Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

DIFTERI
Oleh
Muhammad Sholihuddin, S.Ked
21704101073

Pembimbing
dr. Vivi Ratnasari, M.BioMed, Sp. A

Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak


RSUD MARDI WALUYO BLITAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Anamnesa
• Identitas
Anamnesis (subyektif)
• Keluhan Utama Panas
• Riwayat Penyakit Demam terus menerus sejak 2 hari yang lalu (siang hari / 5-11-2018),
Sekarang demam tidak turun setelah dikasih puyer dari PKM. Seminggu sebelum
demam pasien mengeluhkan pilek. Pasien juga mengeluhkan nyeri telan,
keluhan batuk (-), sesak (-), mual / muntah (-/-), nyeri kepala (-), nyeri
perut (-), nafsu makan dan minum menurun; bengkak di leher, dibawah
telinga 1 hari ini.

• Riwayat Penyerta -
• Riwayat Penyakit -
Dahulu
• RiwayatPenyakit -
keluarga
• Riwayat - Spontan di bidan; langsung menangis; UK 9 bln; BBL 3kg, PBL: lupa; anak
Persalinan ke 3
• Riwayat ANC Rutin periksa kebidan setiap bulan
• Riwayat Tumbuh Sesuai perkembangan
Kembang
• Riwayat Imunisasi Imunisasi dasar lengkap, imunisasi ORI hanya yang ke-2

• Riwayat Pengobatan : PKM diberikan puyer penurun panas

• Riwayat Gizi : ASI sampai usia setahun, susu formula setelahnya, MPASI sejak
usia 6 bulan. Makanan dan minum sehari-hari baik.
• Riwayat Sosial Ekonomi jarang keluar rumah, tinggal dengan 2 kakak dan orang tua yang
jarang di rumah, tidak ada tetangga atau keluarga yang
menderita penyakit sama.
PEMERIKSAAN FISIK (Obyektif)
• Keadaan Umum Sedang
GCS 456

• Tanda Vital • TD : 110/70 mmHg


• Nadi : 102 x/ menit
• RR : 24x/menit
• Suhu: 38,10C

• BB • 16 kg

• TB • 108 cm
DIAGNOSIS BANDING

• Difteri
• Bronkitis
• Tonsilitis akut
PEMERIKSAAN PENUNJANG 7 November 2018
Pemeriksaan HASIL SATUAN NILAI NORMAL Ket.
Hematologi      
Hb 13,3 g/dL 11.5 – 16
Hematokrit 39,3 % 35 - 47
Eritrosit 4,970 10^6/cmm 3–6
Leukosit 18.600 cell/cmm 4000 – 11000
Trombosit 247.000 cell/cmm 150.000 - 450.000
       
Index Eritrosit   pg/ml  
MCV 79,0 fL  
MCH 26,7 pg  
MCHC 33,8 %  
       
Differential   pg/ml  
Basofil - % 0-1
Neutrofil 43 % 40-70
Limfosit 47 % 22-40
Eusinofil - % 2-4
Netrofil 10 % 4-8
• Swab/Kerokan selaput (minimal 3x)
hanya 1x, dilakukan kultur
Diagnosa Kerja
o S. Difteri
Penatalaksanaan Kasus
• Medikamentosa
- Infus maintenance Kaen 3B 17tpm
- Inj. ADS 40.000 KI IV diencerkan dengan PZ 200 cc selama 4
jam
- Inj. Penicillin procaine 1x1 juta UI dosis tunggal selama 10 hari
- Inj. Antrain 3 x 150 mg bila panas
- Eritromisin 500 mg 4x1 untuk profilaksis keluarga selama 7 hari
• Nonmedikamentosa
- Istirahat mutlak selama kurang lebih 2 minggu
- Pemberian cairan dan diet yang adekuat
- Tempatkan pada ruangan isolasi karena penyakit menular dan
berbahaya
- Edukasi keluarga untuk menggunakan APD seperti masker pada
setiap orang yang masuk ke ruangan rawat inap, membatasi
orang yang masuk ruangan, menghindari kontak langsung, dan
tidak menggunakan alat makan atau mandi yang sama
- Edukasi untuk memberikan vaksin difteri setelah 3-4 minggu
pasien sembuh
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Difteri merupakan Infeksi akut yang diperantarai
oleh bakteri Corynebacterium diphteriae dengan
membentuk pseudomembran atau selaput putih
keabuan pada mukosa dan atau kulit.
Tempat Infeksi
• hidung, tonsil dan faring, laring, serta kadang
pada kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga

Masa Inkubasi
• 2 - 5 hari

Penularan
• Kontak dengan karier atau seseorang yang
sedang menderita difteri melalui droplet (batuk,
bersin atau berbicara)
EPIDEMIOLOGI

Jumlah kasus difteri terus meningkat tiap tahunnya di Jawa Timur, yakni tahun 2004 15 kasus (4 meninggal), tahun 2005 52 kasus, tahun 2006 44
kasus (8 meninggal), tahun 2007 86 kasus (6 meninggal), tahun 2008 76 kasus (12 meninggal), tahun 2009 140 kasus (8 meninggal) dan tahun 2010
304 kasus (21 meninggal)3. Pada kurun waktu Oktober-November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya KLB Difteri, yaitu 1) Sumatera
Barat, 2) Jawa Tengah, 3) Aceh, 4) Sumatera Selatan, 5) Sulawesi Selatan, 6) Kalimantan Timur, 7) Riau, 8) Banten, 9) DKI Jakarta, 10) Jawa Barat, dan
11) Jawa Timur. Epidemiologis KLB Difteri menurut Kementrian Kesehatan sampai tanggal 25 Desember 2017 telah terkumpul data sebanyak 907
kasus yang terdeteksi (kumulatif selama tahun 2017) dimana 44 di antaranya meninggal dunia pada 164 Kabupaten kota dari 29 provinsi.
ETIOLOGI
• Corynebacterium diphteriae (basil Klebs-
Loeffler)  berbentuk batang, gram-
positif (basil aerob), tidak bergerak,
pleomorfik, club shaped (swelling at one
or both ends), tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, mati pada
pemanasan 60ºC, tahan dalam keadaan
beku dan basah kasar.
• Pewarnaan  terlihat dalam susunan
palisade, bentuk L atu V, atau
merupakan formasi mirip huruf cina.
• Media Tellurite  abu-abu hitam atau
media Loeffler  krem atau putih
kelabu
PATOFISIOLOGI
• Kuman C. diphtheria  eksotoksin
dan endotoksin
• Eksotoksin  protein dengan berat
molekul 62.000 dalton, tidak tahan
panas atau cahaya, mempunyai 2
fragmen yaitu fragmen A (amino-
terminal) dan fragmen B (karboksi-
terminal). Kemampuan suatu strain
untuk membentuk atau
memproduksi toksin dipengaruhi
oleh adanya bakteriofag, toksin
hanya bisa diproduksi oleh
C.diphtheriae yang terinfeksi oleh
bakteriofag yang mengandung
toxigene6
• Penetrasi  endositosis  inaktivasi
enzim translokasi  sintesis protein
berhenti dan sel mati
MACAM-MACAM DIFTERI
– Derajat ringan
• Difteri nasal
• Difteri kutis
• Difteri konjungtiva
– Derajat sedang
• Difteri tonsil dan faring
• Difteri laring dengan klinis minimal
– Derajat berat
• Difetri dengan pseudomembran meluas di luar tonsil
• Difteris disertai bullneck dengan penyulit atau komplikasi
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala umum : Panas yang tidak tinggi (sub-febris), 37,8oC – 38,9oC,
nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat, serta
sakit tenggorokan ringan/keluhan nyeri menelan.
• Gejala lokal : tonsil bengkak ditutupi bercak putih kotor, meluas,
semu (pseudomembran)  berdarah (dasar melekat)  menjalar
akhirnya kelenjar limfa leher bengkak  leher menyerupai sapi
(bullneck) atau disebut juga Burgermeester’s hals. Pesudomembran
akan meluas ke palatum molle, uvula, nasofaring, laring, trakea dan
bronkus dan dapat menyumbat saluran nafas .
• Gejala akibat eksotoksin :
– Kerusakan jaringan jantung  miokarditis sampai
decompensatio cordis;
– Saraf kranial  kelumpuhan otot palatum dan otot-otot
pernafasan dan pada ginjal menimbulkan albuminuria
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesa
• Panas ?
• Nyeri telan ?
• Bengkak leher ?
• Sesak nafas ?

Pemeriksaan Fisik
• Panas subfebris
• Periksa tonsil  pseudomembran (+)
• Nyeri telan
• Bull neck
• Sesak nafas
• Nyeri dada  miokarditis

Pemeriksaan Penunjang
• Identifikasi dengan fluorescent antibody technique
• Isolasi C. diphtheriae dengan pembiakan pada media loeffler  biakan kultur dengan
swab 2-3x berturut-turut
• Tes toksinogenisitas secara in vivo (marmot/kelinci) dan in vitro (tes elek)
DIAGNOSA BANDING
Difteri Hidung Diphtheria Kulit :
1. Rhinorrhea (common cold, sinusitis, 1. Impetigo
adenoiditis) 2. Infeksi o.k.
2. Benda asing dalam hidung streptokokus/stafilokokus.6
3. Snuffles (lues congenita).6

Difteri Faring dan Tonsilitis:


Difteri Laring : 1. Tonsilitis membranosa akuta oleh karena
1. Infectious croup yang lain streptokokus (tonsillitis akuta/septic sore
2. Spasmodic croup throat)
3. Angioneurotic edema pada laring 2. Mononucleosis infectiosa
4. Benda asing dalam laring.6 3. Tonsilitis membranosa non bakterial
4. Tonsillitis herpetika primer
5. Moniliasis
6. Blood dyscrasia
7. Pasca tonsilektomi.6
TATALAKSANA
Isolasi dan Karantina

• Sampai masa akut terlampaui ± 2-3 minggu

Pengobatan

• Umum
• Tirah baring 2-3 minggu
• Diet adekuat
• Pemeriksaan EKG hari ke 0, 3, 7, setiap minggu sampai 5 minggu
• Khusus
• ADS
• 20.000 KI i.m. untuk diphtheria ringan
• 40.000 KI i.v. untuk diphtheria sedang
• 80.000 KI i.v. untuk diphteria kombinasi lokasi
• 80.000 - 100.000 KI i.v. untuk diphtheria berat
• Antimikroba
• 50.000-100.000 KI/BB/hari selama 7-10 hari, bila alergi bisa diberikan eritromisin 40 mg/kg/hari
• Pengobatan penyulit
• Nebulizer
• Tracheostomi
• Pengobatan Carrier
• Eritromisisn 40 mg/kgBB/hari
• Imunisasi Aktif Difteri
KOMPLIKASI
• Komplikasi laringitis difteri dapat berlangsung cepat, pseudomembran
akan menjalar ke laring dan segera menyebabkan gejala sumbatan. Makin
muda pasien makin cepat timbul komplikasi ini.
• Miokarditis dapat mengakibatkan payah jantung atau dekompensasio
kordis.
• Kelumpuhan otot palatum molle, otot mata untuk akomodasi, otot faring
serta otot laring sehingga menimbulkan kesulitan menelan, suara parau
dan kelumpuhan otot-otot pernafasan.
• Albuminuria sebagai akibat dari komplikasi ke ginjal.
PENCEGAHAN
• Umum
Kebersihan dan pengetahuan tentang bahaya penyakit ini bagi
anak-anak dan orang tua.10
• Khusus
• Terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan carrier.10
• DPT untuk usia 2 bulan sampai < 7 th (3 dosis 0,5 ml IM)
booster usia 2 dan 6 tahun.
• DT untuk usia < 7 th dan TD untuk usia ≥ 7 th, jika belum
pernah di imunisasi diberikan 3 dosis imunisasi primer
vaksin difetri (dosis rendah) dg booster 3 tahun setelah
suntikan pertama dan selanjutnya 10 tahun.
PROGNOSIS

• Prognosa difteri umumnya tergantung


dari umur, virulensi kuman, lokasi dan
penyebaran membran, status imunisasi,
kecepatan pengobatan, ketepatan
diagnosis, dan perawatan umum.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai