Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPOID

A. Pengertian
Demam typoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan karena adanya
kontaminasi antara bakteri Salmonella typhi dengan makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Bakteri Salmonella Typhi ini biasanya menyerang saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
serta dapat pula disertai dengan gangguan kesadaran (Susilaningsih, 2016).
Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi yang hanya menginfeksi pada manusia. Tanda
yang sering terjadi adalah demam tinggi lebih dari satu minggu atau demam yang
berkepanjangan dan dapat mengakibatkan gangguan kesadaran. Masa inkubasi
kuman Salmonella Typhi antara 7-20 hari, namun ada juga yang memiliki masa
inkubasi paling pendek yaitu 3 hari dan paling panjang 60 hari (Marni, 2016).

B. Penyebab dan faktor predisposisi


Salmonella Typhi merupakan kuman gram negatif yang tidak
menghasilkan spora, kuman tersebut akan mati pada suhu 70°C dan dengan
antiseptik. Salmonella Typhi memiliki tiga macam antigen, yaitu Antigen O
(Ohne = somatik yang tidak menyebar dan terletak dalam dinding sel kuman),
Antigen H (Hauch = menyebar terdapat pada dinding flagella serta bersifat
termolabil), Antigen Vi ( kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
antigen terhadap fagositosis. Ketiga antigen ini di manusia akan menimbulkan
tiga macam antibodi yang biasa disebut aglutinin (Wijayaningsih, 2013).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan demam typoid diantaranya adalah
lingkungan yang kumuh (biasanya lingkungan ini padat penduduk), sanitasi
lingkungan yang buruk, ketersediaan air bersih yang tidak adekuat, tingkat
kehidupan sosial ekonomi yang rendah, kurangnya pengetahuan, serta tidak
diterapkannya perilaku hidup bersih dan sehat (Marni, 2016).

C. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis demam typoid yang lain dikemukakan oleh Lestari
(2016) antara lain :
1) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, dimana terjadi
kenaikan suhu yang sangat tinggi. Pada minggu pertama suhu akan menurun
dipagi hari dan akan kembali naik pada malam hari, minggu kedua penderita
demam typoid akan terus berada pada kondisi demam, sedangkan pada minggu
ketiga demam yang dialami penderita akan berangsur turun dan kembali normal.
2) Gangguan sistem Pencernaan
Pada penderita demam typoid nafas akan terasa tidak segar, bibir kering dan
pecah-pecah serta terdapat kemerahan. Pada bagian perut atau abdomen akan
teraba kembung. Kemudian pada kasus yang parah, hati dan limpa akan terjadi
pembengkakan disertai peradangan.
3) Gangguan kesadaran
Pasien yang menderita demam typoid kesadarannnya akan cenderung menurun,
yaitu apatis dan somnolen. Jarang sekali terjadi kemungkinan koma, sopor
ataupun gelisah (kecuali pada kasus tertentu dimana penyakit tersebut sudah
dalam kondisi yang berat dan lambat dalam penanganannya).
4) Gangguan integumen
Pada area punggung dan ekstremitas akan ditemukan bintik-bintik merah karena
adanya emboli didalam kapiler kulit, hal ini akan ditemukan pada minggu
pertama demam dan terkadang disertai dengan takikardi maupun epitaksis.
5) Relaps
Relaps merupakan kata lain dari kekambuhan atau berulangnya gejala penyakit
demam typoid, namun keadaan ini akan berlangsung secara singkat dan lebih
ringan. Kondisi ini akan terjadi pada minggu kedua. Menurut sebuah teori, relaps
pada kondisi demam typoid terjadi karena terdapat hasil di dalam organ yang
tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat ataupun zat anti.

D. Patofisiologi
Demam typoid disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi yang masuk ke saluran
pencernaan kemudian masuk ke usus halus dan menyebabkan inflamasi sehingga
menimbulkan komplikasi pada saluran pencernaan. Inflamasi yang masuk ke
pembuluh darah limfe akan menyebabkan gangguan pada peredaran darah
sehingga kuman Salmonella Typhi akan masuk ke hati dan limfa. Inflamasi yang
terjadi pada hati dan limfa akan mengakibatkan terjadinyaa hepatomegali dan
pembesaran pada kelenjar limfe. Hepatomegali dapat mengalami erosi maka
terjadilah perdarahan masif dan menimbulkan rasa nyeri. Bakteri yang telah
masuk ke dalam pembuluh darah akan mengakibatkan kerusakan sel serta
merangsang pelepasan zat epiroggen oleh leukosit, hal ini berpengaruh terhadap
pusat termoregulasi di hipotalamus sehingga timbulah gejala demam. Pada
pembesaran limfe yang terjadi berakibat pada mobilitas usus dan peristaltik usus
menurun serta menimbulkan peningkatan asam lambung yang menimbulkan
masalah konstipasi dan anoreksia (Huda, 2016).
E. Pathway

Kuman salmonella typhi yang


Lolos dari asam lambung
masuk ke saluran gastrointestinal

Bakteri masuk ke usus halus

Komplilasi intestinal
Peredaran darah (Bakteremia primer) inflamasi (Perdarahan usus, perforasi,
peritonitis)

Masuk retikulo endothelial (RES) terutama hati dan limfe

Inflamasi pada hati dan limfa Masuk ke aliran darah (Bakteremia Sekunder)

Hepatomegali Pembesaran limfe Endotoksin

Lase plak peyer terjadi erosi Splenomegali Terjadi kerusakan sel

Perdarahan masif Penurunan mobilitas usus


Merangsang pelepasan zat epirogen oleh
leukosit
Penurunan peristaltic
Komplikasi perforasi
usus
dan perdarhan usus
Mempengaruhi pusat thermoregulasi di
hipotalamus
Peningkatan asam
lambung

Resiko Defisit
Nyeri Akut Hipertermia
perdarahan Anoreksia (mual muntah) Pengetahuan

Resiko ketidakseimbangan ( Huda, 2016)


volume cairan
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita demam typoid yang dikemukakan WHO
(2005) dalam Sodikin (2011) adalah:
1) Kloramfenikol = 50-100 mg/kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis per oral atau
intravena selama 10-14 hari
2) Amoksisilin = 100 mg/kg BB/ hari per oral atau ampisilin intravena selama 10
hari atau kortimoksazol 8 mg/kg BB/ hari (dibagi 2 dosis per oral selama 10
hari)
3) Apabila gejala klinis tidak menunjukkan ada perbaikan, gunakan sefalosporin
seperti sefriakson 80mg/ kg BB secara IM/IV 1 kali dalam sehari, selama 5-7
hari.
4) Atau seiksime oral 20 mg/kg BB/hari, dibagi 2 dosis selama 10 hari). Jika anak
demam > 39°C berikan parasetamol dan lakukan pemantauan terhadap
munculnya komplikasi.
Istirahat dan tidur juga penting bagi penderita demam typoid dengan
tujuan tidak memunculkan komplikasi yang tidak diinginkan. Selama masih
demam pasien akan dianjurkan bedrest total oleh tenaga kesehataan, oleh karena
itu diperlukan pemantauan personal hygiene pasien serta kebersihan yang teratur
pada lingkungan tempat tidur pasien guna mempercepat proses penyembuhan.
Posisi pasien selama melakukan bedrest total juga perlu diperhatikan supaya tidak
mengalami dekubitus. Pada minggu pertama pasien akan dianjurkan istirahat
sampai demam yang dialami turun, pada minggu kedua pasien bedrest supaya
tidak terjadi perdarahan usus. Selain istirahat dan tidur juga diperlukan diet dan
terapi penunjang lain dengan tepat, karena apabila gizi tidak diperhatikan maka
proses penyembuhan juga akan terhambat. Pemberian bubur saring sangat
dianjurkan dengan tujuan supaya menghindari adanya komplikasi perdarahan
usus, setelah bebas demam bubur yang dikonsumsi bisa sedikit kasar selama dau
hari lalu beralih ke nasi tim. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa pemberian
makanan padat secara dini denga lauk rendah selulosa atau menghindari
sementara sayuran berserat (Setiati dkk, 2017).

G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaukan pada kasus demam typoid
adalah dengan pemeriksaan darah lengkap serta uji Widal yang digunakan untuk
mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri Salmonella Typhi. Uji Widal
dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam
tyfoid. Anti Salmonella Typhi IgM dilakukan untuk mendeteksi secara dini
infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi, karena antibody IgM
muncul pada hari ke 3 dan ke 4 terjadinya demam.

H. Pengkajian focus (pengkajian riwayat kesehatan, perubahan pola fungsi,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang terfokus pada kasus)
1. Anamnesis
- Lama demam
- Sifat demam
- Skala nyeri
2. Pemeriksaan fisik
- Observasi kondisi umum
- Observasi vital sign
- Kaji adanya petichie
- Kaji perubahan suhu tubuh
- Kaji turgor kulit
- Kaji adanya nyeri sendi
3. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan widal dan uji darah lengkap
I. Diagnose keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan prosees penyakit (00130)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera bilogis (0077)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan manajemen proses penyakit (0011)

J. Perencanaan
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
tindakan keperawatan a. Observasi
diharapkan status - Monitor suhu tubuh
Termoregulasi pasien - Monitor komplikasi
membaik dengan KH: akibat hipertermia
a. Menggigil menurun b. Terapeutik
b. Pucat tidak ada - Berikan lingkungan
c. Suhu tubuh yang nyaman
Hipertermia
membaik - Lakukan kompres pada
berhubungan
ketiak atau lipatan paha
dengan prosees
- Tingkatkan sirkulasi
penyakit (00130)
udara
- Berikan oksigen, jika
perlu
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
- Berikan terapi sesuai
program
Setelah dilakukan Manajemen Nyeri:
tindakan keperawatan
a. Observasi
diharapkan tingkat nyeri
klien dapat berkurang - Identifikasi skala nyeri

dengan KH - Identifikasi respon nyeri

- Keluhan nyeri non verbal

menurun b. Terapeutik

- Diaforesis menurun - Kontrol lingkungan yang

- Muntah menurun memperberat nyeri


Nyeri Akut
- Berikan tehnik non
berhubungan - Mual menurun
farmakologi untuk
dengan agen cedera
mengurangi rasa nyeri
bilogis (0077)
( pijat atau aromaterapi )

c. Edukasi

- Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Manajemen Deman


berhubungan tindakan a. Observasi
dengan manajemen keperawatan - Identifikasi kesiapan dan
proses penyakit diharapkan tingkat kemampuan menerima
(0011) pengetahuan informasi
keluarga pasien b. Terapeutik
meningkat dengan - Sediakan media penkes
KH: - Jadwalkan penkes sesuai
- Perilaku sesuai kesepakatan
anjuran cukup - Berikan kesempatan
meningkat untuk bertanya
- Perilaku sesuai c. Edukasi
dengan - Jelaskan cara mengukur
pengetahuan suhu tubuh
- Persepsi yang - Ajarkan cara
keliru terhadap memberikan kompres
masalah hangat
- Anjurkan intake cairan
yang adekuat
- Anjurkan pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan. Indonesia Edisi I

Tim Pokja SLKI DPP PPNNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan. Indonesia Edisi I

Tim Pokja SIKI DPP PPNNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan. Indonesia Edisi I

Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis Yogyakarta: Penerbit
Erlangga.

Setiati, S. Alwi, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., Syam, A. F. 2017. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV Trans


Info Media.

Anda mungkin juga menyukai