Anda di halaman 1dari 31

Disaster Plan RS

Bencana/ Disaster

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.

Korban Masal  Jumlah korban yang memerlukan pertolongan


jauh lebih banyak dibanding tenaga penolong yang ada
BENCANA
• Bencana tidak terjadwal
• Terjadi tiba-tiba
• Korban Masal
• Sumber daya tersedia jauh di bawah
kebutuhan
• Memerlukan koordinasi

Perlu Perencanaan
PROSES PENANGANAN
KEDARURATAN

losses
Dasar Kebijakan Rencana Kedaruratan

Kepmenkes No 28/Menkes SK/I/1995

Tiap RS harus mempunyai DISASTER PLAN agar bila terjadi


bencana dapat dilakukan pertolongan secara cepat dan tepat
Standar MFK 6
Rumah Sakit menyusun dan memelihara rencana manajemen
kedaruratan dan program menganggapi bila terjadi kedaruratan
komunitas demikian, wabah dan bencana alam atau bencana lainnya.

Standar MFK 6.1

Rumah sakit melakukan uji coba/simulasi penanganan/menanggapi


kedaruratan, wabah dan bencana.
Rencana dan Program Penanganan Kedaruratan

• Menetapkan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya,


ancaman dan kejadian;
• Menetapkan peran rumah sakit dalam kejadian tersebut;
• Strategi komunikasi pada kejadian;
• Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk
sumber daya alternatif;
• Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk
alternatif tempat pelayanan;
• Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf
pada waktu kejadian
• Proses untuk mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila
terjadi pertentangan antara tanggung jawab staf secara pribadi
dengan tanggung jawab rumah sakit dalam hal penugasan staf
untuk pelayanan pasien
Kategori Bencana (disaster)

Internal

Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpah rumah
sakit dengan segala obyek vitalnya yaitu pasien,pegawai,material dan
dokumen.

Eksternal

Bencana bersumber berasal dari luar rumah sakit yang dalam waktu
singkat mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebih rata rata
keadaan biasa sehingga memerlukan penanganan khusus dan
mobilisasi tenaga pendukung lainnya. Contoh Korban keracunan
massal, korban kecelakaan massal.
PERBEDAAN PELAKSANAAN
PENANGANAN KORBAN MASAL

External disaster Internal disaster


1. Penanganan kejadian didalam RS
pindahkan segera dari tempat
1. Penanganan dilapangan kejadian yg membahayakan
(penanganan pertama, (penyelamatan)
stabilisasi) 2. Penanganan evakuasi pasien maupun
2. Penanganan evakuasi korban fasilitas medis intrahospital dan
(prahospital) interhospital
3. Penanganan di rumah sakit 3. Penanganan dirumah sakit dgn
(terapi definitif) perubahan fungsi lokasi penanganan/
perawatan atau rujuk ke rumah sakit
lain (penanganan pertama dan terapi
definitif).
Potensi Jenis Bencana di RS
Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung.

Gempa bumi
Lokasi kepulauan di Indonesia berada pada area lempengan bumi di bawah laut
yang sewaktu-waktu dapat bergerak dan menghasilkan gempa dan kepulauan di
Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang sangat memungkinkan terjadinya
gempa bumi
Dampak terjadinya gempa ini dapat juga terjadi di pulau Jawa yang akan merupakan
bencana external namun bila dampak gempa pada areal bangunan di RS maka hal ini
merupakan situasi bencana yang terjadi di RS.

Kebocoran gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung-tabung besar gas maupun central gas
rumah sakit yang dapt disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan
dan sabotase
Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan
berbahaya yang ada di RS.

Penyakit menular
Penyakit menular yang potensial terjadi di Jawa adalah diare, demam berdarah.
Rencana Kedaruratan / Disaster Plan

Rancangan atau rencana RS dalam penggulangan


bencana baik bersifat eksternal (yang terjadi di luar
RS) maupun internal (yang terjadi di dalam RS).

Rencana Kontijensi :
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang
tidak menentu, dimana scenario dan tujuan
disepakati,tindakan teknis dan manajerial ditetapkan, dan
system tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama
untuk mencegah atau menanggulangi secara lebih baik
dalam situasi darurat atau kritis
Apa yang harus dipersiapkan

Perencanaan SDM

Perencanaan Komunikasi

Perencanaan Logistik

Perencanaan Transportasi

Pelaporan

Evaluasi
Perencanaan SDM

Mobilisasi SDM (petugas medis: dokter/ perawat , nonmedis:


keamanan, staf penunjang komunikasi/ farmasi/ gizi/ lab dll)

Pembentukan TiM Penanggulangan Bencana.


Tim Penanggulangan Bencana

Wadah non struktural dibawah Direktur Rumah Sakit.

Dipimpin oleh Direktur Rumah Sakit sebagai Pemegang Komando


(Incident Commander).

Keanggotaan Tim Penanggulangan Bencana terdiri dari 5 koordinator


yaitu:
a. Koordinator humas
b. Koordinator Petugas Lapangan
c. Koordinator Logistik
d. Koordinator Transportasi dan Akomodasi
e. Koordinator Dana
Komandan Tim Penanggulangan Bencana
(Incident Command & Planning Section)

1. Penentu kebijakan penanggulangan keadaan darurat


bencana.
2. Pimpinan tertinggi dalam penanggulangan bencana.
3. Mengkoordinir para koordinator dibawahnya.
4. Melakukan koordinasi dengan pihak internal maupun
eksternal bila diperlukan.
5. Bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan personil
penanggulangan insiden, masyarakat dan penyelesaian
tugas- tugas operasi penanggulangan insiden.
Koordinator Humas

1. Meliputi secara kronologis kejadian dan usaha


penanggulangan keadaan darurat.
2. Membuat dokumentasi.
3. Memberi informasi kepada instansi berwenang mengenai
kejadian serta mengatur atau melayani pejabat, pers, massa
media yang datang untuk meminta informasi yang
dibutuhkan yang berkaitan dengan kejadian, bila diperlukan.
Koordinator Perencanaan & Operasional
(Planning & Operations Section)

1. Membuat perencanaan kegiatan (Incident Action Plan).


2. Bertanggung jawab untuk menerima dan melaksanakan Incident
Action Plan (IAP).
3. Untuk insiden yang skalanya kecil, IAP dapat dibuat tanpa harus
tertulis.
4. Untuk insiden yang lebih besar skalanya atau lebih komplek, IAP
dibuat dalam bentuk dokumen tertulis dan dibawah arahan dari
Incident Commander.
5. Mengumpulkan, mengevaluasi, menyebarkan dan menggunakan
informasi tentang perkembangan insiden dan status dari
sumberdaya.
6. Melapor kepada Incident Commander.
7. Menentukan jumlah sumber daya dan organisasi yang diperlukan.
Koordinator Logistik

1. Menyediakan fasilitas pelayanan (alat komunikasi, alat


medis, food supply), material dan personil untuk
mengoperasikan peralatan medis.
2. Memegang peranan penting dalam mendukung operasi
untuk jangka panjang
Koordinator Transportasi dan Akomodasi

1. Melaksanakan koordinasi kelancaran transportasi di


lingkungan terjadinya bencana guna menunjang kelancaran
penanggulangan keadaan darurat.
2. Mengatur persiapan transportasi.
3. Mempersiapkan akomodasi semua anggota tim
Koordinator Dana
(Finance & Administration Section)

1. Mempersiapkan kebutuhan dana untuk keperluan semua


operasional semua anggota Tim
2. Menelusuri biaya penanggulangan insiden dan penggantian
biaya.
3. Membukukan semua biaya untuk operasi penanggulangan
bencana.
Perencanaan Komunikasi

1. Komunikasi dilakukan dengan singkat jelas dan benar


2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas, nama instansi
dan alamat serta isi berita yang menyebutkan jenis
kejadian, lokasi kejadian, jumlah korban dan tindakan
yang telah dilakukan.
3. Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam enerima
berita, isi berita dan mencari kebenaran berita tersebut
melaporkan ke atasan.
Alat alat komunikasi yang dapat dipakai antara lain :
1. Telepon
2. Faximile
3. Pesawat HT
4. Handphone
Perencanaan Logistik

• Perbekalan logistik umum


• Obat-obatan
• Peralatan medis
• Peralatan umum

Surge capacity/kapasitas cadangan:


Fasilitas sarana / pra sarana dan tenaga cadangan yang dapat
dikerahkan/ ditambahkan bila terjadi bencana  perluasan ruang
tindakan di UGD/IRD, penambahan daya tampung ruang rawat,
penambahan daya tampung ruang jenazah
Perencanaan Transportasi

• Memprioritaskan pasien G.D yg memerlukan pelayanan RS dengan


segera
• Awak (kru) ambulans terampil dalam pertolongan GD (mampu
melakukan life support, mengawasi stabilisasi korban)
• Dilengkapi fasilitas life support (A,B,C problem)
• Dilengkapi alat komunikasi (sbl sampai RS tujuan berikan info
kedatangan dan kasusnya, melaporkan perkembangan keadaan pasien
bl perlu)

Pasien tdk dalam keadaan G.D / tidak perlu pertolongan segera, dapat
dievakuasi tanpa menggunakan ambulans, digunakan kendaraan tergantung
fasilitas transport tersedia. Tujuan ke tempat penampungan yg ditentukan

Korban meninggal dievakuasi ke R.S dgn fasilitas forensik, sebaiknya


menggunakan dgn kendaraan jenazah atau bila tdk memungkinkan dapat
diguanakan kendaraan yg tersedia (sebaiknya menggunakan ktg jenasah)
PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT

• Penanganan Korban
• Pengelolaan Barang Milik Korban
• Pengosongan Ruangan Dan Pemindahan Pasien
• Pengelolaan Makanan Korban Dan Petugas
• Pengelolaan Tenaga Rumah Sakit
• Pengendalian Korban Bencana Dan Pengunjung
• Koordinasi Dengan Instansi Lain
• Pengelolaan Obat Dan Bahan/ Alat Habis Pakai
• Pengelolaan Volunteer (Relawan)
• Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
• Pengelolaan Donasi
• Pengelolaan Listrik, Telepon Dan Air
• Pengelolaan Informasi
• Pengelolaan Media
• Pengelolaan Rekam Medis
• Identifikasi Korban
• Pengelolaan Tamu / Kunjungan
• Pengelolaan Jenazah
• Evakuasi Korban Ke Luar Rumah Sakit
AKTIVASI TIM MEDIS
(Bencana di luar RS)
Tim medis di lapangan (Emergency mobile team)
 Tim untuk penanganan di area musibah,
 Tim untuk penanganan di area triase,
 Tim untuk penanganan di area rawat sementara.

Tim medis evakuasi (ambulance crew)

Tim medis di rumah sakit


 Tim pelayanan medis (UGD,OK, HCU/ICU, R.Rawat, R.Jenazah)
 Tim penunjang (farmasi, lab, rontgen, gizi, adminkeu,
keamanan, humas)
PENANGANAN BENCANA DI LUAR RUMAH SAKIT

AREA BENCANA
* RED ZONE (area penyelamatan)
Lokasi bencana, lokasi kerja tim
rescue, polisi,” tim medis” tergantung
aman /tdk utk melakukan pertolongan
pertama
III II I
* YELLOW ZONE (area
pertolongan medis). Lokasi pos
lapangan dan tim pendukung

* GREEN ZONE (area penunjang)


Lokasi utk media masa, lokasi
menunggu bagi keluarga korban, lokasi
utk pemberian penjelasan / info, utk
tim relawan
ARUS PELAYANAN KORBAN DILAPANGAN
ARUS
(satu arahPELAYANAN
tidak bersilang, “3 KORBAN DILAPANGAN
T rule” ; TAG/TRIASE – TREAT –
(satu arah tidak bersilang, “3 TTRANSFER
rule” ; TAG/TRIASE
) – TREAT – TRANSFER )

TRIASE Ke
EVAKUASI
MEDIS Pos medis
Lanjutan
(Rumah sakit)

I
II III
RED
YELLOW GREEN
ZONE
(area ZONE (area Pertolongan) ZONE (area pendukung,
Penyelamatan) Info publik)
Proses Penanganan Korban Masal

1. ORGANISASI (STRUKTURAL, • Rescue (penyelamatan segera)


TUGAS) • Triage (seleksi berdasarkan
2. FASILITAS (SARANA & kegawatan utk memberikan prioritas
PRASARANA) pelayanan)
3. KOMUNIKASI (ALAT, JARING, • Life support (melakukan upaya agar
PROSEDUR). tetap hidup)
4. DATA (SDM, KOM, FAS, OPS)
• Evacuation (melakukan tranportasi
ketempat yang dibutuhkan dengan
5. PENANGANAN OPERASIONAL ( cepat dan aman)
PRA RS, DI RS , ANTAR RS).

Secara efektif dan efisien

Keberhasilan Penanganan
Pernyataan pengakhiran
rencana kedaruratan

Dengan Kriteria
• Tidak ada pengiriman korban lagi dari luar dan/atau seluruh korban
sudah mendapatkan perawatan di RS atau semua pasien RS yang
terancam bahaya sudah dievakuasi dan diamankan serta dirawat
dengan baik (khusus bencana internal)
• Ruangan cadangan (surge capacity) sudah tidak diperlukan bagi dan
jumlah korban yang dirawat berkurang mencapai jumlah kapasitas
normal RS
• Khusus bencana internal maka kerusakan yang terjadi di RS sudah
dapat diatasi dengan baik dan atau bahaya sudah dapat diamankan
atau dihilangkan.
Program Pelatihan

RS membuat program pelatihan bagi seluruh karyawan


dalam usaha peningkatan kapasitas khususnya di biadang
kegawatan dan manajemen bencana
• PPGD (in-house training) dan pengenalan manajemen bencana
bai seluruh karyawan RS
• PGD (ex-house training) yang dilakukana secara berkala sesuai
dengan jadwal bagian diklat RS
• Workshop untuk mereview dan merevisi (bila diperlukan)
rencana kedaruratan RS minimal setahun sekali.
• Simulasi dan drill bencana dilakuakan secra teraratur sesuai
kebutuhan RS.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai