Anda di halaman 1dari 44

Case Report

DEMAM TIFOID

Pembimbing:
dr. Leopold Simanjuntak, Sp. A

Disusun Oleh:
ANDI ATHAYA TENRI AMPARENG
1261050065

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 23 JULI – 29 SEPTEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
BAB I.
TINJAUAN
PUSTAKA
Demam Tifoid
DEFINISI
Demam tifoid adalah
Gejala utama :
penyakit infeksi sistemik
demam
bersifat akut
berkepanjangan (lebih
disebabkabn
dari 1 minggu)
Salmonella typhi
(2)
(1)

Penularan melalui
fecal oral
(3)
EPIDEMIOLOGI DEMAM
TIFOID
Rawan terjadi di
Angka kejadian Penularan
Indonesia dan 150/100.000 melalui rute
meningkat setiap tahun di oral - fekal
pada musim AmerikaSelatan
=
hujan dan 900/100.000
setiap tahun di jalur oro – fekal
“menurut
Kementerian RI Asia
2012”
(3) (1) (1)
ETIOLOGI
•Bakteri gram-negatif
•Antigen somatik (O)oligosakarida
•Flagel antigen (H)  protein
•Envelope antigen (K)  polisakarida
•Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel 
endotoksin
•Memperoleh plasmid faktor-R yang
berkaitan dengan resistensi terhadap
multiple antibiotik (1)
MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI
• Berbentuk batang, gram negatif, bergerak, tidak
berkapsul, tidak membentuk spora, memiliki fimbria
• Bersifat aerob dan anaerob fakultatif
• Ukuran antara (2-4) x 0,6 µm
• Suhu optimum tumbuh 37⁰C dengan PH antara 6 – 8
• Dapat hidup beberapa minggu di alam bebas (air, es,
sampah, dan debu)
• Reservoirhanya manusia (sedag sakit atau karier)

(4)
PATOGENESIS DEMAM TIFOID
4 proses kompleks ingesti organism
(1)

Bakteri bertahan
hidup dan Produksi
bermultiplikasi di enterotoksin 
makrofag meningkatkan
Penempelan Peyer’s patch, Bakteri bertahan kadar cAMP di
dan invasi sel-sel nodus limfatikus hidup di dalam dalam kripta usus
M. Peyer’s patch mesenterikus, aliran darah  keluarnya
organ0organ elektrolit dan air
ekstra intestinal ke dalam lumen
sistem intestinal
retikuloendotelial
PATOFISIOLOGI
S. typhi tertelan  bertahan dalam asam lambung 
masuk mukosa usus ileum terminalis

Bakteri melekat di mikrovili  melalui barier


(mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement,
dan internalisasi dalam vakuola intraseluler)

Menyebar ke sistem limfoid mesenterika  masuk


pembuluh darah melalui sistem limfatik

Bakteremia primer
LANJUTAN…
Bakteri menyebar ke seluruh tubuh dan
berkolonisasi dalam organ sistem
Jalur masuk bakteri ke dalam tubuh

retikuloendotelial

Replikasi dalam makrofag

Disebarkan kembali ke dalam sistem


perdarahan darah

Bakteremia sekunder dan menandai


berakhirnya periode inkubasi (demam,
sakit kepala, nyeri abdomen)
Bakteremia dapat menetap selama
beberapa minggu bila tidak
diobati dengan antibiotik
Peran endotoksin

•Stimulasi makrofag produksi


sitokin (hati, limpa, folikel
limfoma usus halus dan
kelenjar limfe mesenterika)
•Nekrosis sel, sistem vaskular
tidak stabil, demam, depresi
sumsum tulang, kelainan
darah, stimulasi imunologik
Gejala klinis
Pada anak, inkubasi demam tifoid 5-40
hari  rata-rata 10-14 hari

Khas demam tifoid “step-ladder


temperature chart”

Tanpa diobati, bisa 3 sampai 4 minggu


Darah
perifer
Lengkap

Pemeriksaan
Laboratorium

Serologi Uji Widal


Terapi optimal Obat alternatif
Kepekaan Antibiotik Dosis Lama Antibiotik Dosis Lama
harian pemberian harian pemberia
(mg/kg (hari) (mg/kg n (hari)
BB) BB)

Sensitif Fluorokuino 15 5-7 Kloramfenikol 50-75 14-21


lon Amoksisilin 75-100 14
TMP – SMX 8-40 14

MDR Fluorokuino 15 5-7 Azitromisin 8-10 7


lon atau 15-20 7-14 Sefiksim 15-20 7-14
Sefiksim

Resisten Azitromisin 8-10 7 Sefiksim 20 7-14


kuinolon atau 75 10-14
Seftriakson
BAB II.
DATA
SUBJEKTIF
DATA SUBJEKTIF

I.Identitas Pasien
• MR No. : 00.07.69.43
• Nama : An. F
• Tanggal lahir : 20/03/2015
• Umur : 3 tahun 4 bulan
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Agama : islam
• Pendidikan : -
• Alamat : Dewi Sartika
• Anamnesis ( 25/07/2018 )

• Keluhan Utama : Demam

• Keluhan tambahan : Lemas, mual, tidak nyaman di


perut
Riwayat Penyakit Sekarang

Banyak minum air putih


Demam sejak 5 hari
dan berobat ke bidan Lemas, tidak aktif. Mual
SMRS, naik turun,
(paracetamol syr 3x1), (+) muntah (-), tidak
terutama sore ke
sempat demam turun nyaman di perut
malam
tetapi naik kembali

BAB 12 jam SMRS,


Kebiasaan jajan cilor,
Nafus makan warna kuning
es potong dan
berkurang, makan dan kecoklatan, lembek,
gorengan di warung
minum sedikit darah (-) lendir (-). BAK
dekat rumah
tidak ada keluhan
• Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien sudah pernah mengalami keluhan demam seperti


ini sebelumnya 1 tahun yang lalu dan dirawat.

• Riwayat Penyakit Keluarga

• Anggota keluarga pasien tidak pernah mengalami


keluhan yang sama dengan pasien.

• Riwayat Kehamilan :

• Sakit selama hamil (-), demam (-), kuning (-), keputihan (-),
perut tegang (-), BAK sakit dan anyang-anyangan (-),
kencing manis (-), dan darah tinggi (-).
Riwayat Kelahiran :

• Cara lahir : Spontan

• Tempat lahir : Rumah Sakit

• Ditolong oleh : Dokter

• Masa gestasi : Cukup bulan

• Berat lahir : 3300 gram

• Panjang lahir : 47 cm

• Lahir normal, langsung menangis, sianosis (-), kejang (-),nilai APGAR


8/9

Kelainan bawaan :

• Tidak ada.
• Riwayat tumbuh kembang:

Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

Gangguan perkembangan mental : Tidak ada

Psikomotor :

* Tengkurap : 4 bulan

* Duduk : 6 bulan

* Berdiri : 9 bulan

* Berjalan : 13 bulan

* Berbicara : 12 bulan

* Membaca/menulis : - (menggambar)

• Kesan : Tumbuh dan kembang anak normal


RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

BCG 2 bulan
4 bulan &
DPT / DT 2 bulan 6 bulan 18 bulan
2 bulan & 6 bulan &
POLIO 0 bulan 4 bulan 18 bulan
Campak 9 bulan 24 bulan 6 tahun
1 bulan & 2
Hepatitis B 0 bulan bulan 6 bulan
MMR 15 bulan

Imunisasi dasar lengkap sesuai menurut IDAI 2014


Riwayat makanan
0-6 bulan ASI eksklusif dengan durasi tiap menyusui ± 15 menit dengan frekuensi
tiap 3-4 jam sekali, hisapan kuat payudara kanan dan kiri.
6 – 12 bulan ASI dengan durasi tiap menyusui ± 15 menit dengan frekuensi tiap 3-4
jam sekali, hisapan kuat payudara kanan dan kiri
Susu formula 40cc 3 kali sehari
Pagi : bubur saring + sayur bayam + 1 biji telur = 1 pporsi (mangkuk
anak)
Siang : bubur saring + sayur brokoli + ½ potong ikan nila = 1 porsi
(mangkuk anak)
Sore : bubur saring + wortel + ½ potong lele = 1 porsi (mangkuk anak)
Selingan makan pagi dan siang diberi biscuit 3-4 biji

12 bulan – 2 Susu formula 190cc 3 kali sehari


tahun Pagi : nasi + sayur bayam + 1 biji telur = 1 porsi (mangkuk anak)
Siang : nasi + sayur brokoli + ½ potong ikan nila = 1 porsi (mangkuk
anak). Buah jeruk 1 buah / buah pisang 1 buah
Malam : nasi + wortel + ½ potong lele = 1 porsi (mangkuk anak)
2 tahun - Susu formula 200cc 3 kali sehari
sekarang Pagi : nasi + sayur bayam + telur dadar = 1 porsi dewasa
Siang : nasi + sayur brokoli + 1 ekor ikan nila = 1 porsi dewasa.
Buah jeruk 1 buah / buah pisang 1 buah / 4 buah potong pepaya
Malam : nasi + wortel + 1 ekor lele = 1 porsi dewasa

Kesimpulan : Tahapan makanan tidak sesuai usia.


Kualitas dan kuantitas cukup.
• PEMERIKSAAN FISIK

• Pemeriksaan saat pertama datang ke IGD ( 25/07/18),


• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : kompos mentis
• Tekanan darah : 100/70 mmHg
• Denyut Nadi : 72 x/menit (reguler, kuat
angkat, isi cukup)
• Frekwensi Pernafasan : 20 x/menit (reguler)
• Suhu tubuh : 37,9 oC (aksila)
• Data Antropoemetri
- Berat Badan : 16 kg
- Tinggi Badan : 96 cm
- Lingkar Lengan Atas : 17 cm
Status gizi
• Menurut WHO
• BB/U: 16 kg/ 3 th 4 bln = > +3 SD
 Berat Badan Lebih

• TB/U: 96 cm/ 3 th 4 bln = 0 < x < +2 SD


 Tinggi Badan Normal

• BMI = 16kg/(0,96cm)2 = 1 < x < +2  Risiko Gizi


Lebih
• Kesan = Risiko Gizi Lebih
• Kepala
• Kepala : Normocephali (LK= 47,5 cm)
• Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva tidak pucat, kelopak
mata cekung -/-, sklera ikterik -/-,
pupil isokor 3mm/3mm, refleks
cahaya +/+, oedem palpebra -/-
• Telinga : Normotia, liang telinga lapang
+/+, serumen -/-, sekret -/-
• Hidung : Cavum nasi lapang, sekret -/-,
deviasi septum -, pernafasan
cuping hidung -
• Bibir : Mukosa bibir lembab, sianosis -
• Gigi geligi : Tidak ada kelainan
• Lidah : Coated tongue -
• Tonsil : T1 – T1, hiperemis -/-
• Faring : Mukosa hiperemis (-)
• Leher : Kelenjar Getah bening teraba
membesar
• Dada
• Paru
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
kanan dan kiri, Retraksi sela iga(-)
• Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan
kiri
• Perkusi : sonor/sonor
• Auskultasi : Bunyi napas dasar bronkiale
Ronki -/-, Wheezing -/-
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba di IC IV lateral
midclavicula sinistra
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler,
murmur -, gallop -
• Abdomen
• Inspeksi : Perut tampak datar
• Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
• Palpasi : supel, nyeri tekan (+)
epigastrium , hepar dan limpa tidak teraba
membersar
• Perkusi : Nyeri ketuk -, timpani
• Kulit : Ruam kemerahan
• Ekstremitas : Kiri Kanan
Atas Akral hangat, sianosis (-), Akral hangat, sianosis (-),
Capillary Refill Time <2 detik, Capillary Refill Time < 2
55555 detik, 55555
Bawah Akral hangat, sianosis (-), Akral hangat, sianosis (-),
Capillary Refill Time < 2 Capillary Refill time < 2
detik, 55555, edema detik, 55555, edema
• Pemeriksaan Neurologis
• Nervus Cranialis
Tidak dilakukan
• Reflek Fisiologis
Tidak dilakukan
• Reflek Patologis
Tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang
24/07/2018 di IGD
Laboratorium :
• Hemoglobin = 11, 4 g/dL
• Hematokrit = 35,4 %
• Leukosit = 10.800 / uL
• Trombosit = 364.000 / uL

• Kesan = Normal
• Diagnosa Kerja

• Demam Tifoid

• Penatalaksanaan

• Rawat inap

• Diet : Lunak

• IVFD : Ringer Laktat 12 tetes permenit (makro)

