Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

NENG LILIS . L

3720200046

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH

PROGRAM STUDI NERS

TA 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan
darah diatas normal yang menakibatkan peningkatan angka kesakitan dan
angka kematian. Tekanan darag 140/90 mmHHg didasarkan pada dua fase
dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik dan 140 menunjukan fase darah
yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase
darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).
Menurut WHO (2015), biasa tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg. Sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi dapat merusak organ tubuh, seperti
jantung (70% penderita hipertensi akan mengalami kerusakan jantung), ginjal,
otak, mata, serta organ tubuh lainnya.Itulah yang menyebabkan hipertensi
disebut sebagai pembunuh yang tidak terlihat atau silent killer .
B. Anatomi

1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
a. Atas                 : pembuluh darah besar
b. Bawah             : diafragma
c. Setiap sisi        : paru
d. Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
2. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah
yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ),
arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah
yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki
banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh
yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci)
saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih
kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari
sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic
yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :
a. Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b. Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang
sifatnya elastic dan termasuk otot polos
c. Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur  yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
3. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi.Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah.Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
4. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul.Kapiler adalah jaringan pembuluh darah
kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus.Dindingnya terdiri
dari suatu lapisan endotel.Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya
mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di
ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara
pembuluh darah arteri dan vena.
5. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.Sinusoid
tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi
dengan sel sistem retikulo-endotelial.Pada tempat adanya sinusoid, darah
mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan.Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan
menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam darah yang ke luar melalui
dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan.Pembuluh limfe sebagai
jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili
usus.
6. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler.Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau
alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung.Vena yang ukurannya besar seperti
vena kava dan vena pulmonalis.Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih
kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena
membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
C. Tanda Dan Gejala Hipertensi (Rianto, 2014)
1. Pusing
2. Wajah Kemerahan
3. Sesak Nafas
4. Mual
5. Mudah lelah
6. Pandangan kabur

D. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal
b. 85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104                        : Hipertensi ringan
d. 105 – 114                    : Hipertensi sedang
e. >115                            : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg               : Tekanan darah normal
b. 140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada
penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai
oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau
telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan
pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut
atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg
disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan
tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD
harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

E. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan hipertensi:
1. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu
dengan orang tua hipertensi mempunyai dua kali risiko lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada individu yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya mulai sekarang kita
memeriksa kesehatan keluarga sehingga dapat melakukan antisipasi
dan pencegahan (Sutanto, 2014).
2. Usia
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur seseorang sampai usia sekitar 45-55 tahun.
Individu yang berada diatas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan
darah lebih tinggi atau sama dengan 140/90 mmHg.Hal itu merupakan
pengaruh degenerasi pada orang yang bertambah usianya (Sutanto,
2015).
3. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda.
Demikin juga pada perempuan dan laki laki. Berkaitan dengan
hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi lebih awal. Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih
rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berada di usia diatas 50
tahun (Susilo yekti, 2011) .
4. Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah periver dan curah
jantung akan menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial ekonomi dan
karakteristik personal (Susilo yekti, 2015).
5. Kegemukan (Obesitas)
Kegemukan (Obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat salah satunya
hipertensi. Kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan
jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (Obesitas
Sentral) salah satu pengaruh tekanan darah menjadi meningkat (Susilo
yekti, 2015 ).
6. Faktor Gaya Hidup Modern
Zaman sekarang banyak orang yang sibuk mengutamakan pekerjaan
untuk mencapai kesuksesan. Kesibukan dan kerja keras serta tujuan
tujuan yang berat mengakibatkan timbulnya rasa stress dan tekanan
darah tinggi. Perasaan terkenan membuat tekanan menjadi naik. Selain
itu, orang yang sibuk juga tidak sempat untuk berolahraga. Akibatnya
lemak didalam tubuh semakin banyak yang menghabat aliran darah
(Susilo yekti, 2016).
7. Faktor Pola Makan Yang Salah
Pola makan yang salah umumnya banyak orang yang menyukai makan
yang asin dan gurih, terutama makanan cepat saji yang banyak
mengandung banyak lemak jenuh serta garam denga kadar tinggi,
mereka yang senang makan makanan yang asin dan gurih berpeluang
besar terkena hipertensi.

F. Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa
hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine,
DM, dsb.
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta
dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal
tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan
tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 )
Pathways
Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas menurun
(Ateriosklerosis)

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penuumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

cOtak Ginjal Pembuluh darah Retina

Vasokontriksi Spasme
Sistemik Koroner
Retensi Supai O2 pembuluh arteriole
pembuluh ke otak darah ginjal
darah menurun Vasokontri Iskemi diplopia
meningkat ksi miokard
Blood flow
menurun Risiko
Afterload Nyeri akut
Nyeri Gangguan jatuh
meningkat (D.OO77)
akut pola tidur Respon RAA (D.0143)
(D.0077) (D.0055)
Penurunan Fatique
Sinkop Rangsang curah
Gangguan aldesteron jantung Intoleransi
rasa Risiko aktivitas
nyaman perfusi Retensi Na (D.0056)
(D.0074) miokard
tidak Edema
Kemampuan melakukan
efektif ADL dan perawatan diri
(D.0014) berkurang

Defisit perawatan diri


(D.0109)
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang
perfusi / fungsi ginjal.
c) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin
(meningkatkan hipertensi).
d) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensi
f) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi
h) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k) Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m)Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada
area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama ) :
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
e) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien

I. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c. Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung
J. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan
migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan
pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat.Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan
oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE
ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,
Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman
dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
K. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.  
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
Perawatan Hipertensi
1. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
2. Batasi pemakaian garam.
3. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
4. Tidak merokok.
5. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
6. Hindari minum kopi yang berlebihan.
7. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
8. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
Bagi yang sudah sakit
Berobat secara teratur.
1. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat
tanpa petunjuk dokter.
2. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk
penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk
hipertensi.
3. Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama
kesembuhan, kunci utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.Hubungan
baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
L. Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
1) konsumsi lemak dibatasi
2) konsumsi Cholesterol dibatasi
3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4) Makanan yang boleh dikonsumsi
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1) Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
2) Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur
ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
3) Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
4) Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
5) Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis,
kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
6) Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
7) Bumbu
Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak
lebih 15 gram perhari.
8) Minuman
Thea  encer, coklat encer, juice buah.
c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1) Makanan yang banyak mengandung garam
o Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur
atau soda.
o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang,
sarden ikan teri, telur asin.
 o Keju, margarine dan mentega.
2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol
    Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
o Lemak hewan     :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
4) Makanan yang banyak menimbulkan gas
    Kool, sawi, lobak, dll.
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau
minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak
50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca
cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
e. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara
tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang
perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis,
serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat – obat
tradisional tersebut diantaranya:
1) Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga
bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya.
Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus.
Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari
belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga
minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat
diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup
pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi,
sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya
lebih banyak.
2) Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai
halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan
usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi
dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut
penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan
darah.    
3) Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah
setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna
coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau
memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu.
Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut
ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung
sekali makan.
4) Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir
sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus,
kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya.
Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur
5) Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4
gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu
gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.
6) Melon
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
7) Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
8) Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
       13. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perfusi miokard tidak efektif dibuktikan dengan hipertensi
(D.0014)
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit dibuktikan
dengan mengeluh tidak nyaman, sulit tidur, lelah, tampak meringis
kesakitan skala nyeri 6 (D.0074)
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan
tidak mampu mandi serta minat melakukan perawatan diri kurang
(D.0109)
Rencana Keperawatan

Hari/ DIAGNOSA
NO Tgl/Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Senin Resiko perfusi miokard Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung (I.02075) Perawatan jantung
1 15/02/21 tidak efektif dibuktikan keperawatan selama 2x24 jam, a. Observasi (I.02075)
20.00 dengan hipertensi (D.0014) tekanan darah Tn. M menurun 1. Identifikasi tanda dan a. Observasi
dengan kriteria hasil : gejala primer penurunan 1. Untuk mengetahui
Curah jantung (L.02008) curah jantung tanda dan gejala
1. Tekanan darah cukup primer penuruan
membaik curah jantung
2. Identifikasi tanda dan 2. Untuk mengetahui
gejala sekunder penurunan tanda dan gejala
curah jantung sekunder penurunan
curah jantung
3. Monitor tekanan darah 3. Untuk mengetahui
tekanan darah klien

4. Periksa tekanan darah dan 4. Untuk mengetahui


frekuensi nadi sebelum dan tekanan darah dan
sesudah beraktifitas frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
beraktifitas
a. Terapeutik b. Terapeutik
1. Berikan terapi relaksasi 1. Agar klien dapat
untuk mengurangi stress mengurangi stress
b. Edukasi dan lebih rileks
1. Anjurkan beraktifitas fisik c. Edukasi
sesuai toleransi 1. Mengurangi
2. Anjurkan beraktifitas fisik aktivitas berlebih
secara bertahap yang meningkatkan
kerja jantung
Hari/ DIAGNOSA
NO Tgl/Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Senin Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238) Manajemen nyeri
2 15/02/21 berhubungan dengan gejala keperawatan selama 2x24jam , a. Observasi (I.08238)
20.10 penyakit dibuktikan dengan Tn.M dapat tidur dengan 1. Identifikasi lokasi, a. Observasi
mengeluh tidak nyaman, nyenyak dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui
sulit tidur, lelah, tampak Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas, lokasi, karakteristik,
meringis kesakitan skala 1. Keluhan nyeri cukup intensitas nyeri durasi, frekuensi,
nyeri 6 (D.0074) menurun kualitas, intensitas
2. Meringis cukup menurun nyeri
3. Kesulitan tidur cukup 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui
menurun skala nyeri pasien
4. Frekuensi nadi cukup 3. Identifikasi respon nyeri 3. Untuk mengetahui
membaik non verbal respon non verbal
5. Tekanan darah cukup klienn dalam
membaik menghadapi nyeri
6. Pola tidur cukup membaik b. Terapeutik c. Terapeutik
1. Berikan teknik 1. Agar klien merasa
nonfarmakologis untuk lebih rileks dan nyeri
mengurangi rasa nyeri teralihkan
(aromaterapi, terapi musik,
terapi pijat)
c. Edukasi d. Edukasi
1. Jelaskan strategi 1. Agar pasien
meredakan nyeri memahami strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri 2. Agar pasien dapat
secara mandiri mandiri dalam
memonitor nyeri
3. Anjurkan teknik 3. Agar pasien dapat
nonfarmakologis untuk mandiri dalam
mengurangi rasa nyeri menangani nyeri

d. Kolaborasi e. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Agar mencapai
analgetik jika perlu kenyamanan yang
pasien harapkan
Hari/ DIAGNOSA
NO Tgl/Jam TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
3 Senin Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Perawatan mulut (I.11356) Perawatan mulut
3 15/02/21 berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam a. Observasi (I.11356)
20.20 kelemahan dibuktikan diharapkan dapat melakukan 1. Identifikasi kondisi umum a. Observasi
dengan minat melakukan perawatan diri secara mandiri 2. Identifikasi kondisi oral Untuk mengetahui
perawatan diri kurang dengan kriteria hasil : 3. Monitor kebersihan mulut, kondisi umum
(D.0109) Perawatan diri (L.11103) lidah dan gusi (kebersihan umum) oral,
1. Kemampuan mandi cukup lidah dan gusi pasien.
meningkat b. Terapeutik b. Terapeutik
2. Verbalisasi keinginan 1. Pilih sikat gigi sesuai Menjaga atau
melakukan perawatan diri kondisi pasien mempertahankan
cukup meningkat 2. Posisikan semi fowler atau kebersihan oral, lidah
3. Mempertahankan kebersihan fowler dan gusi pasien
mulut cukup meningkat 3. Dekatkan alat-alat dalam
jangkauan untuk
melakukan perawatan
mulut
4. Sikat gigi minimal 2 kali
sehari
5. Sikat gigi dari arah gusi ke
masing-masing gigi atas
dan bawah
6. Bersihkan alat-alat yang
telah digunakan

c. Edukasi c. Edukasi
1. Jelaskan prosedur tindakan Agar pasien dan
pada pasien dan keluarga keluarga mengetahui
2. Anjurkan mengganti sikat pentingnya menjaga
gigi setiap 3-4 bulan kebersihan oral, lidah
3. Anjurkan melakukan dan gusi
pemeriksaan gigi setiap 6
bulan
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Romi Rizal. (2016). Hipertensi. Diakses


dari :https://www.academia.edu/17787117/LP_HIPERTENSI

Susilo, Yekti. (2015). Cara jitu mengatasi hipertensi. Yogyakarta : Andi

Sutanto. 2015. Awas 7 Penyakit Degeneratif. Yogjakarta : Paradigma Indonesia

Triyanto, E. (2014). Pelayanan keperawatan bagi penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yokyakarta: Graha Ilmu

WHO. World Health Statistic Report .(2015). Geneva: World Health


Organization;

Anda mungkin juga menyukai