Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN SEPSIS NEONATAL

PRAKTEK KLINIK

DEFINISI • Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-


threatening organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi
imun terhadap infeksi.
• Sepsis neonatal merupakan sindrom klinis penyakit sistemik
akibat infeksi yang terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan.
Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis
pada neonatus.
ANAMNESIS 1. Riwayat ibu mengalami infeksi intrauterin, demam dengan
kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini
2. Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan
persalinan yang kurang higienis
3. Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah
4. Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur meconium
5. Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat
6. Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk aktivitas berkurang
atau iritabel/rewel, muntah, perut kembung, tidak sadar, kejang
PEMERIKSAAN • Kategori A
FISIK 1. Kesulitan bernapas (misalnya: apnea, napas lebih dari 60 kali
per menit, retraksi dinding dada, grunting pada waktu
ekspirasi, sianosis sentral
2. Kejang
3. Tidak sadar
4. Suhu tubuh tidak normal (sejak lahir & tidak memberi
respons terhadap terapi) atau suhu tidak stabil sesudah
pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih
5. Persalinan di lingkungan yang kurang higienis (menyokong ke
arah sepsis)
6. Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis (menyokong
ke arah sepsis)
• Kategori B
1. Tremor
2. Letargi atau lunglai
3. Mengantuk atau aktivitas berkurang
4. Iritabel atau rewel, muntah, perut kembung
5. Tanda-tanda mulai muncul sesudah hari ke empat
6. Air ketuban bercampur mekonium
7. Malas minum, sebelumnya minum dengan baik
KRITERIA 1. Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
DIAGNOSIS 2 dari 4 kriteria:
• Suhu >38,5°C atau <36°C
• Takikardia lebih dari >2 SD sesuai usia
• Takipneu lebih dari >2 SD sesuai usia
• Sel imature >10%

2. SEPSIS
Infeksi + Gejala SIRS

3. SEPSIS BERAT
Sepsis yg disertai MODS/MOF (Multi Organ Dysfunction
Syndrome/Multi Organ Failure), hipotensi, oligouri bahkan anuri.

4. SYOK SEPSIS
Hipotensi yang diinduksi sepsis dan menetap kendati telah
mendapat resusitasi cairan, dan disertai hipoperfusi jaringan

5. Multiple-Organ Dysfungtion Syndrome (MODS)


Adanya perubahan fungsi organ sehingga homeostasis tidak
dapat dipertahankan tanpa intervensi medis.
DIAGNOSA KERJA Sepsis

DIAGNOSA a. SIRS
BANDING b. ARDS
c. Syok Sepsis
d. MODS

PEMERIKSAAN 1. Jumlah leukositdan hitung jenis secara serial


PENUNJANG 2. Peningkatan CRP dan IgM
3. Kultur → kuman (+)
4. AGD → Peningkatan jumlah leukosit terutama PMN, jumlah
leukosit >20/mL (umur kurang dari 7 hari) atau >10/mL (umur
lebih 7 hari), peningkatan kadar protein, penurunan kadar
glukosa serta ditemukan kuman pada pengecatan Gram
5. Gangguan metabolik: Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis
metabolic
6. Peningkatan kadar bilirubin
TERAPI Pilihan Kombinasi Antibiotik Empiris untuk sepsis anak dengan
penyebab yang belum di ketahui:
a. Extended-spectrum penicillin + aminoglikosida
b. Sefalosporin generasi ketiga atau keempat ± aminoglikosida ±
vankomisin
c. Karbapenem ± aminoglikosidaa ± vankomisin
Antibiotik
1. Ampisilin 50 mg/kg setiap 12 jam IV/IM selama 1-7 hari
2. Sefotaksim 50 mg/kg setiap 8 jam IV selama 1-7 hari
3. Gentamisin:
- <2 kg: 3 mg/kg sekali sehari IV/IM selama 1-7 hari
- >2kg : 5 mg/kg sekali sehari IV/IM selama 1-7 hari

