1. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
Krisis hipertensi merupakan sebuah kegawatdaruratan yang memerlukan
penurunan tekanan darah segera. (Tanto, 2014)
Krisis Hipertens merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular yang
sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik
yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam
jiwa.(Devicaesaria, 2014)
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi
sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak(stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensinya.
b. Penyebab
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi
endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena terjadinya
peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular.
Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan
nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet,
fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi. (Devicaesaria, 2014), Berikut ini adalah
beberapa penyebab dari krisis hipertensi:
Pengobatan tidak terkontrol
Kelainan pada parenkim Ginjal
Kelainan vaskular Ginjal
Efek konsumsi obat tertentu
Kelainan kolagen pada vaskular
Penyakit Cushing
Pheokromositoma
Pre-eklampsia dan eklampsia
Kasus krisis hipertensi yang sering ditemukan adalah hipertensi kronis dengan
eksaserbasi akut. Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan
kejadian krisis hipertensi pada pasien baik dengan normotensi maupun yang sudah
memiliki hipertensi:
Kontrasepsi oral
Kokain
Phencyclidine
Penghambat MAO dengan tiramin
Linezolid
Nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAID)
Amfetamin
c. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Dibawah 130
Normal Dibawah 85 mmHg
mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan)
Stadium 2
(Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3
(Hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4
210 mmHg atau 120 mmHg atau
(Hipertensi
lebih lebih
maligna)
Krisis hipertensi dibagi menjadi 2 (Tanto, 2014), yaitu :
1. Hipertensi urgensi, Situasi di mana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna (tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau tekanan darah diastolik
>120 mmHg) tanpa adanya gejala berat atau kerusakan target organ progresif
dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa.
2. Hipertensi emergensi, situasi di mana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif apabila tekanan darah sistolik sistolik > 180 mmHg,
dan atau diastolic >120 mmHg disertai jejas organ target yang progresif.
Beberapa organ target pada hipertensi krisis yang harus diwaspadai, antara lain :
Neurologi : ensefalopati hipertensi, stroke iskemik/hemoragik, papil edema,
perdarahan intracranial
Jantung, syndrome koroner akut, edema paru, diseksi aorta, gagal jantung
akut
Ginjal : proteinuria, hamaturia, gangguan ginjal akut
Preeclampsia/eklampsia,
Mikroangiopati : anemia hemolitik, dan lain-lain
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ target
yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien. Pada
pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan dijumpai
keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda neurologi fokal
berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi ensefalopati
didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal. Pada
pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan arteriola,
perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien yang lain
manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti; angina, akut
miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal
ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi. (Devicaesaria,
2014)
Beberapa gejala yang dapat muncul pada krisis hipertensi, diantaranya :
1. Gejala Ringan
Mual, muntah, sakit kepala, kaku pada tengkuk, nyeri dada dan sesak nafas
2. Gejala lebih berat
Gangguan kesadaran sampai pingsan, kejang dan nyeri dada hebat.
Gambaran klinik hipertensi darurat
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah neurologi
> Perdarahan, Sakit Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
220/140 eksudat, kepala, membesar, proteinuria
mmHg edema kacau, dekompensasi,
papilla gangguan oliguria
kesadaran,
kejang.
e. Pathway
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah
dan
elektrolit.
2. Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak
3. Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
g. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada
berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan
adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan resistensi
sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang dapat dipakai
adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan
gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan bersama-sama dengan
oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan karena dapat menurunkan
preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga dapat menurunkan preload dan
afterload merupakan obat pilihan yang lain.
3. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah
yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut. Untuk
menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera diturunkan.
Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100 mmHg, atau lebih
rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target. Obat pilihan adalah
vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama penghambat reseptor b.
Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan
darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian tekanan darah
dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok, siklosporin,
kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli. Penatalaksanaan
adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular sistemik tanpa mengganggu
aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti nikardipin dapat dipakai pada
keadaan ini.
5. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis kokain.
Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan infark
miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis katekolamin, meski
labetalol juga terbukti efektif.
h. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
Medis
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan
pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari
keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang
tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik
pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit
sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi
yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat
yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25
ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk
penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi
Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol
10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Manajemen untuk krisis hipertensi ACC/AHA 2017 (Whelton et al, 2017):
1) Apabila kita menghadapi pasien dengan tekanan darah yang sangat tinggi
tekanan darah sistolik > 180 dan atau tekanan darah diastolik > 120 mmHg
maka perhatikanlah apakah ada kerusakan organ target yang baru / progresif
/ perburukan.
a. Apabila iya, maka diagnosisnya adalah hipertensi emergensi dan rawat
di ICU.
b. Apabila tidak, mungkin ada peningkatan tekanan darah saja dan lakukan
evaluasi / berikan obat antihipertensi oral dan follow up selanjutnya.
2) Pasien hipertensi emergensi yang dirawat di ICU, apakah terjadi diseksi
aorta, preeklampsia/eklampsia berat, krisis preokromositoma.
a. Apabila iya, turunkan TDS < 140 mmHg pada 1 jam pertama dan < 120
mmHg pada diseksi aorta.
b. Apabila tidak, turunkan tekanan darah maksimal 25% pada 1 jam
pertama, selanjutnya turunkan sampai 160/110 mmHg pada jam kedua
sampai jam keenam, dan selanjutnya dapat diturunkan sampai tekanan
darah normal pada 24-48 jam.
Evaluasi Triase Krisis Hipertensi
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency), yaitu
:
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 min ; jam ; SL 10-20 stenosis arteri renalis
SL, 25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 min jantung, hipotensi
ortostatik
b. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun karena hipertensi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
6. Resiko injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
c. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
NOC:
Respiratory status : ventilation
Respiratory status : airway patency
Vital sign status
Kriteria hasil :
Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu
Menunjukkan jalan nafas yang paten
TTV dalam rentang normal
NIC:
Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
Pantau adanya pucat dan sianosis
Atur posisi pasien untuk optimalkan pernafasan (posisi semi fowler)
Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernafasan
Kolaborasikan pemberian bronkodilator dan oksigen sesuai dengan program
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
NOC:
Efektivitas pompa jantung
Status sirkulasi
Perfusi jaringan perifer
Status tanda vital
Kriteria hasil :
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan yang dibuktikan oleh efektivitas
pompa jantung, status sirkulasi, dan perfusi jaringan
Menunjukkan status sirkulasi tidak mengalami gangguan
Tanda vital dalam rentang normal
Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal
Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
NIC:
Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan dan
status mental
Pantau denyut perifer, CRT, dan suhu serta warna ekstremitas
Ubah posisi pasien datar atau trendelenburg ketika tekanan darah pasien berada
pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
Ubah posisi pasien tiap 2 jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai atau
dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
Kolaborasikan pemberian akses intravena untuk pemberian cairan atau obat
Pasang kateter urine bila diperlukan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun karena hipertensi
NOC:
Circulation status
Tissue perfusion : cerebral
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan tekanan darah dalam
batas normal, tidak ada hipertensi ortostatik, tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK
Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan berkomunikasi
yang jelas dan sesuai dengan kemampuan, menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi
Menunjukkan fungsi sensori motorik cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC:
Kaji tanda-tanda vital
Pantau adanya sakit kepala, tingkat kesadaran dan orientasi
Minimalkan stimulus lingkungan
Berikan posisi senyaman mungkin
Kolaborasikan pemberian diuretic dan obat-obatan untuk meningkatkan volume
intravaskuler
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
NOC:
Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLs
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi, dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
TTV normal
Status kardiopulmonal adekuat
Status sirkulasi baik
Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC:
Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah
Tentukan penyebab keletihan
Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
Ajarkan teknik penghematan energy : misal menyimpan alat atau benda yang
sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau
Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala sesuai toleransi
Pantau TTV sebelum, selama dan setelah aktivitas
Rujuk pasien ke rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung
5. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
NOC:
Pain level.
Pain control
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri,
Menginformasikan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri,
Merasakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
Ajarkan tekhnik manajemen nyeri non farmakologis
Tingkatkan istrahat
Kolaborasikan pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
6. Resiko injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
NOC:
Risk control
Kriteria hasil :
Klien terbebas dari cedera
Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury
NIC:
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
Berikan penjelasan tentang perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
3. DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam
Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan praktis klinis cetakan ketiga.
Interna Publishing. Jakarta.
Bulechek, Gloria., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Keenam. Indonesia: Elsevier
Devicaesaria, A. (2014). Hipertensi Krisis. Leading Jurnal Medicinus , 9-17.
DiGiulio, M. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.
Moorhead.,Sue et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima. Indonesia: Elsevier
Paramita. (2011). Nursing : Understanding Disease. Jakarta: PT. Indeks.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Essensial Of Medicine. Jakarta: Media
Aesculapius.Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
medika.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Chakraborty S. Hypertension Urgencies & Emergencies. Updated 2017. Diunduh dari
http://www.apiindia.org/pdf/medicine_update_2017/mu_139.pdf
Hopkins C. Hypertensive Emergencies. Updated 6 Februari 2018. Diunduh dari
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/krisis-hipertensi