Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KRISIS HIPERTENSI

OLEH :

NAMA : WINDA WIDIYATI MANTIK


NIM : 13.IK.326

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN
2017
A. Definisi
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi dimana
diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak selalu diturunkan dalam
 batas normal), untuk mencegah atau membatasi kerusakan organ (Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak
terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan penobatan. (Brunner &
Suddarth:908).
Kegawatan hipertensi (hypertensive emergencies) adalah hipertensi berat
yang disertai disfungsi akut organ target.
Hipertensi darurat (emergency
(emergency hypertension)
hypertension) adalah kenaikan tekanan darah
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg)
Hg) dengan
kerusakan organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus
diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat
tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan
dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang
terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi
darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan
 patokan >220/140.
Jadi kedaruratan hipertensi adalah kondisi penderita hipertensi yang tidak
terkontrol sehingga diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera.

B. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
 jenis :
1. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
2. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
 belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

C. Klasifikasi Hipertensi
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Sistolik 
Diastolik 

 Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg


 Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 0 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh
kedalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi
 berlanjut menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70
tahun. Tetapi krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur
dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

D. Etiologi
1. Meminum obat antihipertensi tidak teratur
2. Stress
3. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
4. Obesitas
5. Merokok
6. Minum alkohol

E. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala hebat
2.  Nyeri dada peningkatan tekanan vena
3. Shock / pingsan
tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2.  Nyeri dada
3. Pingsan
4. Tachikardia > 100/menit
5. Tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat

F. Patofisiologi
Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol. Karena ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat
antihipertensi menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga memungkinkan
seseorang terserang hipertensi yang semakin berat ( Krisis hipertensi ).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya
mengandung hormon estrogen serta progesteron yang menyebabkan tekanan
 pembuluh darah meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah
 pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat, maka besar
kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke otak
sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan gangguan
 perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga terjadi gangguan
mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak akan terjadi
gangguan perfusi jaringan.
Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan miokardium
miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan penurunan
oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi
diplopia bisa menyebabkan injury.
G. Pathway
H. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
 pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri
dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat
 pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan
resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang
dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
 bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan
karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga
dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang lain.

3. Diseksi Aorta Akut


Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan
darah yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan
 perut. Untuk menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera
diturunkan. Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100
mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target.
Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama
 penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian
tekanan darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian
tekanan darah dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok,
siklosporin, kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli.
Penatalaksanaan adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular sistemik
tanpa mengganggu aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti nikardipin
dapat dipakai pada keadaan ini.
5. Eklampsia
Pada eklampsia dijumpai hipertensi, edema, proteinuria, dan kejang
 pada kehamilan setelah 20 minggu. Penatalaksanaan definitif adalah dengan
melahirkan bayi atau mengeluarkan janin. Hidralazin digunakan untuk
menurunkan tekanan darah karena tidak mengganggu aliran darah uterus.
Labetalol juga dapat dipakai pada keadaan ini.
6. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis
kokain. Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan
infark miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis
katekolamin, meski labetalol juga terbukti efektif.

I. Pemeriksaan Diagnostik 
1. Elektrokardio
2. Urinalisa
3. USG
4. CT scan
5. Rongsen

J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada
kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat,
sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam beberapa
menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih
 perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai
dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam 24 jam
 berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai tekanan darah diastolik
sekitar 100 mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ
sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan
diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu :
1 –   2 dosis 1 –   6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat,
foto sensitif, hipotensi.
 b.  Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2
 –   5 menit, duration of action 3  –   5 menit. Dosis : 5  –   100 ug / menit,
secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara
i. V bolus. Onset of action 1  –   2 menit, efek puncak pada 3 –   5 menit,
duration of action 4  –   12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat
diulang dengan 25 –   75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.
Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral
0,5 –  1 jam, i.v : 10 –  20 menit duration of action : 6 –   12 jam. Dosis : 10
 –   20 mg i.v bolus : 10 –   40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha
agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi
dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efek samping :
refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put,
eksaserbasi angina, MCI akut dll.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
 pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan
didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak
kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama
48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting
aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD
yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
 pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan
ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada
keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara bertahap
diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan
empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
 produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada
usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat
 badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu
makan (pagi, siang, malam).

BAHAN MAKANAN PORSI SEHARI UKURAN PORSI


Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 –  5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 –  3 gelas

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6  –   11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Sedangkan
makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita hipertensi adalah
daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure
mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 %
dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap
 bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan
tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12 –  16
 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah
hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam dilakukan secara bertahap
dalam waktu 24 jam.

K. ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS HIPERTENSI


1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa.
2) Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
 b. Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
a) Bersihan jalan nafas
 b) Adanya/ tidaknya jalan nafas
c) Distres pernafasan
d) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
 b) Suara nafas melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji :
a) Denyut nadi karotis
 b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembapan kulit
d) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji :
a) Tingkat kesadaran
 b) Gerakan ekstremitas
c) GCS ( Glasgow Coma Scale )
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) Eksposure
Kaji :
a) Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 )

c. Dasar Data Pengkajian


1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,
 penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna
kulit, suhu dingin
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
Factor stress multiple
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
 perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan
menghela, peningkatan pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6)  Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala,
 berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
 perubahan retinal optic
7)  Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
 bunyi napas tambahan, sianosis
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
 jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB
atau hormone. (Dongoes Marilynn E, 2000)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengannafas pendek, lender,
 bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
 b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung,
stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen

3. Intervensi Keperawatan

No Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
1 Pola pernafasan NOC : NIC :
tidak efektif  Respiratory status : Airway Management
 berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas,
dengannafas pendek,  Respiratory status : guanakan teknik chin
lender, Airway patency lift atau jaw thrust bila
 bronkokonstriksi  Vital sign Status  perlu
dan iritan jalan 2. Posisikan pasien untuk
nafas. Kriteria Hasil : memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan ventilasi
Definisi : Pertukaran  batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
udara inspirasi nafas yang bersih, tidak  perlunya pemasangan
dan/atau ekspirasi ada sianosis dan alat jalan nafas buatan
tidak adekuat dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, 5. Lakukan fisioterapi
Batasan karakteristik mampu bernafas dada jika perlu
: dengan mudah, tidak 6. Keluarkan sekret
 Penurunan ada pursed lips) dengan batuk atau
tekanan 2. Menunjukkan jalan suction
inspirasi/ekspira nafas yang paten (klien 7. Auskultasi suara nafas,
si tidak merasa tercekik, catat adanya suara
 Penurunan irama nafas, frekuensi tambahan
 pertukaran udara  pernafasan dalam 8. Lakukan suction pada
 per menit rentang normal, tidak mayo
 Menggunakan ada suara nafas 9. Berikan bronkodilator
otot pernafasan abnormal)  bila perlu
tambahan 3. Tanda Tanda vital 10. Berikan pelembab udara
  Nasal flaring dalam rentang normal Kassa basah NaCl
 Dyspnea (tekanan darah, nadi, Lembab
 Orthopnea  pernafasan 11. Atur intake untuk cairan
 Perubahan mengoptimalkan
 penyimpangan keseimbangan.
dada 12. Monitor respirasi dan
  Nafas pendek status O2
 Assumption of
3-point position Terapi Oksigen
 Pernafasan 1. Bersihkan mulut,
 pursed-lip hidung dan secret trakea
 Tahap ekspirasi 2. Pertahankan jalan nafas
 berlangsung yang paten
sangat lama 3. Atur peralatan
 Peningkatan oksigenasi
diameter 4. Monitor aliran oksigen
anterior- 5. Pertahankan posisi
 posterior  pasien
 Pernafasan rata- 6. Onservasi adanya tanda
rata/minimal tanda hipoventilasi
- Bayi : < 25 7. Monitor adanya
atau > 60 kecemasan pasien
- Usia 1-4 : < terhadap oksigenasi
20 atau > 30
- Usia 5-14 : < Vital sign Monitoring
14 atau > 25 1. Monitor TD, nadi, suhu,
- Usia > 14 : < dan RR
11 atau > 24 2. Catat adanya fluktuasi
 Kedalaman tekanan darah
 pernafasan: 3. Monitor VS saat pasien
- Dewasa  berbaring, duduk, atau
volume  berdiri
tidalnya 500 4. Auskultasi TD pada
ml saat kedua lengan dan
istirahat  bandingkan
- Bayi volume 5. Monitor TD, nadi, RR,
tidalnya 6-8 sebelum, selama, dan
ml/Kg setelah aktivitas
 Timing rasio 6. Monitor kualitas dari
 Penurunan nadi
kapasitas vital 7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Faktor yang 8. Monitor suara paru
 berhubungan : 9. Monitor pola
 Hiperventilasi  pernapasan abnormal
 Deformitas 10. Monitor suhu, warna,
tulang dan kelembaban kulit
 Kelainan bentuk 11. Monitor sianosis perifer
dinding dada 12. Monitor adanya cushing
 Penurunan triad (tekanan nadi yang
energi/kelelahan melebar, bradikardi,
 Perusakan/pelem  peningkatan sistolik)
ahan muskulo- 13. Identifikasi penyebab
skeletal dari perubahan vital
 Obesitas sign
 Posisi tubuh
 Kelelahan otot
 pernafasan
 Hipoventilasi
sindrom
  Nyeri
 Kecemasan
 Disfungsi
 Neuromuskuler
 Kerusakan
 persepsi/kognitif
 Perlukaan pada
 jaringan syaraf
tulang belakang
 Imaturitas
 Neurologis
2 Penurunan curah NOC : NIC :
 jantung  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
 b/d gangguan irama effectiveness dada
 jantung, stroke  Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
volume, pre load  Vital Sign Status  jantung
dan afterload,  Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda dan
kontraktilitas  perifer gejala penurunan
 jantung. cardiac putput
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan 4. Monitor status
 Aritmia, selama………penurunan  pernafasan yang
takikardia, kardiak output klien menandakan gagal
 bradikardia teratasi dengan kriteria  jantung
 Palpitasi, oedem hasil: 5. Monitor balance cairan
 Kelelahan a. Tanda Vital dalam 6. Monitor respon pasien
 Peningkatan/pen rentang normal terhadap efek
urunan JVP (Tekanan darah, Nadi,  pengobatan antiaritmia
 Distensi vena respirasi) 7. Atur periode latihan
 jugularis  b. Dapat mentoleransi dan istirahat untuk
 Kulit dingin dan aktivitas, tidak ada menghindari kelelahan
lembab kelelahan 8. Monitor toleransi
 Penurunan c. Tidak ada edema paru, aktivitas pasien
denyut nadi  perifer, dan tidak ada 9. Monitor adanya
 perifer asites dyspneu, fatigue,
 Oliguria, kaplari d. Tidak ada penurunan tekipneu dan ortopneu
refill lambat kesadaran 10. Anjurkan untuk
  Nafas pendek/ e. AGD dalam batas menurunkan stress
sesak nafas normal 11. Monitor TD, nadi,
 Perubahan warna f. Tidak ada distensi vena suhu, dan RR
kulit leher 12. Monitor VS saat pasien
 Batuk, bunyi g. Warna kulit normal  berbaring, duduk, atau
 jantung S3/S4  berdiri
 Kecemasan 13. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
 bandingkan
14. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
 pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
19. Monitor sianosis perifer
20. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
 bradikardi, peningkatan
sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen

3 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


 b/d kelemahan,  Energy conservation Activity Therapy
ketidakseimbangan  Activity tolerance 1. Kolaborasikan dengan
suplai dan  Self Care : ADLs Tenaga Rehabilitasi
kebutuhan oksigen. Medik
Kriteria Hasil : dalammerencanakan
Definisi : 1. Berpartisipasi dalam  progran terapi yang
Ketidakcukupan aktivitas fisik tanpa tepat.
energu secara disertai peningkatan 2. Bantu klien untuk
fisiologis maupun tekanan darah, nadi dan mengidentifikasi
 psikologis untuk RR aktivitas yang mampu
meneruskan atau 2. Mampu melakukan dilakukan
menyelesaikan aktivitas sehari hari 3. Bantu untuk memilih
aktifitas yang (ADLs) secara mandiri aktivitas konsisten
diminta atau yangsesuai dengan
aktifitas sehari hari. kemampuan fisik,
 psikologi dan social
Batasan karakteristik 4. Bantu untuk
: mengidentifikasi dan
 melaporkan mendapatkan sumber
secara verbal yang diperlukan untuk
adanya aktivitas yang
kelelahan atau diinginkan
kelemahan. 5. Bantu untuk
 Respon mendpatkan alat
abnormal dari  bantuan aktivitas seperti
tekanan darah kursi roda, krek
atau nadi 6. Bantu untu
terhadap mengidentifikasi
aktifitas aktivitas yang disukai
 Perubahan EKG 7. Bantu klien untuk
yang membuat jadwal latihan
menunjukkan diwaktu luang
aritmia atau 8. Bantu pasien/keluarga
iskemia untuk mengidentifikasi
 Adanya kekurangan dalam
dyspneu atau  beraktivitas
ketidaknyamana 9. Sediakan penguatan
n saat  positif bagi yang aktif
 beraktivitas.  beraktivitas
10. Bantu pasien untuk
Faktor factor yang mengembangkan
 berhubungan : motivasi diri dan
 Tirah Baring  penguatan
atau imobilisasi
 Kelemahan
menyeluruh
 Ketidakseimban
gan antara
suplei oksigen
dengan
kebutuhan
 Gaya hidup
yang
dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2013;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2012:43-50
Ganong, William F (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
 Nurarif, Amin Huda,Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
 NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai