1. Hipertensi urgensi, apabila tekanan darah sistolik > 180 mmHg, dan
atau diastolic>120 mmHg tanpa disertai jejas organ target
2. Hipertensi emergensi, apabila tekanan darah sistolik sistolik> 180
mmHg, dan atau diastolic>120 mmHg disertai jejas organ target yang
progresif. Beberapa organ target pada hipertensi krisis yang harus
diwaspadai, antara lain :
a. Neurologi : ensefalopati hipertensi, stroke iskemik/hemoragik,
papil edema, perdarahan intracranial
b. Jantung, syndrome koroner akut, edema paru, diseksi aorta, gagal
jantung akut
c. Ginjal : proteinuria, hamaturia, gangguan ginjal akut
d. Preeclampsia/eklampsia, anemia hemolitik, dan lain-lain
C. Etiologi
Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular, berupa
disfungsi endotel, remodeling, dan arterialstriffness. Namun faktor penyebab
hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi masih belum dipahami. Diduga
1
karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai peningkatan
resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan
menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoidarteriol sehingga membuat
kerusakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi
autoregulasi (Devicaesaria, 2014)
D. Patofisiologi
Patofisiologi krisis hipertensi hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Diperkirakan, krisis hipertensi diakibatkan kegagalan fungsi autoregulasi dan
peningkatan resistensi vascularsistemik yang mendadak dan cepat. Peningkatan
tekanan darah menyebabkan stress mekanik dan jejas endotel sehingga
permeabilitas pembuluh darah meningkat. Hal tersebut juga memicu kaskade
koagulasi dan deposisi fibrin. Hal tersebut menyebabkan iskemia serta hipoperfusi
organ yang menyebabkan gangguan fungsi. Siklus tersebut berlangsung dalam
sebuah lingkaran (Tanto, 2014).
E. Manifestasi klinis
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tekanan darah : tekanan darah sistolik sistolik> 180 mmHg,
dan atau diastolic>120 mmHg
2
b. Funduskopi : spasme arteri segmental atau difus, edema retina, perdarahan
retina, eksudat retina, papil edema, vena membesar
c. Pemeriksaan neurologis : sakit kepala, bingung, kehilangan penglihatan,
deficitfokal neurologis, kejang, koma
d. Status kardiopulmoner
e. Pemeriksaan cairan tubuh : oliguria pada gagal ginjal akut
f. Pemeriksaan denyut nadi perifer
g. Pemeriksaan darah : hematokrit dan apusan darah
h. Urinalisis : proteinuria, eritrosit pada urine
i. Kimia darah : peningkatan kreatinin, azotemia (ureum > 200 mg/dl),
glukosa, elektrolit
j. Pemeriksaan EKG : adanya iskemia, hipertropi ventrikel kiri
k. Foto thoraks (jika terdapat kecurigaan gagal jantung atau diseksi aorta
(Tanto, 2014)
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular sistemik Pada
kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata diturunkan secara cepat,
sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan darah sebelumnya, dalam beberapa
menit atau jam. Penurunan tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih
perlahan. Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat tersebut dicapai
dalam 1- 4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam 24 jam
berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai tekanan darah diastolik
sekitar 100 mmHg.
Seperti sudah disebutkan di atas, pada kegawatan hipertensi diberikan obat
antihipertensiparenteral yang memerlukan titrasi secara hati-hati sesuai dengan
respons klinik. Setelah penurunan tekanan darah secara cepat tercapai dengan
pemberian obat antihipertensiparenteral, dimulai pemberian obat antihipertensi
oral.
Jika tekanan darah makin menurun dengan penambahan obat
antihipertensi oral tersebut, dilakukan titrasi penurunan dosis obat
antihipertensiparenteral sampai dihentikan. Pengukuran tekanan darah yang
3
berkesinambungan dapat dilakukan dengan menggunakan alat monitor
tekanan darah osilometrik otomatik.
Sebaiknya tekanan darah tidak diturunkan sampai normal atau hipotensi,
kecuali pada diseksi aorta, karena akan mengakibatkan terjadinya hipoperfusi
organ target. Penurunan tekanan darah sampai normal dapat dilaksanakan
pada saat pasien berobat jalan.
Obat parenteral yang digunakan untuk terapi krisis hipertensi adalah :
1. Natrium Nitropusida
2. Nikardipin hidroklorida
3. Nitrogliserin
4. Enaraplirat
5. Hidralazin Hidroklorida
6. Diazoksid
7. Labatalol Hidroklorida
8. Fentolamin
H. Penatalaksanaan Keperawatan
4
jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari
permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal :
dissectinganneurysma aorta. TD secara bertahap diusahakan
mencapai normal dalam satu atau dua minggu.
3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
a. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan
dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah
kolesterol dan lemak terbatas, diet rendah serat,dan diet rendah
energi (bagi yang kegemukan).
b. Cara diet tersebut bertambah satu dengan hadirnya DASH
(DietaryApproachto Stop Hipertension) yang merupakan
strategi pengaturan menu yang lengkap. Prinsip utama dari diet
DASH adalah menyajikan menu makanan dengan gizi
seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-produk
susu tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian,
dan kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah
kalori yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah
kalori tergantung pada usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan
dalam diet DASH untuk yang berat badannya normal
mengandung 2.000 kalori yang dibagi dalam tiga kali waktu
makan (pagi, siang, malam).
BAHAN
PORSI SEHARI UKURAN PORSI
MAKANAN
Karbohidrat 3 – 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 – 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 – 3 potong Sedang
Sayuran 4 – 5 mangkuk
Buah – buahan 4 – 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 – 3 gelas
4. Terapi
5
Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic
kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya sampai tekanan darah
diastolic kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya
meanarterialbloodpressuremeanarterialblood pressure25 %( pada
strok penurunan hanya boleh 20 % dan khusus pada strok iskemik,
tekanan darah baru diturunkan secara bertahap bila sangat tinggi>
220 / 330 mmHg ) dalam waktu 2 jam. Setelah diyakinkan tidak
ada tanda hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam 12
– 16 jam selanjutnya sampai mendekati normal. Penurunan tekanan
darah hipertensi urgency dilakukan secara bertahap dalam
dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam.
I. Komplikasi
a. Iskemia atau InfarkMiokard
Iskemia atau infarkmiokard merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada hipertensi berat. Tekanan darah harus diturunkan sampai rasa nyeri
dada berkurang atau sampai tekanan diastolik mencapai 100 mmHg. Obat
pilihan adalah nitrat yang diberikan secara intravena yang dapat
menurunkan resistensi sistemik perifer dan memperbaiki perfusi koroner.
Obat lain yang dapat dipakai adalah labetalol.
b. Gagal Jantung Kongestif
6
mmHg, atau lebih rendah asal tidak menimbulkan hipoperfusi organ target.
Obat pilihan adalah vasodilator seperti nitroprusid yang diberikan bersama
penghambat reseptor b. Labetalol adalah obat pilihan yang lain.
d. Insufisiensi Ginjal
e. Krisis Katekolamin
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa.
Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan,
Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
b. Pengkajian Primer
1. Airway
Kaji :
a. Bersihan jalan nafas
b. Adanya/ tidaknya jalan nafas
c. Distres pernafasan
d. Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
7
2. Breathing
Kaji :
a. Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b. Suara nafas melalui hidung atau mulut
c. Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3. Circulation
Kaji :
a. Denyut nadi karotis
b. Tekanan darah
c. Warna kulit, kelembapan kulit
d. Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4. Disability
Kaji :
a. Tingkat kesadaran
b. Gerakan ekstremitas
c. GCS ( GlasgowComaScale )
d. Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5. Eksposure
Kaji : Tanda-tanda trauma yang ada.
c. Dasar Data Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
3. Integritas Ego
8
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, Factorstressmultiple
4.Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
5.Makanan/Cairan
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
6. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis
7.Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen
8.Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,
ortopnea, dispneanocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
9
10.Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : factorresiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil
KB atau hormone. (DongoesMarilynn E, 2000)
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
NOC:
Kriteria hasil :
NIC:
10
- Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernafasan
NOC:
Kriteria hasil :
NIC:
a. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernafasan dan
status mental
b. Pantau denyut perifer, CRT, dan suhu serta warna ekstremitas
c. Ubah posisi pasien datar atau trendelenburg ketika tekanan darah pasien berada
pada rentang lebih rendah dibandingkan dengan yang biasanya
d. Ubah posisi pasien tiap 2 jam atau pertahankan aktivitas lain yang sesuai atau
dibutuhkan untuk menurunkan statis sirkulasi perifer
11
e. Kolaborasikan pemberian akses intravena untuk pemberian cairan atau obat
f. Pasang kateter urine bila diperlukan
2. Ketidakefektifanperfusi jaringan serebral berhubungan dengan
suplai O2 ke otak menurun karena hipertensi
NOC:
a. Circulation status
b. Tissueperfusion : cerebral
Kriteria hasil :
NIC:
NOC:
a. Energy conservation
b. Activitytolerance
c. Selfcare : ADLs
12
Kriteria hasil :
NIC:
NOC:
a. Pain level.
b. Paincontrol
Kriteria hasil :
NIC:
13
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Tingkatkan istrahat
DAFTAR PUSTAKA
14
Devicaesaria, A. (2014). Hipertensi Krisis. Leading Jurnal Medicinus , 9-17.
15