Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI

Oleh :

AMINATUS SA'DIYAH

(NIM = 14401.17.18006)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

A. Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg,
atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport  Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh
darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah


Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid

C. Anatomi Fisiologi
a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas                 : pembuluh darah besar
2) Bawah             : diafragma
3) Setiap sisi        : paru
4) Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b.  Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari
lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-
cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk
menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.
Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya
tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-
kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3
lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah dan terdiri dari
jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya elastic dan
termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur 
yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)
c.  Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi
bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat.
d.  Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol
ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari suatu lapisan
endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar,
menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus, alat
penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
e.  Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat kali
lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada
tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak
terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke dalam
darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan jaringan. Pembuluh limfe
sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
f.  Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.
(Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh
masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis.
Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya menjadi
kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis,
mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
D. Tanda Dan Gejala / Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah,
selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan
kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah,
Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
E. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari
sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan
mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh
darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone
aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/
adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun
gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk
menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
G. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat 
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu
isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah
raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi
maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan
atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot
dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga
mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah
kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF
HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang
baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian
pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah
atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x
sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat
untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali
pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.

H. Pathways

I. Masalah/Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
2. Defisit nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan

Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Identitas pasien
Nama : Tn. M
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Suku / bangsa : Jawa / indonesia
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
B. Keluhan Utama
klien mengatakan nyeri perut bagian kepala
C. Keluhan penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
klien mengatakan pada tanggal 20 september 2020, sejak pagi klien tidak makan nasi. Klien
hanya minum air es,dan klien juga jarang istirahat karena disibukkan dengan kerjanya. Pada
saat itu klien sedang lembur tiba tiba klien mengeluh nyeri kepala yang sangat ekstrim,
seperti nyut-nyutan. Pada jam 22.00 WIB nyeri bertambah setelah Tn. D makan rujak yang
hanya memakai bumbu masako. Klien datang ke fasilitas kesehatan terdekat tanggal 21
september pukul 13.00 dengan keluhan nyeri kepala. Nyeri biasanya hilang dengan makan,
pasien mengalami sensasi nyut-nyutan di daerah kepala dan pusing seperti berputar-putar.
Kadang-kadang disertai mual dan muntah. Mengatakan badan terasa lemah dan letih. Klien
juga mengatakan berat badan turun
b) Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan pernah mengkonsumsi rokok, kopi, gorengan, suka makanan yang
siap saji, dan suka mengomsumsi makanan yang tinggi akan yodium. Dan klien juga
merupakan seseorang yang emosional. Dan sebelumnya memang mempunyai riwayat
penyakit hypertensi
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
D. Genogram

E. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum : Kedaan umum pasien lemas
2) Kesadaran : Komposmentis
3) Tanda tanda vital “
TD : 180/100 mmHg., N : 95 x/menit S : 36,0ºC , Rr : 22 x/m ,
4) Head to toe
a. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala oval,
Palpasi : ada nyeri tekan pada kepala
b. Wajah
Inspeksi : bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di wajah.
c. Mata
Inspeksi : Mata simetris kanan dan kiri, reflek pupil baik, Konjungtiva tidak anemis, fungsi
penglihatan baik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada mata
d. Hidung
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri. Tidak ada cuping hidung, tidak ada sekret dan lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.
e. Mulut
Inspeksi : Simetris, mukosa bibir kering, tidak ada karies gigi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.
f. Leher
Inspksi : Fungsi menelan baik. Tidak ada pembesaran thyroid dan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada leher.
g. Dada
Inspeksi : Normal, simetris, yidak ada lesi
Palpasi : pengembangan paru normal, tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri
Perkusi : Paru kanan dan kiri sonor, tidak ada sekret
Auskultasi : tidak ada whezing
h. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : tidak ada bising usus 28x/menit
Perkusi : tidak ada nyeri tekan di epigastrium
i. Integumen
Inspeksi : tidak ada benjolan.
Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada kulit.
j. Ekstremitas Atas
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada edema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, akral hangat
k. Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : bentuk kaki simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,kekuatan otot baik, dan sendi normal
F. Pemeriksaan pola
a. Nutrisi
Dirumah = Px makan 2x dengan lauk dan sayur, porsi normal . minum 6-8 gelas
Dirumah sakit = Px mengatakan makan 3x sehari dengan porsi 3SDM , minum 3-4 gelas
b. Eliminasi
Dirumah = px mengatakan BAB 1x sehari, tidak ada darah , lendir, kontipasi lembek .
BAK 3-4 x sehari
Di rumah sakit = px mengatakan mengalami konstipasi (sembelit) selama 2 hari
BAK 2-3 x sehari
c. Istirahat dan tidur
Dirumah = px mengatakan tidur selama 8-9 jam
Dirumah sakit = px mengatakan susah tidur, tidur hanya 5-6 jam
d. Aktivitas fisik
Dirumah = aktivitas sehari-hari dengan normal , yaitu bekerja disebuah perusahaan
swasta
Dirumah sakit = px mengatakan hanya terbaring lemah ditempat tidur
e. Personal hygine
Dirumah = Px mampu membersihkan diri secara mandiri. Mandi 3x sehari , gosok gigi 2x
sehari dan cuci rambut 1x dalam duahari
Dirumah sakit = px diseka 2x sehari , gosok gigi 1x sehari dibantu oleh keluarga
G. Pemeriksaan diagnostik (Lab)
Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui pemeriksaan
radiogram dengan barium
H. Diagnosa keperawatan
4. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
5. Defisit nutrisi b/d Ketidakmampuan mencerna makanan
6. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan
I. Analisa Data

N Data Etiologi Masalah keperawatan


O
1 Ds :pasien mengatakan Agen pencedera fisiologi Nyeri akut
pusing
P : pasien mengatakan
pusing kepala di bagian
belakang dan mata
berkunang-kunang.
Q : nyeri seperti di tusuk-
tusuk.
R : nyeri menjalar
sampai ujung kepala.
S : skala nyeri 7.
T : nyeri bertambah saat
pasien beraktifitas yang
berlebihan.
DO :
1.Pasien tampak
menyeringai kesakitan
dengan skala 7.
2.TTV
TD : 180/100 mmHg.
Peningkatan vaskuler
serebral. Nyeri Akut
N : 95 x/menit.
S : 36,0 ºC
RR : 22 x/menit.
2. Ds : Klien mengatakan Ketidakmampuan mencerna Defefisit nutrisi
mual muntah dan nafsu makanan
makan menurun
DO : Pasien tampak
lemas
TTV
TD : 140/90 mmHG
N : 97 X/M
S : 36,5OC
RR : 23X/M

3 Ds : Klien mengatakan Kelemahan Intoleransi aktifitas


lemah
Do : klien tampak lemah
TTV
TD : 130/90 mmHG
N : 97 X/M
S : 36,5OC
RR : 23X/M

J. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil (SLKI) Rencana tindakan (SIKI) TTD


keperawatan
1 Nyeri akut b/d MANAJEMEN NYERI PEMANTAUAN NYERI
agen pencedera 1. Gelisah sedang 3 1. Identifikasi faktor
fisiologis 2. Kesulitan tidur pencetus dan pereda nyeri
cukup menurun 4 2. Monitor kualitas nyeri
3. Mual sedang 3 ( mis. Terasa tajam,
4. Muntah sedang 3 tumpul, diremas-remas)
5. Meringis cukup 3. Monitor lokasi dan
meningkat 2 penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas nyeri
dengan mengunakan skala
5. Monitor durasi dan
frekuensi nyeri

2 Defisit nutrisi b/d FUNGSI PEMANTAUAN NUTRISI


Ketidakmampuan GASTROINTESTINAL 1. Identifikasi faktor yang
mencerna makanan 1. Mual sedang 3 mempengaruhi asupan gizi
2. Muntah sedang 3 2. Identifikasi perubahan
3. Nyeri abdomen berat badan
sedang 3 3. Monitor mual dan muntah
4. Dipsnea cukup 4. Identifikasi pola makan
menurun 2 (mis. Kesukaan /
ketidaksukaan makanan)
3 Intoleransi aktifitas TOLERANSI AKTIVITAS MANAJEMEN ENERGI
b/d Kelemahan 1. Kemudahan dalam 1. Identifikasi gangguan
melakukan aktivitas fungsi tubuh yang
sehari-hari cukup mengakibatkan kelelahan
meningkat 4 2. Monitor kelelahan fisik
2. Kekuatan tubuh dan emosional
bagian atas sedang 3 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Kekuatan tubuh 4. Monitor lokasi dan
bagian bawah ketidaknyamanan selama
sedang 3 melakukan aktifitas
4. Jarak berjalan 5. Anjurkan tirah baring
meningkat 5
5. Kecepatan berjalan
membaik 5

K. Implementasi Keperawatan

N Tanggal DX Keperawatan Jam Implementasi TTD


O
1 22-09- Nyeri akut b/d agen 08.00 1. mengidentifikasi faktor
2020 pencedera fisiologis pencetus dan pereda nyeri
09.00 2. memonitor kualitas nyeri (
mis. Terasa tajam, tumpul,
12.25 diremas-remas)
3. memonitor lokasi dan
penyebaran nyeri
14.00 4. memonitor intensitas nyeri
dengan mengunakan skala
16.30 5. memonitor durasi dan
frekuensi nyeri

2. 23-09- Defisit nutrisi b/d 07.15 1. mengidentifikasi faktor


2020 Ketidakmampuan yang mempengaruhi
mencerna makanan 09.00 asupan gizi
2. mengidentifikasi
12.15 perubahan berat badan
3. memonitor mual dan
14.00 muntah
Identifikasi pola makan (mis.
18.35 Kesukaan / ketidaksukaan
makanan)
3. 23-09- Intoleransi aktifitas 08.00 1. mengidentifikasi
2020 b/d Kelemahan gangguan fungsi tubuh
10.00 yang mengakibatkan
kelelahan
14.00 2. memonitor kelelahan fisik
dan emosional
17.30 3. memonitor pola dan jam
tidur
19.45 4. memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
5. menganjurkan tirah baring

L. Evaluasi keperawatan

No Tanggal Dx keperawatan Jam Evaluasi TTD


1 22-09- Nyeri akut b/d 08.00 S :pasien mengatakan pusing
P : pasien mengatakan pusing
2020 infeksi
kepala di bagian belakang dan
09.00 mata berkunang-kunang.
Q : nyeri seperti di tusuk-
tusuk.
12.25 R : nyeri menjalar sampai
ujung kepala.
S : skala nyeri 7.
T : nyeri bertambah saat
pasien beraktifitas yang
14.00
berlebihan.

O : TTV
16.30
TD : 180/100 mmHg.
N : 95 x/menit.
S : 36,0 ºC
RR : 22 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

2. 23-09- Ketidakmampuan 07.15 S : Klien mengatakan mual


2020 mencerna makanan muntah dan nafsu makan
b/d defisit nutrisi 09.00 menurun
O : Pasien tampak lemas
12.15 TTV
TD : 140/90 mmHG
14.00 N : 97 X/M
S : 36,3OC
18.35 RR : 23X/M
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 24-09- Intoleransi aktifitas 08.00 S : Klien mengatakan masih
2020 b/d Kelemahan sedikit lemas
10.00 O : Pasien terlihat lemas
TTV
14.00 TD : 130/90 mmHG
N : 97 X/M
17.30 S : 36,3OC
RR : 23X/M
19.45 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai