Anda di halaman 1dari 3

Disentri

No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :
Puskesmas Sumedang Selatan

Kabupaten Hj. Ilah Siti Harmilah, S.Kep., Ners


Sumedang NIP. 19670820 198803 2 008

1. Pengertian Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali


menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang
lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang
disebabkan oleh shigellosis dan amoeba (disentri amoeba).
2. Tujuan 1. Memiliki pedoman baku minimum diagnosis dan penatalaksanaan
Disentri di Puskesmas Sumedang Selatan.
2. Memilliki tolok ukur dalam melaksanakan jaminan mutu
pelayanan.
3. Kebijakan Proses diagnosis dan tatalaksana Disentri di Puskesmas Sumedang
Selatan mengacu pada SOP ini.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur
6. Langkah-Langkah Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
a. Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara
terus menerus bercampur lendir dan darah
b. Muntah-muntah
c. Sakit kepala
d. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh
S. dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan berat, dan
dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana


(Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
a. Febris.
b. Nyeri perut pada penekanan di bagian sebelah kiri.
c. Terdapat tanda-tanda dehidrasi.
d. Tenesmus.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Disentri
No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :
Puskesmas Sumedang Selatan

Kabupaten Hj. Ilah Siti Harmilah, S.Kep., Ners


Sumedang NIP. 19670820 198803 2 008

Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
b. Tirah baring
c. Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan
rehidrasi oral
d. Bila rehidrasi oral tidak mencukupi dapat diberikan cairan
melalui infus
e. Diet, diberikan makanan lunak sampai frekuensi BAB kurang
dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila
ada kemajuan.
f. Farmakologis:
1. Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis
pasien diobati dengan antibiotik. Jika setelah 2 hari
pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi diteruskan
selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotik diganti
dengan jenis yang lain.
2. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal
fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide
azithromisin ternyata berhasil baik untuk pengobatan
disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x
500 mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan
1 gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari selama 5
hari. Pemberian siprofloksasin merupakan kontraindikasi
terhadap anak-anak dan wanita hamil.
3. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman
S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat,
diberikan asam nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari
selama 5 hari. Tidak ada antibiotik yang dianjurkan dalam
pengobatan stadium kcarrier disentribasiler.
4. Untuk disentri amuba diberikan antibiotik metronidazole
500mg 3x sehari selama 3-5 hari

Konseling dan Edukasi


a. Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan
dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti
membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang
tidakterkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
b. Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan
Disentri
No Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP
Halaman :
Puskesmas Sumedang Selatan

Kabupaten Hj. Ilah Siti Harmilah, S.Kep., Ners


Sumedang NIP. 19670820 198803 2 008

kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan


tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi,
penggunaan jamban yang bersih.
c. Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak
sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian
diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Kriteria Rujukan
Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan konsultasi
ke pelayanan sekunder (spesialis penyakit dalam).
7. Bagan Alir

Pemeriksaan
Anamnesis
Fisis dan Diagnosis
Penunjang

Penatalaksanaan
Jika diperlukan, Farmakologis dan
pasien dirujuk. Non-farmakologis

8. Hal-hal yang Perlu 1. Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi
Diperhatikan kronis atau melewati Golden Time Standard.
2. Age : jika usia pasien masuk dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan risiko komplikasi serta risiko kondisi penyakit lebih
berat.
3. Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat
kondisi pasien.
4. Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien.
5. Kondisi fasilitas pelayanan kesehatan.
9. Unit Terkait 1. Balai Pengobatan Umum dan Lansia
10. Dokumen Terkait 1. Rekam medis
2. Resep
3. Buku registrasi
11. Rekaman Historis
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai