Anda di halaman 1dari 20

Referat

Kanker Ovarium
Disusun oleh:
Irfandinata
217.041.010.84

Pembimbing:
dr. Musrah Muzakkar Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
RSUD MARDI WALUYO KOTA BLITAR
Pendahuluan
Globocan 2018
Anatomi
Martini F, et al 2012

Panjang 4 cm, lebar 1,5 cm, dan


tebal 1 cm.

Ovarium difiksasi oleh lig. latum,


lig. infundibulopelvikum, dan lig.
ovarii.

Arteri: a. ovari cabang dari aorta

Vena: vena cava inferior dan


vena renal

Saraf: aortic plexus setinggi T10


Histologi
Tortora GJ, 2009

• Epitel germinativum
• Tunika albuginea
• Korteks ovarium
• Medula ovarium
• Folikel ovarium
• Folikel de graaf
• Korpus luteum
Fisiologi
Tortora GJ, 2009
Definisi

• Kanker yang terbentuk


di jaringan ovarium
• Sebagian besar
kanker ovarium
adalah kanker epitel
ovarium
• Sering disebut
sebagai silent killer
Epidemiologi
Pada tahun 2018 kanker ovarium merupakan kanker
ginekologik ketiga terbesar penyebab utama kematian di
dunia dan menempati urutan ke-14 dari keseluruhan jenis
kanker. Tercatat 295.414 kasus baru dan 184.799
kematian akibat kanker ovarium di seluruh dunia pada
tahun 2018. Di Asia Tenggara, jumlah kejadian kanker
ovarium sebesar 27.205 dan 16.183 kematian pada tahun
2018. Tingkat kejadian berdasarkan standar usia (age-
standardised rate) berkisar 7,6 per 100.000 perempuan di
Asia Tenggara, angka ini diatas rerata dunia yaitu 6.6 per
100.000 perempuan
Etiologi
• Hipotesis incessant ovulation, ovulasi berulang menyebabkan trauma
pada epitel ovarium yang terjadi terus-menerus dan proliferasi yang
meningkat untuk memperbaiki sel epitel yang rusak sehingga dapat
memicu mutase spontan yang mendorong terjadinya karsinogenesis.
• Hipotesis gonadotropin, kadar gonadotropin yang tinggi seperti LH
dan FSH akan menstimulasi proliferasi epitel ovarium hingga
terjadinya keganasan.
• Hipotesis androgen, mestimulasi pembentukan kanker ovarium dan
progestin sebaliknya melindungi ovarium.
• Hipotesis inflamasi, kondisi inflamasi tertentu seperti endometriosis
dan PID dapat menstimulasi proses karsiogenesis.
• Hipotesis stromal ovarium, kegagalan apoptosis pada sel granulosa
dan sel teka setelah terjadinya ovulasi sehingga akan terus
memproduksi hormon steroid dapat menstimulasi proses
karsiogenesis
Faktor Risiko
Meningkatkan Menurunkan Meragukan
Herediter Reproduksi Obat fertilitas
Riwayat Ca Ovarium Keluarga Multipara Kegiatan fisik
Riwayat Breast Cancer Menyusui Merokok
Mutasi BRCA1 / BRCA2
Lynch syndrome
Reproduksi Hormonal  
Usia tua Kontrasepsi oral
Nullipara Progestin
Infertilitas
Hormonal Operasi  
Menarche dini Histerektomi
Menopause terlambat Ligasi tuba
HRT
Estrogen
Androgen
Inflamasi    
PID
Endometriosis
Lifestyle    
Obesitas
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Pasien dengan kanker ovarium biasanya asimptomatik atau tidak
merasa adanya keluhan (95%).

Beberapa keluhan yang timbul tidak spesifik seperti perut terasa


membesar akibat adanya massa, ascites, dan dispareunia. Massa
tumor pada pelvis merupakan salah satu manifestasi klinis yang penting
dalam mendiagnosis kanker ovarium.

Jika ditemukan ascites dan massa tumor padat dan irreguler maka
penting untuk dicurigai adanya keganasan.

Selain itu, kista ovarium dengan ukuran lebih dari 5cm perlu
diperhatikan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kanker ovarium
Diagnosis
• Anamnesis
Gejala desakan, gejala penyebaran, gejala hormonal. Gangguan
gastrointestinal dan gejala umum pada kanker
• Pemeriksaan Fisik
Vital Sign, ECOG, KPS, pemeriksaan ginekologik, palpasi abdominal
• Pemeriksaan Laboratorium
DL, fungsi hepar, fungsi ginjal, elektrolit, albumin, GD, fungsi homeostasis,
screening penyakit menular. Penanda Ca Ovarium: CA-125, CEA, HE4, CA
19-9
• Pencitraan
USG, CT-Scan
• Patologi Anatomi
Frozen section
Diagnosis
Stadium
Stadium Keterangan
I Tumor terbatas pada ovarium atau tuba fallopi
IA Tumor terbatas hanya 1 ovarium (kapsul intak) atau tuba falopi; tidak ada tumor pada permukaan ovarium atau tuba
falopi; tidak ada sel ganas pada cairan ascites atau bilasan peritoneum
IB Tumor pada kedua ovarium (kapsul intak) atau tuba falopi, tidak ada tumor pada permukaan ovarium atau tuba
falopi; tidak ada sel ganas pada cairan asites atau bilasan peritoneum
IC Tumor terbatas pada satu atau kedua ovarium atau tuba fallopi, yang diikuti dengan
IC1 Surgical spill (pecah saat operasi)
IC2 Kapsul pecah sebelum operasi atau tumor pada permukaan ovarium atau tuba fallopi
IC3 Sel ganas pada ascites atau bilasan peritoneum
II Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium atau tuba fallopi dengan perluasan ke panggul (sampai ke pelvic brim)
atau kanker peritoneum
IIA Perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba dan/atau kedua Ovarium

IIB Perluasan ke jaringan pelvis intraperitoneal


III Tumor mengenai satu atau kedua ovarium atau tuba fallopi atau kanker peritoneum yang secara sitologi atau
histologi terbukti menyebar ke peritoneum, di luar pelvis dan/atau metastase KGB retroperitoneal
IIIA Positif KGB retroperitoneal dan atau penyebaran mikroskopik keluar Pelvik
IIIA1 Positif KGB retroperitoneal hanya dibuktikan dari sitologi dan histologi
IIIA1(i) Metastase sampai 10mm dalam dimensi terbesar
IIIA1(ii) Metastase lebih dari 10mm dalam dimensi terbesar
IIIA2 Keterlibatan peritoneal ektra pelvik (diatas pelvic brim) secara mikroskopik, dengan atau tanpa positif KGB
retroperitoneal
IIIB Metastase peritoneal secara makroskopik diluar pelvik sampai 2 cm dalam dimensi terbesar dengan atau tanpa KGB
retroperitoneal positif
IIIC Metastase peritoneal diluar pelvik lebih dari 2 cm dalam dimensi terbesar (termasuk penyebaran tumor ke kapsul dari
hati dan limpa tanpa keterlibatan parenkim dari organ lain) dengan atau tanpa positif KGB retroperitoneal
IV Metastase jauh diluar metastase peritoneal
IVA Efusi pleura dengan sitologi positif
IVB Metastase parenkim dan metastase organ ekstra abdominal (termasuk KGB inguinal dan KGB diluar cavum
abdomen)
Klasifikasi
WHO 2014
Klasifikasi
WHO 2014
Tatalaksana
Komplikasi
• fatigue (75%),
• mual muntah (71%),
• konstipasi (49%),
• edema ekstremitas (44%),
• anemia (34%),
• ascites (28%),
• bowl obstruction (12%),
• efusi pleura (10%),
• obstruksi kandung kemih (3%),
• malnutrisi (9%)
Pencegahan
Prophylactic Bilateral Salpingo-Oophorectomy (PBSO) pada
pasien dengan mutasi genetik dan riwayat keluarga kanker
ovarium menunjukkan penurunan risiko terkena kanker
ovarium hingga 80%. Penelitian oleh Kauff et al,
menunjukkan hanya 3 dari 509 perempuan dengan mutasi
gen BRCA1 atau BRCA2 yang mengidap kaker ginekologik.
Meski demikian, pasien yang telah menjalani PBSO masih
beresiko (4%) untuk mengidap kanker peritoneal yang
secara genetic terkait dengan kanker ovarium. Setelah
menjalani prosedur PBSO, sangat disarankan untuk
melakukan pemeriksaan histologis tumor karena dapat
mendeteksi tumor pada stadium dini (>8% kasus).
Prognosis

Anda mungkin juga menyukai