HIPERTENSI
A. DEFINISI
1. Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin, 2003 ).
2. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
3. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
4. Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai
hipertensi maligna.
5. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
6. Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi
berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik
(Smith Tom, 1995).
B. ANATOMI
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya terdapat
pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea
midclavicular.
a. Hubungan jantung adalah:
1) Atas : pembuluh darah besar
2) Bawah : diafragma
3) Setiap sisi : paru
4) Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri
terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot:
aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari
jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil
memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada
suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung
ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali
cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu
arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai
jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi
arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri
ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari
3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya
elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding
arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh
darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang.
Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung
dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil
hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat
makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe
ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan
jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat
tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan
diastolik 91-94 mmHg
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak
(sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan
penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan
kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal,
jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah.
Dibagi menjadi dua:
1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat
antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut
atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di
perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala
yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau
kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah
dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).
D. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan
pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian
telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1. Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
e. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1). Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
2). Kegemukan atau makan berlebihan
3). Stress
4). Merokok
5). Minum alcohol
6). Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
b. Glomerulonefritis
c. Pielonefritis
d. Nekrosis tubular akut
e. Tumor
f. Vascular
g. Aterosklerosis
h. Hiperplasia
i. Trombosis
j. Aneurisma
k. Emboli kolestrol
l.Vaskulitis
m. Kelainan endokrin
n. DM
o. Hipertiroidisme
p. Hipotiroidisme
r. Saraf
s. Stroke
t. Ensepalitis
u. SGB
v. Obat – obatan
w. Kontrasepsi oral
x. Kortikosteroid
Faktor Resiko
1. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
2. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
3. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
4. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti
merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb.
5. Factor emosional dan tingkat stress
6. Gaya hidup yang monoton
7. Sensitive terhadap angiotensin
8. Kegemukan
9. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
E. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan
kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,
1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka
akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan
adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada
peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).
Pathways
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi
yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual
Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
H. KOMPLIKASI
Efek pada organ :
1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
I. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga
yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 %
dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara
20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu
dan paling baik 5 x perminggu
2. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-
tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri
kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat
otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci
utamanya adalah :
1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan
K. DIIT HIPERTENSI
1. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
a. konsumsi lemak dibatasi
b. konsumsi Cholesterol dibatasi
c. konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obesites
d. Makanan yang boleh dikonsumsi
2. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
a. Sumber kalori
Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.
b. Sumber protein hewani
Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur
bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.
c. Sumber protein nabati
Kacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.
d. Sumber lemak
Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
e. Sayuran
Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang
panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.
f. Buah-buahan
Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.
g. Bumbu
h. Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram
perhari.
i. Minuman
j. Thea encer, coklat encer, juice buah.
3. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
a. Makanan yang banyak mengandung garam
1). Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2). Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan
teri, telur asin.
3). Keju, margarine dan mentega.
b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol
Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.
c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
1). Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.
2). Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
d. Makanan yang banyak menimbulkan gas
Kool, sawi, lobak, dll.
4. Bagaimana Mengatur Diit
a. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai
pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
b. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap
kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.
c. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
d. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
e. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
f. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola,
limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
g. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
5. Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional
untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan
kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek
samping yang tidak diketahui. Obat – obat tradisional tersebut diantaranya:
a. Buah Belimbing
Buah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa
menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu
buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing
diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap
pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari
belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir
atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi,
sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak.
b. Daun Seledri
Cara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus,
saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas
diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya
yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi
kenaikan tekanan darah.
c. Bawang Putih
Caranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan
sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena
mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus
atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut
larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali
makan.
d. Buah Mengkudu / Pace
Buah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan
buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain
kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari
secara teratur
e. Avokad
Caranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih.
Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari,
satu gelas lagi diminum sore hari.
f. Melon.
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
g. Semangka
Buah yang sudah masak dapat langsung di makan
h. Mentimun
Dapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum
Tanda :
1. Frekuensi jantung meningkat
2. Perubahan irama jantung
3. Takipnea
B. SIRKULASI
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda :
1. Kenaikan TD
2. Nadi : denyutan jelas
3. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4. Bunyi jantung : murmur
5. Distensi vena jugularis
6. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin
lambat
C. INTEGRITAS
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
1. Letupan suasana hati
2. Gelisah
3. Penyempitan kontinue perhatian
4. Tangisan yang meledak
5. otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
6. Peningkatan pola bicara
D. ELIMINASI
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
E. MAKANAN / CAIRAN
Gejala :
1. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol
2. Mual
3. Muntah
4. Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
1. BB normal atau obesitas
2. Edema
3. Kongesti vena
4. Peningkatan JVP
5. Glikosuria
F. NEUROSENSORI
Gejala :
1. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
2. Episode kebas
3. Kelemahan pada satu sisi tubuh
4. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
5. Episode epistaksis
Tanda :
1. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
2. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
3. Perubahan retinal optik
G. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala :
1. nyeri hilang timbul pada tungkai
2. sakit kepala oksipital berat
3. nyeri abdomen
H. PERNAPASAN
Gejala :
1. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
2. Takipnea
3. Ortopnea
4. Dispnea nocturnal proksimal
5. Batuk dengan atau tanpa sputum
6. Riwayat merokok
Tanda :
1. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
2. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
3. Sianosis
I. KEAMANAN
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
J. PEMBELAJARAN / PENYULUHAN
Gejala :
1. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
serebrovaskuler, ginjal
2. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
3. Penggunaan obat / alkohol
DIANGOSA
NO
KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX
KOLABORASI
1 Resiko tinggi terhadap NOC : NIC :
penurunan curah jantung Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
berhubungan dengan Circulation Status -Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan afterload, Vital Sign Status -Catat adanya disritmia jantung
vasokonstriksi, Kriteria Hasil: -Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
hipertrofi/rigiditas - Tanda Vital dalam rentang -Monitor status kardiovaskuler
ventrikuler, iskemia normal (Tekanan darah, Nadi, -Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
miokard respirasi) -Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
- Dapat mentoleransi aktivitas, -Monitor balance cairan
tidak ada kelelahan -Monitor adanya perubahan tekanan darah
- Tidak ada edema paru, perifer, -Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
dan tidak ada asites -Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
- Tidak ada penurunan kesadaran -Monitor toleransi aktivitas pasien
-Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
-Anjurkan untuk menurunkan stress
Analgesic Administration
-Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
-Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
-Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
-Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
-Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
-Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
-Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
-Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
-Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
4 Cemas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
krisis situasional sekunder keperawatan selama 3 x 24 -Gunakan pendekatan yang menenangkan
adanya hipertensi yang jam, cemas pasien berkurang -Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
diderita klien dengan kriteria hasil: -Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
Anxiety Control -Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Coping -Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
Vital Sign Status -Dorong keluarga untuk menemani anak
Menunjukan teknik untuk -Lakukan back / neck rub
mengontrol cemas teknik nafas -Dengarkan dengan penuh perhatian
dalam -Identifikasi tingkat kecemasan
Postur tubuh pasien rileks dan -Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
ekspresi wajah tidak tegang -Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
Mengungkapkan cemas -Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
berkurang -Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
TTV dbn
TD = 110-130/ 70-80 mmHg
RR = 14 – 24 x/ menit
N = 60 -100 x/ menit
S = 365 – 375 0C