Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN GANGGUAN


HDR (HARGA DIRI RENDAH)

Pembimbing :
Mariani.S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :
Alipiya Kartika Dewi
(14401.18.19002)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG
PROBOLINGGO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN HDR (HARGA DIRI RENDAH)

I. KASUS (MASALAH UTAMA) :


Gangguan konsep diri : Harga diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Mendefinisikan harga diri rendah adalah penilaian tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Fajariyah, 2012).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak
berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri. Ganguan harga diri yang disebut
sebagain harga diri rendah dapat terjadi secara: (Mukhripah
Damaiyanti, 2014).
Menurut Keliat, 1998, Harga diri rendah adalah perasaan
tidak berharga, tidak berarti dan rendah hati dan rendah diri yang
berkepanjngan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri (Iyus Yosep, 2016).

2. Preoses Terjadinya masalah

Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses


kelanjutan dari harga diri rendah situasional yang tidak
terselesaikan. Atau dapat juga terjadi karena individu tidak pernah
mendapat feed back dari lingkungan tentang prilaku klien
sebelumnya bahkan kecendrungan lingkungan yang selalu
memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan
stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi
tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan
menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah
situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

3. Tahapan / Tanda Gejala

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai


dari ungkapan pasien yang menunjukkan penilaian tentang
dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes, RI).

1) Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang:
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri

2) Data objektif
1) Penurunan produktifitas
2) Tidak berani menatap lawan bicara
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara rendah

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa


dengan harga diri rendah menurut Fitria (2009) adalah:

1) Mengkritik diri sendiri


2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) selera makan kurang
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah
4. Penyebab / etiologi

a. Faktor Predisposisi.
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri
yang tidak realistis.
b) Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereo
type peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran
budaya.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi
ketidak kepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok
sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b. Faktor Presipitasi.
Faktor presipitasi terjadi haga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum,
ganguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
stuasional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara. Termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Harga diri rendah kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit
atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan
meningkat saat dirawat.

c. Perilaku.
d. Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
e. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
f. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau
pergaulan
g. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

5. Rentang Respon
Adapun tentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

Respon Adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri Harga Diri Keracunan depersonalisasi


Diri positif Rendah Identitas

Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:


a. Aktualisasi diri.
Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima individu dapat mengapresiasikan kemampuan yang
dimilikinya
b. Konsep diri positif.
Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang
negatif dari dirinya. Individu dapat mengidentifikasi
kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam menilai
suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistis.
Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:
a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negative dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
c. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
6. Akibat.
Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya
isolasi sosial : Menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Dan sering dirtunjukan dengan perilaku antara lain :

Data subyektif:

a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan atau


pembicaraan.
b) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan
orang lain.
c) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh
orang lain.

Data obyektif

a) Kurang spontan ketika diajak bicara.


b) Apatis.
c) Ekspresi wajah kosong.
d) Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat bicara

7. Mekanisme koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut
Ridhyalla Afnuhazi (2015) adalah:
a. Jangka pendek
5) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari
krisis: pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus
menerus.
6) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok
sosial, keagaman, politik).
7) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi
olahraga kontes popularitas).
8) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas
sementara (penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
9) Menutup identitas
10) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai
dan harapan masyarakat.
8. Penatalaksanaan
Menurut Eko, 2014 terapi pada gangguan jiwa skizofrenia sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi
bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya.
Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmako, berbagai obat psikofarmako yang hanya diperoleh
dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperridol. Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan Ariprprazole.

b. Psikoterapi, terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita


bergaul lagi engan orang lain, pasien lain, perawat dan dokter.
Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri lagi karena jika
pasien menarik diri dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Terapi kejang listrik (Elektro Convulsive therapy), adalah
pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artifical
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang
satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi listrik 5-5 joule/ detik.
d. Terapi modalitas, merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia dan kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan
latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi aktivitas kelompok dibagi 4 yaitu
terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
e. Adapun tindakan terapi untuk pasien dengan harga diri rendah
menurut Kaplan & Saddock, 2010 mengatakan, tindakan
keperawatan yang dibutuhkan pada pasien dengan harga diri
rendah adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, terapi tingkah
laku, dan terapi keluarga. Tindakan keperawatan pada pasien
dengan harga diri rendah bisa secara individu, terapi keluarga,
kelompok dan penanganan dikomunikasi baik generalis
keperawatan lanjutan. Terapi untuk pasien dengan harga diri
rendah yang efisian untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam
berinteraksi dengan orang lain, sosial, dan lingkungannya yaitu
dengan menerapkan terapi kognitif pada pasien dengan harga diri
rendah.

III. A. POHON MASALAH

defisit perawatan diri Isolasi sosial Effect

Harga Diri Rendah Core Problem


Koping Tidak Efektif Causa

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU


DIKAJI.

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari


proses keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011)
Menurut Prabowo (2014) isi dari pengkajian tersebut adalah:

1) Identitas pasien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin,


pendidikan, agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa,
alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal masuk
rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan
identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama/alasan masuk


Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan
alasan masuk pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan
bicara, sering menunduk dan nada suara rendah.
3) Faktor predisposisi
a) Riwayat gangguan jiwa

Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki


riwayat gangguan jiwa dan pernah dirawat
sebelumnya.
b) Pengobatan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah


memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya, namun
pengobatan klien belum berhasil.
c) Aniaya

Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah


melakukan, mengalami, menyaksikan penganiayaan
fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga, dan tindakan kriminal.

a) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan
jiwa yang sama dengan pasien.
b) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah
mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan
pada masa lalu seperti kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya
ideal diri merupakan stressor psikologik bagi klien
yang dapat menyebabkan gangguan jiwa.

4) Pengkajian Fisik dan Tanda Tanda Vital


Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan
harga diri rendah meningkat.
5) Pengkajian psikososial
a) Genogram
Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga
pasien, apakah ada keluarga pasien yang mengalami
gangguan jiwa seperti yang dialami pasien.
b) Konsep diri.
(1) Gambaran diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan
mengatakan tidak ada keluhan apapun
(2) Identitas diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa
tidak berdaya dan rendah diri sehingga tidak
mempunyai status yang di banggakan atau
diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.
(3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan
produktifitas, ketegangan peran dan merasa tidak
mampu dalam melaksanakan tugas.

(1) Ideal diri


Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin
diperlakukan dengan baik oleh keluarga maupun
masyarakat, sehingga pasien merasa dapat
menjalankan perannya di keluarga maupun di
masyarakat.
(2) Harga diri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis
selalu mengungkapkan hal negatif tentang dirinya
dan orang lain, perasaan tidak mampu,
pandangan hidup yang pesimis serta penolakan
terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan
pasien dengan harga diri rendah memiliki
hubungan yang kurang baik dengan orang lain
sehingga pasien merasa dikucilkan di lingkungan
sekitarnya.
c) Hubungan sosial
(1) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu
atau meminta dukungan
(2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam
(3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien
(4) Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam
dan
mengeksploitasi orang lain.
d) Spiritual
(1) Falsafah hidup
Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya
penuh dengan ancaman, tujuan hidup biasanya
jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta dengan
penyembuhannya
(2) Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena
tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan
dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.

6) Status mental
(1) Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah
penampilannya tidak rapi, tidak sesuai karena klien
kurang minta untuk melakukan perawatan diri.
Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian
dapat merupakan tanda adanya depresi atau
skizoprenia.
(2) Pembicaraan
Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat,
tertahan, volume suara rendah, sedikit bicara,
inkoheren, dan bloking.
(3) Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat,
gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi.
(4) Alam perasaan
Pasien biasanya merasa tidak mampu dan
pandangan hidup yang pesimis.
(5) Afek
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak
mampu berespon bila ada stimulus emosi yang
bereaksi.
(6) Interakasi selama wawancara
Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang
kooperatif dan mudah tersinggung.
(7) Persepsi
Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat
yang mengancam atau memberi perintah.
(8) Proses pikir
Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi
pengulangan pembicaraan (perseverasi) disebabkan
karena pasien kurang kooperatif dan bicara lambat
sehingga sulit dipahami.
(9) Isi pikir
Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau
menolak diri sendiri, mengejek danmengkritik diri sendiri.

(10) Tingkat kesadaran

Biasanya tingkat kesadaran pasien stupor (gangguan


motorik seperti ketakutan, gerakan yang diulang-
ulang, anggota tubuh klien dalam sikap canggung
yang dipertahankan dalam waktu lama tetapi klien
menyadari semua yang terjadi di lingkungannya).
(11) Memori

Biasanya pasien dengan harga diri rendah umumnya


tidak terdapat gangguan pada memorinya, baik
memori jangka pendek ataupun memori jangka
panjang.
(12) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Biasanya tingkat konsentrasi terganggu dan mudah


beralih atau tidak mampu mempertahankan
konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa
cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan
dalam berhitung.
(13) Kemampuan menilai

Biasanya gangguan kemampuan penilaian ringan


(dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan
bantuan orang lain, contohnya: berikan kesempatan
pada pasien untuk memilih mandi dahulu sebelum
makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah
diberikan penjelasan pasien masih tidak mampu
mengambil keputusan) jelaskan sesuai data yang
terkait. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
(14) Daya tilik diri

Biasanya pasien tidak menyadari gejala penyakit


(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa
tidak perlu meminta pertolongan/pasien menyangkal
keadaan penyakitnya, pasien tidak mau bercerita
penyakitnya.

7) Kebutuhan persiapan pulang


a) Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan
sayuran.

b) Buang air besar dan buang air kecil


Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri
dengan menggunakan toilet. Klien jarang
membersihkannya kembali
c) Mandi
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai
sabun, menyikat gigi dan pasien selalu mencuci
rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting
kuku setiap kuku pasien dirasakan panjang.
d) Berpakaian
Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang
telah disediakan, klien mengambil, memilih dan
mengenakan secara mandiri.
e) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang
lebih kurang 2 jam, dan pada malam hari pasien
tidur lebih kurang 7-8 jam. Terkadang pasien
terbangun dimalam hari karena halusinasinya
muncul.
f) Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari,
cara pasien meminum obatnya dimasukkan
kemudian pasienmeminum air. Biasanya pasien
belum paham prinsip 5 benar dalam meminum obat.
g) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi
dengan dukungan dari keluarga serta petugas
kesehatan dan orang disekitarnya.
h) Aktivitas di dalam rumah
Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien
jarang menyiapkan makanan sendiri dan membantu
membersihkan
i) Aktivitas di luar rumah.
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga
maupun dengan lingkungannya.

8) Mekanisme koping
Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan
mekanisme koping maladaptif yaitu dengan minum
alkohol, reaksi lambat, menghindar dan mencederai diri.
9) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan
dari keluarganya. Pasien merasa kurang mendapat
perhatian dari keluarga. Pasien juga merasa tidak
diterima di lingkungan karena penilaian negatif dari diri
sendiri dan orang lain.
10) Kurang pengetahuan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak
mengetahui penyakit jiwa yang ia alami dan
penatalaksanaan program pengobatan.
11) Aspek medik
Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan
dan pengobatan yang tepat. Pasien dengan diagnosa
medis Skizofrenia biasanya klien mendapatkan
Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg,
Trihexy penidil 3x2 mg, dan Risporidon 2x2 mg.

Jenis data yang diperoleh dapat berupa data primer yaitu


data yang langsung didapat oleh perawat, dan data sekunder
yaitu data yang diambil dari hasil pengkajian atau catatan
tim kesehatan lain. Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah pasien dari kelompok data yang
telah dikumpulkan.

Kemungkinan kesimpulan tersebut adalah:

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan


1) Pasien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, pasien
hanya memerlukan pemeliharaan kesehatan dan
memerlukan follow up secara periodik karena tidak ada
masalah dan pasien telah mempunyai pengetahuan untuk
antisipasi masalah.
2) Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya
prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap
masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan:
1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.
2) Aktual terjadi masalah disetai data pendukung.

Dari pengelompokkan data, selanjutnya perawat merumuskan masalah


keperawatan pada setiap kelompok data yang terkumpul. Umumnya
sejumlah masalah pasien saling berhubungan dan dapat digambarkan
sebagai pohon masalah (Eko Prabowo, 2014).
a. Masalah keperawatan.
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping tidak efektif
3. kemampuan diri mengatasi masalah.
4. Isolasi sosial .
5. Defisit Perawatan Diri.
b. Data yang perlu dikaji :
1. Data subjektif :
Pesien mengatakan tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
2. Data objektif :
Pasien mengatakan lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh alternative tindakan, ingin mencederai diri /
ingin mengakhiri hidup.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah kronik b/d kegagalan berulang.
2. Koping tidak efektif b/d ketidak percayaan terhadap kemampuan diri
mengatasi masalah.
3. Isolasi sosial b/d perubahan status mental
4. Defisit Perawatan Diri b/d Gangguan Psikologis dan/atau psikotik
V. RENCANA KEPERAWATAN
Harga Diri Rendah
Tujuan Umum : Pasien dapat melakukan hubungan sosial secara
bertahap.
Tujuan Khusus1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Evaluasi :
a. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya
b. Ekspresi Wajah bersahabat.
c. Ada kontak mata
d. Menunjukkan rasa senang.
e. Mau berjabat tangan.
f. Mau menjawab salam
g. Pasien mau duduk berdampingan
h. Pasien mau mengutarakan masalah yang dihadapi

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya


b. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
c. Perkenalkan diri dengan sopan
d. Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
pasien
e. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur, dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
g. Beri perhatian pada pasien
h. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan tentang
penyakit yang dideritanya
i. Sediakan waktu untuk mendengarkan pasien
j. Katakan pada pasien bahwa ia adalah seorang yang berharga
dan bertanggung jawab serta mampu mendorong dirinya sendiri.

Tujuan Khusus 2 : Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan


aspek positif yang dimiliki.
Kriteria Evaluasi : Pasien mampu mempertahankan aspek yang positif

intervensi :

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien dan


diberi pujian atas kemampuan mengungkapkan
perasaannya
2) Saat bertemu pasien, hindarkan memberi penilaian negatif.
3) Utamakan memberi pujian yang realitis.

Tujuan Khusus 3 : Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat


digunakan Kriteria Evaluasi :

1) Kebutuhan pasien terpenuhi


2) Pasien dapat melakukan aktivitas terarah Intervensi :
3) Diskusikan kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
selama sakit.
4) Diskusikan juga kemampuan yang dapat
dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.

Tujuan Khusus 4 : Pasien dapat menetapkan dan merencanakan


kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Evaluasi :

1) Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.


2) Pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi :
1) Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri,
kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan
total.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
3) Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh pasien lakukan
(sering klien takut melaksanakannya).
Tujuan Khusus 5 : Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi
sakit dan kemampuannya.
Kriteria Evaluasi : Pasien mampu beraktivitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
1) Beri kesempatan pasien untuk mncoba kegiatan yang
direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan pasien 3)Diskusikan
kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Tujuan Khusus 6: Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung
yang ada. Kriteria Evaluasi : Pasien mampu melakukan apa yang
diajarkan.
Intervensi :
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
pasien harga diri rendah.
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama pasien dirawat.
Bantu keluarga meniapkan lingkungan di rumah.

VI. Strategi Pelaksanaan.


1) SP-1 Pasien: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1:
Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapatdigunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan  kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian.
a) Orientasi
“Selamat pagi, Perkenalkan saya perawat Sinta. Saya Mahasiswa
Keperawatan STIKES Genggong. Saya yang akan merawat bapak
dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore nanti ya bu”
“Bagaimana keadaan  Ibu hari ini?  Ibu terlihat segar“
”Bagaimana, kalau kita berbincang-bincang tentang kemampuan
dan kegiatan yang pernah   Ibu lakukan? Setelah itu kita akan
nilai kegiatan mana yang masih dapat   Ibu dilakukan di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih. Bagaimana menurut Ibu ?”
”Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
ruang tamu saja bu? Berapa lama kira-kira kita akan ngobrol bu?
Apakah cukup 20 menit? Oke cukup ya bu 20 menit”
b) Kerja
“Ibu , apa saja kemampuan Ibu dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya
buat daftarnya ya bu.Apa pula kegiatan rumah tangga yang
biasa Ibu lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring? Wah, bagus sekali. Cukup banyak
kemampuan dan kegiatan yang  Ibu T miliki “.
” Ibu , dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih
dapat dikerjakan di rumah sakit? Coba kita lihat, yang pertama
bisakah? yang kedua? sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa
dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”
”Sekarang, coba Ibu pilih satu kegiatan  yang masih bisa
dikerjakan di rumah sakit ini”.
” Ok, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur
Ibu ? Mari kita lihat tempat tidur Ibu. Coba lihat, sudah rapihkah
tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita
pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus sekali bu. Sekarang
kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita
pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus bu .
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus, ibu bisa melakukannya”
”Ibu sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali.
Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)
kalau Ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
untuk melakukan dan (tidak) tidak melakukan”
c) Terminasi
“Bagaimana perasaan  Ibu setelah berbincang-bincang dan latihan
merapihkan tempat tidur? Iya benar bu. Ibu  ternyata banyak
memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya, merapihkan tempat tidur yang sudah Ibu
praktekkan dengan baik sekali.  Nah, kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang ya bu.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau
berapa kali sehari merapihkan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu
pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat jam berapa?”
”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu T
masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah
sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.
Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di
dapur ruangan ini sehabis makan pagi  selama 20 menit, menurut
ibu bagaimana? Oke ibu, Sampai jumpa ya”
2) SP-2 Pasien: Harga Diri RendahPertemuan Ke-2:
Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan  pasien.
a) Orientasi
“Selamat pagi, Ibu masih ingat dengan saya? Iya benar sekali bu,
saya perawat Sinta yang akan merawat Ibu dari jam 8 sampai jam
3 sore nanti ya bu”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini? Wah, tampak cerah”
”BagaimanaIbu, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore
kemarin/ Tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum
bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua ya bu?.
Masih ingat apa kegiatan itu Ibu?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini,
Waktunya sekitar 20 menit. Bagaimana menurut ibu ?”
b) Kerja
“Ibu, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu
perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring,
sabun khusus untuk mencuci piring dan air untuk membilas. Ibu
bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini ya? Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-
makanan”
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semua perlengkapan tersedia, Ibu ambil satu piring kotor
lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat
sampah. Kemudian Ibu bersihkan piring tersebut dengan
menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci
piring.  Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai
tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu  Ibu
bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai ibu”
“Sekarang coba Ibu praktekkan kembali seperti yang saya
contohkan tadi bu”
“Bagus sekali, Ibu dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik.
Sekarang dilap tangannya bu”
c) Terminasi
”Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan cuci piring?”
 “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi
kegiatan sehari-hari Ibu? Mau berapa kali Ibu mencuci
piring? Bagus sekali Ibu mencuci piring tiga kali setelah makan. “
Coba Ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri)
kalau Ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
untuk melakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
”Besok kita akan latihan  untuk kemampuan ketiga, setelah
merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan
apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel. Mau jam berapa
bu kita melakukan latihan mengepel nya? Oke baik besok jam 9
pagi ya bu setelah ibu selesai merapikan tempat tidur dan mencuci
piring. Dimana kita akan melakukan latihannya bu? Oke baik bu,
kita muali dari ruangan ini saja ya bu. Kalau begitu saya permisi
dulu ya bu, Sampai jumpa”
3) SP-3Keluarga:Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-1
Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala
harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga
diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktekkan cara merawat.
a) Orientasi
“Selamat pagi bapak/ibu, perkenalkan saya perawat sinta yang
merawat ibu dari jam 8 pagi ini sampai nanti jam 3 sore”
“Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara
merawat Ibu ? Berapa lama waktu Bapak/Ibu butuhkan?30 menit
saja? Baik pak/bu.Kita berbincang-bincangnya diruang
wawancara saja bagaimana pak/bu? Oke, mari kita keruangan
wawancara”
b) Kerja
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Ibu ”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Ibu itu memang  terlihat tidak
percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya
pada Ibu , sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya
adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, Ibu
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan
munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Bila keadaan Ibu ini terus-menerus seperti itu,Ibu bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya Ibu jadi malu
bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri
rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah Ibu dapat menjadi masalah
serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk
Ibu ”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Ibu? Ya benar, dia
juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan
yang dikatakan Ibu”
” Ibu itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur
dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.
Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkanIbuT untuk melakukan
kegiatan tersebut sesuai jadwal. Tolong bantu menyiapkan alat-
alatnya ya Pak/Bu dan jangan lupa memberikan pujian agar harga
dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadwal
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Ibu sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit,
bapak/Ibu tetap  perlu memantau perkembanganIbu . Jika masalah
harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu
dapat membawaIbu ke puskesmas”
”Nah, bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara
memberikan pujian kepada Ibu”
”Temui Ibu dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu
berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali Ibu , kamu
sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
c) Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi
dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah
setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu dan di rumah
juga demikian ya pak/bu.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk
latihan cara memberi pujian langsung kepada Ibu. Jam berapa
Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu ya. Sampai jumpa”
4) SP-4 Keluarga: Harga Diri Rendah Pertemuan Ke-2:
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien
a) Orientasi
“Selamat pagiBapak/Ibu?”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat Ibu Bapak/Ibu  seperti
yang kita pelajari  dua  hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada
Ibu , Waktunya 20 menit. Bagaimana menurut bapak/ibu? Oke
kalau begitu, sekarang mari kita temui Ibu ” 
b) Kerja:
”Selamat pagi Ibu . Bagaimana perasaan Ibu hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama anak Ibu . Seperti yang sudah saya
katakan sebelumnya, anak Ibu juga ingin merawat Ibu agar cepat
pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang
sudah kita latihkan beberapa hari lalu yaitu memberikan pujian
terhadap perkembangan orang tua Bapak/Ibu (Perawat
mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya)”
”Bagaimana  perasaan Ibu setelah berbincang-bincang dengan
anak Ibu ?”
”Baiklah,  sekarang saya dan anak Ibu ke ruang perawat dulu
(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga)”
c) Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
“Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat
seperti yang tadi kepada Ibu ya”.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC.

Stuart, W. Gail. 2016. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier.

Yosep, Iyus.,. 2011. Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: PT Refika


Aditama.

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai