Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KRISIS HIPERTENSI


DI RUANG ICCU DI RUMAH SAKIT dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH:

Intan Maulidia Yolandasari, S.Kep.


NIM 192311101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan berikut disusun oleh :


Nama : Intan Maulidia Yolandasari, S.Kep
NIM : 192311101142
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Krisis Hipertensi di Ruang Intensive
Coronary Care Unit (ICCU) RSD dr. Soebandi Jember

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang ICCU RSD dr. Soebandi

Mahasiswa Profesi Angkatan 24


Fkep Universitas Jember

Intan Maulidia Yolandasari, S.Kep


NIM 192311101064

PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Stase Pembimbing Klinik


Keperawatan Kegawatdaruratan Ruang ICCU
Fkep Universitas Jember RSD dr. Soebandi Jember
A. Anatomi Krisis Hipertensi

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis
kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1) Atas                 : pembuluh darah besar
2) Bawah             : diafragma
3) Setiap sisi        : paru
4) Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b.  Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang
lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan
pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari
jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak
sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil
yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai
jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi
arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang
terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah
dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya
elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan
ikat gembur  yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)
c.  Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter
pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ
berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d.  Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil
hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat
makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena.
e.  Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe
ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan
jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
f.  Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun 2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-
alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava
dan vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

A. Definisi

Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana


diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam
batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak
terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner &
Suddarth:908).
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target. Hipertensi biasanya merupakan peningkatan kronis dari
tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg, etiologinya 90 – 95 % tidak
diketahui (Hipertensi essensial). Walaupun Hipertensi merupakan penyakit yang
lazim, gawat darurat pada hipertensi jarang terjadi, ini akibat dari perbaikan
dalam terapi obat yang telah dipertahankan dalam tekanan tertentu (maintenance
drug therapy). Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi
yang tidak terkontrol sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan
segera.

A. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis :
1. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
2. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral
B. Klasifikasi Hipertensi
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Sistolik
Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120  Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh
kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi
berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur
dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

C. Etiologi
Penyebab krisis hipertensi adalah tetap melakukan hal-hal yang menjadi
pantangan bagi penderita hipertensi atau tidak mengonsumsi obat hipertensi sesuai
dengan dosis dan ketentuan yang dokter berikan.
Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat menaikkan tekanan darah
Anda lebih tinggi, seperti obat pereda nyeri (NSAID), dekongestan, atau pil KB, serta
obat-obatan terlarang seperti kokain dan methamphetamine. Obat-obatan tersebut
juga bisa berinteraksi dengan beberapa obat darah tinggi sehingga berbahaya bagi
tubuh Anda bila dikonsumsi secara bersamaan.

Selain itu, kondisi medis tertentu juga bisa menjadi penyebab hipertensi krisis
atau darurat ini. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan naiknya tekanan
darah, seperti:

1. Stroke
2. Tumor kelenjar adrenal
3. Stres
4. Trauma pascaoperasi
5. Serangan jantung
6. Gagal jantung
7. Gagal ginjal
8. Trauma kepala
9. Spinal cord syndrome
10. Kerusakan aorta

D. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada peningkatan tekanan vena
3. Shock / pingsan
tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada
3. Pingsan
4. Tachikardia > 100/menit
5. Tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
E. Patofisiologi
Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol. Karena ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat
antihipertensi menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga memungkinkan
seseorang terserang hipertensi yang semakin berat ( Krisis hipertensi ).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya
mengandung hormon estrogen serta progesteron yang menyebabkan tekanan
pembuluh darah meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah
pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat, maka besar
kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke otak
sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan gangguan
perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga terjadi gangguan
mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak akan terjadi
gangguan perfusi jaringan.
Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan miokardium
miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan penurunan
oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi
diplopia bisa menyebabkan injur
F. Pathway Krisis Hipertensi
Riwayat Hipertensi

Ketidakteraturan meminum obat


antihipertensi, stress, mengkonsumsi
kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol

Krisis Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur pembuluh darah

Vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Jantung

Ruptur pembuluh
Vasokonstriksi
darah otak Afterload Penyempitan
pembuluh darah ginjal
ventrikel kiri ↑ arteri kroner
Edema cerebral,
peningkatan TIK Suplai O2 ke ginjal Hipertropi Suplai O2 ke
menurun ventrikel kiri jantung menurun
Iskemia – hipoksia
Risiko ketidakefektifan Akut Miokard
jaringan cerebral Gagal jantung kiri
perfusi ginjal Infark

Risiko ketidakefektifan
Cardiac output Penurunan
perfusi jaringan otak
menurun curah jantung
Metabolisme anaerob ↑
Back failure Ketidakefektifan
Asam laktat ↑ pola napas
Tekanan vena
pulmonalis ↑ Penurunan
Nyeri Akut
ekspansi paru
Tekanan
kapiler paru ↑ Edema paru
G. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri
dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat
pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan
resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang
dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan
karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga
dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang lain.

3. Diseksi Aorta Akut


Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan
darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan
perut. Untuk menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera
diturunkan. Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100
mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target.
Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama
penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian
tekanan darah dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok,
siklosporin, kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli.
Penatalaksanaan adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular sistemik
tanpa mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti nikardipin
dapat dipakai pada keadaan ini.
5. Eklampsia
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang
pada kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan
melahirkan bayi atau mengeluarkan janin. Hidralazin digunakan untuk
menurunkan tekanan darah karena tidak mengganggu aliran darah uterus.
Labetalol juga dapat dipakai pada keadaan ini.
6. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis
kokain. Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan
infark miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis
katekolamin, meski labetalol juga terbukti efektif.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin hingga urin juga dapat dilakukan
untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan fungsi ginjal dilakukan untuk melihat
kerusakan organ target.

2. Pemeriksaan fungsi tiroid untuk mengeliminasi adanya kelainan endokrin, profil


lipid, untuk mencari komorbiditas. Pemeriksaan Venylmandelic acid (VMA) urin/
Metanefrin/ 5 HIAA untuk menilai.

3. Penilaian kortisol plasma dan tes supresi deksametason untuk menilai Sindrom
Cushing.
4. Pemeriksaan Radiologi
Beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat diakukan :
- Rontgen Thoraks untuk melihat adanya kardiomegali atau kongesti pulmonal
- CT-Scan kepala non kontras untuk menilai terjadinya cedera pada kepala dan
pembuluh darah serebral
- Echocardiography, untuk menilai adanya abnormalitas katup jantung, hingga
kelainan dinding jantung
- Pemeriksaan arteri Ginjal untuk menilai terjadinya stenosis
- Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi (EKG) dilakukan untuk menilai apakah terjadi perubahan
dari segmen ST dan T, bukti terjadinya LVH, iskemia atau aritmia.
5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada
kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat,
sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam beberapa
menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih
perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai
dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam 24 jam
berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai tekanan darah diastolik
sekitar 100 mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ
sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan
diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu :
1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat,
foto sensitif, hipotensi.
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2
– 5 menit, duration of action 3 – 5 menit.  Dosis : 5 – 100 ug / menit,
secara infus i. V.  Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara
i. V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit,
duration of action 4 – 12 jam.  Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat
diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.
Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri.  Onset of action : oral
0,5 – 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam.  Dosis : 10
– 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m  Pemberiannya bersama dengan alpha
agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi
dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular.  Efek samping :
refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put,
eksaserbasi angina, MCI akut dll.

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan
didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak
kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama
48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting
aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD
yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan
ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada
keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara bertahap
diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan
empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada
usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat
badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu
makan (pagi, siang, malam).
BAHAN MAKANAN PORSI SEHARI UKURAN PORSI
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Sedangkan
makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita hipertensi adalah
daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure
mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 %
dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap
bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan
tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12 – 16
jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah
hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam dilakukan secara bertahap
dalam waktu 24 jam.
6. ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTENSI
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa.
2) Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
a) Bersihan jalan nafas
b) Adanya/ tidaknya jalan nafas
c) Distres pernafasan
d) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b) Suara nafas melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji :
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji :
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS ( Glasgow Coma Scale )
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) Eksposure
Kaji :
a) Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 )

c. Dasar Data Pengkajian


1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna
kulit, suhu dingin
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
Factor stress multiple
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optic
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormone. (Dongoes Marilynn E, 2000)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kemampuan pompa jantung
menurun
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan apnea
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan suplai oksigen
tidak adekuat
d. Nyeri Akut
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DAN
KRITERIA
HASIL
1. Penurunan Setelah Perawatan Jantung
curah jantung dilakukan (I.02075)
tindakan Observasi
1. Sebagai
keperawatan 1. Identifikasi
deteksi dini
selama 1x24 tanda dan gejala
tingkat
jam primer
keparahan
penurunan penurunan
penurunan
curah jantung curah jantung
curah
dapat teratasi (meliputi
jantung
dengan dyspnea,
kriteria hasil: kelelahan,
1. Kekuatan edema,ortopnea,
nadi paroxysmal
perifer nocturnal
2. Pada pasien
menurun dyspnea,
krisis
dari (1) peningkatan
hipertensi
menjadi CVP)
tekanan
meningkat 2. Monitor tekanan
darah
(5) darah
menjadi
2. Gambaran 3. Monitor 12
meningkat
EKG EKG sadapan
3. Untuk
aritmia 4. Monitor aritmia
mengetahui
meningkat 5. Monitor alat
ketidak
dari (1) pacu jantung normalan
menjadi Terapeutik jantung
6. Berikan diet
menurun (gelombang
jantung yang
(5) pqrst) dan
sesuai
3. Edema gelombang
7. Fasilitasi
meningkat jantung
pasien dan
dari (1) lainnya
keluarga untuk
menjadi 7. Memperbaiki
memodifikasi pola hidup
menurun
yang dulunya
gaya hidup
(5) tidak sehat
sehat dan
4. Sianosis
membiasaka
8. Berikan terapi
meningkat n diri
relaksasi untuk melalukan
dari (1)
pola hidup
mengurangi
menjadi sehat
stress
menurun
9. Berikan
(5)
10.
oksigen untuk
5. Tekanan Meningkatka
mempertahank n harga diri
darah
dan
an saturasi
memburu keyakinan
oksigen >94% untuk
k dari (1)
Edukasi berusaha
menjadi 10. Anjurkan terus
menerus
membaik beraktivitas
(5) fisik sesuai
toleransi 12. Mencegah
terjadinya
11. Anjurkan komplikasi
beraktivitas
fisik secara
bertahap
Kolaborasi
12. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia
13. Rujuk ke
program
rehabilitasi
jantung
2.. Risiko perfusi Setelah Manajemen
serebral tidak dilakukan peningkatan
efektif tindakan tekanan intracranial
keperawatan (I.06194)
1. Untuk
selama 1x24 Observasi
mengetahui
jam risiko 1. Identifikasi
keparahan
perfusi penyebab
tekanan pada
serebral tidak peningkatan
intracranial
efektif dapat TIK
teratasi 2. Monitor tanda 3. Untuk
dengan gejala mengetahui
tanda-tanda
kriteria hasil: peningkatan bahaya pada
1. Tekanan TIK pernafasan
intra 3. Monitor status
5. Lingkungan
kranial pernafasan
yang tenang
dari 4. Monitor cairan dan nyaman
akan
meningkat serebro-spinalis
mengurangi
(1) Terapeutik stress yang
dirasakan
menjadi 5. Minimalkan
pasien
menurun stimulus dengan 6. Karena
dengan
(5) menyediakan
posisi semi
2. Sakit lingkungan fowler dapat
meningkatka
kepala yang tenang
n ventilasi
dari
meningkat 6. Berikan posisi

(1) semi fowler


9. Mencegah
menjadi 7. Cegah
terjadinya
menurun terjadinya penyebaran
penyakit dan
(5) kejang
komplikasi
3. Gelisah 8. Atur ventilator

dari agar PaCO2

meningkat optimal

(1) Kolaborasi

menjadi 9. Kolaborasi

menurun pemberian

(5) sedasi dan anti


konvulsan
10. Kolaborasi
pemberian
diuretic
osmosis
3. Pola nafas Setelah Manajemen jalan
tidak efektif dilakukan nafas (I.01011)
tindakan Observasi 1. Untuk
keperawatan 1. Monitor pola evaluasi
1x24 jam nafas distress
pola nafas (frekuensi, pernafasan
kembali kedalaman,
efektif usaha nafas)
dengan 2. Monitor bunyi 2. Untuk
kriteria hasil: nafas tambahan mengetahui
1. Dyspnea (mengi, indikasi
meningkat wheezing, masalah
dari (1) ronkhi) pada system
menjadi Terapeutik pernafasan
menurun 3. Pertahankan 3. Memudahka
(5) kepatenan jalan n pasien
2. Pengguna nafas dengan dalam
an otot head-lilt dan bernafas
bantu chin-lift
napas 4. Posisikan semi 4. Memungkin
menurun fowler atau kan upaya

dari (1) fowler nafas lebih

menjadi 5. Lakukan dalam dan

meningkat fisioterapi dada lebih kuat

(5) 6. Berikan oksigen serta

3. Frekuensi Edukasi menurunkan

nafas 7. Anjurkan ketidaknyam

memburu asupan cairan anan dada

k dari (1) 2000 ml/hari


menjadi 8. Ajarkan teknik
membaik batuk efektif
(5) Kolaborasi 9. Memudahkan
9. Kolaborasi pengenceran
pemberian dan
bronkodilator, pembuangan
ekspektoran,
mukolitik jika
perlu
10.
4. I.08238 Manajemen
Nyeri Akut L.08066 Nyeri
Tingkat
Nyeri
1. Kaji keluhan Nyeri
Ekspektasi:
nyeri, lokasi, merupakan
menurun
lamanyaserangan, pengalamansuby
Kriteria
faktor pencetus / ektif dan harus
hasil:
yangmemperberat. dijelaskan oleh
-
pasien.
Kemampuan
2.Pertahankan tirah Identifikasi
menuntaskan
baring, posisi karakteristik
aktifitas
semifowler dengan nyeridan faktor
meningkat
tulang spinal, yang
- Keluhan
pinggang dan lutut berhubunganme
nyeri
dalam rupakan suatu
menurun
keadaanfleksi, hal yang amat
- Meringis
posisi telentang penting untuk
menurun
memilih
- Sikap
intervensiyang
protektif
3.Gunakan logroll cocok dan untuk
menurun
(papan) mengevaluasike
- Gelisah
selamamelakukan efektifan dari
menurun
perubahan posisi terapi yang
- Kesulitan
diberikan
tidur
menurun
4.Batasi aktifitas
- Menarik Untuk
selama fase
diri menghilangkan
akutsesuai dengan
menurun stres pada otot-
kebutuhan
- Berfokus otot punggung
pada diri
sendiri 5.Berikan relaksan
menurun otot Logroll (Papan)
- Diaforesis yangdiresepkan, mempermudah
menurun analgesik, dan melakukan
- Perasaan agenantiinflamasi mobilisasi
depresi dan evaluasi
(tertekan) keefektifan
menurun Untuk
- Perasaan menghindari
takut 5.Tindakan adanya cidera
mengalami penghilangan rasa
cidera nyerinoninvasif dan
tulang nonfarmakologis(p Agen-agen ini
menurun osisi, balutan (24- secara
- Anoreksia 48 jam), sistematikmeng
menurun distraksidan hasilkan
- Perineum relaksas relaksasi umum
terasa danmenurunkan
tertekan inflamasi.
menurun
- Uterus
teraba Tindakan ini
membulat memungkinkan
menurun klienuntuk
- Ketegangan mendapatkan
otot rasa
menurun kontrolterhadap
- Pupil nyeri
dilatasi
menurun

DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2013;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2012:43-50
Ganong, William F (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
Nurarif, Amin Huda,Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai