
3 B3 yang tidak diberi label
Laundry, Workshop
4 Tidak memakai APD saat
maintenance,
penanganan B3.
5 Terkena paparan B3 (internal) Gudang CS, Gudang
Logistik. ER
6 Paparan B3 (eksternal) korban > 5 ER Petugas ER, CS.
7 Paparan B3 (eksternal) korban < 5 IPD, OPD, Gizi, ER,
Petugas ER, CS.
Gudang Logistik
8 Tumpahan B3, jumlah sedikit – OT, Lab, Farmasi,
CSSD, Workshop Petugas IPD, OPD, ER,
sedang
Maintenance, CS.
9 Tumpahan B3, jumlah besar
Gudang CS
Bencana Area
1 Wabah penyakit ER
2 Gempa bumi
3 Kekeringan Karyawan, pasien dan
4 Erupsi Semua Departemen
pengunjung
5 Banjir
6 Ledakan bom
Kebakaran Area
1 Hubungan pendek arus listrik Semua Departemen Karyawan, pasien dan
pengunjung
2 Ledakan gas Gizi, Ruang Oksigen Petugas gizi, Petugas
maintenance
3 Kebocoran gas Gizi, Ruang Oksigen Petugas gizi, Petugas
maintenance
4 Ledakan kompor gas Gizi Petugas Gizi
5 Percikan api dari colokan listrik Semua Departemen Karyawan, pasien dan
pengunjung
6 Kebakaran akibat puntung rokok Ruang Oksigen Petugas maintenance
Peralatan Medis Area
Kesalahan pembacaan hasil pada OPD, IPD 1, IPD 2, Pasien
1 alat medis karena belum ER,
terkalibrasi Lab, OT, CSSD
Kesalahan penggunaan alat karena
2 belum terkalibrasi
Kesalahan penggunaan alat medis
3 yang baru karena belum
dilakukan pelatihan alat baru.
Sistem Utilitas Area
1 Pemadaman listrik / kegagalan Semua Departemen Pasien
listrik
2 Kerusakan genset listrik Gizi, Ruang Oksigen Pasien dan karyawan
3 Kerusakan transportasi ER, IPD 1, IPD 2,
Farmasi, Lab
4 Kekurangan bahan bakar Semua Departemen
5 Kerusakan / meledaknya pompa air Semua Departemen
3. Analisis Risiko
Dilakukan pengukuran (skoring) peringkat risiko bagi Pasien, keluarga pasien, pengunjung,
pelayan kesehatan, vendor dan lingkungan kerja. Penilaian tingkat risiko ini sebagai analisis
awal yang ditujukan untuk memberikan gambaran seluruh risiko yang ada. Kemudian
disusun urutan risiko yang ada, prioritas diberikan kepada risiko yang cukup signifikan
dapat menimbulkan kerugian. Penilaian tingkat risiko dari aspek K3 dapat diukur dengan
cara :
Risiko = Probailitas X ∑ (Dampak Kesehatan & Keselamatan + Dampak kerugian terhadap
nilai aset + Dampak terhadap lingkungan hidup).
4. Evaluasi Risiko
Pada tahapan ini yang dilakukan adalah membandingkan tingkat risiko yang telah
dihitung dengan kriteria standar risiko yang ada. Selain itu metoda pengendalian yang
telah diterapkan dalam menghilangkan atau meminimalkan risiko dinilai kembali,
apakah telah efektif seperti yang diharapkan. Dalam tahapan ini diperlukan untuk
membuat keputusan apakah perlu untuk menerapkan metoda pengendalian tambahan
untuk mencapai standart risiko yang dapat diterima. Matrik Risiko dari Aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Tabel 21. Tingkat Risiko dan Dampak
Tingkat Risiko Dampak
Rendah 0-19 Risiko dapat diterima, langkah pengendalian dinilai efektif
Sedang 20– 39 Risiko belum dapat diterima, perlu tindakan pengendalian
Tinggi 40– 69 Risiko tidak dapat diterima, harus tindakan pengendalian
Sangat Tinggi 70– 99 Risiko sangat tidak dapat diterima, harus tindakan
pengendalian segera
Amat Sangat 100- Risiko amat sangat tidak dapat diterima, harus dilakukan
Tinggi 125 tindakan pengendalian segera
5. Pengendalian Risiko
Prinsip pengendalian risiko meliputi 5 hierarki, yaitu:
a. Menghilangkan bahaya (eliminasi)
b. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat risikonya
lebih rendah/tidak ada (substitusi)
c. Rekayasa engineering/pengendalian secara teknik
d. Pengendalian secara administrasi
e. Alat Pelindung Diri (APD)
BAB IV
DOKUMENTASI
Pengelolaan risiko di Rumah Sakit Umum Kartini Kupang dilaksanakan oleh Komite K3
berkoordinasi dengan semua unit kerja, hal-hal yang harus didokumentasikan antara lain :
1. Indentifikasi risiko di setiap unit kerja
2. Identifikasi risiko berdasar risiko
a. Risiko Kebakaran dan Ledakan
b. Risiko Bahan Infeksius
c. Risiko Akibat Gangguan Listrik
d. Risiko Akibat Gangguan Air
e. Risiko Bahan Kimia
f. Risiko Bahan Radioaktif
3. Laporan bulanan pemantauan risiko dari aspek K3
a. Pemantauan ruang perawatan
b. Pemantauan B3
c. Pemantauan APAR
d. Pemantauan Peralatan Medis
e. Pemantauan AC
f. Pemantauan Exhaust
DAFTAR PUSTAKA