Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KRISIS HIPERTENSI

1. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi
 Krisis hipertensi merupakan sebuah kegawatdaruratan yang memerlukan
penurunan tekanan darah segera. (Tanto, 2014)
 Krisis Hipertens merupakan salah satu kegawatan dibidang neurovaskular yang
sering dijumpai di instalasi gawat darurat. Hipertensi krisis ditandai dengan
peningkatan tekanan darah akut dan sering berhubungan dengan gejala sistemik
yang merupakan konsekuensi dari peningkatan darah tersebut ini merupakan
komplikasi yang sering dari penderita dengan hipertensi dan membutuhkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi yang mengancam
jiwa.(Devicaesaria, 2014)
 Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
 Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan darah menjadi
sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan organ seperti
otak(stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi sangat sering terjadi pada
pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau lalai meminum obat anti
hipertensinya.
b. Penyebab
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa disfungsi
endotel, remodeling, dan arterial striffness. Namun faktor penyebab hipertensi
emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga karena terjadinya
peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan resistensi vaskular.
Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan menyebabkan jejas endotel dan
nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat kerusakan vaskular, deposisi platelet,
fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi. (Devicaesaria, 2014), Berikut ini adalah
beberapa penyebab dari krisis hipertensi:
 Pengobatan tidak terkontrol
 Kelainan pada parenkim Ginjal
 Kelainan vaskular Ginjal
 Efek konsumsi obat tertentu
 Kelainan kolagen pada vaskular
 Penyakit Cushing
 Pheokromositoma
 Pre-eklampsia dan eklampsia
Kasus krisis hipertensi yang sering ditemukan adalah hipertensi kronis dengan
eksaserbasi akut. Berikut ini adalah beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan
kejadian krisis hipertensi pada pasien baik dengan normotensi maupun yang sudah
memiliki hipertensi:
 Kontrasepsi oral
 Kokain
 Phencyclidine
 Penghambat MAO dengan tiramin
 Linezolid
 Nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAID)
 Amfetamin
c. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Dibawah 130
Normal Dibawah 85 mmHg
mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan)
Stadium 2
(Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3
(Hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4
210 mmHg atau 120 mmHg atau
(Hipertensi
lebih lebih
maligna)
Krisis hipertensi dibagi menjadi 2 (Tanto, 2014), yaitu :
1. Hipertensi urgensi, Situasi di mana terdapat peningkatan tekanan darah yang
bermakna (tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau tekanan darah diastolik
>120 mmHg) tanpa adanya gejala berat atau kerusakan target organ progresif
dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa.
2. Hipertensi emergensi, situasi di mana diperlukan penurunan tekanan darah yang
segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ
target akut atau progresif apabila tekanan darah sistolik sistolik > 180 mmHg,
dan atau diastolic >120 mmHg disertai jejas organ target yang progresif.
Beberapa organ target pada hipertensi krisis yang harus diwaspadai, antara lain :
 Neurologi : ensefalopati hipertensi, stroke iskemik/hemoragik, papil edema,
perdarahan intracranial
 Jantung, syndrome koroner akut, edema paru, diseksi aorta, gagal jantung
akut
 Ginjal : proteinuria, hamaturia, gangguan ginjal akut
 Preeclampsia/eklampsia,
 Mikroangiopati : anemia hemolitik, dan lain-lain
d. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis hipertensi krisis berhubungan dengan kerusakan organ target
yang ada. Tanda dan gejala hipertensi krisis berbeda-beda setiap pasien. Pada
pasien dengan hipertensi krisis dengan perdarahan intrakranial akan dijumpai
keluhan sakit kepala, penurunan tingkat kesadaran dan tanda neurologi fokal
berupa hemiparesis atau paresis nervus cranialis. Pada hipertensi ensefalopati
didapatkan penurunan kesadaran dan atau defisit neurologi fokal. Pada
pemeriksaan fisik pasien bisa saja ditemukan retinopati dengan perubahan arteriola,
perdarahan dan eksudasi maupun papiledema. Pada sebagian pasien yang lain
manifestasi kardiovaskular bisa saja muncul lebih dominan seperti; angina, akut
miokardial infark atau gagal jantung kiri akut. Dan beberapa pasien yang lain gagal
ginjal akut dengan oligouria dan atau hematuria bisa saja terjadi. (Devicaesaria,
2014)
Beberapa gejala yang dapat muncul pada krisis hipertensi, diantaranya :
1. Gejala Ringan
Mual, muntah, sakit kepala, kaku pada tengkuk, nyeri dada dan sesak nafas
2. Gejala lebih berat
Gangguan kesadaran sampai pingsan, kejang dan nyeri dada hebat.
Gambaran klinik hipertensi darurat
Tekanan Funduskopi Status Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah neurologi
> Perdarahan, Sakit Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
220/140 eksudat, kepala, membesar, proteinuria
mmHg edema kacau, dekompensasi,
papilla gangguan oliguria
kesadaran,
kejang.
e. Pathway
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah
dan
elektrolit.
2. Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak
3. Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
g. Komplikasi
1. Iskemia atau Infark Miokard
Iskemia atau infark miokard merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri dada
berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat pilihan
adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat menurunkan resistensi
sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner. Obat lain yang dapat dipakai
adalah labetalol.
2. Gagal Jantung Kongestif
Peningkatan resistensi vaskular sistemik yang mencolok dapat menimbulkan
gagal jantung kiri. Natrium nitroprusid yang diberikan bersama-sama dengan
oksigen, morfin, dan diuretik merupakan obat pilihan karena dapat menurunkan
preload dan afterload. Nitrogliserin yang juga dapat menurunkan preload dan
afterload merupakan obat pilihan yang lain.
3. Diseksi Aorta Akut
Diseksi aorta harus dipikirkan pada pasien dengan peninggian tekanan darah
yang mencolok yang disertai dengan nyeri di dada, punggung, dan perut. Untuk
menghentikan perluasan diseksi tekanan darah harus segera diturunkan.
Tekanan darah diastolik harus segera diturunkan sampai 100 mmHg, atau lebih
rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target. Obat pilihan adalah
vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama penghambat reseptor b.
Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
4. Insufisiensi Ginjal
Insufisiensi ginjal akut dapat sebagai penyebab atau akibat peninggian tekanan
darah yang mencolok. Pada pasien cangkok ginjal peninggian tekanan darah
dapat disebabkan stenosis arteri pada ginjal cangkok, siklosporin,
kortikosteroid, dan sekresi renin yang tinggi oleh ginjal asli. Penatalaksanaan
adalah dengan cara menurunkan resistensi vaskular sistemik tanpa mengganggu
aliran darah ginjal. Antagonis kalsium seperti nikardipin dapat dipakai pada
keadaan ini.
5. Krisis Katekolamin
Krisis katekolamin terjadi pada feokromositoma dan kelebihan dosis kokain.
Pada intoksikasi obat tersebut biasanya disertai kejang, strok, dan infark
miokard. Fentolamin adalah obat pilihan klasik pada krisis katekolamin, meski
labetalol juga terbukti efektif.
h. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan
 Medis
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan
pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari
keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang
tidak tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik
pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit
sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi
yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat
yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25
ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk
penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi
Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol
10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.
Manajemen untuk krisis hipertensi ACC/AHA 2017 (Whelton et al, 2017):
1) Apabila kita menghadapi pasien dengan tekanan darah yang sangat tinggi
tekanan darah sistolik > 180 dan atau tekanan darah diastolik > 120 mmHg
maka perhatikanlah apakah ada kerusakan organ target yang baru / progresif
/ perburukan.
a. Apabila iya, maka diagnosisnya adalah hipertensi emergensi dan rawat
di ICU.
b. Apabila tidak, mungkin ada peningkatan tekanan darah saja dan lakukan
evaluasi / berikan obat antihipertensi oral dan follow up selanjutnya.
2) Pasien hipertensi emergensi yang dirawat di ICU, apakah terjadi diseksi
aorta, preeklampsia/eklampsia berat, krisis preokromositoma.
a. Apabila iya, turunkan TDS < 140 mmHg pada 1 jam pertama dan < 120
mmHg pada diseksi aorta.
b. Apabila tidak, turunkan tekanan darah maksimal 25% pada 1 jam
pertama, selanjutnya turunkan sampai 160/110 mmHg pada jam kedua
sampai jam keenam, dan selanjutnya dapat diturunkan sampai tekanan
darah normal pada 24-48 jam.
Evaluasi Triase Krisis Hipertensi

Parameter Hipertensi urgensi Hipertensi


Darurat/emergency
Biasa Mendesak
Tekanan darah > 180/110 > 180/110 > 220/140
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sesak napas nokturia, dysarthria,
sering kali tanpa kelemahan, kesadaran
gejala menurun
Pemeriksaan Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema paru,
kerusakan organ target; muncul klinis insufisiensi ginjal, iskemia
target, tidak ada penyakit jantung
penyakit kardiovaskuler, stabil
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar, terapi
obat oral, naikkan pendek obat IV
dosis
Rencana Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
dalam 3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency), yaitu
:
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus
Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 Hipotensi, gagal ginjal,
ulangi per 30 min ; jam ; SL 10-20 stenosis arteri renalis
SL, 25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangi per jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
ulangi setiap 30 min jantung, hipotensi
ortostatik

Nifedipine 5 - 10 mg PO; 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,


ulangi setiap 15 gangguan koroner
menit

Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian


parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai, yaitu :

Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus


Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka
nitroprusside menit sebagai menit setelah
panjang dapat menyebabkan keracunan
infus IV infus tiosianat, methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV 10 min methemoglobinemia; membutuhkan
sistem pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan koroner
250 cc Glukosa jam
5% mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem sebagi infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi
Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi
dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga
tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi , yaitu
:
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera
mungkin
AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam
labetalol
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam
labetalol
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage nicardipine
Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi


Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika
hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka
penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari
obat anti hipertensi intravena ( IV ).
1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial
maupun venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1
– 2 dosis 1 – 6 ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto
sensitif, hipotensi.
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila
dengan dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5
menit, duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara
infus i. V. Efek samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.
3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i.
V bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration
of action 4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan
25 – 75 mg setiap 5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping :
hipotensi dan shock, mual, muntah, distensi abdomen, hiperuricemia,
aritmia, dll.
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5
– 1 jam, i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20
mg i.v bolus : 10 – 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist
central ataupun Beta Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan
diuretik untuk mengurangi volume intravaskular. Efeksamping : refleks
takhikardi, meningkatkan stroke volume dan cardiac out put, eksaserbasi
angina, MCI akut dll.
5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on
action 15 – 60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.
6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers.
Terutama untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5
– 20 mg secar i.v bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of
action 3 – 10 menit.
7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan
menginhibisi sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit
secara infus i.v. Onset of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit.
Efek samping : opstipasi, ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma,
hipotensi, mulut kering.
8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 –
80 mg secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset
of action 5 – 10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen,
hoyong, sakit kepala, bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral
dengan onset of action 2 jam, duration of action 10 jam dan efek samping
hipotensi, respons unpredictable dan komplikasi lebih sering dijumpai.
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem
syaraf simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of
action : 30 – 60 menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping :
Coombs test ( + ) demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome
dll. Karena onset of actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten,
obat ini kurang disukai untuk terapi awal.
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v
pelan-pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc
dekstrose dengan titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai
maksimal setelah 1 jam atau beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk,
sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan secara
tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
 Keperawatan
1. Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu segera
diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah : Rawat di ICU,
pasang femoral intra arterial line dan pulmonari arterial catether (bila ada
indikasi ). Untuk menentukan fungsi kordiopulmonair dan status volume
intravaskuler. Anamnese singkat dan pemeriksaan fisik. Tentukan penyebab
krisis hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi,
tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan TD yang diinginkan
didasari dari lamanya tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan
keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien.
2. Monitor tanda-tanda vital
3. Edukasi pengaturan diit dan modifikasi gaya hidup sehat
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
 Identitas
 Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama,
Bangsa.
 Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama,
Bangsa dan hubungan dengan pasien.
 Pengkajian Primer
1) Airway
Kaji :
 Bersihan jalan nafas
 Adanya/ tidaknya jalan nafas
 Distres pernafasan
 Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) Breathing
Kaji :
 Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
 Suara nafas melalui hidung atau mulut
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) Circulation
Kaji :
 Denyut nadi karotis
 Tekanan darah
 Warna kulit, kelembapan kulit
 Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) Disability
Kaji :
 Tingkat kesadaran
 Gerakan ekstremitas
 GCS ( Glasgow Coma Scale )
 Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) Eksposure
Kaji : Tanda-tanda trauma yang ada.
 Dasar Data Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit,
suhu dingin
3) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor
stress multiple
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan
pola bicara
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5) Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,
lemak dan kolesterol
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal
optic
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
8) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok
Tanda : distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas
tambahan, sianosis
9) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura
10) Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.
(Muttaqin, Arif. 2009)

b. Diagnose Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun karena hipertensi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
6. Resiko injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

c. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan Penurunan ekspansi paru
NOC:
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : airway patency
 Vital sign status
Kriteria hasil :
 Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu
 Menunjukkan jalan nafas yang paten
 TTV dalam rentang normal
NIC:
 Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
 Pantau adanya pucat dan sianosis
 Atur posisi pasien untuk optimalkan pernafasan (posisi semi fowler)
 Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk
memperbaiki pola pernafasan
 Kolaborasikan pemberian bronkodilator dan oksigen sesuai dengan program
2. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
NOC:
 Efektivitas pompa jantung
 Status sirkulasi
 Perfusi jaringan perifer
 Status tanda vital
Kriteria hasil :
 Menunjukkan curah jantung yang memuaskan yang dibuktikan oleh efektivitas
pompa jantung, status sirkulasi, dan perfusi jaringan
 Menunjukkan status sirkulasi tidak mengalami gangguan
 Tanda vital dalam rentang normal
 Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal
 Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
NIC:
 Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan dan
status mental
 Pantau denyut perifer, CRT, dan suhu serta warna ekstremitas
 Ubah posisi pasien datar atau trendelenburg ketika tekanan darah pasien berada
pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
 Ubah posisi pasien tiap 2 jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai atau
dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
 Kolaborasikan pemberian akses intravena untuk pemberian cairan atau obat
 Pasang kateter urine bila diperlukan
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun karena hipertensi
NOC:
 Circulation status
 Tissue perfusion : cerebral
Kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan tekanan darah dalam
batas normal, tidak ada hipertensi ortostatik, tidak ada tanda-tanda peningkatan
TIK
 Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan berkomunikasi
yang jelas dan sesuai dengan kemampuan, menunjukkan perhatian, konsentrasi
dan orientasi
 Menunjukkan fungsi sensori motorik cranial yang utuh : tingkat kesadaran
membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC:
 Kaji tanda-tanda vital
 Pantau adanya sakit kepala, tingkat kesadaran dan orientasi
 Minimalkan stimulus lingkungan
 Berikan posisi senyaman mungkin
 Kolaborasikan pemberian diuretic dan obat-obatan untuk meningkatkan volume
intravaskuler
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
NOC:
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
Kriteria hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi, dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
 TTV normal
 Status kardiopulmonal adekuat
 Status sirkulasi baik
 Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat
NIC:
 Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah
 Tentukan penyebab keletihan
 Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas
 Ajarkan teknik penghematan energy : misal menyimpan alat atau benda yang
sering digunakan di tempat yang mudah dijangkau
 Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala sesuai toleransi
 Pantau TTV sebelum, selama dan setelah aktivitas
 Rujuk pasien ke rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit
jantung
5. Nyeri akut b/d agen cedera biologis
NOC:
 Pain level.
 Pain control
Kriteria hasil :
 Mampu mengontrol nyeri,
 Menginformasikan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri,
 Merasakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC:
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
 Ajarkan tekhnik manajemen nyeri non farmakologis
 Tingkatkan istrahat
 Kolaborasikan pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
6. Resiko injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
NOC:
 Risk control
Kriteria hasil :
 Klien terbebas dari cedera
 Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury
NIC:
 Identifikasi kebutuhan keamanan pasien
 Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
 Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
 Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan tentang perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit
3. DAFTAR PUSTAKA

Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam
Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan praktis klinis cetakan ketiga.
Interna Publishing. Jakarta.
Bulechek, Gloria., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Keenam. Indonesia: Elsevier
Devicaesaria, A. (2014). Hipertensi Krisis. Leading Jurnal Medicinus , 9-17.
DiGiulio, M. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.
Moorhead.,Sue et all. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi
Kelima. Indonesia: Elsevier
Paramita. (2011). Nursing : Understanding Disease. Jakarta: PT. Indeks.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Essensial Of Medicine. Jakarta: Media
Aesculapius.Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
medika.
Wilkinson, Judith. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Chakraborty S. Hypertension Urgencies & Emergencies. Updated 2017. Diunduh dari
http://www.apiindia.org/pdf/medicine_update_2017/mu_139.pdf
Hopkins C. Hypertensive Emergencies. Updated 6 Februari 2018. Diunduh dari
https://www.alomedika.com/penyakit/kardiologi/krisis-hipertensi

Anda mungkin juga menyukai