Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID FEVER

DISUSUN OLEH:

INDAH GITA CAHYANI

P27220017018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2019/2020
A. Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu,
gangguan
pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Pertimbangkan demam tifoid
pada anak yang demam dan memiliki salah satu tanda seperti diare,
muntah, nyeri perut, dan sakit kepala. Hal ini terutama bila demam telah
berlangsung selama 7 hari atau lebih (Sodikin, 2011).
Demam typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh
panas yang berkepanjangan, ditopang dengan bacteremia tanpa
keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa,
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain
melalui makanan atau air yang terkontaminasi. (Nurarif dan Kusuma,
2015)

B. Etiologi
Etiologi dari demam tifoid adalah salmonella typhi, termasuk
dalam genus salmonella. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang,
tidak membentuk spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap
berbagai bahan kimia, tahan beberapa hari / minggu pada suhu kamar,
bahan limbah, bahan makan kering, bahan farmasi dan tinja. Salmonella
mati pada suhu 54.4° C dalam 1 jam, atau 60° C dalam 15 menit.
(Widagdo, 2011)
Salmonella typhisama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri
Gram-negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk
spora, fakuitatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelarantigen(H) yang terdiri dari protein dan envelope
antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular
lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapisan luar dari dinding sel
dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhijuga dapat memperoleh
plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple
antibiotic (Nurarif dan Kusuma, 2015)

C. Manifestasi Klinik (Nurarif dan Kusuma, 2015: 239)


1. Gejala pada anak: inkubasi 5-40hari dengan rata-rata 10-14hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani
akan menyebabkan syok, stupor dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah,diare,konstipasi
7. Pusing,brakikardi,nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta
tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali,meteroismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi
muda sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan
hipotermia.
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
D. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hidayati (2016), pemeriksaan penunjang typhoid, antara lain :
1. Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan
darah tepi dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis,
walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh dari demam typhoid.
3. Tes Widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Typhoid. Akibat
adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat
antibody (aglutanin).
4. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah
negatif tidak menyingkirkan demam typhoid, karena pada
pemeriksaan minggu pertama penyakit berkurang dan pada minggu-
minggu berikutnya pada waktu kambuh biakan akan positif lagi.

E. Penatalaksanaan
Menurut Hidayati (2016), penatalaksanaan peyakit typhoid, antara lain :
1. Tirah baring atau bed rest.
2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan
buahan), kecuali komplikasi pada intestinal.
3. Obat-obat :
a) Antimikroba :
1) Kloramfenikol IV 500 mg/6 jam
2) Tiamfenikol oral 500 mg/6j jam
3) Kotrimoksazol 2 X 2 tablet sehari oral (1 tablet = sulfametoksazol
400 mg + trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama iv, dilarutkan
dalam 250 ml cairan infus.
4) Ampisilin atau amoksisilin 100 mg/kg BB sehari oral/iv, dibagi
dalam 3 atau 4 dosis. Antimikroba diberikan selama 14 hari atau
sampai 7 hari bebas demam.
b) Antipiretik seperlunya
c) Vitamin B kompleks dan vitamin C
4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam.
Pathway (NANDA NIC-NOC, 2013)

Kuman Salmonella Lolos dari asam


thypi yang masuk ke lambung
saluran gastrointestinal

Bakteri masuk Malaise, perasaan tidak


usus halus enak badan, nyeri
abdomen

Pembuluh Inflamasi Komplikasi intestinal:


Limfe perdarahan usus, perforasi
usus(bagian distal ileum),
Pererdaran Masuk retikulo peritonitis
darah(bakteremia endothelial (RES)
primer) terutama hati dan
limfa

Inflamasi pada Masuk aliran darah


Empedu
hati dan limfa (bakteremia
sekunder)
Rongga usus pada
kel.Limfoid halus Endoktosin

Terjadi kerusakan sel


Hepatomegali Pembesaran limfa

Nyeri tekanx Nyeri Merangsang melepas zat


Splenomegali epirogen oleh leukosit
Akut

Mempengaruhi pusat
Lase plak payer Penurunan mobilitas thermoregulator
usus dihipotalamus

Erosi
Hipertermi
Penurunan perstaltic
Konstipasi Peningkatan asam
lambung

Resiko kekurangan
volume cairan Anoreksia mual
muntah

Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri nutrisi kurang dari tubuh

Komplikasi perforasi
dan perdarahan usus

F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. identitas
1) identias pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, agama, status, pendidikan, pekerjaan, alamat, no
rekam medik, diagnosa medis
2) identitas penanggung jawab meliputi nama, tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, agama, status, pendidikan, pekerjaan,
alamat, hubungan dengan pasien
b. riwayat kesehatan meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga
c. pola kesehatan fungsional (Gordon) meliputi pola persepsi-
pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat
dan tidur, pola personal hygine, pola aktivitas, pola kognitif dan
persepsi, pola konsep diri, pola hubungan dan peran, pola seksual
dan reproduksi, pola koping terhadap stres, dan pola keyakinan dan
kepercayaan
d. pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum berupa keadaan
umum dan kesadaran umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head
to toe
e. pemeriksaan penunjang
pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll yang menunjang
pemeriksaan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
c. Resikokekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah

3. Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan a. Memantau TTV a. Mengetahui
tindakan perkembangan
keperawatan suhu tubuh
selama ..x24 jam pasien
diharapkan b. Melakukan b. Mempercepat
masalah hipertermi tindakan evaporasi
teratasi dengan kompres
kriteria hasil : c. Edukasi pasien c. Mempercepat
a. Berkeringat untuk penurunan panas
ketika panas meningkatkan dalam tubuh
b. Penurunan suhu intake cairan
kulit saat diraba d. Kolaborasi d. Mempercepat
c. Suhu tubuh dengan dokter kesembuhan
dalam rentang dalam pasien
normal pemberian
antipiretik
2. Setelah dilakuka a. Kaji status a. Untuk
tindakan nutrisi pasien mengetahui
keperawatan status nutrisi
selama ..x24 jam pasien
nutrisi kurang b. Beri diet lunak b. Memudahkan
teratasi dengan pasien dalam
kriteria hasil: mengunyah
a. Intake nutrisi c. Edukasi pasien c. Meningkatkan
tercukupi untuk makan intake nutrisi
b. Asupan sedikit tapi
makanan dan sering,
cairan tercukupi
d. Kolaborasi d. Memberikan diet
dengan ahli gizi yang tepat
untuk
menentukan diet
yang tepat
3. Setelah dilakukan a. Monitor status a. Mengetahui
tindakan hidrasi status hidrasi
keperawatan (kelembaban pasien
selama ..x24jam membran
defisit volume mukosa, nadi
cairan teratasi adekuat, tekanan
dengan kriteria darah ortostatik )
hasil: b. Berikan cairan b. Memenuhi intake
- Tidak ada tanda oral cairan
tanda dehidrasi, c. Dorong keluarga c. Membantu pasien
- Intake oral dan untuk membantu makan
intravena pasien makan
adekuat d. Kolaborasi d. Memenuhi
pemberian kebutuhan cairan
cairan IV pasien

4. Implementasi
Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan
intervensi yang telah disusun

5. Evaluasi
Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan apakah sudah memenuhi
kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: MediAction

Nurarif, Amin huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Jogjakarta:
MediAction

Tim pokja SDKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:


Definisi dan Indikator Dragnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Sam. 2011. Panduan Penulisan Diagnosa Keperawatan UAP

Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan


Hepatobilier.Jakarta: Salemba Medika

Widagdo. 2011. Masalah Dan Tata Laksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:

Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai