Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

DEMAM TIFOID (A01.0)


1. Pengertian (definisi) Penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan oleh
infeksi sistemik Salmonella, 96% kasus demam tifoid
disebabkan oleh S. Typhi, sisanya disebabkan oleh S.
Paratyphi.
2. Anamnesis 1. Demam terus menerus selama minimal 7 hari
2. Disertai gejala gastrointestinal berupa diare atau
obstipasi
3. Dapat disertai gejala sistemik berupa nyeri kepala
dan/atau malaise dan/atau anoreksia dan/atau nausea
dan/atau mialgia dan/atau nyeri perut dan/atau radang
tenggorokkan.
4. Demam tifoid berat bila diserati kesadaran menurun
dan/atau kejang dan/atau tangan kaki dingin dan/atau
tanda perforasi saluran cerna (tanda akut abdomen).
3. Pemeriksaan Fisik 1. Demam 7 hari atau lebih
2. Keadaan umum dapat tampak iritabel atau gelisah atau
apatis atau delirium.
3. Dapat ditemukan lidah tifoid : bagian tengah kotor dan
bagian pinggir hiperemis.
4. Dapat ditemukan meteorismus dan/atau hepatomegali
dan/atau splenomegali
4. Kriteria Diagnosis 1. Demam selama 7 hari atau lebih
2. Didapatkan diare atau obstipasi
3. Gelisah atau apatis atau delirium
4. Pemeriksaan IgM anti Salmonela yang positif atau
biakan darah yang positif.
5. Diagnosis Kerja A01.0 Typhoid fever
A01.1 Paratyphoid fever A
A01.2 Paratyphoid fever B
A01.3 Paratyphoid fever C
A01.4 Paratyphoid fever, unspecified
6. Diagnosis Banding 1. Demam berdarah dengue
2. Malaria
3. Sepsis
4. Infeksi intrakranial
5. Keganasan
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah rutin
2. Widal
8. Tata Laksana : 1. Suportif
a. Tirah baring
b. Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
c. Asupan cairan dan kalori diberikan melalui
intravena atau sonde lambung bila demam tinggi
disertai muntah atau diare
d. Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan
dikurangi menjadi 4/5 kebutuhan
e. Antipiretik, diberikan apabila demam > 38,50C,
kecuali pada pasien dengan riwayat kejang demam
dapat diberikan lebih awal dengan parasetamol
dosis 10 mg/kgBB/kali.
f. Diet
i. Makanan tidak berserat dan mudah dicerna
ii. Setelah demam reda, dapat segera diberikan
makanan yang lebih padat dengan kalori cukup
2. Antibiotik (dapat digunakan salah satu)
a. Kloramfenikol (drug of choice) 50-100
mg/kgbb/hari , oral atau IV dibagi dalam 4 dosis
selama 10-14 hari (tingkat eviden 2b, rekomendasi
B)
b. Seftriakson 80 mg.kgbb/hari intravena atau
intramuskular sekali sehari selama 5 hari
c. Sefiksim 10 mg/kgbb/hari oral dibagi dalam 2 dosis
selama 10 hari
3. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan
gangguan kesadaran : deksametason 1-3 mg/kgbb/hari
intravena dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik
4. Bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus
9. Edukasi : 1. Secara umum untuk memperkecil kemungkinan
(Hospital Health Promotion) tercemar S. Typhi maka setiap individu harus
memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi.
2. Pemberian imunisasi pada anak umur lebih dari 2
tahun. Vaksin Polisakarida parenteral dengan dosis 0,5
ml secara intramuscular, diulang setiap 3 tahun.
10. Prognosis Dubia et Bonam
11. Tingkat Evidens Tingkat eviden 2b
12. Tingkat Rekomendasi Rekomendasi B untuk pemberian kloramfenikol sebagai
pilihan terapi pertama
13. Penelaah Kritis Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila pada
hari ke 4-5 setelah pengobatan demam tidak reda, maka
harus segera kembali dievaluasi adakah terjadi komplikasi,
sumber infeksi lain, resistensi S.Typhi terhadap antibiotik
atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis.
14. Indikator Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama
2x24 jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, klinis
perbaikan dan tidak dijumpai komplikasi. Pengobatan oral
dapat dilanjutkan di rumah.
15. Lama hari rawat 5 – 7 hari
16. Kepustakaan 1. Storey HL, Huang Y, Crudder C, Golden A, Santos T,
Howkins. A meta-analysis of typhoid diagnostic
accuracy studies : a recommendation to adopt a
standarized composite referrence. 2015;10(11):1-24.
2. Rampergan NH. Antiibiotik terapi demam tifoid tanpa
komplikasi pada anak. Sari Pediatri 2013;14(5) :271-6.
3. Naveed A, Ahmed Z. Treatment of typhoid fever in
children : comparison of efficacy of ciprofloxacin with
ceftriaxone. European Scientific Journal
2016;12(6) :346-55.
4. American Academy of Pediatrics. Salmonella
infections. Dalam : Pickering LK, Baker CJ, Long SS,
McMillan JA, penyunting. Red Book: 2006 report of
the committee in infectious diseases, Edisi ke 27. Elk
Grove Village. American Academy of Pediatrics;
2006.h.579-84.
5. Cleary TG. Salmonella species. Dalam: Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson
textbook of pediatrics. Edisi ke 17. Philadelpia:
Saunders; 2004. H.912-9.
6. Anonim. Demam Tifoid. Dalam: Soedarmo SP, Garna
H, Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. Buku ajar
infeksi & pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2008. h.338-46.
7. IDAI. Pedoman pelayanan medis IDAI. Edisi 1,
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010. h.47-50.
8. Ranuh IGN, Suyitno H, Hadinegoro SRS, Kartasasmita
CB, Ismoedijanto, Soedjatmiko. Pedoman Imunisasi di
Indonesia. Edisi 4. Satgas Imunisasi IDAI. 2011. h.362-
7.

CLINICAL PATHWAY
Nama Pasien BB Kg
Jenis Kelamin TB Cm
Tanggal Lahir Tgl Masuk
Diagnosis Masuk RS Demam Tifoid Tgl.Keluar
Penyakit Utama Demam Tifoid Kode ICD : A01.0
Rencana Rawat
Komplikasi Kode ICD: /
R.Rawat/Klas
Tindakan Kode ICD: Ya/Yidak
Rujukan
Dietary Counseling and Survaillance

HARI PENYAKIT
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 KETERANGAN

1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL Anamnesis
MEDIS Pemeriksaan Fisik
ASESMEN AWAL
KEPERAWATAN
2. LABORATORIU Darah rutin
M IgM Anti Salmonela

3. RADIOLOGI/ Tidak ada


IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN Anamnesis
MEDIS Pemeriksaan Fisik
b. ASESMEN
KEPERAWATA
N
c. ASESMEN GIZI
d. ASESMEN
FARMASI
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNISIS Demam Tifoid
MEDIS
b. DIAGNOSIS
KEPERAWATA
N
d. DIAGNOSIS
GIZI
7. DISCHARGE
PLANNING
8. EDUKASI TERINTEGRASI

a. EDUKASI / Penjelasan Diagnosis


INFORMASI Rencana Terapi
MEDIS
Informed Consent
c. EDUKASI &
KONSELING
GIZI
e. EDUKASI
KEPERAWATA
N
g. EDUKASI
FARMASI
PENGISIAN
FORMULIR
INFORMASI DAN
EDUKASI
TERINTEGRASI
9. TERAPI MEDIKA MENTOSA
a. CAIRAN INFUS Infus D5%

d. OBAT ORAL Parasetamol 10mg/kgBB/kali


Antibiotik : Kloramfenikol
50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4
dosis
10. TATA LAKSANA / INTERVENSI(TLI)
a. TLI MEDIS

c. TLI
KEPERAWAT
AN
e. TLI GIZI
f. TLI FARMASI
11. MONITORING DAN EVALUASI (Monitoring Perkembangan Pasien)
a. DOKTER DPJP
b. KEPERAWATAN

c. GIZI Monitoring asupan makanan


Monitoring antropometri
Monitoring Biokimia
Monitoring fisik / klinis terkait gizi
12. MOBILISASI /REHABILITASI
a. MEDIS
b. KEPERAWAT
AN
c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME / HASIL
a. MEDIS Pasien dapat dipulangkan apabila tidak
demam selama 2x24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, klinis
perbaikan dan tidak dijumpai komplikasi.
Pengobatan oral dapat dilanjutkan di
rumah.

c. KEPERAWAT
AN
e. GIZI

g. FARMASI

14. KRITERIA Umum


PULANG
Khusus
15. RENCANA
PULANG/
EDUKASI
PELAYANAN
LANJUTAN
VARIAN
Bajawa,.............................

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat peanggung Jawab Pelaksana Verifikasi

( ) ( ) ( )

Keterangan,

Yang harus dilakukan


Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai