Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN TRIASE

RUMAH SAKIT MH THAMRIN CILEUNGSI


JL. Raya Narogong KM 16 Limus Nunggal
Cileungsi – Bogor
Telp. (021) 8235052 Fax. (021) 82491331
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR :
TENTANG TRIASE
DIREKTUR RS MH THAMRIN CILEUNGSI

Menimbang :

a. Bahwa triase merupakan salah satu upaya yang dilakukan guna meningkatkan mutu
pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan prioritas kebutuhan
pasien.
b. Bahwa untuk menyamakan persepsi daan pelaksanaan asuhan pasien diantara staf dan
petugas kesehatan dibutuhkan panduan triase
c. Bahwa panduan triase perlu ditetapkan dalam keputusan direktur RS MH Thamrin
Cileungsi

Mengingat :

1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Mentri Kesehatan No. 1691 / MENKES / PER / VIII / 2011 / tentang
Keselamatan Pasien

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu KEPUTUSAN DIREKTUR RS MH THAMRIN CILEUNGSI TENTANG
PENETAPAN PANDUAAN TRIASE DI RS MH THAMRIN CILEUNGSI
Kedua Panduan Ini Menjadi Acuan Bagi RS MH Thamrin Cileungsi Dalam
Melaksanakan Triase
Ketiga Keputusan Ini Berlaku Terhitung Mulai Tanggal Ditetapkan
Ditetapkan di : Cileungsi
Pada Tanggal :

Dr. Tiwi Handayani


Direktur
BAB I
DEFINISI

Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien
berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase di IGD adalah
Pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan ABC (Airway, Breathing, dan Circulation).
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi ;
1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan petugas. Dalam keadaan
ini pasien dengan masalah gawat darurat dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu,
dan sesuai dengan prinsip ABC.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas. Dalam keadaan ini
yang akan di layani terlebih dahulu adalah pasien yang dengan kemungkinan survival yang
terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan, dan tenaga yang terbatas.
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan triase ini hanya berlaku pada pasien yang datang ke IGD Rumah Sakit
1. Di dalam Rumah Sakit MH Thamrin Cileungsi
Semua Pasien yang datang akan di lakukan Triase oleh dokter jaga IGD atau perawat yang
kompeten untuk mendapatkan prioritas pelayanan yang sesuai dengan
kegawatdaruratannya.
2. Dalam keadaan bencana
Pasien yang datang dapat dari keadaan bencana baik dari dalam maupun dari luar rumah
sakit.

Bentuk Jenis Triase


Adapun bentuk jenis yang ada di dalam Rumah Sakit MH Thamrin Cileugsi adalah
1. Triase rutin / sehari hari
Memprioritaskan kasus - kasus yang benar benar gawat darurat ( true emergency )
dengan tepat dan cepat ( life saving ).
2. Triase Disaster / Dalam keadaan bencana
Bila terjadi bencana baik dari dalam maupun dari luar rumah sakit, dimana pasien yang
datang lebih dari 10 orang dalam waktu yang bersamaan, maka kriteria triase
berdasarkan kemungkinan hidup pasien yang lebih besar.

Pelaksana Triase
1. Pelaksana Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh dokter jaga IGD atau
perawatyang kompeten di ruang IGD
2. Sedangkan dalam keadaan bencana di lakukan oleh perawat IGD dan di lakukan di luar
atau di depan IGD.
BAB III
TATALAKSANA

A. Keadaan sehari hari


Proses Triase merupakan suatu proses identifikasi yang dilakukan terhadap pasien
pada kontak pertama berdasarkan tingkat prioritas kegawatan pasien, agar pasien IGD
dapat segera diidentifikasi dan diberikan pelayanan segera sesuai tingkat ke gawat
daruratannya).
Memprioritaskan kasus kasus yang benar benar gawat darurat ( true emergency )
dengan tepat dan cepat ( life saving ).
B. Melakukan Primary survey
Tindakan untuk mencari keadaan yang mengancam nyawa adalah:
a. Airway dengan kontrol servical
 Penilaian :
o Mengenal keadaan airway dengan: inspeksi,auscultasi, danpalpasi
o Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi.
 Pengelolaan airway
o Lakukan chin lift dan atau jaw trustdengan kontrol servikal
o Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning
o Pasang OPA
 Fiksasi leher
 Menganggap kemungkinan adanya fraktur servical pada semua pasien
denga Multi trauma terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan
diatas clavicula.
b. Breathing dan Ventilasi oksigen
 Penilaian :
o Buka leher dan dada penderita dengan tetap memperhatikan kontrol
servical
o Hitung dan perhatikan dalamnya pernapasan
o Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali kemungkinan
terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris atau tidak,
pemakaian otot otot tambahan dan tanda tanda cidera lainya.
o Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
o Auscultasi thoraks bilateral.
 Pengelolaan,
o Pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan pemakaian NRBM 10-
12 ltr/mnt
o Ventilasi dengan bag valve mask
o Menghilangkan tension pneumothoraks
o Menutup open pneumothoraks
o Memasang Saturasi oksigen
 Evaluasi

c. Circulation dengan kontrol perdarahan


 Penilaian.
o Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
o Mengetahui sumber perdarahan yang internal
o Periksa nadi pasien : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus
paradoksus. Tidak diketemukanya pulsasi dari arteri besar yang
merupakan tanda untuk memerlukan resusitasi masif segera.
o Periksa warna kulit, kenali tanda tanda sianosis.
o Periksa tekanan darah.
 Pengelolaan
o Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
o Kenali perdarahan internl, kebutuhn untukintervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah
o Pasang iv canule 2 jalur ukuran besar sekaligus untuk mengambil
sampel darah untuk pemeriksan laboratorium dan Analisa gas darah
o Beri cairan kristaloid dengan tetesan cepat
o Cegah hipothermia

d. Disability ( Penilaian Status Neurologis )


 Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
 Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi tanda tanda
lateralisasi
 Evaluasi dan Re evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
tabel penilaian GCS

e. Exposure
 Buka pakaian pasien untuk melihat dengan jelas apakah ada cedera yang lain
 Cegah hipothermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
hangat

C. Klasifikasi kriteria pasien sesuai jenis Triase (kegawatdaruratannya)


RESUSITASI  Prioritas I
Pasien yang mengancam jiwa/fungsi vital dilakukan tindakan SEGERA. Pelayanan
terhadap pasien dengan kategori “GAWAT DARURAT MENGANCAM NYAWA” yang
membutuhkan RESUSITASI akan “Diprioritaskan lebih dulu pertama kali” dalam waktu 0
menit.
Penilaian :
Airway : Ada sumbatan
Breathing : Henti napas/ apnoe, bradipnoe dan sianosis
Circulation : Henti jantung / arrest, nadi tidak teraba dan akral dingin
Kesadaran : GCS < 9

EMERGENT  Prioritas II
Pasien Potensial mengancam jiwa / fungsi organbila tidak segera ditangani dalam
waktu singkat.Pelayanan terhadap pasien dengan kategori “GAWAT DARURAT
(EMERGENT)” yang membutuhkan pelayanan segera akan mendapatkan penanganan
dalam waktu 1 - 3 menit.
Penilaian :
Airway : ada ancaman sumbatan
Breathing : takipnoe , ada wheezing
Circulation : nadi teraba lemah, bradikardia/ takikardia, pucat CRT > 2
Kesadaran : GCS 9 – 12 , Gelisah

URGENT  Prioritas III


Pasien tidak berpotensial mengancam jiwa/ fungsi organ. Pelayanan terhadap
pasien dengan kategori “DARURAT TIDAK GAWAT” yang membutuhkan pelayanan lebih
lanjut akan mendapatkan penanganan dalam waktu 3 – 5 menit.
Penilaian :
Airway : bebas tidak ada hambatan
Breathing : normal, ada wheezing
Circulation : nadi kuat, takikardia, TDS > 160 TDD > 100
Kesadaran : GCS > 12 Apatis , somnolen

NON URGENT dan FALSE EMERGENT  Prioritas IV


Keadaan dimana pasien masih bernapas normal, denyut jantung normal dan
memerlukan tindakan observasi ataupun tidak.
Penilaian :
Airway : bebas tidak ada hambatan
Breathing : frekwensi napas normal
Circulation : frekwensi nadi normal
Kesadaran : GCS 15

D. Dalam keadaan bencana baik dari dalam atau dari luar Rumah Sakit.
Perawat IGD terlatih ikut dalam melakukan triase , petugas IGD akan menetapkan
kondisi pasien dengan label seperti berikut sesuai dengan klasifikasi berat ringannya /
kegawatdaruratan pasien :
Warna Hijau / rendah : perlu penanganan seperti pelayanan biasa tidak perlu
tindakan segera . penanganan dan pemindahan bersifat terakhir seperti luka ringan dan
luka superfisial
Warna Kuning / prioritas sedang : potensi mengancam nyawa atau fungsi vital bila
tidak segera diberikan pertolongan dalam jangka waktu singkat seperti cedera abdoment
tanpa shok , cedera dada tanpa gangguan respirasi , cedera kepala dan tulang belakang
tanpa gangguan kesadaran.

Warna Merah / prioritas utama : mengancam jiwa atau fungsi vital yang
memerlukan tindakan / pertolongan segera untuk penyelamatan nyawa perlu resusitasi
dan tindakan bedah segera , mempunyai kesempatan hidup yang besar seperti gangguan
jalan napas , syok dengan perdarahan hebat , luka bakar grade II dan III > 25% ,
penurunan status mental.

Warna Hitam / prioritas nol : Pasien dalam kondisi tidak bernyawa / sudah
meninggal di tempatkan di kamar jenazah.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi yang dijadikan bukti bahwa petugas sudah melakukan pemantauan


dengan tepat dan mengkomunikasikan perkembangan kepada tim kesehatan. Pada tahap
pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi :
1. Waktu dan datangnya pasien
2. Keluhan utama
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan di area penanganan yang tepat
6. Permulaan intervensi.
Petugas IGD harus mengevaluasi secara kontinu perawatan pasien berdasarkan hasil
yang dapat diobservasi untuk penentuan perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan serta
harus mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan
perkembangannya.
Proses dokumentasi triase menggunakan :
o Form Rekam Medis
o Form catatan perkembangan terintegrasi.

Anda mungkin juga menyukai