EDUKASI Langkah Preventif


- Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan
infeksi berat atau infeksi intrauterin.
- Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini.
- Perawatan antenatal yang baik.
- Mencegah aborsi yang berulang, cacat bawaan.
- Mencegah persalinan prematur.
- Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
- Melakukan resusitas dengan benar.
- Melakukan tindakan pencegahan infeksi : CUCI TANGAN!!
- Melakukan identifikasi awal terhadap faktor resiko sepsis
pengelolaan yang efektif.
PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia
KEPUSTAKAAN 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman pelayanan medis
jilid 2. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
2011.
2. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson. Essential of Pediatric. 8
Edition. 2019
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi VI. Jakarta: Interna Publishing;
2014
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). KONSENSUS Diagnosis dan
Tatalaksana Sepsis pada Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Jakarta: 2016
PANDUAN KRISIS HIPERTENSI PADA ANAK
PRAKTEK KLINIK

DEFINISI • Untuk anak berusia 6 tahun atau lebih, krisis hipertensi


didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥180 mmHg dan atau
diastolik ≥120 mmHg, atau tekanan darah kurang dari ukuran
tersebut namun telah timbul gejala gagal jantung, ensefalopati,
gagal ginjal, maupun retinopati. Pada anak berusia kurang dari 6
tahun, batasan krisis hipertensi adalah tekanan darah 50% di atas
persentil ke-95. Klasifikasi hipertensi ringan, sedang, dan berat
dapat dilihat pada lampiran.
ANAMNESIS 1. Hipertensi ringan-sedang umumnya tidak menimbulkan gejala.
Gejala umumnya berasal dari penyakit yang mendasarinya
seperti glomerulonefritis akut, lupus eritematosus, sindrom
Henoch Schoenlein.
2. Gejala hipertensi berat atau krisis hipertensi dapat berupa sakit
kepala, kejang, muntah, nyeri perut, anoreksia, gelisah, keringat
berlebihan, rasa berdebar-debar, perdarahan hidung, dan lain-
lain.
PEMERIKSAAN 1. Pengukuran tekanan darah pada keempat ekstremitas untuk
FISIK menyingkirkan koarktasio aorta atau arteritis Takayasu perlu
dilakukan
2. Kesadaran dapat menurun sampai koma, tekanan sistolik dan
diastolik meningkat, denyut jantung meningkat.
3. Bunyi murmur dan bruit, tanda gagal jantung dan tanda
ensefalopati dapat ditemukan
4. Pada pemeriksaan funduskopi, dapat ditemukan kelainan retina
berupa perdarahan, eksudat, edema papil atau penyempitan
pembuluh darah arteriol retina.
KRITERIA Diagnosis Krisis Hipertensi ditegakkan dari Anamnesis dan
DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik

DIAGNOSA KERJA Krisis Hipertensi


DIAGNOSA • Hipertensi Urgency
BANDING • Hipertensi Emergency

PEMERIKSAAN 1. Pengukuran tekanan darah


PENUNJANG 2. Tahap 1 (Evaluasi Awal)
• Darah lengkap, elektrolit serum, asam urat, uji fungsi ginjal,
lemak darah, urinalisis, kultur, USG
3. Tahap 2 (Tambahan bila perlu)
• Ekokardiografi, sidik nuklir (DMSA, DTPA), USG dopler pada
arteri ginjal, T3, T4, TSH serum, katekolamin urin, aldosteron
plasma, aktivitas renin plasma, arteriografi ginjal
TERAPI Obat antihipertensi pada anak mulai diberikan bila tekanan darah
berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 untuk umur dan jenis
kelamin anak tersebut.

Pengobatan Hipertensi Non-Krisis


• Tekanan diastolik 90-100 mmHg: diuretik (furosemid).
• Tekanan diastolik 100-120 mmHg: furosemid ditambah
kaptopril 0,3 mg/kg/kali (2-3 kali sehari), jika tidak turun juga
dapat ditambah dengan vasodilator golongan calciumchannel
blocker atau golongan lain seperti beta bloker atau lainnya.

Pengobatan Krisis Hipertensi


• Lini pertama:
o Nifedipin 0,1 mg/kgBB/Kali PO, dinaikkan 0,1
mg/kgBB/kali (dosis maks. 10 mg/kali) setiap 5 menit
pada 15 menit pertama, kemudian setiap 15 menit pada
1 jam pertama, selanjutnya setiap 30 menit sampai
tekanan darah stabil
o Furosemide 1 mg/kgBB/kali 2 x sehari PO; bila tidak
turun: Beri kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali 2-3x perhari
• Lini kedua:
o Klonidin drip 0,002 mg/kgBB/8 jam + 100 ml dekstrose
5%. Tetesan awal 12 mikrodrip/menit; bila tekanan darah
belum turun, tetesan dinaikkan 6 mikrodrip/menit setiap
30 menit (maksimum 36 mikrodripp/menit; bila tekanan
darah belum turun dapat ditambahkan: kaptopril 0,3
mg/kgBB/kali 2-3 x sehari (maksimal 2 mg/kgBB/kali)
bersama furosemide 1 mg/kgBB/kali 2 x sehari

