Anda di halaman 1dari 5

PENGURUS PUSAT

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI)


PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN
(PNPK)
TATA LAKSANA KASUS
DEMAM TIFOID(ICD 10: A75.9)
1. Pengertian Demam Tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang
(Definisi) menganai sistem retikuloendotelial, kelenjar limfe saluran cerna,
dan kandung kandung empedu. Disebabkan terutama oleh
Salmonella enterica serovar typhi (S. typhi)
2. Anamnesis a. Demam ≥7 hari, timbul insidius, naik secara bertahap tiap hari,
mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu
kedua demam terus menerus tinggi, lisis pada minggu ketiga
(step-ladder temperature chart).
b. Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, nyeri kepala
(pusing-pusing)
c. Gangguan GIT: anoreksia, nyeri perut, kembung, diare atau
konstipasi, muntah
d. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran,
kejang, dan icterus
e. Hygienepersonal dan sanitasi kurang
3. Pemeriksaan Bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi,
Fisik gejala yang dapat ditemuikan :
1. Panas tinggi
2. Bau mulut karena demam lama
3. Bibir kering dan kadang pecah-pecah
4. Lidah tifoid
5. Rose Spot
6. Bradikardi relatif
7. Meteorismus
8. Hepatomegali, splenomegali
9. Kesadaran dapat menurun, dari apatis, delirium hingga koma
10. Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru
4. Kriteria 1. Sesuai dengan anamnesis
Diagnosis 2. Sesuai dengan pemeriksaan fisik
Klasifikasi diagnosis:
 Demam Tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium
yang menunjukkan tifoid.
 Panas ≥ 3 hari, di dukung gejala klinik lain:
 Gangguan GIT : typhoid tongue, rhagaden, anoreksia,
konstipasi/ diare
 Hepatomegali
 Tidak ditemukan penyebab lain dari panas.
 Demam Tifoid
Demam Tifoid klinis + Salmonella typhi (+) pada biakan
darah, urine atau fees dan/atau pemeriksaan serologis yang
mendukung
 Demam Tifoid kronik / karier
Individu dengan S. typhi pada feses atau urin selama lebih dari
satu tahun setelah onset demam tifoid akut.
5. Diagnosis Demam Tifoid
Kerja
6. Diagnosis a. Stadium dini: Influenza, Gastroenteritis, Bronkitis, infeksi
Banding Dengue, Bronkopneumonia
b. Tuberkulosis, infeksijamur sistemik, Malaria
c. Demam Tifoidberat: Sepsis, Leukemia, Limfoma
7. Pemeriksaan 1. Darah tepi perifer (tidak spesifik):
Penunjang a. anemia (dapat terjadi akibat supresi sumusm tulang,
defisiensi besi, atau perdarahan usus)
b. leukopenia (jarang kurang dari 3000/µL)
c. limfositosis relatif
d. aneosinofilia
e. trombositopenia (terutama pada demam tifoid berat)
2. Pemeriksaan serologi:
a. antibodi anti-Salmonela O, dengan titer O 1/320 atau
b. kadar IgM dan IgG anti Salmonella
3. Pemeriksaan biakan empedu dari spesimen:
a. darah (minggu 1-2 perjalanan penyakit)
b. urine (minggu ke-2 dan selanjutnya)
c. sumsum tulang (sampai minggu ke 4)
4. Pemeriksaan radiologi:
a. Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia
b. Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi
intraintestinal seperti perforasi usus atau perdarahan
saluran cerna
5. EKG bila mencurigai miokarditis
6. Biakan feses saat pulang untuk deteksi karier, kemudian
diulangi lagi 1 minggu kemudian. Apabila 2 kali berturut-turut
dalam interval 1 minggu Salmonella (-), berarti penderita
sembuh dan tidak merupakan carrier.
8. Terapi 1. Antipiretik bila demam
2. Antibiotik (berturut-turut sesuai lini pengobatan)
Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini
pertama untuk demam tifoid adalah kloramfenikol, ampisilin
atau amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil),
atau trimetroprimsulfametoxazole (kotrimoksazol).
Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai
tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau dipilih
antibiotik lini kedua yaitu Ceftriaxone, Cefotaxime (diberikan
untuk dewasa dan anak), Kuinolon (tidak dianjurkan untuk
anak <18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan
tulang).
Lini pertama:
 Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral
atau IV, dibagidalam 4 dosisselama 10 – 14 hari, kontra
indikasi pada leukosit<2000/µl, dosis maksimal 2g/ hari
atau
 Ampicillin atau Amoksisilin 50-100mg/kgBB/hari, oral
atau IV selama 7-10
 Cotrimoxazole (TM-SMX) TMP 6-19 mg/kgBB/hari atau
SMX 30-50 mg/kgBB/hari selama 10 hari oral

Lini kedua/ multidrug resistenS.typhi


 Seftriakson 80 mg/kg/hari IV selama 5 hari
 Cefixime 1,5-2 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama oral
selama 10 hari

9. Edukasi 1. Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah


2. Aspek pencegahan dan pengendalian demam tifoid pada
masyarakat:
- Perbaiki sanitasi lingkungan
- Peningkatan hygiene makanan dan minuman
- Peningkatan hygiene perorangan
- Pencegahan dengan imunisasi
3. Imunisasi
 Vaksin polisakarida (capsular Vi polysacharide) usia 2
tahun atau lebih (IM), diulang tiap 3 tahun
 Vaksin tifoid oral (Ty21-a), diberikan pada usia 6 tahun
dengan interval selang sehari (1,3,5), ulangan setiap 3-5
tahun. Belum beredar di Indonesia, terutama
direkomendasikan untuk turis yang bepergian ke daerah
endemik.
4. Tirah baring
5. Isolasi memadai
6. Kebutuhan cairan dan kalori dipenuhi. Diet lunak, mudah
dicerna, diet dapat disesuaikan jika sudah tidak demam.
10. Prognosis Ad Vitam : bonam
Ad Sanationam : bonam
Ad fungsionam : bonam

11. Tingkat I/II/III/IV


Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendas
i
13. Penelaah
Kritis
14. Indikator
Medis
15. Kepustakaan 1. Sidabutar, S., & Satari. (2010). Pilihan Terapi Empiris Demam
Tifoid pada Anak: Kloramfenikol atau seftriakson?. Sari
Pediatri 11(6)434-439.
2. WHO. Guidelines for the Management of Typhoid Fever. 2011.
3. Pedoman pengendalian demam tifoid. KMK No. 364. Peraturan
Mmenteri Kesehatan RI No. 5/2014
4. Bhutta, ZA. Enteric Fever (Typhoid Fever). Dalam: Kliegman
RM, Stanton BF, Geme JW, Schor N, Behrman, R, penyunting.
Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-20. Philadelphia:
Elsevier; 2016, h. 1388-93.

Anda mungkin juga menyukai