KRISIS HIPERTENSI
OLEH :
B. Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2
jenis :
1. Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari
180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang
sudah nyata timbul.
2. Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi
belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan
menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.
C. Klasifikasi Hipertensi
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Sistolik
Diastolik
D. Etiologi
1. Meminum obat antihipertensi tidak teratur
2. Stress
3. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral
4. Obesitas
5. Merokok
6. Minum alkohol
E. Manifestasi Klinis
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada peningkatan tekanan vena
3. Shock / pingsan
tanda umum adalah:
1. Sakit kepala hebat
2. Nyeri dada
3. Pingsan
4. Tachikardia > 100/menit
5. Tachipnoe > 20/menit
6. Muka pucat
F. Patofisiologi
Penyebab krisis hipertensi yaitu adanya ketidak teraturan minum obat
antihipertensi, stress, mengkonsumsi kontrasepsi oral, obesitas, merokok dan
minum alkohol. Karena ketidak teraturan atau ketidak patuhan minum obat
antihipertensi menybabkan kondisi akan semakin buruk, sehingga memungkinkan
seseorang terserang hipertensi yang semakin berat ( Krisis hipertensi ).
Stres juga dapat merangsang saraf simpatik sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi sedangkan mengkonsumsi kontrasepsi oral yang biasanya
mengandung hormon estrogen serta progesteron yang menyebabkan tekanan
pembuluh darah meningkat, sehingga akan lebih meningkatkan tekanan darah
pada hipertensi, kalau tekanan darah semakin meningkat, maka besar
kemungkinan terjadi krisis hipertensi.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah ke otak
sehingga suplai darah menurun dan terjadi iskemik yang menyebabkan gangguan
perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota gerak sehingga terjadi gangguan
mobilitas fisik, sedangkan akibat dari penurunan O2 di otak akan terjadi
gangguan perfusi jaringan.
Dan bila di pembuluh darah koroner ( jantung ) menyebabkan miokardium
miskin O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan penurunan
oksigenasi yang menyebabkan kelemahan.
Pada mata akan terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi
diplopia bisa menyebabkan injury.
G. Pathway
H. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri
dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat
pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan
resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang
dapat dipakai adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat
menimbulkan gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan
bersama-sama dengan oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan
karena dapat menurunkan preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga
dapat menurunkan preload dan afterload merupakan obat pilihan yang lain.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Elektrokardio
2. Urinalisa
3. USG
4. CT scan
5. Rongsen
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada
kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat,
sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam beberapa
menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih
perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai
dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam 24 jam
berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai tekanan darah diastolik
sekitar 100 mmHg.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ
sasaran maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan
diberi salah satu dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
a. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu :
1 – 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat,
foto sensitif, hipotensi.
b. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2
– 5 menit, duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit,
secara infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
c. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara
i. V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit,
duration of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat
diulang dengan 25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan.
Efek samping : hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen,
hiperuricemia, aritmia, dll.
d. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral
0,5 – 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10
– 20 mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha
agonist central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi
dan diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efek samping :
refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put,
eksaserbasi angina, MCI akut dll.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan
didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
Penurunan TD diastolik tidak kurang dari 100 mmHg, TD sistolik tidak
kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP tidak kurang dari 120 mmHg selama
48 jam pertama, kecuali pada krisis hipertensi tertentu ( misal : disecting
aortic aneurysm ). Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD
yang didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal
pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak, jantung dan
ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari permulaan, kecuali pada
keadaan tertentu, misal : dissecting anneurysma aorta. TD secara bertahap
diusahakan mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan
empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak
terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).
Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH (Dietary
Approach to Stop Hipertension) yang merupakan strategi pengaturan menu
yang lengkap. Prinsip utama dari diet DASH adalah menyajikan menu
makanan dengan gizi seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-
produk susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan
kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori yang
dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori tergantung pada
usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet DASH untuk yang berat
badannya normal mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu
makan (pagi, siang, malam).
Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau
rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan tekanan
sistolik rata-rata 6 – 11 mmHg. Buah yang paling sering dianjurkan
dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari
golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Sedangkan
makanan yang dilarang dikonsumsi lagi oleh penderita hipertensi adalah
daging kambing dan durian.
4. Terapi
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure
mean arterial blood pressure25 %( pada strok penurunan hanya boleh 20 %
dan khusus pada strok iskemik, tekanan darah baru diturunkan secara bertahap
bila sangat tinggi> 220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan
tidak ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12 – 16
jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan darah
hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam dilakukan secara bertahap
dalam waktu 24 jam.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengannafas pendek, lender,
bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung,
stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Intervensi Keperawatan
No Rencana Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
1 Pola pernafasan NOC : NIC :
tidak efektif Respiratory status : Airway Management
berhubungan Ventilation 1. Buka jalan nafas,
dengannafas pendek, Respiratory status : guanakan teknik chin
lender, Airway patency lift atau jaw thrust bila
bronkokonstriksi Vital sign Status perlu
dan iritan jalan 2. Posisikan pasien untuk
nafas. Kriteria Hasil : memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan ventilasi
Definisi : Pertukaran batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
udara inspirasi nafas yang bersih, tidak perlunya pemasangan
dan/atau ekspirasi ada sianosis dan alat jalan nafas buatan
tidak adekuat dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, 5. Lakukan fisioterapi
Batasan karakteristik mampu bernafas dada jika perlu
: dengan mudah, tidak 6. Keluarkan sekret
Penurunan ada pursed lips) dengan batuk atau
tekanan 2. Menunjukkan jalan suction
inspirasi/ekspira nafas yang paten (klien 7. Auskultasi suara nafas,
si tidak merasa tercekik, catat adanya suara
Penurunan irama nafas, frekuensi tambahan
pertukaran udara pernafasan dalam 8. Lakukan suction pada
per menit rentang normal, tidak mayo
Menggunakan ada suara nafas 9. Berikan bronkodilator
otot pernafasan abnormal) bila perlu
tambahan 3. Tanda Tanda vital 10. Berikan pelembab udara
Nasal flaring dalam rentang normal Kassa basah NaCl
Dyspnea (tekanan darah, nadi, Lembab
Orthopnea pernafasan 11. Atur intake untuk cairan
Perubahan mengoptimalkan
penyimpangan keseimbangan.
dada 12. Monitor respirasi dan
Nafas pendek status O2
Assumption of
3-point position Terapi Oksigen
Pernafasan 1. Bersihkan mulut,
pursed-lip hidung dan secret trakea
Tahap ekspirasi 2. Pertahankan jalan nafas
berlangsung yang paten
sangat lama 3. Atur peralatan
Peningkatan oksigenasi
diameter 4. Monitor aliran oksigen
anterior- 5. Pertahankan posisi
posterior pasien
Pernafasan rata- 6. Onservasi adanya tanda
rata/minimal tanda hipoventilasi
- Bayi : < 25 7. Monitor adanya
atau > 60 kecemasan pasien
- Usia 1-4 : < terhadap oksigenasi
20 atau > 30
- Usia 5-14 : < Vital sign Monitoring
14 atau > 25 1. Monitor TD, nadi, suhu,
- Usia > 14 : < dan RR
11 atau > 24 2. Catat adanya fluktuasi
Kedalaman tekanan darah
pernafasan: 3. Monitor VS saat pasien
- Dewasa berbaring, duduk, atau
volume berdiri
tidalnya 500 4. Auskultasi TD pada
ml saat kedua lengan dan
istirahat bandingkan
- Bayi volume 5. Monitor TD, nadi, RR,
tidalnya 6-8 sebelum, selama, dan
ml/Kg setelah aktivitas
Timing rasio 6. Monitor kualitas dari
Penurunan nadi
kapasitas vital 7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
Faktor yang 8. Monitor suara paru
berhubungan : 9. Monitor pola
Hiperventilasi pernapasan abnormal
Deformitas 10. Monitor suhu, warna,
tulang dan kelembaban kulit
Kelainan bentuk 11. Monitor sianosis perifer
dinding dada 12. Monitor adanya cushing
Penurunan triad (tekanan nadi yang
energi/kelelahan melebar, bradikardi,
Perusakan/pelem peningkatan sistolik)
ahan muskulo- 13. Identifikasi penyebab
skeletal dari perubahan vital
Obesitas sign
Posisi tubuh
Kelelahan otot
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom
Nyeri
Kecemasan
Disfungsi
Neuromuskuler
Kerusakan
persepsi/kognitif
Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang
Imaturitas
Neurologis
2 Penurunan curah NOC : NIC :
jantung Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
b/d gangguan irama effectiveness dada
jantung, stroke Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
volume, pre load Vital Sign Status jantung
dan afterload, Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda dan
kontraktilitas perifer gejala penurunan
jantung. cardiac putput
DO/DS: Setelah dilakukan asuhan 4. Monitor status
Aritmia, selama………penurunan pernafasan yang
takikardia, kardiak output klien menandakan gagal
bradikardia teratasi dengan kriteria jantung
Palpitasi, oedem hasil: 5. Monitor balance cairan
Kelelahan a. Tanda Vital dalam 6. Monitor respon pasien
Peningkatan/pen rentang normal terhadap efek
urunan JVP (Tekanan darah, Nadi, pengobatan antiaritmia
Distensi vena respirasi) 7. Atur periode latihan
jugularis b. Dapat mentoleransi dan istirahat untuk
Kulit dingin dan aktivitas, tidak ada menghindari kelelahan
lembab kelelahan 8. Monitor toleransi
Penurunan c. Tidak ada edema paru, aktivitas pasien
denyut nadi perifer, dan tidak ada 9. Monitor adanya
perifer asites dyspneu, fatigue,
Oliguria, kaplari d. Tidak ada penurunan tekipneu dan ortopneu
refill lambat kesadaran 10. Anjurkan untuk
Nafas pendek/ e. AGD dalam batas menurunkan stress
sesak nafas normal 11. Monitor TD, nadi,
Perubahan warna f. Tidak ada distensi vena suhu, dan RR
kulit leher 12. Monitor VS saat pasien
Batuk, bunyi g. Warna kulit normal berbaring, duduk, atau
jantung S3/S4 berdiri
Kecemasan 13. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
14. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
19. Monitor sianosis perifer
20. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen
Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care
Clin Office Pract 2013;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2012:43-50
Ganong, William F (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta
Nurarif, Amin Huda,Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan
NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume3. Yogyakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC