STASE KELUARGA
OLEH :
NAMA : SITI NISWATIN HASANAH, S.KEP
NPM : 1914901110076
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada,
batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung
adalah:
1. Atas : Pembuluh darah besar
2. Bawah : Diafragma
3. Setiap sisi : Paru
4. Belakang : Aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan
organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan
tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar
memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki
lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada
suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah
dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25 mm (1 inci)
memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi
menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang
berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol
mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri
menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya
elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1. Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiridari jaringan endotel.
2. Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dantermasuk otot polos
3. Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri
dari jaringan ikatgembur yang berguna menguatkan dinding arteri.
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.
Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal,
suplai darah pada jaringan atau organ berkurang. Bila terdapat
kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
1.2 DEFINISI
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolik (angka
bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa alat cuff air raksa (sphygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Pudiastuti, 2013).
1.3 ETIOLOGI
Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher (2014), mengklasifikasikan
hipertensi berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Hipertensi primer (esensial atau idiopatik) merupakan peningkatan
tekanan darah tanpa diketahui penyebabnya dan berjumlah 90%-95%
dari semua kasus hipertensi. Meskipun hipertensi primer tidak
diketahui penyebabnya, namun beberapa faktor yang berkontribusi
meliputi: peningkatan aktivitas, produksi sodium- retaining hormones
berlebihan dan vasokonstriksi, peningkatan masukan natrium, berat
badan berlebihan, diabetes melitus, dan konsumsi alkohol berlebihan.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan peningkatan tekanan darah dengan
penyebab yang spesifik dan biasanya dapat diidentifikasi. Hipertensi
sekunder diderita oleh 5%-10% dari semua penderita hipertensi pada
orang dewasa. Penyebab hipertensi sekunder meliputi penyakit ginjal,
aldosteronisme primer, pheochromocytoma, penyakit Chusing’s,
koartasio aorta (penyempitan pada aorta), tumor otak, ensefalitis,
kehamilan, dan obat (estrogen misalnya, kontrasepsi oral;
glukokortikoid, mineralokortikoid, simpatomimetik).
3) Stres psikososial
Hubungan antara stres dengan hipertensi diperkirakan melalui
aktifitas saraf simpatik, yang dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermiten. Apabila stress menjadi berkepanjangan, akibat
tekanan darah akan menetap tinggi. Stres atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung, bingung, cemas, berdebar-debar, rasa
marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis (Ferry, 2013).
1.4 PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pumbuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jelas saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergetar ke bawa melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini neouron pre-ganglion ke pumbuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pumbuluh darah.
Berbagai farktor seperti kecemasan dan ketakuran dapat mempengaruhi
respon pumbuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Pasien
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluhh darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula
adrenal mensekresikan efinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pumbuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan
renin (Aspiani, 2014).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013) tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi:
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
denganpeningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat-obatan
antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar
seperti :
1) Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang
yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat Simpatetik
Obat jenis ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis
saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).
3) Betabloker
Obat jenis ini menurunkan daya pompa jantung, sehingga penderita
yang mengalami gangguan pernapasan tidak dianjurkan.
4) Vasodilator
Obat jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah).
5) Penghambat ensim konversi angiotensin
Obat jenis ini menghambat pembentukan angiotensin II (zat yang
dapat meningkatkan tekanan darah).
No Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
. Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah diberikan asuhan a. Pantau TD
terhadap penurunan
keperawatan diharapkan
curah jantung Rasionalisasi :
berhubungan klien mau berpartisipasi
dengan Perbandingan dari tekanan
dalam aktivitas yang
peningkatan memberikan gambaran
afterload, menurunkan TD/beban
vasokonstriksi, yang lebih lengkap
kerja jantung
iskemia miokard, tentang
hipertropi Kriteria hasil :
ventricular keterlibatan/bidang
a. TD dalam rentang
masalah vascular.
individu yang dapat
b. Catat keberadaan,
diterima
kualitas denyutan
Irama dan frekuensi
jantung stabil dalam sentral dan perifer
rentang normal
Rasionalisasi : Denyutan
karotis, jugularis, radialis
dan femolaris mungkin
terpalpasi. Denyut pada
tungkai mungkin
menurun, mencerminkan
efek dari vasokontriksi
(peningkatan SVR) dan
kongesti vena.
c. Auskultasi tonus
jantung dan bunyi
nafas
Rasionalisasi : S4
umumnya terdengar pada
pasien hipertensi berat
karena adanya
hipermetrofi atrium
(peningkatan tekanan
atrium) Perkembangan S3
menunjukkan hipertrofi
ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakles,
mengi dapat
mengindikasikan kongesti
paru skunder terhadap
terjadinya atau gagal
ginjal kronik.
d. Amati warna kulit,
kelembaban, suhu,dan
masa pengisian kapiler
Rasionalisasi : Adanya
pucat, dingin, kulit lembab
dan masa pengisian
kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan
vasokontriksi atau
mencerminkan penurunan
curah jantung
e. Catat edema
umum/tertentu
Rasionalisasi : Dapat
mengindikasikan gagal
jantung, kerusakan ginjal
atau vascular.
2 Intoleran aktivitas Setelah diberikan asuhan a. Kaji respon klien
berhubungan
keperawatan diharapkan terhadap aktivitas,
dengan kelemahan
umum klien klien mampu perhatian frekuensi
ketidakseimbangan
melakukan aktivitas yang nadi lebih dari 20 X
antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditoleransi per menit di atas
Kriteria hasil : frekuensi istirahat
a. Klien berpartisipasi ;peningkatan TD yang
dalam aktivitas nyata selama/sesudah
yang aktivitas, dispnea,
diinginkan/diperluk nyeri dada, keletihan
an dan kelemahan yang
b. Melaporkan berlebihan,
peningkatan dalam diaphoresis, pusing
toleransi aktivitas atau pingsan.
yang dapat diukur Rasionalisasi :
c. Menunjukkan Menyebutkan parameter
penurunan dalam membantu dalam
tanda – tanda mengkaji respons
intoleransi fisiologi fisiologi terhadap stres
aktivitas dan bila ada
merupakan indikator dari
kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat
aktivitas
b. Intruksikan pasien
tentang tehnik
penghematan energi,
mis; menggunakan
kursi saat mandi,duduk
saat menyisir rambut
atau menyikat gigi,
melakukan aktifitas
dengan perlahan.
Rasionalisasi : Tehnik
menghemat energi
mengurangi penggurangan
energy juga membantu
keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan
oksigen.
c. Berikan dorongan
untuk melakukan
aktivitas/perawatan
diri bertahap jika dapat
ditoleransi .berikan
bantuan sesuai
kebutuhan.
Rasionalisasi : kemajuan
aktifitas bertahap
mencegah peningkatan
kerja jantung tiba-
tiba.memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas