0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan2 halaman
Dokumen ini memberikan panduan tata laksana klinis untuk penyakit demam tifoid. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella Paratyphi yang menyebabkan demam naik secara bertangga pada minggu pertama. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium seperti leukopenia dan positifnya kultur darah. Pengobatan meliputi antibiotik seperti kloramfenikol dan diet rendah serat. Ko
Dokumen ini memberikan panduan tata laksana klinis untuk penyakit demam tifoid. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella Paratyphi yang menyebabkan demam naik secara bertangga pada minggu pertama. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium seperti leukopenia dan positifnya kultur darah. Pengobatan meliputi antibiotik seperti kloramfenikol dan diet rendah serat. Ko
Dokumen ini memberikan panduan tata laksana klinis untuk penyakit demam tifoid. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella Paratyphi yang menyebabkan demam naik secara bertangga pada minggu pertama. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium seperti leukopenia dan positifnya kultur darah. Pengobatan meliputi antibiotik seperti kloramfenikol dan diet rendah serat. Ko
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut 2 Pengertian / Definisi yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella Paratyphi Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau 3 Anamnesis remiten pada minggu kedua. Demam terutama sore / malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. Febris, kesadaran berkabut, bradikardi relatif (peningkatan suhu 1˚C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput( kotor 4 Pemeriksaan Fisik di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae Pemeriksaan Darah perifer lengkap, tes fungsi hati, serologi, 5 Penunjang kultur darah (biakan empedu), TUBEX-test Gejala klinis + laboratorium : lekopeni, leukositosis, aneosinofilia, limfopenia, LED, anemia ringan, trombositopeni, gangguan fungsi hati. Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji 6 Kriteria Diagnosis Widal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis. Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas menyokong diagnosis. 7 Diagnosis Kerja Demam tifoid Infeksi virus, malaria, fever of unknown origin 8 Diangnosis Banding (FUO) Lembar edukasi dan lembar inform consent : Pengisian Form / ditandatangani oleh pasien atau keluarga, DPJP 9 Informed Consent dan saksi 10 Tatalaksana Tirah baring - Kloramfenikol 4x500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam - Tiamfenikol 4 x 500 mg - Kotrimoksazol 2 x 2 tab selama 2 minggu - Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu - Sefalosporin generasi III : seftriakson 3-4 gram selama 3-5 hari, sefotaksim 2-3 x 1 gram, - Sefoperazon 2 x 1 gram - Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari 11 Diet Makanan lunak rendah serat
Konseling & Mrnjaga kebersihan personal dan lingkungan 13 Edukasi 14 Indikasi Rawat 15 Lama Perawatan Ad Vitam : dubia ad bonam 16 Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsional : dubia ad bonam 17 Tingkat Evidens IA 18 Sarana Prasarana Kriteria Rujukan / 19 Konsultasi Konsulen / Dokter Spesialis Penyakit Dalam 20 Penelaah Kritis Rencana Tindak 21 Lanjut 1. Rani A. Soegondo S. Nasir AU, Wijaya IP, Nafrialdi Mansjoer A. Editors Panduan Pelayanan Medik PABDI : Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 22 Kepustakaan 2006 2. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam V. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. 2009