Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KRISIS HIPERTENSI


LAPORAN PENDAHULUAN KRISIS
HIPERTENSI
DEFENISI

 Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi


dimana diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera
(tidak selalu diturunkan dalam batas normal), untuk mencegah
atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer:522 ).

 Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi


yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan
penobatan. (Brunner & Suddarth:908).
 Kegawatan hipertensi (hypertensive emergencies) adalah hipertensi
berat yang disertai disfungsi akut organ target.

 Hipertensi darurat (emergency hypertension) adalah kenaikan


tekanan darah mendadak (sistolik  ≥180 mm Hg dan / atau diastolik
≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang bersifat progresif,
sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan
menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat
kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan
segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang
terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai
hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di
Indonesia memakai patokan >220/140.

Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi yang


tidak terkontrol sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan
segera.
JENIS HIPERTENSI
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini
terbagi 2 jenis :
1. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat,
takanan darah melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu
ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung, paru, dan
eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan
salah satu gejala gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
2. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (>
180/120mmHg) tetapi belum ada gejala seperti diatas. TD tidak
harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan
jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
KLASIFIKASI HIPERTENSI

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)

Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)

Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)

Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120  Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
 Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu -
waktu bisa jatuh kedalam keadaan gawat darurat.
Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada
usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang
ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal
tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan
teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi
kurang dari 1 %.
ETIOLOGI

1.  Meminum obat antihipertensi tidak teratur


2. Stress
3. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
4. Obesitas
5. Merokok
6. Minum alkohol
MANIFESTASI KLINIS

1. Sakit kepala hebat


2. Nyeri dada peningkatan tekanan vena
3. Shock / pingsan

tanda umum adalah:


4. Sakit kepala hebat
5. Nyeri dada
6. Pingsan
7. Tachikardia > 100/menit
8. Tachipnoe > 20/menit
9. Muka pucat
PATOFISIOLOGI

 Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan


minum obat antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi
oral, obesitas, merokok dan minum alkohol. Karena ketidak
teraturan atau ketidak patuhan minum obat antihipertensi
menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga
memungkinkan seseorang terserang hipertensi yang semakin
berat ( Krisis hipertensi ).

 Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat


menyebabkan vasokontriksi sedangkan mengkonsumsi
kontrasepsi oral yang biasanya mengandung hormon estrogen
serta progesteron yang menyebabkan tekanan pembuluh darah
meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah
pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat, maka
besar kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
 Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke
otak sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan
gangguan perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga
terjadi gangguan mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di
otak akan terjadi gangguan perfusi jaringan.
 Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan
miokardium miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi
penurunan kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
 Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan
penurunan oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
 Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga
terjadi diplopia bisa menyebabkan injury.
KOMPLIKASI

1. Iskemia atau Infark Miokard


2. Gagal Jantung Kongestif
3. Diseksi Aorta Akut
4. Insufisiensi Ginjal
5. Eklampsia
6. Krisis Katekolamin
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Elektrokardio
2. Urinalisa
3. USG
4. CT scan
5. Rongsen
PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular
sistemik Pada kegawatan hipertensi tekanan darah arteri
rata-rata diturunkan secara cepat, sekitar 25%
dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam
beberapa menit atau jam. Penurunan tekanan darah
selanjutnya dilakukan secara lebih perlahan. Sebaiknya
penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai
dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan
darah dalam 24 jam berikutnya secara lebih perlahan
sehingga tercapai tekanan darah diastolik sekitar 100
mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan
pada krisis hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan
hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi emergensi
dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita
dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah
satu dari obat anti hipertensi intravena
( IV ).
1. Sodium Nitroprusside
2. Nitroglycerini
3. Diazolxide
4. Hydralazine
b. Penatalaksanaan Keperawatan

Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD


perlu segera diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil
adalah : Rawat di ICU, pasang femoral intra arterial line dan
pulmonari arterial catether (bila ada indikasi ). Untuk
menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik.
Tentukan penyebab krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain
yang menyerupai krisis hipertensi, tentukan adanya kerusakan
organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan didasari dari
lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia
pasien.
c. Diet sehat penderita krisis hipertensi

 Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan


dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol
dan lemak terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi
yang kegemukan).
 Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan
menu yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah
menyajikan menu makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-
buahan, sayuran, produk-produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan,
daging unggas, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Porsi makanan
tergantung pada jumlah kalori yang dianjurkan untuk dikonsumsi
setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada usia dan aktifitas.
Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat badannya
normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu
makan (pagi, siang, malam).
d. Terapi

 Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah


diastolic kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai
tekanan darah diastolic kurang lebih 110 mmHg atau
berkurangnya mean arterial blood pressure mean arterial
blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 %
dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan
secara bertahap bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam
waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak ada tanda hipoperfusi
organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12 – 16 jam
selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan
darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN
KRISIS HIPERTENSI
PENGKAJIAN
 IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. L
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Jl. Dg Tata II, Makassar
Sumber info : Klien dan Keluarga klien

 PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. T
Umur : 40 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Dg Tata II, Makassar
Hubungan dengan klien : Adik kandung klien
RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan utama :
Saat dikaji, klien mengeluh nyeri pada bagian kepala dan agak sulit
bernapas.Klien tampak meringis, dan klien tampak pucat.
P : Peningkatan tekanan intrakranial
Q : Terasa seperti ditusuk-tusuk
R : Terlokalisasi di kepala bagian belakang bawah (oksipital)
S : Skala 8 (0-10) berat
T : Terus menerus

 Alasan Masuk Rumah Sakit :


 Keluarga klien mengatakan sekitar 1 jam sebelum masuk rumah sakit klien
mengalami sakit kepala yang hebat lalu pingsan. Saat pingsan klien langsung
dilarikan ke rumah sakit oleh adiknya.

 Riwayat Penyakit Dahulu :


 Keluarga klien mengatakan klien sudah pernah dirawat di RS sebelumnya,
sekitar 1 tahun yang lalu karena hipertensi, dan sejak saat itu klien
mengonsumsi obat anti hipertensi Captopril 25 mg sesuai resep dari dokter.
PENGKAJIAN PRIMER
 Airway
Tidak terdapat adanya sumbatan baik secret maupun darah, lidah tidak
jatuh ke belakang.dispnea.
 Breathing

RR : 22x/menit, sianosis,tidak ada suara napas tambahan, tidak ada


pernapasan cuping hidung, dan terlihat pengembangan dada
 Circulation

Tekanan darah 210/160 mmHg, nadi 120x/menit,suhu 35° C, kulit


pucat, akral hangat.
 Disability

Kesadaran pasien delirium, nilai GCS E 3V3M4 total GCS : 10, reaksi
pupil terhadap cahaya positif
 Exposure

Suhu badan pasien 35° C, rambut hitam dan kulit kepala tampak
bersih, tidak terdapat hematoma, tidak terdapat luka pada tubuh pasien
PENGKAJIAN SEKUNDER
 Riwayat AMPLE
 Allergy : Klien tidak memiliki alergi makanan ataupun obat

 Medication : Sejak 1 tahun yang lalu pasien mengonsumsi


obat antihipertensi yang diresepkan oleh dokter
 Postillness : Pasien pernah dirawat di rumah sakit sekitar 1
tahun yang lalu karena hipertensi
 Lastmeal : Tadi pagi (sekitar 3 jam) sebelum masuk RS klien
makan nasi dengan sayur dan lauk pauk serta minum air putih
2 gelas
 Environment : Klien tinggal bersama ibu dan adiknya, klien
tinggal di kompleks yang dekat dengan perusahaan tempat ia
bekerja. Lingkungan pasien cukup padat penduduk, keluarga
klien mengatakan sirkulasi udara di rumah cukup baik.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. AGD : Ph darah arteri : 6,53 (normal : 7,38-7,42)


Tekanan parsial oksigen : 65 mmHg (normal 75-100
mmHg)
Tekanan parsial karbon dioksida : 50 mmHg (normal
38-42 mmHg)
2. WBC : 5.000 mcL (normal : 3.500-10.500 mcL)
3. Hb : 10 gr/dl (normal : 13-16 gr/dl)
4. EKG : Irama jantung tidak teratur
5. Angiografi : pembuluh darah koroner di jantung
menyempit
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Klien mengeluh nyeri kepala 1. Klien tampak meringis
pada bagian belakang bawah 2. Klien tampak pucat
2. Klien mengatakan nyeri di 3. Skala nyeri 8 (0-10)
kepala terasa seperti ditusuk- 4. RR : 22x/menit
tusuk 5. Sianosis
3. Klien mengatakan nyeri 6. Terlihat pengembangan dada
dirasakan terus menerus 7. TD : 210/160 mmHg
4. Klien mengatakan agak sulit 8. Nadi : 120x/menit
bernapas (dispnea) 9. Suhu : 35° C
  10. pH darah ateri : 6,53
11. PaO2 : 65 mmHg
12. PaCO2 : 50 mmHg
13. Hb : 10 gr/dl (normal : 13-16 gr/dl)
14. EKG : Irama jantung tidak teratur
15. Angiografi : pembuluh darah koroner di
jantung menyempit
ANALISIS DATA
No Data Etiologi MK
1. DS : Krisis Hipertensi Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri  
kepala pada bagian
belakang bawah Kerusakan vaskuler pada
Klien mengatakan nyeri seluruh p. perifer
di kepala terasa seperti  
ditusuk-tusuk
Klien mengatakan nyeri Aterosklerosis
dirasakan terus menerus  

DO : Spasme pada p. darah (arteri)


Klien tampak meringis  
Skala nyeri 8 (0-10)
Sumbatan dan penurunan O2
 

Nyeri
ANALISIS DATA
No Data Etiologi MK
2. DS : - Krisis hipertensi Ketidakefektifan
DO :   Perfusi Jaringan
TD : 210/160 mmHg Perifer
Nadi : 120x/menit Peningkatan TIK
Suhu : 35° C  
Klien tampak pucat
Hb : 10 gr/dl (normal Penurunan O2 di otak
: 13-16 gr/dl)  
EKG : Irama jantung
tidak teratur Ketidakefektifan perfusi
Angiografi : pembuluh jaringan perifer
darah koroner di jantung
menyempit
ANALISIS DATA
No Data Etiologi MK
3. DS : Krisis hipertensi Gangguan
Klien mengatakan agak   Pertukaran Gas
sulit bernapas (dispnea)
Volume darah di paru
DO : meningkat
RR : 22x/menit  
Sianosis
Terlihat pengembangan Penurunan ekpansi paru
dada  
pH darah arteri : 6,53
PaO2 : 65 mmHg Ketidakseimbangan perfusi-
PaCO2 : 50 mmHg ventilasi
 

Dispnea
 
Gangguan pertukaran gas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d spasme pada pembuluh darah arteri
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan
O2 di otak
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan
perfusi-ventilasi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx. Keperawatan
Tujuan & kriteria Hasil Intervensi

1. Domain 12 : Kenyamanan NOC Kaji Kultur Yang


Kelas 1 : Kenyamanan fisik •Pain level Mempengaruhi Nyeri
Diagnosa : Nyeri Akut •Pain control Control
Definisi : Pengalaman sensori dan •Comfort level Lingkungan Yang
emosional yang tidak menyenangkan Dapat Mempengaruhi
yang muncul akibat kerusakan Kriteria hasil : Nyeri
jaringan yang actual atau potensial Melaporkan bahwa Kurangi Factor
atau digambarkan dalam hal nyeri berkurang Presipitasi Nyeri
kerusakan sedemikian rupa. Mampu mengontrol Tingkatkan
Batasan karakteristik ; nyeri Istirahat
Perubahan TD Mampu mengenali Berikan Analgetik
Perubahan Pernapasan nyeri Untuk Mengurangi
Perubahan frekuensi jantung Menyatakan rasa Nyeri
Faktor yg berhubungan : nyaman setelah nyeri
Agen cedera (mis. Biologis, zat berkurang
kimia, fisik, psikologis)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx. Keperawatan
Tujuan & kriteria Hasil Intervensi

2. Domain 4 : Aktivitas / istirahat NOC NIC


Kelas 4 : respon kardiovaskuler /  Circulation status
pulmonal  Monitor adanya
Diagnosa : Ketidakefektifan perfusi  Tissue Perfusion : cerebral
daerah tertentu yang
jaringan perifer Kriteria hasil :
Definisi : penurunan sirkulasi darah hanya peka terhadap
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang
ke perifer yang dapat mengganggu panasdingin/tajam/tu
ditandai dengan :Tekanan sistol dan diastole
kesehatan
Batasan karakteristik : dalam rentang yang di harapkan mpul
Perubahan fungsi motorik  Tidak ada ortostatik hipertensi  Monitor adanya
Perubahan tekanan darah  Tidak ada tanda2 peningkatan tekanan
Nyeri ektremitas paretese
Faktor yg berhubungan : intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
 Batasi gerakan pada
Kurang pengetahuan ttg faktor Mendemonstrasikan kemampuan kognitif
pemberat kepala, leher dan
yang di tandai dengan :
Kurang pengetahuan ttg proses punggung
 Berkomunikasi dengan jelas
penyakit
Hipertensi  Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan  Kolaborasi
Gaya hidup menoton orientasi pemberian analgetik
 Memproses informasi  Diskusikan
 Membuat keputusan dengan benar
mengenai penyebab
Menunjukkan fungsi sensori motorik
perubahan sensasi
cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan-gerakan
involunter
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Keperawatan
No Dx. Keperawatan
Tujuan & kriteria Hasil Intervensi
Domain : 3 eliminasi dan pertukaran
3. Kelas : 4 gangguan pertukaran gas
NOC : NIC :
 respiratory status : Gas exchange  Buka jalan napas, gunakan
Diagnosa : Gangguan Pertukaran Gas
 respiratory status : ventilation teknik chin lift atau juw thrust
Definisi : Kelebihan atau deficit pada
 vital sign status bila perlu
oksigenasi dan/atau eliminasi Kriteria Hasil :  Posisikan pasien untuk
karbon dioksida pada membrane  Mendemonstrasikan peningkatan memaksimalkan ventilasi
alveolar-kapiler. ventilasi dan oksigenasi yang  Berikan pelembab udara

Batasan karakteristik : adekuat  Atur intake untuk cairan


 Memelihara kebersihan paru-paru mengoptimalkan keseimbangan
 Pernapasan Abnormal
dan bebas dari tanda-tanda distress  Monitor respirasi dan status O2
 Ph Darah Arteri Abnormal pernapasan  Catat pergerakan dada, amati
 Sianosis  Mendemonstrasikan batuk efektif kesimetrisan, penggunaan otot
 Penurunan Karbon Dioksida dan suara napas yang bersih, tidak tambahan, reaksi otot
Faktor yang berhubungan : ada sianosis dan dyspnea supraclavicular dan intercostal

 Perubahan membrane alveolar-  TTV dalam rentang normal

kapiler
 Ventilasi-perfusi
IMPLEMENTASI & EVALUASI
No Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
1. Nyeri akut Mengkaji kultur yang mempengaruhi S :
nyeri Klien mengatakan
kepala bagian
Mengontrol lingkungan yang dapat belakang sudah tidak
mempengaruhi nyeri nyeri

Mengurangi factor presipitasi nyeri O :


Skala nyeri 2
Meningkatkan istirahat
A : Masalah teratasi
Memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri P : Hentikan
intervensi
IMPLEMENTASI & EVALUASI
No Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
2.  Memonitor adanya daerah S:
Ketidakefektifan tertentu yang hanya peka -
O:
perfusi jaringan terhadap
 TD : 140 / 100 mmHg
perifer panasdingin/tajam/tumpul
 N : 80 x/menit
 Memonitor adanya paretese  S : 35̊ C
 Membatasi gerakan pada kepala,  EKG : irama jantung teratur
leher dan punggung A : Masalah teratasi sebagian
 Mengkolaborasikan pemberian P : lanjutkan intervensi

analgetik  Batasi pergerakan kepala, leher


dan punggung
 Mendiskusikan mengenai
 Kolaborasi pemberian analgetik
penyebab perubahan sensasi
IMPLEMENTASI & EVALUASI
No Diagnosa Implementasi Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan
3. Gangguan  Buka jalan napas, gunakan teknik S:

Pertukaran Gas chin lift atau juw thrust bila perlu  Klien mengatakan sudah lebih
 Posisikan pasien untuk mudah untuk bernapas
memaksimalkan ventilasi O:
 Berikan pelembab udara  RR : 20 x/menit
 Atur intake untuk cairan  Pergerakan dada simetris
mengoptimalkan keseimbangan  pH darah arteri normal
 Monitor respirasi dan status O2 A : Masalah teratasi
 Catat pergerakan dada, amati P : Hentikan Intervensi
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, reaksi otot supraclavicular
dan intercostal
THANK’S
Ppt by : kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai