Oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan pedoman Manajemen Risiko ini tepat pada
waktunya.
Pedoman ini di jadikan sebagai acuan dalam menentukan langkah dan arah
kegiatan ini yang tertib dan tertur serta bertujuan memberikan pelayanan yang
maksimal pada masyarakat Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa khususnya pasien
dan keluarga pasien. Untuk mewujudkan semua itu kami mengharapkan
dukungan dari semua pihak baik dari Direktur, Kepala Bidang, Kepala Ruangan,
serta semua pelaksana yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa ini. Kami
menyadari Pedoman ini masih banyak kelemahan dan kekurangannya. Hal ini
dikarenakan kemampuan kami yang masih minim. Oleh karena itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
turut membantu dalam mensukseskan jalannya pedoman ini.
NIP. 198004202006041018
DAFTAR ISI
C. Latar Belakang
Rumah sakit yang menerapkana prinsip keselamatan pasien berkewajiban
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh resiko strategis dan
operasional yang penting, hal ini mencakup seluruh area baik manajerial
maupun fungsional.
Rumah sakit Umum Daerah Bajawa merupakan organisasi pelayanan yang
menerapkan prinsip keselamaan pasien sehingga berperan menyediakan
fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan
pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis, peralatan
lainnya, dan sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara
khusus manajemen harus berusaha untuk :
1. Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko
2. Mencegah kecelakaan dan cedera
3. Memelihara kondisi yang aman
Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan
pengawasan multidisiplin sebagai berikut :
1. Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang
dibutuhkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis
yang disediakan secara aman dan efektif
2. Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara
mengurangi risiko dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan
situasi-situasi yang berisiko.
3. Suatu Kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem
penting dan mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah
rencana tertulis yang meliputi enam bidang :
1. Keselamatan dan Keamanan
Keselamatan
Sejauh mana bangunan, wilayah dan peralatan rumah sakit tidak
menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf atau pengunjung.
Keamanan
Perlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau
penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang.
2. Bahan Berbahaya dan Beracun
Penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya
dikendalikan dan limbah berbahaya ditangani secara aman.
3. Manajemen Emergensi
Respons terhadap epidemi, bencana dan keadaan darurat direncanakan
dan dijalankan secara efektif.
4. Pengamanan Kebakaran
Properti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya
kebakaran dan asap.
5. Peralatan Medis.
Peralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa
agar mengurangi risiko
6. Sistem Utilitas.
Listrik, air dan system utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko
kegagalan dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan
D. TUJUAN
1. Tujuan umum
Meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai
potensi bahaya yang ada Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa
2. Tujuan Khusus
a. Mengurangi risiko kegagalan fasilitas yang ada di rumah sakit
b. Mengawasi dan memonitor risiko terkait fasilitas dan lingkungan di
Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa
c. Meningkatkan keamanan dan keselamatan fungsi fasilitas yang ada di
Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa bagi karyawan, pasien dan
pengunjung.
d. Tersedianya fasilitas Rumah Sakit yang aman dan siap pakai
BAB II
RUANG LINGKUP
7. Keselamatan dan Keamanan
a. Tujuan
Tujuan Program keselamatan dan keamanan Rumah Sakit Umum Daerah
Bajawa adalah:
1) Meminimalkan risiko dan bahaya yang dapat terjadi dalam lingkungan
fisik rumah sakit.
2) Mengelola aktifitas staf untuk mengurangi cedera pekerjaan dan
lingkungan
b. Ruang Lingkup
Ruang lingkup program keselamatan dan keamanan Rumah Sakit Umum
Daerah Bajawa adalah:
1) Pencegahan terjadinya pencurian dan pemaksaan mengambil barang
milik masyarakat rumah sakit
2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan
pengunjung di rumah sakit
3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru
ataupun renovasi gedung
4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian
yang disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit.
5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan termasuk
parkir
6) Pencegahan cedera karena jarum atau benda tajam.
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas radiologi.
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
9) Mencegah terjadinya pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.
Keselamatan dan keamanan rumah sakit ini meliputi semua area rumah
sakit yaitu semua lingkungan pelayanan, lingkungan di luar area pelayanan
dan area bisnis yang ada dalam rumah sakit yang meliputi keselamatan dan
keamanan pasien, keluarganya, pengunjung dan karyawan rumah sakit :
1) Pencegahan pencurian dan pemaksaan mengambil barang milik masyarakat
rumah sakit.
Rumah sakit mengupayakan sebuah sistem pengamanan sehingga
masyarakat rumah sakit terhindar dari kecurian maupun pengambilan
secara paksa miliknya. Seluruhnya tamu rumah sakit diidentifikasi,
pengunjung dibatasi jumlahnya dan keluarga pasien yang menunggu/
menginap di rumah sakit diidentifikasi, pasien dan keluarga diinfokan
untuk tidak membawa barang berharga dan uang yang berlebihan,
pemasangan kamera untuk mengindentifikasi kejadian yang mengancam
keselamatan dan keamanan.
2) Pencegahan kekerasan oleh petugas maupun pasien lain dan pengunjung di
rumah sakit.
Pasien, keluarganya, dan karyawan dilindungi oleh rumah sakit dari bahaya
akan kekerasan fisik maupun mental baik oleh pengunjung maupun
karyawan rumah sakit sendiri. Disediakan sebuah sistem bila petugas,
pasien/ maupun keluarga mengindetifikasi kemungkinan terjadinya
kekerasan mental m aupun fisik.
3) Pencegahan bahaya yang diakibatkan oleh adanya bangunan baru ataupun
renovasi gedung.
Pasien dan masyarakat rumah sakit lainnya terhindar dari bahaya karena
polusi debu, jatuhan bahan bangunan maupun bahaya lain yang
diakibatkan oleh adanya penambahan bangunan di dalam rumah sakit.
Oleh karena itu untuk setiap proses renovasi bangunan gedung baru dan
proses pemusnahan, area bangunan tersebut dilindungi dengan
menggunakan sekat triplek, dan ditulisi informasi larangan masuk, kecuali
yang berkepentingan
4) Pencegahan bahaya cedera, keselamatan nyawa, maupun pencurian yang
disebabkan oleh keterbatasan fisik bangunan rumah sakit (pintu kamar
mandi, lantai licin, fasilitas penanganan kebakaran, pengamanan tempat
tidur, kamera di unit risiko gangguan keamanan).
Rumah sakit menyiapkan fasilitas yang mengupayakan keselamatan dan
keamanan pasien/ keluarga dan masyarakat rumah sakit lain dari cedera,
jatuh, pencurian, ancaman nyawa dengan melengkapi fasilitas sesuai
kebutuhan, pengamanan tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh,
pemasangan smoke detector di gedung berisiko, penandaan lantai licin dan
lantai beda level untuk mencegah pasien jatuh, dan fasilitas lain yang
dibutuhkan
5) Keselamatan dan keamanan lingkungan rumah sakit dan hospital ground
(penataan selokan/ got/ kabel/ pipa/ penempatan tabung gas, fasilitas
bermain anak, pagar, taman, trotoar dan pembatas jalan, pengaturan
parkir).
a) Area outdoor rumah sakit selalu menampilkan situasi yang aman dari
segi fisik lingkungannya seperti semua saluran pembuangan tertutup
dan tidak bau.
b) Pembatasan jalan maupun trotoar tersedia aman tanpa lubang maupun
pecahan beton.
c) Pagar taman tidak ada sesuatu yang tajam.
d) Selang atau kabel yang melintang/ terpasang dengan pembungkus
sehingga tidak mengancam keselamatan
e) Penempatan tabung gas ditempatkan pada area yang aman dari api,
dengan penempatan yang diatur sedemikian rupa untuk mencegah
jatuhnya tabung, serta akses masuk dibatasi.
f) Keamanan dinding, lantai, plafon dan atap bangunan, tidak adanya
lubang, perembesan air maupun kerusakan fisik bangunan lain, yang
dapat berisiko menyebabkan gangguan keselamatan.
g) Pengaturan parkir dan lalu lintas diatur untuk menjaga alur lalu lintas
berjalan dengan aman tanpa mengganggu pejalan kaki yang ada di
sekitarnya.
h) Akses keluar masuk rumah sakit diatur, untuk mencegah gangguan
keselamatan pada masyarakat dan fasilitas rumah sakit. Akses keluar
masuk ke dalam rumah sakit pintu masuk berada di depan UGD,
Poliklinik,dan pintu gerbang belakang berada di ruang IPSRS menuju
ruang Jenazah sebagai pintu keluar untuk ambulance Jenazah.
i) Pengaturan waktu berkunjung waktu berkunjung ke pasien diatur 2
kali dalam sehari yaitu jam 10.00-11.00 dan jam 16.00-17.00
j) Identitas pegawai, seragam pegawai dan tamu.
Untuk mencegah terjadinya masalah keamanan pada masyarakat rumah
sakit maka semua petugas menggunakan label Identitas dan pakaian
seragam sesuai ketentuan rumah sakit pada setiap periode tugasnya
baik pagi, siang, maupun malam. Untuk tamu rumah sakit diberikan
identitas tamu yang dikelola oleh petugas security.
6) Pencegahan cedera karena jarum/ benda tajam.
Jarum/ benda tajam ditempatkan pada tempat khusus sehingga tidak
mencederai staf maupun pasien dan pengunjung. Apabila seseorang terkena
jarum, maka yang bersangkutan akan ditangani sesuai prosedur yang
berlaku. (SOP penanganan tertusuk jarum/ benda tajam).
7) Pencegahan paparan radiasi pada petugas Radiologi
a) Petugas radiologi merupakan salah satu staf yang akan terkena dampak
paparan radiasi, oleh karena itu apron yang digunakan dilakukan
perawatan dan uji secara berkala untuk memastikan apron masih tetap
aman digunakan. Perawatan terhadap apron dilakukan setiap hari
setelah digunakan oleh petugas radiologi, sedangkan uji terhadap
efektifitas apron dilakukan oleh petugas PPR setiap 1 tahun sekali.
b) Setiap petugas di ruangan radiologi menggunakan badge radiasi yang di
uji setiap 1 tahun sekali oleh petugas PPR untuk memastikan keefektifan
badge tersebut
8) Pencegahan terjadinya penculikan bayi.
Untuk mencegah terjadinya penculikan bayi maka semua orang yang masuk
ke ruangan bayi dipantau oleh petugas ruangan, keluarga pasien memiliki
ID berupa gelang tunggu warna Putih dengan lengkap identitasnya. Pintu
ruangan dikunci dan dipegang oleh petugas jaga yang dioperkan setiap shif.
9) Pencegahan pasien minggat/ hilang dari rumah sakit.
Semua pasien diidentifikasi dengan menggunakan gelang pasien pada
tangannya, petugas security melakukan pengawasan apabila ada seseorang
dengan menggunakan gelang tersebut berada di luar ruangan perawatan
tanpa didampingi oleh petugas rumah sakit. Bila petugas security
menemukan individu seperti itu, maka petugas melakukan identifikasi pada
pasien tersebut dan melakukan kontak dengan ruangan perawatan untuk
koordinasi.
c. Koordinasi dan Wewenang
Kabid penunjang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan program keselamatan dan keamanan rumah sakit dengan
menyesuaikannya dengan peraturan dan UU yang berlaku, termasuk
mengkoordinasikan aktivitas yang dilakukan oleh tiap-tiap instalasi/ unit
kerja lainnya dan staf serta Karyawan maupun rekanan yang berkaitan
dengan keselamatan lingkungan rumah sakit. memiliki kewenangan
untuk mengambil tindakan segera dalam situasi yang mengancam hidup,
kesehatan dan keamanan proferti rumah sakit. Semua level pimpinan di
rumah sakit dari Kepala ruangan sampai kabid bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa area tempat mereka bekerja semua aspek telah sesuai
dengan kebijakan dan prosedur keselamatan dan keamanan. Semua
anggota dan karyawan rumah sakit bertanggungjawab untuk
melaksanakan kebijakan dan prosedur keselamatan dan keamanan.
Koordinator penanggung jawab, bertemu setiap bulan dengan Tim K3RS
yang merupakan tim multidisiplin untuk memfasilitasi temuan dan dapat
memberikan masukan berkaitan dengan pelaksanaan program
keselamatan dan keamanan. Informasi dan data diidentifikasi dan
dikompilasi yang merupakan bagian dari kegiatan keselamatan dan
keamanan rumah sakit yang selanjutnya dipresentasikan dan diberikan
masukan untuk dilakukan review dan dibuatkan rekomendasi.
Penanggung jawab program membuat laporan triwulan.
d. Program Review dan Evaluasi
Koordinator program ini bertanggung jawab :
1) Menyusun Program inspeksi, setiap bulan melakukan infeksi keseluruh
gedung dan lingkungan rumah sakit berkaitan dengan pelaksanaan
program keselamatan dan keamanan di rumah sakit
2) Program inspeksi ini menjadi satu dengan program inspeksi
Penatalaksanaan Fasilitas dan Keselamatan rumah sakit.
3) Menyusun perencanaan dari hasil inspeksi dan melakukan updating pada
perencanaan setiap kali dilakukan inspeksi
4) Menyusun laporan hasil inspeksi, menyusun perencanaan dan
pencapaian dari perencanaan yang dibuat secara rutin setiap 3 bulan
sekali.
5) Managemen Keselamatan dan keamanan Rumah sakit ini di evaluasi
setiap 1 tahun sekali oleh koordinator program dan berkoordinasi dengan
Tim K3RS.
e. Program Pendidikan
1) Setiap pegawai baru diberikan informasi tentang penatalaksanaan
keselamatan dan keamanan di rumah sakit
2) Staf terkait diinformasikan sedikitnya 1 tahun sekali tentang program
penatalaksanaan keselamatan dan keamanan di rumah sakit.
8. Bahan Berbahaya
a. Tujuan
Mengelola material yang diketahui memiliki potensi membahayakan bagi
manusia maupun lingkungan. Penatalaksanaan ini dilakukan untuk
meminimalkan risiko bahaya maupun cedera.Proses yang dilaksanakan
meliputi edukasi, informasi prosedur untuk penggunaan yang aman,
penyimpanan dan pembuangan serta pengelolaan bila terpapar dengan
jatuhan bahan berbahaya ini. Dan proses ini dibuat juga untuk
mengevaluasi risiko yang dapat mengancam hidup maupun kesehatan
pasien, pengunjung dan staf rumah sakit.
b. Ruang lingkup
Bahan berbahaya ini difokuskan pada risiko yang disebabkan oleh
bermacammacam bahan berbahaya yang ada yang terpapar bagi lingkungan
rumah sakit, pada pasien, pengunjung dan karyawan rumah sakit, juga
agar dapat dilaksanakan sesuai peraturan dan kebijakan yang ada, ruang
lingkupnya yaitu :
1) Menentukan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)yang dipergunakan
dan limbah yang dihasilkan di rumah sakit
2) Data bahan berbahayadan beracun yang ada diidentifikasi dalam
Material Safety Data Sheets (MSDS) atau dokumen sejenis yang
disediakan oleh supplier atau pabrik
3) Proses yang digunakan untuk memilih, transportasi, penyimpanan,
penggunaan dan pembuang B3 juga proses untuk memilah,
memisahkan,transportasi, penyimpanan, membungkus dan
membuang limbahberbahaya yang ditulis lengkap pada SOP.
4) Proses monitoring khusus dilakukan untuk mengelola gas, asap,
maupun radiasi berbahaya yang tidak dapat dideteksi oleh manusia.
c. Identifikasi bahan berbahaya
Dalam upaya mengelola bahan berbahaya di Rumah Sakit Umum Daerah
Bajawa dilakukan identifikasi terhadap bahan berbahaya yang digunakan
oleh rumah sakit yaitu:
1) Inventarisasi B3. Jumlah B3
NO BAHAN BERBAHAYA
1 Alhokol
2 Klorin
3 Algrin
4 Formalin
5 Elpiji
6 O2
7 Asam Asetat
8 H20
9 Betadin
10 Asam Klorida
Pengamanan Kebakaran
a. Tujuan
Pencegahan terjadinya kebakaran di rumah sakit dan memastikan penghuni
rumah sakit selamat dan aman dari resiko adanya cedera maupun
kemungkinan kehilangan nyawa saat terjadinya kebakaran
b. Ruang Lingkup
1) Pencegahan risiko kebakaran
2) Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran
3) Akses keluar saat terjadi kebakaran
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini
5) Mekanisme pemadaman api
6) Evakuasi pasien
c. Penatalaksanaan Pengamanan Kebakaran
1) Pencegahan risiko kebakaran
a) Bahan yang mudah terbakar seperti tabung gas ditempatkan pada
area yang aman dari api/ panas, dengan penempatan yang diatur
sedemikian rupa dan teridentifikasi baik untuk mencegah jatuhnya
tabung, serta akses masuk dibatasi (pintu masuk terkunci).
b) Pasien/ keluarga pasien dilarang untuk merokok di ruang
perawatan untuk mencegah terjadinya kebakaran yang disebabkan
adanya api dan adanya gas yang ada di ruang perawatan (gas O2)
c) Larangan merokok di areal rumah sakit. Kebijakan larangan
merokok di seluruh area rumah sakit kepada staf, pasien/
keluarganya dan pengunjung, dan di tiap akses masuk ke rumah
sakit dipasang poster larangan merokok sebagai informasi pada
staf, pasien dan pengunjung rumah sakit.
2) Pengaturan konstruksi bangunan untuk mencegah kebakaran
Bahan bangunan yang digunakan pada proyek pembangunan di rumah
sakit menggunakan bahan yang dominan tidak menyebabkan kebakaran
seperti penggunaan bahan dinding dari kayu tidak dianjurkan.
Bangunan tambahan untuk unit bisnis di dalam lingkungan rumah
sakit merupakan bangunan permanen yang tidak terbuat dari papan/
triplek Akses keluar saat terjadi kebakaran
3) Akses keluar dan area berkumpul saat kebakaran
a) Seluruh pintu keluar dari dalam unit pelayanan diberi tanda ‘EXIT’
b) Semua area di sekitar pintu keluar merupakan area bebas yang
tidak dihalangi oleh tumpukan barang maupun terhalang meubel
dan fasilitas lain.
c) Tanda-tanda menuju area berkumpul terpasang pada area strategis
yang menuju kearah area berkumpul dan dapat dilihat dari semua
area keluar dari tiap unit pelayanan maupun perkantoran
d) Area berkumpul di Area berada di parkir UGD dan parkir area
4) Sistem peringatan dini/ deteksi dini
Sistem deteksi dini dilakukan dengan pemasangan smoke detectorpada
bangunan. Namun semua gedung belum memiliki smoke detector dan
akan dilakukan patroli kebakaran oleh petugas keamanan rumah sakit
setiap harinya dengan berkeliling rumah sakit untuk mengidentifikasi
risiko kebakaran.
5) Mekanisme pemadaman api
a) APAR di pasang di seluruh gedung perawatan pada arah pintu
keluar, atau ditempatkan sesuai kebutuhan dan dipasang berjarak
minimal 125 cm dari atas lantai sehingga memudahkan untuk
dijangkau
b) Prosedur pemadaman api (SOP). Bila ada asap/kebakaran, petugas
yang pertama kali menemukannya menghubungi pusat pengendali
informasi emergenci di pesawat 109 , secara pararel petugas tersebut
memberikan informasi ke rekan kerja ada situasi kode merah, Petugas yang bertanggung
jawab dalam sistem kode merah mengambil peran masing-masing dengan menggunakan
identitas berupa helm sebagai berikut :
BAB III
TATA LAKSANA
RISK MANAJEMEN PROCESS
NO BLOK AREA PJ
1 A POLIKLINIK, FARMASI, Kabid penunjang
LABORATORIUM, GIZI, bersama Karu IPSRS
LOUNDRY, FISIOTHERAPI
2 B IPSRS, GUDANG, R.Kabid penunjang
JENASAH bersama Karu IPSRS
3 C MELATI,OK,ANAK Kabid penunjang
bersama Karu IPSRS
4 D UGD, ICU, TATA USAHA, Kabid penunjang
LOKET PEMBAYARAN, bersama Karu IPSRS
LOKET PENDAFTARAN,
RUANG MITING
5 E PERINATAL, CEMARA,
MAWAR, ANGGREK
F. ANALISA RISIKO
Tabel Analisis risiko berdasarkan tingkat probabilitas
TK DESKRIPSI DAMPAK
RISIKO
1 Tdk significant Tidak ada cedera
G. EVALUASI RISIKO
1) Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan di evaluasi lebih lanjut
sesuai skor dan grading yang di dapat dari analisis
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG
H. KELOLA RISIKO
Setelah analisis dan evaluasi risiko selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah pengelolaan risiko
dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga level terendah dan meminimalisir dampak
atau kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi
LEVEL TINDAKAN
1) Investigasi Sederhana
Dalam pengelolaan risiko dalam katagori hijau dan biru, maka
tindaklanjutv evaluasi dan penyelesaiaanya dilakukan investigasi
sederhana, melalui proses:
a) Identifikasi insiden
b) Mengumpulkan data dan informasi (observasi, telaah dokumen,
wawancara)
c) Kronologi kejadian
d) Analisa sederhana
Penyebab langsung :individu,, peralatan, lingkungan tempat
kerja, prosedur kerja,
Penyebab tidak langsung : individu, tempat kerja
e) Rekomendasi : jangka pendek, menengah dan panjang
BAB IV
PELAPORAN
PENGELOLAAN RISIKO
INSIDEN
DIREKTUR
BAB IV
DOKUMENTASI
Dengan adanya pedoman Manajemen risiko Fasilitas dan lingkungan ini, agar
pegawai Rumah Sakit memahami cara mengidentifikasi jenis risiko yang bisa
terjadi, mampu menganalisa risiko, menilai risiko, mengevaluasi risiko serta
mampu mengendalikan risiko untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
kerja karyawan serta melindungi kesehatan dan keselamatan kerja pengunjung,
pengantar orang sakit dan pasien .
Ada beberapa formulir dan SOP yang harus diterapkan yaitu:
1. Formulir penilaian risiko
2. Formulir laporan insiden
3. Formulir Lembar kerja invesgasi
4. Cheklis insiden
5. Tabel insiden risiko
6. Formulir RCA (Root Cause Analisis)
7. SOP manajemen risiko
BAB V
PENUTUP
Demikian Panduan Manajemen Risiko Fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah
Bajawa dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan program Manajemen Risiko
Fasilitas di Rumah Sakit Umum Daerah Bajawa
Mengetahui,
http://ppnisardjito.blogspot.co.id/2013/11/prinsip-dasar-manajemen-risiko-
risk.html
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(PDF) contoh kasus manajemen resiko RS. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/298670855_contoh_kasus_manajem
en_resiko_RS
http://fijaytrangki.blogspot.co.id/2014/09/penerapan-manajemen-risiko
dalam.html
Peraturan presiden no 77 tahun 2015 bahwa pengaturan pedoman organisasi
rumah sakit
Lampiran 1
TIM INVESTIGATOR
KETUA:
ANGGOTA:
2. ...................................... 5.........................................
3. ...................................... 6. ......................................
Notulen .........................................
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari :
a. Expert insiden (misal yang tidak berlatar belakang medis)
b. Senior managemen expert (kabid medik)
c. Orang yang mengetahui unit kerja
I. DATA PASIEN
Nama :
CM :
TTL :
Ruangan :
Jenis kelamin :
Penanggung biaya :
Tgl MRS : jam :
LAMPIRAN 4
FORM PENILAIAN RISIKO
Bagian :...............................................
Unit :...............................................
Peringkat risiko saat ini (consecquence X likelihood ) : ...X... = Extreme (15-25), high
(8-12), Medium (4-6) , low (1-3)
Rencana tindakan untuk mencegah/ mengurangi risiko: (misal: perubahan dalam
pelaksanaan, peralatan,kesiapan staf, lingkungan,kebijakan /prosedur, pelatihan,
dokumentasi.