PRAKTEK KLINIK
2. SEPSIS
Infeksi + Gejala SIRS
3. SEPSIS BERAT
Sepsis yg disertai MODS/MOF (Multi Organ Dysfunction
Syndrome/Multi Organ Failure), hipotensi, oligouri bahkan anuri.
4. SYOK SEPSIS
Hipotensi yang diinduksi sepsis dan menetap kendati telah
mendapat resusitasi cairan, dan disertai hipoperfusi jaringan
DIAGNOSA a. SIRS
BANDING b. ARDS
c. Syok Sepsis
d. MODS
TERAPI Di rumah/Pre-Hospital:
• Diazepam 0,3-0,5 mg/kg Perrektal; maksimum pemberian 2x
dengan interval 5 menit
Di RS
• Diazepam per rektal ulangan 1x sambal memasang akses
vena
• Fenitoin 20 mg/kg dilarutkan dalam NaCl 0,9% diberikan
perlahan dengan kecepatan 50 mg/menit IV
• Kejang teratasi → Fenitoin rumatan 5-7 mg/kg IV dalam 12
jam kemudian
Perawatan intensif
• Midazolam 0,2 mg/kg diberikan bolus perlahan-lahan, diikuti
infus midazolam 0,01 – 0,02 mg/kg/menit selama 12–24 jam.
• Propofol 1 mg/kg selama 5 menit, dilanjutkan dengan 1–5
mg/kg/jam dan diturunkan setelah 12–24 jam
• Pentobarbital 5–15 mg/kg dalam 1 jam, dilanjutkan dengan
0,5–5 mg/kg/jam
EDUKASI Memberikan informasi penyakit kepada individu dan keluarganya
tentang:
1. Penyakit dan tujuan merujuk
2. Pencegahan dan komplikasi penyakit
3. Pencegahan kekambuhan dengan meminum OAE secara
teratur dan tidak menghentikan secara tiba-tiba
4. Menghindari aktivitas dan tempat-tempat berbahaya
PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia
DIAGNOSA • Hiperinsulin
BANDING • Gagal ginjal
• Asimptomatis :
o Pemberian ASI setiap 1-2 jam atau 3-10 ml/kg, selanjutnya
monitor kadar gula darah setiap kali sebelum bayi minum
sampai gula darah stabil. Jika kadar gula darah tetap rendah
walaupun setelah diberi minum, dapat dimulai infus glukosa.
Pemberian ASI dapat dilanjutkan selama pemberian infus
glukosa.
• Simtomatis :
o Kadar gula plasma <20-25 mg/dL (<1,1-1,4 mmol/L) : segera
diberikan intravena glukosa 10%, sebanyak 2 ml/kgBB secara
bolus, dilanjutkan dengan IV glukosa 10% 4-6
mg/kgBB/menit.
o Konsentrasi gula darah pada hipoglikemia simptomatis
dipertahankan >45 mg/dL (>2,5 mmol/L), sesuaikan tetesan
cairan intravena dengan kadar glukosa darah. Selanjutnya
dianjurkan pemberian ASI yang lebih sering, monitor
konsentrasi gula darah setiap sebelum diberi minum sampai
kadar gula darah stabil dan pemberian cairan intravena
distop.
o Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kgBB/menit segera
lakukan pemeriksaan kadar gula darah, insulin, kortisol,
growth hormon, laktat untuk mendeteksi adanya gangguan
hormon. Setelah itu diberikan hidrokortisom suksinat 10
mg/kg/hari dengan dosis terbagi dua.
KRITERIA •
Ensefalopati apabila terjadi gangguan kesadaran yang
DIAGNOSIS berlangsung terus menerus (> 12 jam) tanpa ada gambaran
pleositosis pada CSS,
• Dapat terjadi kejang fokal, umum, singkat atau persisten
• Jarang terjadi demam ataupun meningismus,
• Tidak ada tanda neurologis,
• Gambaran biokimia yang spesifik pada pemeriksaan darah dan
urin,
• Tidak ada leukositosis perifer, CSS normal, dan EEG perlambatan
difus
DIAGNOSA KERJA Ensefalopati
DIAGNOSA • Ensefalopati metabolic
BANDING • Ensefalopati ec hypoxia dan hipoglikemi
• Ensefalopati ec brain death
• Ensefalopati ec gangguan keseimbangan elektrolit
• Ensefalopati hepatic
• Ensefalopati uremika
• Ensefalopati Wernicke
• Ensefalopati ec kelainan toksik
• Ensefalopati ec kernikterus
PEMERIKSAAN 1. EKG
PENUNJANG 2. MRI
3. CT-SCAN
TERAPI • Pemantauan tanda vital, mengatasi edema serebral, monitor
peninggian tekanan intrakranial, cegah dan kendalikan kejang,
cari penyakit yang mendasari, harus dirawat dan mempunyai
akses ke perawatan ICU.
• Kejang : fenitoin atau fenobarbital
• TIK : mannitol 0,5-1 gram/kg/kali atau furosemide 1mg/kg/kali
• Pada anak neuritis optika, myelitis, vasculitis inflamasi dan DIC :
pemberian kortikosteroid selama 2 minggu. Metil prednisolone
15mg/kg/kali dibagi setiap 6 jam selama 3-5 hari dan dilanjut
prednisolone oral 1-2 mg/kg/kali selama 7-10 hari.
EDUKASI • Menghindari paparan bahan kimia
• Makan makanan yang bergizi
ANAMNESIS 1. Bayi : gelisah, tidak mau menyusu atau minum susu, takipneu,
pucat, muntah-muntah
2. Anak : gejala lebih ringan dan jarang dijumpai tanda dan gejala
gagal jantung atau gagal sirkulasi karena laju jantung yang
umumnya lebih lambat jika dibandigkan dengan SVT pada bayi.
Pasien kebanyakan dibawa ke dokter karena merasa berdebar-
debar atau adanya perasaan tidak enak di dada.
3. Kronis : SVT kronis tanda dan gejala SVT dapat berlangsung
berminggu-minggu bahkan sampai bertahun-tahun. Gejala : laju
nadi yang lebih lambat.
PEMERIKSAAN Bayi : Laju nadi sangat cepat sekitar 200-300 kali permenit, sering
FISIK disertai tanda dan gejala gagal jantung atau gagal sirkulasi.
PEMERIKSAAN 1. EKG
PENUNJANG