DEMAM TYPOID
A. Pengertian
Demam typoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan karena adanya
kontaminasi antara bakteri Salmonella typhi dengan makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Bakteri Salmonella Typhi ini biasanya menyerang saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan
serta dapat pula disertai dengan gangguan kesadaran (Susilaningsih, 2016).
Demam typoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi yang hanya menginfeksi pada manusia. Tanda
yang sering terjadi adalah demam tinggi lebih dari satu minggu atau demam yang
berkepanjangan dan dapat mengakibatkan gangguan kesadaran. Masa inkubasi
kuman Salmonella Typhi antara 7-20 hari, namun ada juga yang memiliki masa
inkubasi paling pendek yaitu 3 hari dan paling panjang 60 hari (Marni, 2016).
C. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis demam typoid yang lain dikemukakan oleh Lestari
(2016) antara lain :
1) Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, dimana terjadi
kenaikan suhu yang sangat tinggi. Pada minggu pertama suhu akan menurun
dipagi hari dan akan kembali naik pada malam hari, minggu kedua penderita
demam typoid akan terus berada pada kondisi demam, sedangkan pada minggu
ketiga demam yang dialami penderita akan berangsur turun dan kembali normal.
2) Gangguan sistem Pencernaan
Pada penderita demam typoid nafas akan terasa tidak segar, bibir kering dan
pecah-pecah serta terdapat kemerahan. Pada bagian perut atau abdomen akan
teraba kembung. Kemudian pada kasus yang parah, hati dan limpa akan terjadi
pembengkakan disertai peradangan.
3) Gangguan kesadaran
Pasien yang menderita demam typoid kesadarannnya akan cenderung menurun,
yaitu apatis dan somnolen. Jarang sekali terjadi kemungkinan koma, sopor
ataupun gelisah (kecuali pada kasus tertentu dimana penyakit tersebut sudah
dalam kondisi yang berat dan lambat dalam penanganannya).
4) Gangguan integumen
Pada area punggung dan ekstremitas akan ditemukan bintik-bintik merah karena
adanya emboli didalam kapiler kulit, hal ini akan ditemukan pada minggu
pertama demam dan terkadang disertai dengan takikardi maupun epitaksis.
5) Relaps
Relaps merupakan kata lain dari kekambuhan atau berulangnya gejala penyakit
demam typoid, namun keadaan ini akan berlangsung secara singkat dan lebih
ringan. Kondisi ini akan terjadi pada minggu kedua. Menurut sebuah teori, relaps
pada kondisi demam typoid terjadi karena terdapat hasil di dalam organ yang
tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat ataupun zat anti.
D. Patofisiologi
Demam typoid disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi yang masuk ke saluran
pencernaan kemudian masuk ke usus halus dan menyebabkan inflamasi sehingga
menimbulkan komplikasi pada saluran pencernaan. Inflamasi yang masuk ke
pembuluh darah limfe akan menyebabkan gangguan pada peredaran darah
sehingga kuman Salmonella Typhi akan masuk ke hati dan limfa. Inflamasi yang
terjadi pada hati dan limfa akan mengakibatkan terjadinyaa hepatomegali dan
pembesaran pada kelenjar limfe. Hepatomegali dapat mengalami erosi maka
terjadilah perdarahan masif dan menimbulkan rasa nyeri. Bakteri yang telah
masuk ke dalam pembuluh darah akan mengakibatkan kerusakan sel serta
merangsang pelepasan zat epiroggen oleh leukosit, hal ini berpengaruh terhadap
pusat termoregulasi di hipotalamus sehingga timbulah gejala demam. Pada
pembesaran limfe yang terjadi berakibat pada mobilitas usus dan peristaltik usus
menurun serta menimbulkan peningkatan asam lambung yang menimbulkan
masalah konstipasi dan anoreksia (Huda, 2016).
E. Pathway
Komplilasi intestinal
Peredaran darah (Bakteremia primer) inflamasi (Perdarahan usus, perforasi,
peritonitis)
Inflamasi pada hati dan limfa Masuk ke aliran darah (Bakteremia Sekunder)
Resiko Defisit
Nyeri Akut Hipertermia
perdarahan Anoreksia (mual muntah) Pengetahuan
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaukan pada kasus demam typoid
adalah dengan pemeriksaan darah lengkap serta uji Widal yang digunakan untuk
mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri Salmonella Typhi. Uji Widal
dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam
tyfoid. Anti Salmonella Typhi IgM dilakukan untuk mendeteksi secara dini
infeksi akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi, karena antibody IgM
muncul pada hari ke 3 dan ke 4 terjadinya demam.
J. Perencanaan
Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
tindakan keperawatan a. Observasi
diharapkan status - Monitor suhu tubuh
Termoregulasi pasien - Monitor komplikasi
membaik dengan KH: akibat hipertermia
a. Menggigil menurun b. Terapeutik
b. Pucat tidak ada - Berikan lingkungan
c. Suhu tubuh yang nyaman
Hipertermia
membaik - Lakukan kompres pada
berhubungan
ketiak atau lipatan paha
dengan prosees
- Tingkatkan sirkulasi
penyakit (00130)
udara
- Berikan oksigen, jika
perlu
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
- Berikan terapi sesuai
program
Setelah dilakukan Manajemen Nyeri:
tindakan keperawatan
a. Observasi
diharapkan tingkat nyeri
klien dapat berkurang - Identifikasi skala nyeri
menurun b. Terapeutik
c. Edukasi
- Ajarkan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Tim Pokja SDKI DPP PPNNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan. Indonesia Edisi I
Tim Pokja SLKI DPP PPNNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan. Indonesia Edisi I
Tim Pokja SIKI DPP PPNNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan. Indonesia Edisi I
Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis Yogyakarta: Penerbit
Erlangga.
Setiati, S. Alwi, I., Sudoyo, A.W., Simadibrata, M., Setiyohadi, B., Syam, A. F. 2017. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.