EDUKASI Memberikan informasi penyakit kepada individu dan keluarganya


tentang:
1. Penyakit dan tujuan merujuk
2. Pencegahan dan komplikasi penyakit
3. Anak umumnya menderita hipertensi sekunder. Proses
tumbuh kembang dapat dipengaruhi oleh penyakit
primernya.
PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia

KEPUSTAKAAN 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman pelayanan medis


jilid 2. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
2011.
2. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson. Essential of Pediatric. 8
Edition. 2019
3. Bahrun D. Hipertensi Sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T,
Trihono PP, Pardede PP, penyunting. Buku ajar nefrologi anak.
Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 242-90.
PANDUAN STATUS EPILEPTIKUS (SE)
PRAKTEK KLINIK

DEFINISI • Status epileptiikus adalah kejang yang berlangsung terus menerus


lebih dari 30 menit atau kejang berulang selama lebih dari 30
menit tanpa pemulihan kesadaran di antara serangan kejang.

ANAMNESIS 1. Diskripsi kejang (bentuk, fokal atau umum, lama, frekuensi,


kesadaran saat kejang, dengan/tanpa demam, interval,
kesadaran pasca kejang, dan kelumpuhan pasca kejang)
2. Anamnesis untuk mencari etiologi kejang: demam, trauma
kepala, sesak napas, diare, muntah, riwayat ada tidaknya
kejang/epilepsi. Jika ada epilepsi, apakah minum obat secara
teratur.
3. Riwayat kejang/epilepsi dalam keluarga.
PEMERIKSAAN 1. Penilaian kesadaran, pemeriksaan fisik umum yang menunjang
FISIK ke arah etiologi kejang seperti ada tidaknya demam,
hemodinamik, tanda-tanda dehidrasi maupun tandatanda
hipoksia.
2. Pemeriksaan neurologi meliputi ada tidaknya kelainan bentuk
kepala, ubun-ubun besar, tanda rangsang meningeal, nervus
kranial, motorik, refleks fisiologis dan patologis.
KRITERIA Diagnosis Status Epileptikus (SE) ditegakkan dari Anamnesis dan
DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik

DIAGNOSA KERJA Status Epileptikus (SE)

DIAGNOSA • Kejang Akut


BANDING • Kejang Demam
• Pseudoseizure Komplikasi

PEMERIKSAAN 1. Darah perifer lengkap, cairan serebrospinal, gula darah,


PENUNJANG elektrolit darah, dan analisis gas darah.
2. Elektroensefalografi (EEG).
3. Computed tomography (CT-Scan)/magnetic resonance imaging
(MRI) kepala.

TERAPI Di rumah/Pre-Hospital:
• Diazepam 0,3-0,5 mg/kg Perrektal; maksimum pemberian 2x
dengan interval 5 menit
Di RS
• Diazepam per rektal ulangan 1x sambal memasang akses
vena
• Fenitoin 20 mg/kg dilarutkan dalam NaCl 0,9% diberikan
perlahan dengan kecepatan 50 mg/menit IV
• Kejang teratasi → Fenitoin rumatan 5-7 mg/kg IV dalam 12
jam kemudian
Perawatan intensif
• Midazolam 0,2 mg/kg diberikan bolus perlahan-lahan, diikuti
infus midazolam 0,01 – 0,02 mg/kg/menit selama 12–24 jam.
• Propofol 1 mg/kg selama 5 menit, dilanjutkan dengan 1–5
mg/kg/jam dan diturunkan setelah 12–24 jam
• Pentobarbital 5–15 mg/kg dalam 1 jam, dilanjutkan dengan
0,5–5 mg/kg/jam
EDUKASI Memberikan informasi penyakit kepada individu dan keluarganya
tentang:
1. Penyakit dan tujuan merujuk
2. Pencegahan dan komplikasi penyakit
3. Pencegahan kekambuhan dengan meminum OAE secara
teratur dan tidak menghentikan secara tiba-tiba
4. Menghindari aktivitas dan tempat-tempat berbahaya
PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia

KEPUSTAKAAN 4. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman pelayanan medis


jilid 2. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
2011.
5. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson. Essential of Pediatric. 8
Edition. 2019
PANDUAN HIPOGLIKEMIA
PRAKTEK KLINIK

DEFINISI • Hipoglikemia merupakan suatu kelainan metabolik dan endokrin


yang sering terjadi pada bayi dan anak yang berakibat kerusakan
otak yang menetap. Hipoglikemia menyebabkan suplai glukosa
yang rendah ke alat-alat organ vital khususnya otak. Hipoglikemia
yang berulang dan menetap menyebabkan kerusakan otak dan
kematian.
ANAMNESIS Anamnesis pada hipoglikemia adalah :
• Gejala otonom :
1. Berkeringat
2. Kelaparan, sulit makan
3. Parestesia
4. Tremor, takipneu, sianosis, apneu
5. Pucat
6. Kecemasan
7. Mual, muntah
8. Palpitasi
• Gejala neuroglikopeni :
1. Rasa panas
2. Kecapean
3. Lemah, pusing
4. Sakit kepala
5. Tidak mampu berkonsentrasi
6. Pandangan kabur
7. Sukar berbicara, bingung, gangguan tingkah laku, kehilangan
koordinasi
8. Kejang, koma
PEMERIKSAAN Pemeriksaan fisis :
FISIK 1. Berat lahir ≥ 4000 gram
2. Beberapa saat sesudah lahir menunjukkan gejala sakit seperti
lemas atau letargi, kejang, atau gangguan napas
KRITERIA
DIAGNOSIS

• Bayi dengan kadar glukosa darah <45mg/dL (2,6 mmol/L) baik


yang memberi gejala atau tidak.
• Neonatus aterm usia <72 jam : kadar gula plasma <35mg/dL
• Neonatus premature dan KMK usia <1 minggu : <25mg/dL (1,4
mmol/L)

DIAGNOSA KERJA Hipoglikemia

DIAGNOSA • Hiperinsulin
BANDING • Gagal ginjal

PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan kadar glukosa darah


PENUNJANG 2. Pemeriksaan urin rutin (reduksi urin)
3. Kadar elektrolit darah
4. Hipoglikemia refrakter atau berat jika telah diberikan infus
glukosa >1 minggu, perlu dilakukan pemeriksaan insulin, GH,
kortisol, ACTH, tiroksin, TSH, glucagon, asam amino plasma,
keton urin.
TERAPI Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus :

• Asimptomatis :
o Pemberian ASI setiap 1-2 jam atau 3-10 ml/kg, selanjutnya
monitor kadar gula darah setiap kali sebelum bayi minum
sampai gula darah stabil. Jika kadar gula darah tetap rendah
walaupun setelah diberi minum, dapat dimulai infus glukosa.
Pemberian ASI dapat dilanjutkan selama pemberian infus
glukosa.
• Simtomatis :
o Kadar gula plasma <20-25 mg/dL (<1,1-1,4 mmol/L) : segera
diberikan intravena glukosa 10%, sebanyak 2 ml/kgBB secara
bolus, dilanjutkan dengan IV glukosa 10% 4-6
mg/kgBB/menit.
o Konsentrasi gula darah pada hipoglikemia simptomatis
dipertahankan >45 mg/dL (>2,5 mmol/L), sesuaikan tetesan
cairan intravena dengan kadar glukosa darah. Selanjutnya
dianjurkan pemberian ASI yang lebih sering, monitor
konsentrasi gula darah setiap sebelum diberi minum sampai
kadar gula darah stabil dan pemberian cairan intravena
distop.
o Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kgBB/menit segera
lakukan pemeriksaan kadar gula darah, insulin, kortisol,
growth hormon, laktat untuk mendeteksi adanya gangguan
hormon. Setelah itu diberikan hidrokortisom suksinat 10
mg/kg/hari dengan dosis terbagi dua.

Tatalaksana pada Anak :

o Tata laksana pada anak, segera diberikan injeksi dekstrosa


10% 0,3 gr/kgBB secara bolus intravena selama 10 menit
sampai konsentrasi glukosa normal. Kemudian dilanjutkan
dengan infus dekstrosa 10% atau 6-8 gr/kgBB/menit.
Konsentrasi plasma gula darah dimonitor dan tetesan
infus disesuaikan untuk mempertahankan gula darah ± 80
mg/dL.
o Emergency berat dengan hipoglikmia karena induksi
insulin : diberikan glukagon 1mg subkutan atau secara
intravena. Pada neonatus dapat diberikan 0,5 mg.
Pengobatan lain dapat diberikan diazokside 5-15 mg/kgBB
perhari dibagi dalam 2-3 dosis.

*untuk hasil maksimal dosis diazokside dimulai dengan dosis


maksimal 15 mg/kgBB (1-2 hari).

Pengobatan untuk hipoglikemia dapat diberikan ocreotide secara


intravena atau subkutan dimulai dengan dosis 2-10 μg/kgBB/hari,
dapat ditingkatkan sampai >50 μg/kgBB/hari, diberikan setiap 6-8jam
atau secara kontinu.
EDUKASI Pencegahan hipoglikemia :
1. Menghindari factor resiko yang dapat dicegah (hipotermia)
2. Pemberian nutrisi secara enteral
3. Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulai pemberian minum
dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah
lahir
4. Neonates yang resiko tinggi dipantau nilai glukosa sampai
asupannya penuh dan 3x pengukuran normal (sebelum
pemberian minum gula darah >45 mg/dL)
5. Jika gagal, terapi IV dengan glukosa 10% harus dimulai dan
kadar glukosa dipantau.
6. Pada malam hari maka kadar gula darah tengah malam
diusahakan sekitar 90-180 mg/dl.
7. Bila melakukan olah raga, perlu diberikan glukosa tambahan
yaitu 15 g karbohidrat untuk setiap 30-45 menit. Untuk olah
raga yang intensif, dosis insulin pada hari itu perlu dikurangi
dan pemantauan gula darah perlu diperketat.
8. Bila karena sakit, anak tidak mau makan atau muntah-
muntah maka pertimbangkan pemberian air gula dan
mengurangi dosis insulin.
PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia

KEPUSTAKAAN 1. Pudjiadi, AH, et al. Hipoglikemia. Pedoman Pelayanan Medis


Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : IDAI. Th:2009. Hal;120-4
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Hipoglikemia. Badan
Penerbit Ikatan Anak Indonesia. Jakarta: 2016
PANDUAN ENSEFALOPATI
PRAKTEK KLINIK

DEFINISI • Ensefalopati adalah suatu keadaan disfungsi otak yang


ditimbulkan oleh berbagai faktor penyebab antara lain gangguan
vaskuler, metabolik, toksik, iskemia hipoksik dan lain-lain serta
dapat disebabkan penyakit yang berat dan berkelanjutan atau
suatu infeksi.
ANAMNESIS 1. Jarang terjadi demam
2. Dapat terjadi kejang fokal, umum, singkat atau persisten
3. Penurunan kesadaran secara mendadak.

PEMERIKSAAN 1. Kesadaran menurun


FISIK 2. Kejang
3. Ditemukan gejala TIK

KRITERIA •
Ensefalopati apabila terjadi gangguan kesadaran yang
DIAGNOSIS berlangsung terus menerus (> 12 jam) tanpa ada gambaran
pleositosis pada CSS,
• Dapat terjadi kejang fokal, umum, singkat atau persisten
• Jarang terjadi demam ataupun meningismus,
• Tidak ada tanda neurologis,
• Gambaran biokimia yang spesifik pada pemeriksaan darah dan
urin,
• Tidak ada leukositosis perifer, CSS normal, dan EEG perlambatan
difus
DIAGNOSA KERJA Ensefalopati
DIAGNOSA • Ensefalopati metabolic
BANDING • Ensefalopati ec hypoxia dan hipoglikemi
• Ensefalopati ec brain death
• Ensefalopati ec gangguan keseimbangan elektrolit
• Ensefalopati hepatic
• Ensefalopati uremika
• Ensefalopati Wernicke
• Ensefalopati ec kelainan toksik
• Ensefalopati ec kernikterus
PEMERIKSAAN 1. EKG
PENUNJANG 2. MRI
3. CT-SCAN
TERAPI • Pemantauan tanda vital, mengatasi edema serebral, monitor
peninggian tekanan intrakranial, cegah dan kendalikan kejang,
cari penyakit yang mendasari, harus dirawat dan mempunyai
akses ke perawatan ICU.
• Kejang : fenitoin atau fenobarbital
• TIK : mannitol 0,5-1 gram/kg/kali atau furosemide 1mg/kg/kali
• Pada anak neuritis optika, myelitis, vasculitis inflamasi dan DIC :
pemberian kortikosteroid selama 2 minggu. Metil prednisolone
15mg/kg/kali dibagi setiap 6 jam selama 3-5 hari dan dilanjut
prednisolone oral 1-2 mg/kg/kali selama 7-10 hari.
EDUKASI • Menghindari paparan bahan kimia
• Makan makanan yang bergizi

PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia


Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia

KEPUSTAKAAN 1. Pudjiadi, AH, et al. Ensefalopati. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan


Dokter Anak Indonesia. Jakarta : IDAI. Th:2009. Hal;67-8
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ensefalopati. Badan Penerbit
Ikatan Anak Indonesia. Jakarta: 2016
PANDUAN Supraventrikular Takikardi (SVT)
PRAKTEK KLINIK

DEFINISI • Takikardia supraventrikular ditandai dengan adanya perubahan


laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar
antara 150-250 kali/menit , pada kebanyak SVT kompleks QRS
normal.

ANAMNESIS 1. Bayi : gelisah, tidak mau menyusu atau minum susu, takipneu,
pucat, muntah-muntah
2. Anak : gejala lebih ringan dan jarang dijumpai tanda dan gejala
gagal jantung atau gagal sirkulasi karena laju jantung yang
umumnya lebih lambat jika dibandigkan dengan SVT pada bayi.
Pasien kebanyakan dibawa ke dokter karena merasa berdebar-
debar atau adanya perasaan tidak enak di dada.
3. Kronis : SVT kronis tanda dan gejala SVT dapat berlangsung
berminggu-minggu bahkan sampai bertahun-tahun. Gejala : laju
nadi yang lebih lambat.
PEMERIKSAAN Bayi : Laju nadi sangat cepat sekitar 200-300 kali permenit, sering
FISIK disertai tanda dan gejala gagal jantung atau gagal sirkulasi.

KRITERIA • Takikardia atrium primer, tampak adanya gelombang p’ yang


DIAGNOSIS agak berbeda dengan gelombang p irama sinus, tanpa disertai
pemanjangan interval PR. Pada pemeriksaan elektrofisiologi
intrakardiak tidak didapatkan jaras abnormal (jaras tambahan).
• AVRT : Tampak pada EKG adalah takikardia dengan kompleks
QRS yang sempit dengan gelombang p’ yang timbul segera
setelah kompleks QRS dan terbalik
• Pada jenis yang antidromic, konduksi antegrad terjadi pada jaras
tambahan (fast conduction) sedangkan konduksi retrograde
terjadi pada jarag His-Purkinje (slow conduction). EKG yang
tampak adalah takikardia dengan kompleks QRS yang lebar
dengan gelombang p’ yang terbalik dan timbul pada jarak yang
jauh setelah kompleks QRS.
• AVNRT : EKG yang tampak adalah takikardia dengan kompleks
QRS sempit dengan gelombang p’ yang timbul segera setelah
kompleks QRS tersebut dan terbalik, atau kadang-kadang tidak
tampak karena gelombang p’ tersebut terbenam di dalam
kompleks QRS

DIAGNOSA KERJA Supraventikular Takikardi


DIAGNOSA • Atrial takikardia
BANDING • Avnrt
• Focal atrial takikardia

PEMERIKSAAN 1. EKG
PENUNJANG

TERAPI • Penatalaksanaan ensefalopati adalah pemantauan tanda vital,


mengatasi edema serebral, monitor peninggian tekanan
intrakranial, cegah dan kendalikan kejang, cari penyakit yang
mendasari, harus dirawat dan mempunyai akses ke perawatan
ICU.
EDUKASI • Menghindari paparan rokok
• Istirahat yang cukup
• Konsumsi makanan bergizi
PROGNOSIS Ad Vitam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia
Ad Fungsionam : Dubia

KEPUSTAKAAN 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Ensefalopati. Badan Penerbit


Ikatan Anak Indonesia. Jakarta: 2016

Anda mungkin juga menyukai