Anda di halaman 1dari 14

RUMAH SAKIT UMUM

SARILA HUSADA

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


BAGIAN INTERNA
RUMAH SAKIT SARILA HUSADA

Jl. Veteran No. 41-43


SRAGEN
Infeksi Saluran Kemih Pada Geriatri
Definisi Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang melibatkan
struktur dari tempat di bentuknya urin (glomerulus) sampai dengan
muara saluran urin di meatus uretra eksterna dengan di dapatkannya
mikroorganisme di urin yang disertai gejala sebagai tanda adanya
infeksi.
ISK pada geriatri sendiri gejala dan tanda sering sulit dikenali
sehingga pengobatannya sering terlambat.
Anamnesis 1 Menurunnya nafsu makan sebagai gejala awal.

2 Inkontensia urin, disuri, polakisuri, urgensi (terdesak miksi)


3 Demam
4 Cenderung banyak tidur
5 Sering menggunakan popok tanpa sering di ganti dengan yang
bersih dan kering.
6 Kesadaran menurun, delirium atau perubahan perilaku
(perubahan kepribadian atau stroke, hipoaktif, hiperaktif, pola
tidur berubah).
Pemeriksaan fisik 1. Nyeri ketok daerah pinggang
2. Demam (suhu basal harian di bandingkan dengan suhu tubuh
saat terdapat ISK bisa di jadikan patokan)
3. Nyeri tekan suprapubik

Pemeriksaan 1. Pemeriksaan laboratorium :


penunjang 1) Urin Rutin
a. Piuri : > 10/LPB
b. Silinder lekosit
c. Hematuri > 5/LPB
d. Proteinuri
e. Kultur Urin : Bakteriuri > 100.000 koloni/mL urine
f. Urine tampak keruh
2) Darah Rutin : lekositosis
2. BNO / IVP
3. USG Ginjal

Kriteria diagnosis Anamnesa,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang


Diagnosis Infeksi Saluran Kencing (ISK)

Diagnosa Banding 1. Keganasan kandung kemih


2. Nonbacterial cystitis
3. Interstitial cystitis
4. Pelvic inflammatory disease
5. Pyelonephritis akut
6. Urethritis
7. Vaginitis
Terapi 1. Diet
a. Cukup vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran
kemih.
b. Makan teratur dan bergizi
2. Medikamentosa
a. Obat pertama terbaik menurut kultur
b. Bila tidak, pilihan obat :
1) Sefotaksin
2) Seftriakson 2-3 x 1 g/hari
3) Trimetoprin 400
4) Doksisiklin pada klamidia : 2x 100 mg/hari
5) Aminoglikosid
6) Sefalosporin generasi ketiga
7) Trimetroprim – Sulfametoksazol 2 x160/800mg
8) Siprofloksasin 2 x 100 – 250 mg
c. Bila penyakit berat atau ada tanda-tanda sepsis, harus rawat
inap dan di berikan terapi :
1) Imipenem
2) Penisilin/ Sefalosporin plus amino glikosida dan
seftriakson atau seftazidine.
Obat obat tersebut di berikan atau lama pengobatan minimal 7 hari.
Pada keadaan yang berat atau dengan penyulit sebaiknya di berikan
selama 14 hari.
Komplikasi Gagal ginjal kronis

Edukasi 1. Istirahat cukup


2. Upayakan segera miksi setelah reflek miksi muncul.
3. Pada perempuan di anjurkan saat cebok tangan dari arah
belakang tidak sampai ke depan / vagina/orifisium uretrae dan
menggunakan air mengalir.
Prognosis 1. Kalau segera di terapi umumnya baik

2. Dapat terjadi gagal ginjal


3. Pada sistitis (saluran kemih bagian bawah) hampir selalu infeksi,
bukan relaps.
Pada saluran kemih bagian atas lebih banyak terjadi relaps dari pada
reinfeksi.
Daftar rujukan 1. Panduan Praktis Klinis Ilmu Penyakit Dalam oleh Prof.DR.Dr.A.
Halim Mubin, SpPD,MSc,KPTI
2. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Panduan
Praktis Klinis, Idrus Alwi, Simon Salim, Rudy Hidayat, dkk,
2015

Sragen, 4 Januari 2017


Ketua Komite Medik Kepala Bagian Penyakit Dalam

Dr. Rio Adriarsa, SpOG Dr. Agus Susiloningsih, SpPD

Direktur
Rumah Sakit Umum Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH


RUMAH SAKIT UMUM
SARILA HUSADA

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


BAGIAN INTERNA
RUMAH SAKIT SARILA HUSADA

Jl. Veteran No. 41-43


SRAGEN
Krisis Hipertensi
Definisi Krisis hipertensi adalah suatu keadaan peningkatan tekanan darah,
yang mendadak (sistole >180 mmHg dan atau diastole >120 mmHg),
pada penderita hipertensi, yang membutuhkan penanggulangan
segera. Dapat disertai komplikasi disfungsi dari target organ, baik
yang sedang dalam proses (impending) maupun sudah dalam tahap
akut progresif.
Krisis hipertensi terbagi menjadi 2 keadaan.
1. Pertama hipertensi emergency yang merupakan peningkatan
drastis tekanan darah dengan gejala dan tanda kerusakan organ
target, yang harus segera diturunkan dalam hitungan menit
menggunakan terapi parenteral.
2. Kedua adalah hipertensi urgency di mana peningkatan tekanan
darah tanpa kerusakan organ target sehingga penurunan bisa
menggunakan terapi oral agar tercapai dalam hitungan jam.
Anamnesis 1. BAK berkurang

2. Gangguan penglihatan
3. Edema pada ekstremitas
4. Penurunan kesadaran
5. Sakit kepala
6. Mual/muntah
Pemeriksaan fisik a. Tekanan darah sistolik > 180 mmHg , diastolis > 120 mmHg
b. Tekanan darah pada kedua ekstermitas
c. Perabaan denyut nadi perifer
d. Bunyi jantung (aritmia)
e. Bruit pada abdomen
f. Adanya edema atau tanda penumpukan cairan
g. Funduskopi
h. Status neurologis
Pemeriksaan 1. EKG
penunjang 2. Urinalisa
3. Darah perifer
4. Ureum dan kreatinin
5. Elektrolit darah
6. Foto dada
7. USG ginjal
8. CT Scan kepala

Kriteria diagnosis Anamnesa,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang


Diagnosis Krisis Hipertensi

Terapi 1 Istirahat
a. Dirawat di ruang high care unit (HCU)
b. Tensi di ukur setiap 15-30 menit
c. Rata rata tekanan di turunkan 25 % dalam beberapa menit
sampai 2 jam (hipertensi emergensi) atau dalam 24 – 48 jam
(hipertensi urgensi)
2. Diet
 Diet pantang garam
3. Medika mentosa
a. Per oral:
1) Klonidin, dosis awal 0,1-0,2 mg lalu dilanjutkan 0,05-0,1
mg per jam sampai dengan efek yang diinginkan, dosis
max. 0,8 mg PO
2) Kaptopril, dosis mulai 6, 25-12,5 mg, dosis max 50 mg PO
3) Amlodipin 2,5 – 5 mg.
4) Metildopa, dosis 4x (250 – 500) mg/hari
b. Intravena
1) Furosemide, dosis 10 – 80 mg, bilamana tekanan darah
sudah terkontrol, obat tetap dapat dilanjutkan parenteral
dengan tapering off selama 2 – 3 hari.
2) Nitrogliserin 5µg/menit, titrasi 5µg/menit tiap 3 – 5 menit,
apabila tidak respon pada 20µg/menit, dosis tambahan 10
– 20 µg/menit dapat di gunakan.
Komplikasi 1. Perdarahan intraserebral
2. Infark serebral
3. Ensefalopati
4. Retinopati
5. Penyakit jantung koroner
6. Diseksi Aorta
7. Gagal ginjal akut
8. Edema paru
9. Anemia hemolitik mikroangiopati.
Edukasi Istirahat cukup
Pantang garam.
Modifikasi gaya hidup
Prognosis Penyebab kematian tersering adalah stoke, gagal ginjal, dan gagal
jantung. Prognosis menjadi lebih baik apabila penanganannya tepat
dan segera.
Daftar rujukan 1. Panduan Praktis Klinis Ilmu Penyakit Dalam oleh
Prof.DR.Dr.A. Halim Mubin, SpPD,MSc,KPTI
2. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Panduan
Praktis Klinis, Idrus Alwi, Simon Salim, Rudy Hidayat, dkk,
2015

Sragen, 4 Januari 2017


Ketua Komite Medik Kepala Bagian Penyakit Dalam

Dr. Rio Adriarsa, SpOG Dr. Agus Susiloningsih, SpPD

Direktur
Rumah Sakit Umum Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH


RUMAH SAKIT UMUM
SARILA HUSADA

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


BAGIAN INTERNA
RUMAH SAKIT SARILA HUSADA

Jl. Veteran No. 41-43


SRAGEN
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Definisi Peristiwa masuknya cairan lambung ke dalam esofagus yang terjadi
secara berjeda.
Anamnesis 1. Panas di dada (heart burn)
2. Makanan terasa menyangkut di dada

3. Regurgitasi
4. Rasa asam di mulut
5. Nyeri dada substernal
6. Nyeri epigastrium
7. Sendawa (belching)
8. Riwayat pemakaian obat obatan
9. Keluhan yang jarang dikeluhkan : batuk atau asma, kesulitan
menelan suara serak, sakit tenggorokan, bronkitis.

Pemeriksaan fisik Tidak terdapat tanda spesifik untuk GERD. Tindakan untuk
pemeriksaan adalah dengan pengisian kuesioner GERD. Bila hasilnya
positif, maka dilakukan tes dengan pengobatan PPI (Proton Pump
Inhibitor)
Pemeriksaan 1. Jika keluhan tidak berat jarang dilakukan pemeriksaan penunjang
penunjang 2. Pemeriksaan dilakukan jika keluhan berat atau timbul kembali
setelah diterapi, antara lain :
1) Pemeriksaan laboratorium:
 Pengukuran pH (gold standar), bila <4 dianggap ada
GERD
2) Pemeriksaan Khusus
a. Radiologis dengan kontras barium
b. Flurosko
c. Manometri esofagus, mengukur tekanan spingter esofagus
bagian bawah
d. Endoskopi :
 GERD ada kerusakan mukosa esofagus
 NERD Non Erosive Reflux Disease
e. Tes Skintigrafi Gastroesofagus
Kriteria diagnosis Anamnesa,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
Diagnosis GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)

Diagnosa Banding 1. Dyspepsia


2. Ulkus Peptikum
3. Kolik Bilier
4. Eosinophilic esophagitis
5. Infeksi esofagitis
6. Penyakit jantung koroner
7. Gangguan motilitas esofagus
Terapi 1. Istirahat
2. PPI :
- omeprazole 2 x 20 mg
- lansoprazole 2 x 30 mg
- pantoprazole 2 x 40 mg
3. H2RA :
- Simetidin 2 x 800 mg atau 4 x 400 mg
- Ranitidin 4 x 150 mg
- Famotidin 2 x 20 mg
4. Antasida 4 x 1 sdm
5. Terapi komplikasi, pembedahan

Komplikasi 1. Saluran Cerna


a. Striktur esofagus
b. Esofagitis
c. Ulkus sampai perforasi esofagus
d. Esofagus Barrett
2. Saluran Nafas
a. Aspirasi masif (sindrom Mendelson)
b. Aspirasi pneumoni
c. Bronkiektasis
d. Batuk iritatif
e. Spasme glotis
f. Sudden death
g. Laringitis superior
Edukasi 1. Modifikasi gaya hidup
2. Menaikkan posisi kepala saat tidur jika keluhan sering kali di
rasakan pada malam hari
3. Makanan selambat lambatnya 2 jam sebelum tidur
Prognosis Jarang fatal.

Daftar rujukan 1. Panduan Praktis Klinis Ilmu Penyakit Dalam oleh


Prof.DR.Dr.A. Halim Mubin, SpPD,MSc,KPTI
2. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Panduan
Praktis Klinis, Idrus Alwi, Simon Salim, Rudy Hidayat, dkk,
2015

Sragen, 4 Januari 2017


Ketua Komite Medik Kepala Bagian Penyakit Dalam

Dr. Rio Adriarsa, SpOG Dr. Agus Susiloningsih, SpPD

Direktur
Rumah Sakit Umum Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH

RUMAH SAKIT UMUM


SARILA HUSADA

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


BAGIAN INTERNA
RUMAH SAKIT SARILA HUSADA

Jl. Veteran No. 41-43


SRAGEN
Ulkus Peptikum / Tukak Peptik
Definisi  Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi
karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah
termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan.
 Ulkus yang dangkal disebut erosi.
 Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam
klorida (HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk
mencerna makanan, terutama protein.
 Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang
telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama
pada lambung dan usus dua belas jari.
Anamnesis 1. Nyeri epigastrium hilang timbul

2. Hilang 2 jam setelah makan.


3. Nyeri datang secara periodik beberapa minggu
4. Berkurang setelah minum anatasida, susu hangat, atau habis
muntah
5. Nyeri tengah malam
6. Pirosis

Pemeriksaan fisik 1. Umumnya tidak ditemukan kelainan yang khas


2. Kadang kadang nyeri tekan daerah epigastrium

Pemeriksaan Endoskopi :
penunjang 1. Dilakukan dengan indikasi
a. Individu dengan alarm simptom
b. Usia > 55 tahun dengan onset dispepsia < 1 tahun dan
berlangsung minimal 4 minggu.
2. Oleh karena di RSU Sarila Husada belum mempunyai fasilitas
endoskopi maka pemeriksaan endoskopi di rujuk ke rumah
sakit lain.
Di temukan biopsi H. pylori
Kriteria diagnosis 1. Anamnesa,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
2. Ditemukan tukak lambung pada pemeriksaan endoskopi.
Diagnosis Ulkus Peptikum

Diagnosa Banding 1. GERD


2. Pankreatitis
3. Hepatitis
4. Kolesistitis
5. Kolik bilier
6. Keganasan esofagus atau gaster
7. Inferior myocardial infarktion
Terapi Terapi umum :
1. Istirahat cukup
2. Diet lunak, hindari makanan berlemak, pedas, keras, alkohol,
asam dan kopi.
3. Medika mentosa :
a. Antagonis reseptor H2 selama 6-8 minggu
 Simetidin 4 x 400mg atau 2 x 800 mg
 Ranitidin 4 x 150 mg
 Famotidin 2 x 20 mg
b. PPI
 Omeprazole 2 x 20 mg/
 lansoprazole 30 mg/hari
 pantoprazole 2 x 40 mg
c. Sitoprotektif
 Sukralfat 3-4 x 1 tablet sebelum makan
d. Alkali dan antasida
e. Bila disertai Helicobaccter pylori tambahkan :
 Klaritomisin 2 x 500 mg di tambah amoksisilin 2 x
1000mg
 Metronidazole 3 x 500 mg di tambah amoksisilin 2 x
1000 mg
 Metronidasole 3 x 500 mg di tambah klaritomisin 2 x 500
mg
Terapi komplikasi :
a. Rawat inap
b. Operatif untuk perforasi
c. Dilatasi lambung mendadak
d. Pasang sonde lambung
e. Beri cairan perinfus
f. Pasang kateter
Komplikasi 1. Perforasi
2. Hematemesis melena
3. Dilatasi lambung mendadak.
4. Anemia defisiensi besi jika perdarahan tersembunyi

Edukasi  Modifikasi gaya hidup


 Hindari penggunaan OAINS tanpa pengawasan
Prognosis Baik

Daftar rujukan 1. Panduan Praktis Klinis Ilmu Penyakit Dalam oleh


Prof.DR.Dr.A. Halim Mubin, SpPD,MSc,KPTI
2. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam, Panduan
Praktis Klinis, Idrus Alwi, Simon Salim, Rudy Hidayat, dkk,
2015
Sragen, 4 Januari 2017
Ketua Komite Medik Kepala Bagian Penyakit Dalam

Dr. Rio Adriarsa, SpOG Dr. Agus Susiloningsih, SpPD

Direktur
Rumah Sakit Umum Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH

RUMAH SAKIT UMUM


SARILA HUSADA

PANDUAN PRAKTEK KLINIS


BAGIAN INTERNA
RUMAH SAKIT SARILA HUSADA

Jl. Veteran No. 41-43


SRAGEN
Asma Akut
Definisi Serangan asma akut adalah suatu keadaaan darurat medik berupa
serangan sesak nafas berat yang kemudian bertambah berat dan
refrakter bila setelah 1-2 jam pemberian obat tidak ada perbaikan
atau malah memburuk

Anamnesis 1. Sesak nafas mendadak dan bertambah berat


2. Sudah minum obat sesak tapi tidak membaik
3. Riwayat menderita asma yang lama
4. Pernah mengalami serangan asma sejenis sebelumnya
5. Riwayat menggunakan terapi steroid jangka panjang.
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Endoskopi :
penunjang
Kriteria diagnosis 3. Anamnesa,pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
4. Ditemukan tukak lambung pada pemeriksaan endoskopi.
Diagnosis Ulkus Peptikum

Terapi Terapi umum :


4. Istirahat cukup
5. Diet lunak, hindari makanan berlemak, pedas, keras, alkohol,
asam dan kopi.
6. Medika mentosa :
f. Antagonis reseptor H2 selama 6-8 minggu
 Simetidin 4 x 400mg atau 2 x 800 mg
 Ranitidin 4 x 150 mg
 Famotidin 2 x 20 mg
 Nizatidin 2 x 150 mg
g. PPI
 Omeprazole 2 x 20 mg/
 lansoprazole 30 mg/hari
 pantoprazole 2 x 40 mg
h. Sitoprotektif
 Pirenzepin 2 x 1 tablet
 Sukralfat 3-4 x 1 tablet sebelum makan
i. Alkali dan antasida
j. Bila disertai Helicobaccter pylori tambahkan :
 Klaritomisin 2 x 500 mg di tambah amoksisilin 2 x
1000mg
 Metronidazole 3 x 500 mg di tambah amoksisilin 2 x
1000 mg
 Metronidasole 3 x 500 mg di tambah klaritomisin 2 x 500
mg
Terapi komplikasi :
g. Rawat inap
h. Operatif untuk perforasi
i. Dilatasi lambung mendadak
j. Pasang sonde lambung
k. Beri cairan perinfus
l. Pasang kateter
Komplikasi 3. Perforasi
4. Hematemesis melena
5. Dilatasi lambung mendadak.

Edukasi Modifikasi gaya hidup

Prognosis Baik

Daftar rujukan Panduan Praktis Klinis Ilmu Penyakit Dalam oleh Prof.DR.Dr.A.
Halim Mubin, SpPD,MSc,KPTI

Sragen, 4 Januari 2017


Ketua Komite Medik Kepala Bagian Penyakit Dalam

Dr. Rio Adriarsa, SpOG Dr. Agus Susiloningsih, SpPD

Direktur
Rumah Sakit Umum Sarila Husada

drg. Evelina Yuliani, MPH

Anda mungkin juga menyukai