• MM :
– Ceftriaxone 2 x 650 mg (injeksi)
– Ranitidine 2 x 15 mg (injeksi)
– Sanmol syrup 3 x 1 ½ cth (oral)
• PEMERIKSAAN ANJURAN
• Tes Widal
• PROGNOSIS
• Ad Vitam : Bonam
• Ad Fungsionam : Bonam
• Ad Sanationam : Bonam
BAB III.
ANALISA KASUS
Telah di rawat pasien An. F usia 3 tahun 4 bulan jenis kelamin
perempuan pada tanggal 25 Juli 2018 di bangsal Anggrek RSU
UKI. Pada hari pertama datang ke IGD RSU UKI pasien didiagnosa
dengan demam tifoid. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang ditemukan pada tanggal 25 Juli 2018 :
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
 Demam sejak 5 hari, demam dirasakan saat sore  Keadaan umum tampak sakit sedang
menjelang malam hari.  Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
 Lemas  Frekuensi nadi 72 x/ menit
 Nafsu makan berkurang  Frekuensi nafas 20 x / menit
 Perut kanan atas sakit.  Suhu 37.9˚C
 Riwayat jajan di luar (+)  Berat badan : 16 kg
 Tinggi badan : 96 cm
 Kepala : coated tongue (-)
 Abdomen : dinding perut tampak datar,supel (+),
nyeri tekan (-) kuadran kanan atas, hati dan limpa
tidak teraba membesar, timpani (+), nyeri ketok
(-).
 Pada pemeriksaan kulit tidak didapatkan ruam
kemerahan.
Diagnosa sudah dapat ditegakkan dengan pasti
karena sudah dibuktikan dengan pemeriksaan
Widal. Pemeriksaan Widal dikatakan positif
apabila terjadi peningkatan titer O ≥ 1/ 320.

• Hemoglobin 11,4 g/dL • Pemeriksaan Widal :

• Leukosit 10.800 / uL • S. Typhose H (-)

• Hematokrit 35,4 % • S. Paratyphi A H (-),

• Trombosit 364.000 / uL • S. Paratyphi B H (-),

• S. Paratyphi C H + (1/160),

• S. Typhose O

• + (1/320),

• S. Parathypi A O + (1/320),

• S. Paratyphi B O + (1/320),

• S. Paratyphi C O (-)
• Dosis seftriakson 2 x • Antipiretik sudah
650 mg sesuai
• Dosis seftriakson • 3 x 7,5 cc dengan
100mg/kgBB dibagi rata – rata dosis
dalam 1 atau 2 dosis harian yang
(maksimal 4 gram/ dibutuhkan adalah
hari) selama 5 – 7 160 mg – 240 mg.
hari
• 16 kg  2 x 800 mg
• Diet lunak • Rencana terapi
pulang:
• BBI x RDA
• Sefiksim (inj) 
(8 + 2N) x 102 kkal = seftriakson (oral)
1428 kkal
DAFTAR
PUSTAKA
1. Soedormo SPS, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatrik Tropis. Edisi kedua. Cetakan ketiga. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
2012. 338 – 46.
2. Suryantini, Daud D. Perawatan Singkat Demam Tifoid pada Anak. Sari
Pediatri. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS, Makassar, Vol. 3, No. 2,
September 2001. 77-82.
3. Nuruzzaman H, Syahrul F. Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid Berdasarkan
Kebersihan Diri dan Kebiasaan Jajan di Rumah. Jurnal Berkala Epidemiologi.
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga, Surabaya, Vol. 4, No. 1, Januari 2016. 74-86.
4. Pedoman Pengendalian Demam Tifoid Menteri Kesehatan Republik
Kesehatan. Diunduh dari:
www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3642006.pdf. 2006.
5. Gianella RA. Chapter 21. Salmonella. In : Microbiology. 4th Edition. Baron,
editor. Medical University of Texas Medical Branch at Galveston : 1996
6. Lowth M, Bonsall A. Typhoid and Parathypoid Fever. Available at :
https://patient.info/doctor/typhoid-and-paratyphoid-fever-pro. 2015.
7. Karyanti MR. Pemeriksaan Diagnostik Terkini Demam Tifoid. Dalam : Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders.
Penyunting : Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG.
Departemen Ilmu Kesehatan ANAK FKUI RSCM. Jakarta 2012. 1 – 8. ISBN 978 –
979 – 827 – 141 – 0
8. Prayitno A. Pilihan Terapi Antibiotik Untuk Demam Tifoid. Dalam : Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders.
Penyunting : Hadinegoro SR, Kadim M, Devaera Y, Idris NS, Ambarsari CG.
Departemen Ilmu Kesehatan ANAK FKUI RSCM. Jakarta 2012. 9 - 15. ISBN 978 –
979 – 827 – 141 – 0.

Anda mungkin juga menyukai