Anda di halaman 1dari 7

DEMAM TIFOID

No. Dokumen : /SOP/PKM-MNS/I/2023


SOP No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 02 Januari 2023
Halaman : 1 dari 6

UPT Alimin, S.ST


PUSKESMAS Nip 19630612 198503
MANISA 1 036
1. Pengertian 1.1. Demam Tifoid erat kaitannya dengan kualitas higiene pribadi dan sanitasi
lingkungan yang kurang baik. Di Indonesia bersifat endemik dan
merupakan masalah kesehatan masyarakat..
2. Tujuan 2.1. Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penatalaksanaan Demam
Tifoid.
3. Kebijakan 3.1. SK Kepala Puskesmas Nomor tahun 2023 tentang Pelayanan Klinis di
Puskesmas Manisa
4. Referensi 4.1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.01.07/Menkes/1186/2022 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur / 5.1 Anamnesis
Langkah- 5.1.1. Petugas menanyakan adanya keluhan seperti demam turun naik
langkah terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan kenaikan
suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam
kontinu) hingga minggu kedua. Keluhan seperti sakit kepala (pusing-
pusing) yang sering dirasakan di area frontal, konstipasi dan
meteorismus atau diare, mual, muntah, nyeri abdomen dan BAB
berdarah. Serta gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal,
batuk, anoreksia, insomnia.
5.1.2. Petugas menanyakan adanya faktor risiko seperti:
 Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan.
 Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya
makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang
dipupuk dengan tinja manusia, makanan yang tercemar debu atau
sampah atau dihinggapi lalat.
 Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

1
 Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
 Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
 Kondisi imunodefisiensi.

5.2. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


5.2.1. Pemeriksaan Fisik
5.2.1.1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
5.2.1.2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran
(mulai dari yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang
berat misalnya delirium atau koma)
5.2.1.3. Demam, suhu > 37oC.
5.2.1.4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan
frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan
suhu 1oc.
5.2.1.5. Ikterus
5.2.1.6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
5.2.1.7. Pemeriksaan abdomen: Nyeri perut dengan tanda-tanda akut
abdomen (terutama regio epigastrik), hepatosplenomegaly
5.2.1.8. Delirium pada kasus yang berat
5.2.1.9. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis
dengan kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien
dapat menjadi somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala
psikosis (organic brain syndrome). Pada penderita dengan
toksik, gejala delirium lebih menonjol.

5.2.2. Pemeriksaan Penunjang


5.2.2.1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis, Dapat
menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit
normal, limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia
(biasanya ringan), anemia.
5.2.2.2. Serologi
5.2.2.3. IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)®. Hanya dapat
mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi. Dapat dilakukan

2
pada 4-5 hari pertama demam
5.2.2.4. Enzyme Immunoassay test (Typhidot®). Dapat mendeteksi
IgM dan IgG Salmonella typhi. Dapat dilakukan pada 4-5
hari pertama demam
5.2.2.5. Tes Widal tidak direkomendasi. Dilakukan setelah demam
berlangsung 7 hari. Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin
O minimal 1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4 kali
lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5 – 7 hari.

Kultur Salmonella typhi (gold standard) Dapat dilakukan pada


spesimen:
1. Darah :Pada minggu pertama sampai akhir minggu
ke-2 sakit, saat demam tinggi
2. Feses :Pada minggu kedua sakit
3. Urin :Pada minggu kedua atau ketiga sakit
4. Cairan empedu: Pada stadium lanjut penyakit, untuk
mendeteksi carriertyphoid
Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya:
SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase

5.3. Penegakan Diagnosis


Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan
saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek tifoid
hanya dibuat pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Demam tifoid klinis (Probable case). Suspek demam tifoid didukung
dengan gambaran laboratorium yang menunjukkan tifoid.
5.3.1. Diagnosis Banding: Demam berdarah dengue, Malaria,
Leptospirosis, infeksi saluran kemih, Hepatitis A, sepsis,
Tuberkulosis milier, endokarditis infektif, demam rematik akut, abses
dalam, demamyang berhubungan dengan infeksi HIV.

5.4. Penatalaksanaan

3
5.4.1. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
5.4.1.1. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
5.4.1.2. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara
oral maupun parenteral.
5.4.1.3. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan
protein, rendah serat.
5.4.1.4. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
5.4.1.5. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu,
kesadaran), kemudian dicatat dengan baik di rekam medik
pasien
5.4.2. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan
mengurangi keluhan gastrointestinal.
5.4.3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama
untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau
Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil), atau
Trimetroprim-sulfametoxazole (Kotrimoksazol).
Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif,
dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua
yaitu Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak
<18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

ANTIBIOTIK DOSIS KETERANGAN

Dewasa: 4x500 mg Merupakan obat yang


Kloramfeni- selama sering
digunakan dan telah lama
kol 10 hari dikenal
Anak 100 mg/kgBB/hari, efektif untuk tifoid
Murah dan dapat diberikan
per oral atau intravena, peroral
dibagi 4 dosis, selama serta sensitivitas masih
10-14 tinggi
hari Pemberian PO/IV
Tidak diberikan bila lekosit
<2000/mm3
Cepat menurunkan suhu,
Seftriakson Dewasa: 2-4gr/hari selama lama
3-5 hari pemberian pendek dan dapat
4
dosis
tunggal serta cukup aman
untuk
Anak: 80 mg/kgBB/hari,
IM
ANTIBIOTIK DOSIS KETERANGAN

atau IV, dosis tunggal anak.


selama 5 hari Pemberian PO/IV
Dewasa: (1.5-2) gr/hr
Ampisilin & selama Aman untuk penderita hamil
Amoksisilin 7-10 hari Sering dikombinasi dengan
Anak: 100
mg/kgbb/hari per kloramfenikol pada pasien kritis
oral atau intravena,
dibagi 3 Tidak mahal
dosis, selama 10 hari. Pemberian PO/IV
Dewasa: 2x(160-800)
Kotrimok- selama Tidak mahal
sazole (TMP- 7-10 hari Pemberian per oral
Anak: Kotrimoksazol
SMX) 4-6
mg/kgBB/hari, per
oral,
dibagi 2 dosis, selama
10
hari.
Ciprofloxacin 2x500
Kuinolon mg Pefloxacin dan Fleroxacin lebih
selama 1 minggu cepat menurunkan suhu
Ofloxacin 2x(200-400) Efektif mencegah relaps dan
selama 1 minggu kanker
Pemberian peroral
Pemberian pada anak tidak
dianjurkan karena efek samping
pada pertumbuhan tulang
Anak: 20 mg/kgBB/hari,
Sefiksim per Aman untuk anak
oral, dibagi menjadi 2
dosis, Efektif
selama 10 hari Pemberian per oral

5
Thiamfenik Dewasa: 4x500 mg/hari Dapat dipakai untuk anak
Anak: 50 mg/kgbb/hari
ol selama dan dewasa
5-7 hari bebas panas Dilaporkan cukup sensitif
pada beberapa daerah

5.5. Komplikasi
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara
lain perdarahan seperti hematoschezia, perforasi usus, syok sepsis, tifoid
ensefalopati, dan infeksi organ lain seperti hepatitis tifosa, pankreatitis
tifosa, pneumonia.

5.6. Kriteria Rujukan


5.6.1. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid).
5.6.2. Tifoid dengan komplikasi.
5.6.3. Tifoid dengan komorbid yang berat.
5.6.4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.

6. Diagram
Alir

7. Hal-hal yang 7.1. Kesiapan alat


perlu
diperhatikan
8. Unit terkait 8.1. Poli Umum
8.2. UGD
8.3. Apotek
9. Rekaman No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal
mulai

6
historis diberlakukan
perubahan 1. Nama Kepala Puskesmas Nama Kepala Puskesmas 02 Januari
yang baru yaitu Alimin, 2023
S.ST
2. Referensi yang digunakan Keputusan Menteri 02 Januari
yaitu dari Keputusan Menteri Kesehatan Republik 2023
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/1186/2
HK.02.02/Menkes/514/2015 022 tentang Panduan
tentang Panduan Praktik Praktik Klinis Bagi
Klinis Bagi Dokter di Dokter di Fasilitas
Fasilitas Pelayanan Pelayanan Kesehatan
Kesehatan Tingkat Pertama Tingkat Pertama

Anda mungkin juga menyukai