Anda di halaman 1dari 22

DEMAM TIFOID

Prof. Dr. WH. Sibuea, Sp.PD


Bagian Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UKI
PENDAHULUAN
• Penyakit sistemik e.c salmonella
• Gejala : Demam, sakit kepala, insomnia, gangguan defekasi
Splenomegali, lekopeni.
• Tahun 1820 Pierre Charles Alexander Louis (paris) istilah tifoid.
• 1870 Budd : tinja manusia sumber tifoid
• 1880 Eberth: mengisolisir basil s. typhi dlm feses
• 1886 bakterilog DE.Salmon dr AS menemukan enteritis samonella.
• Demam paling sering di daerah tropik dan daerah bersanitasi
buruk
• Penyakit No.2 dr 10 P. menular di INDONESIA
• Di Ind. Angka kesakitan 1981 – 1986  35,6% (19.596 26.606
kasus)
ETIOLOGI

• Salmonella Typhi, S. Paratyphi A dan B


• Terdiri dari 230 serotipe Salmonella
non-tifoidal ditemukan dlm sal. cerna :
–Binatang
–Reptil
–Burung
–Insek
EPIDEMIOLOGI

• Infeksi berasal dari pasien yg menderita


tifoid.
• Basil terdapat dalam feses dan urin pada
awal demam minggu ke-3.
• 3 % kasus menjadi pengidap basil.
• Pengidap konvalesen  mengeluarkan
basil dlm feses selama 6 bln.
• Pengidap kronik  selama 1 tahun
Lanjutan …

• Basil S.Typhi bertahan beberapa minggu


dlm : air segar, es, sampah kering dan pada
pakaian.
• Basil berkembang dengan pesat dlm : susu
dan produk‑produk yang berasal dari susu.
• Ditularkan melalui : makanan,minuman yg
terkontaminasi tinja penderita/tangan
pengidap basil.
• Di Indonesia berjangkit secara sporadis
PATOGENESIS
• Masa tunas : 3‑21 hari,
• Terbanyak : 7‑14 hari.
• Faktor yg mempengruhi :
1. Jml kumam yg masuk : 103 dan 106,
2. Status kesehatan dan imunologik pasien.
3. pH asam lambung dan keadaan yang mengganggu
intergritas saluran cerna
• Kuman  mukosa saluran cerna atas  sel fagosit
(makrofag) mononuklear dari KGB, folikel KGB, hati, dan
limpa.
Lanjutan ...

• Jumlah kuman cukup  saluran limfe  sirkulasi sistemik 


bakteriemia + gejala klinik  plak Peyer dari ileum distal,
limpa, hati, kandung empedu, sumsum tulang berkembang
dlm makrofag (sel tifoid)  nodul tifoid pada plak Peyer.
Minggu I : plak Peyer Hiperplasia krn infiltrasi sel
mononuklear & nodul tifoid
Minggu II : nekrosis disusul ulserasi dari plak Peyer.
Minggu III : erosi menyebabkan perdarahan & perforasi.
Minggu IV : bila radang diatasi  ulkus sembuh  sikatrik
• Demam krn bakteri +endotoksin  makrofag sitokin Tumor
Nekrosis faktor (TNF), Interlekuin-1, Interlekuin-6
• DIC  kerusakan endotel pemb. darah
GEJALA KLINIS

Minggu I: demam, sakit kepala, nyeri pada otot dan


sendi, mual,
Minggu II : demam, sakit kepala, pusing, sukar tidur,
mual, obstipasi dan kadang ‑kadang diare.
• Pada pemeriksaan jasmani  demam, kesadaran
apatis, lidah kotor, bradikardi, hepatomegali,
splenomegali dan meteorismus. Pada keadaan yang
berat tingkat kesadaran dapat terganggu sehingga
terjadi stupor, koma, delirium atau psikosis.
Keluhan dan Gejala Klinik dari 100 orang pasien
dirawat di RSU Persahabatan Februari 1997 –
september 1997

KELUHAN GEJALA
• Demam < 7 hari 41 %
• Splenomegali 1
• Demam > 7 hari 59 % %
• Sefalgia 67 % • Hepatomegali 1%
• Lemah 52 %
• Apati 14 %
• Sulit tidur 26 %
• Bardikar direlatif 31 %
• Mual 65 %
• Lidah tifoid 42 %
• Nyeri perut 42 %
• Gangg saluran cerna 77 % • Perdarahan saluran cerna 1
%
• Muntah 34 %

 
Anoreksi 37 %
 
 
 
LABORATORIUM

• Fase awal : lekosit, berkisar 4000 ‑ 5000/mm3, disertai


limfositosis relatif.
• Diagnosis pasti  menemukan basil salmonella dalam
cairan tubuh  biakan empedu.
• Minggu I, ke-II demam, basil terdpt dlm darah ssm
tulang, M1 90% +, M2 50% +
• Minggu III, ke-IV basil dalam Feses dan urin
• Hasil biakan me bila metoda pemeriksaan memenuhi
syarat atau darah diambil sebelum pemberian antibiotika.
• Px Reaksi widal : untuk menentukan kadar antibodi thd
basil salmonella ( tidak untuk diagnosis pasti)
PENDEKATAN DIAGNOSIS

Singkirkan penyakit lain dg :


1. Anamnesis
• Malaria   
• Kontak dg hewan   
• Kontak dg p. menular non tifoid
• Trauma, pembedahan
• Pemakaian obat, alkohol
• Pekerjaan
2. Pemeriksaan Jasmani
- Infeksi saluran nafas
- Infeksi selaput otak
- Abses kulit, otot, pelvis
- Radang sendi
- Kelainan katup jantung
- Pembesaran KGB
- Peradangan lubang anus, uretra, genetalia &
orifices lainnya.
- penyakit radang ginjal
- Keganasan
3. Laboratorium : Darah : malaria, lekositosis,
sel muda, Urin : , lekosit, eritrosit.
Foto toraks
PENGOBATAN
• Tujuan : bebas gejala, bebas kuman dan tidak
relaps. Pengobatan : perawatan, diit, obat.
• Perawatan  tirah baring smp h 3 bebas demam 
cegah komplikasi.
• Diet  bubur saring  diet lunak  diet biasa
• Obat : Antibiotika sesuai hasil uji resistensi
1.Kloramfenikol : 4x500 mg/hr (max 20 gram)
2.Kotrimoksasol ; 2x2 tab  14 hari
3.Ampisilin : 3 x 1gram  10 hr
4. Quinolon : Ciprofloxacin 2x 500 7 hari
Levofloxacin 1x 500 mg 7 hari
Lanjutan …

Penelitian : hanya 40% basil Salmonella bebas


dalam sirkulasi, sisanya dlm makrofag
Obat  Quinolon, Sefalosporin generasi ke-3
4. Norfloxacine : 2 x 400 mg  14 hari
5. Pefloksasin : 400 mg  7 hari
6. Siprofloksasin 2 x 500 mg selama 6 h
Seftriakson i.v. 2 x 2 g selama 5 h
PENGOBATAN PASIEN TERSANGKA DEMAM TIFOID

Tersangka Tifoid

RAWAT

Hentikan antibiotik 1 hari

Kultur darah

Kloramfenikol+Deksametason
Kultur Positif Kultur Negatif
atau Kloramfenikol saja

Antibiotik 
Relaps Sembuh Obat di stop
uji resistensi

Kultur feses
Antibiotik Relaps Sembuh
lain  uji
resistensi Negatif Positif
Pemeriksaan
penyakit sepsis,
Antibiotik/ otoimun,
Kolesistektomi keganasan dll
KOMPLIKASI

1.  Perdarahan usus
- Indonesia : 13. 7 ‑ 15,2%  erosi ulkus ileum distal m. ke 3.
- Tanda : pseudomelena, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
turun, keringat dingin, pucat dan pusing.
- Pengobatan : transfusi darah.
antibiotik Levofloksasin 1 x 500 mg slama 7
hari
Sefotaksin 3 x 1gr slama 7 hari
• DD : DIC
Lanjutan ...

2. Perforasi usus
• Terjadi pada 2‑3% kasus.
• Pada ileum distal  tidak bisa kentut, perut
gembung dan nyeri. Nadi cepat, suhu meningkat,
dinding perut nyeri dan keras pada perabaan,
batas paru hati menghilang padaperkusi.
• Foto polos abdomen 3 posisi  terlihat udara
bebas diantara diafragma dan hati.
• Terapi pembedahan harus segera dilakukan.
Lanjutan ...

3. Demam tifoid berat


- Kesadaran terganggu /shok
- Tanda  :
- Sistolik turun dibawah 90
- Perfusi perifer munurun
- Urin < 20 ml/jam
RESPON IMUNOLOGIK
- Menimbulkan respon imun sistemik, lokal, humoral dan seluler.
- Belum jelas mana yang berperan untuk menimbulkan
resistensi terhadap reinfeksi, patogenesis penyakit, eliminasi
bakteri dari tubuh pasien.
- Pasien yg sembuh, 30% bisa sakit kembali
- Percobaan 15 orang makan kuman 105  sakit 100%. 
sembuh. 18 bln kemudian makan kuman 105 33% sakit.
- Kesimpulan tidak ada kekebalan 100%
PENCEGAHAN

1. Perbaikan sanitasi lingkungan dan


menyediakan tempat MCK.
2. Penyuluhan kesehatan dan kebersihan pada
penjual makanan.
3. Memperbaiki hygiene perseorangan,
4. Vaksinasi terhadap tifoid.
PROGNOSIS

- Pada stadium awal , terapi baik  prognosis


yang baik.
- Pasien dgn tanda‑tanda toksik, perdarahan,
perforasi  prognosis yang buruk.
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai