Anda di halaman 1dari 3

DEMAM TIFOID

No. Dokumen No. Revisi Halaman:

Ditetapkan Oleh
Direktur RSUD Pongtiku
Panduan
Praktek Tanggal Terbit
Klinis
drg. Margaretha L. Sura

Definisi Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi
Anamnesis Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap
atau remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore/malam hari, sakit
kepala, nyeri otot, anoreksia, mual/muntah, obstipasi atau diare.
Pemeriksaan Fisik - Febris, kesadaran berkabut.

o
- Bradikardi relatif (peningkatan suhu 1 C tidak diikuti peningkatan
denyut nadi 8-10 kali/menit).

- Lidah berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor.

- Nyeri abdomen, kadang disertai hepatomegali atau splenomegali.

- Roseolae (jarang pada orang Indonesia).

1. Suspek demam tifoid (suspect case)


Kriteria Diagnostik
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala
umum, gangguan saluran cerna dan lidah tifoid. Jadi sindrom demam
tifoid didapatkan belum lengkap. Diagnosis suspek tifoid hanya
dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.

2. Demam tifoid klinis (probable case)

Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hampir lengkap,


dengan atau tanpa gambaran laboratorium yang menunjukkan demam
tifoid.

3. Demam tifoid konfirmasi (confirmed case = demam tifoid


konfirmasi)

Bila gejala klinis sudah lengkap dan ditemukannya basil kuman


S.typhi, maka pasien sudah pasti menderita demam tifoid. Cara yang
dianggap paling tepat dalam mendeteksi adanya kuman S. typhi
adalah dengan melakukan pemeriksaan biakan, pemeriksaan pelacak
DNA dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dan adanya
kenaikan titer 4 kali lipat pada pemeriksaan widal ke 2, 5-7 hari
kemudian.
Diagnosis Banding Infeksi virus, Malaria
Pemeriksaan Laboratorium :
Penunjang
- Lekopeni, lekositosis atau normal; aneosinofilia, limfopenia.

- Anemia ringan, trombositopenia.

- Gangguan fungsi hati.

- Uji Widal : titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran


klinis khas

- Peningkatan titer uji Widal >4 kali setelah 1 minggu

Tatalaksana Non Farmakologi :

- Tirah baring, makanan lunak rendah serat

Farmakologi :

1. Simptomatis

2. Antimikroba :

- Pilihan utama : kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari


bebas demam.

- Alternatif lain : tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi


lebih kurang dibanding kloramfenikol)

- Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu

- Ampicilin dan amoksisilin 50 – 150 mg/kh BB selama 2 minggu.

- Sefalosporin generasi III : yang terbukti efektif adalah seftriakson


3-4 gram dalam dextrose 100 cc selama 1⁄2 jam per infuse sekali
sehari selama 3-5 hari.

- Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari 3 atau


menjelang hari 4) :
 Siprofloksasin 2 x 500 mg/ hari selama 6 hari
 Ofloksasin 2 x 400 mg/ hari selama 7 hari

3. Perhatian: Pada kehamilan, fluorokuinolon dan kotrimoksazol tidak


boleh digunakan. Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester III.
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester I. Obat yang dianjurkan
adalah golongan beta laktam: ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin
generasi III (seftriakson).

4. Pada kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai dengan gangguan


kesadaran dengan atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan hasil
pemeriksaan cairan otak masih dalam batas normal) langsung
diberikan kombinasi kloramfenikol 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x
1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.

5. Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksik tifoid,


peritonitis atau perforasi, renjatan septik.

6. Steroid hanya diberikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang
mengalami renjatan septik dengan dosis 3 x 5 mg.

Edukasi 1. Pengendalian dan pengobatan pada karier tifoid dengan menggunakan


antibiotik yang tepat dosis dan tepat waktu

2. Perbaikan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,


pengolahan sampah dan limbah lainnya

3. Peningkatan higiene makanan dan minuman

4. Peningkatan higiene perorangan, misalnya dengan mencuci tangan

5. Pemberian imunisasi pada orang dengan risiko tinggi terkena atau


menularkan tifoid

Prognosis Ad Vitam : Bonam - dubia


Ad Functionum : Bonam - dubia
Ad Sanationum : Bonam - dubia
Lama Rawat Rawat inap 7-1- hari bila tidak ada komplikasi
Daftar Pustaka 1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.
Jakarta: Kemenkes RI; 2006.

2. Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Demam Tifoid.


In: Rani AA, Soegondo S, Nazir A, et.al., editors. Panduan Pelayanan
Medik PB PAPDI. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006.

3. Widodo D. Demam Tifoid. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


et.al, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai