Anda di halaman 1dari 4

Disentri Basiler dan Amuba

No. Dokumen :

No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman :
UPT  Acu Suhendar,
Suhendar,
PUSKESMAS SKM
DTP NIP. 19660909
SINGAJAYA 198902 1 001

1. Pengertian Definisi
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali
menyebabkan kematiandibandingkan dengan diare akut yang
lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang
disebabkan oleh shigellosis dan amoeba (Disentri amuba).

 Anamnesis
 Anamnesis
Keluhan:
1. Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar yang
encer secara terus menerus (diare) bercampur lender dan
darah.
2. Muntah-muntah
3. Sakit kepala
4. Bentuk yang
yang berat (fulminating cases) biasanya
disebabkan oleh S. Dysentriae dengan gejalanya timbul
mendadak dan berat, dan dapat meninggal bila tidak cepat
di tolong.

Faktor Risiko: -
Faktor Predisposisi:-

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik:
- Febris
- Nyeri perut pada penekanan dibagian sebelah kiri
- Terdapat tanda-tanda dehidrasi
- Tenesmus

Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab.
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Diagnosis Klinis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis Banding:
1. Infeksi Eschericiae coli
2. Infeksi Eschericiae coli Enteroinvasive (EIEC)
3. Infeksi Eschericiae coli Enterohemoragik (EHEC)

Komplikasi:
1. Haemolityc uremic syndrome (HUS)
2. Hiponatremia berat
3. Hipoglikemia berat
4. Susunan saraf pusat sampai terjadi ensefalopati
5. Komplikasi intestinal seperti toksik megakolon, prolaps
rectal, peritonitis dan perforasi dan hal ini menimbulkan
angka kematian yang tinggi
6. Komplikasi lain yang dapat timbul adalah bisul dan
hemoroid

2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pedoman pengobatan pasien dengan


diagnosa Disentri Basiler dan Amuba  di tingkat pelayanan
dasar/puskesmas oleh dokter umum
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas DTP Singajaya No. …./…/ KEP/
PKM / 2017 tentang Layanan Kesehatan di UPT Puskesmas DTP
Singajaya.
4. Referensi 1. Sya`roni Akmal. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III. Edisi ke 4. Jakarta: FKUI. Hal 1839-41.
2. Oesman, Nizam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
edisi iii. Jakarta: FKUI.
3. Kroser A. J., 2007. Shigellosis. Diakses dari
http://www.emedicine.com/med/topic2112.htm.
5. Prosedur Penatalaksanaan:
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Tirah baring
3. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan
cairan rehidrasi oral
4. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat diberikan cairan
melalui infus
5. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak
kurang dari 5x/hari, kemudian diberikan makanan ringan
biasa bila ada kemajuan
Tata laksana Farmakologi:
1. Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis
pasien diobati dengan antibiotika. Jika seteleh 2 hari
pengobatan menunjukan perbaikan, terapi diteruskan
selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti
dengan jenis yang lain.
2. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal
fluorokuinolon seperti siproloksasin atau macrolide
azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan
disentri basiler. Dosis siproloksasin yang dipakai adalah 2
x 500 mg/hari selama tiga hari sedangkan azithromisin
diberikan 1 gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/ hari
selama 5 hari. Pemberian siproloksasin merupakan
kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil.
3. Di Negara-negara berkembang dimana terdapat kuman
S.dysentriae tipe 1 yang multi resisten terhadap obat-obat,
diberikan asamnalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari
selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam
pengobatan stadium carrier disentribasiler.
4. Untuk disentri amuba diberikan antibiotik metronidazole
500mg 3x sehari selama 3-5 hari.

Konseling dan Edukasi:


1. Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan
dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih
seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air
yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang
bersih.
2. Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan
dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti
membersihkan tangan dengan sabun, , suplai air yang
tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
3. Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan
lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari,
kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada
kemajuan.

Kriteria Rujukan :
Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan
konsultasi ke pelayanan sekunder (spesialis penyakit dalam)

Sarana-prasarana:
1. Pemeriksaan tinja
2. Infuse set
3. Cairan infuse/oralit
4. Antibiotic

Prognosis
Vitam: Dubia ad Bonam.
Fungsionam: Bonam.
Sanationam: Dubia ad Bonam.
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang,
ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya.
6. Unit Terkait 1. Unit BP Umum
2. Unit BP Gigi
3. Unit Perawatan
4. Unit KIA – KB
5. MTBS
6. PONED
7. IGD

Anda mungkin juga menyukai