FRAKTURE CLAVIKULA
A. Pengertian
Clavikula (tulang selangka) adalah tulang menonjol di kedua sisi di
bagian depan bahu dan atas dada. Dalam anatomi manusia, tulang
selangka atau clavicula adalah tulang yang membentuk bahu dan
menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. serta memberikan
perlindungan kepada penting yang mendasari pembuluh darah dan saraf.
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga
jika terdapat beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula
berlebih, hal ini bias menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut
(Dokterbujang, 2012).
Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah
terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada
tulang yang berlebihan. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh. Fraktur clavikula merupakan cedera yang
sering terjadi akibat jatuh atau hantaman langsung ke bahu. Lebih dari
80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal clavikula
(Putra, 2013).
Fraktur clavicula merupakan 5% dari semua fraktur sehingga tidak
jarang terjadi. Fraktur clavicula juga merupakan cedera umum di bidang
olahraga seperti seni bela diri, menunggang kuda dan balap motor melalui
mekanisme langsung maupun tidak langsung. Tidak menutup
kemungkinan fraktur clavicula yang terjadi disertai dengan trauma yang
lain, karena letaknya yang berdekatan dengan leher, setiap kejadian fraktur
clavicula harus dilakukan pemeriksaan cervical. Fraktur clavicula biasa
bersifat terbuka atau tertutup, tergantung dari mekanisme terjadinya
(Dokter bujang, 2012).
B. Klasifikasi
Tipe 1. Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya
perpindahan tulang maupun ganguan ligament coracoclevicular.
Tipe 2 A. Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan
ligament coracoclavicular masih melekat pada fragmen.
Tipe 2 B. Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak
ataupun kedua - duanya.
Tipe 3. Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang
melibatkan AC joint.
Tipe 4. Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan
fragmen proksimal berpindah keatas.
Tipe 5. Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan nyeri gerak
sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan
kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur
terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi
infeksi terkontaminasi dengan udara luar. Pada umumnya pada pasien
fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap
pada tempatnya sampai sembuh. (Sylvia, 1995 : 1183, dalam
keperawatan site, 2013.
F. Pathway
FRAKTUR CLAVIKULA
FRAKTUR
Deformitas
edema
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di dalam darah.
2. CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil gambar
dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum gambar
diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien (Intra Vena).
Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih baik. Orang yang
alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau udang) mungkin alergi
terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika Pasien alergi terhadap kerang,
atau memiliki alergi atau kondisi medis lainnya.
3. Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar diambil
dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring diam selama
MRI.
4. X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray dari
kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.
H. Penatalaksaan Medis
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion)
Obat-obatan:
Obat-obatan dapat diberikan untuk meringankan rasa sakit. Pasien juga mungkin
perlu obat antibiotik atau suntikan tetanus jika terdapat luka robek di kulit.
Sling atau selempang
Ada beberapa jenis sling yang dapat digunakan untuk mencegah klavikula patah
dari kerusakan lebih lanjut. Sling di ikatkan di lengan dan digantungkan ke leher
untuk kenyamanan dan keamanan.
Terapi pendukung
Paket es dapat ditempatkan pada klavikula yang patah untuk mengurangi
pembengkakan, nyeri, dan kemerahan. Latihan yang meningkatkan jangkauan
gerak dapat dilakukan setelah rasa sakit berkurang. Hal ini membantu untuk
membawa kembali kekuatan dan kekuatan bahu dan lengan.
I. Komplikasi
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria
Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: v Pain Level, 1. 1. Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,
v Pain Control, secara komprehensif termasuk
fisik, psikologis), kerusakan
v Comfort Level lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
DS: tindakan presipitasi
· Laporan secara verbal keperawatan selama ….
2. 2. Observasi reaksi nonverbal
DO: Pasien tidak mengalami dari ketidaknyamanan
· Posisi untuk menahan nyeri, dengan kriteria
3. 3. Bantu pasien dan keluarga
nyeri hasil: untuk mencari dan menemukan
· Tingkah laku berhati-hati 1. 1. Mampu mengontrol dukungan
· Gangguan tidur nyeri (tahu penyebab
4. 4. Kontrol lingkungan yang
· Terfokus pada diri sendiri nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
· Fokus menyempit menggunakan tehnik seperti suhu ruangan,
· Tingkah laku distraksi, nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
· Respon autonom mengurangi nyeri, 5. 5. Kurangi faktor presipitasi
· Perubahan autonomic mencari bantuan) nyeri
dalam tonus otot 2. 2. Melaporkan bahwa
6. 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
· Tingkah laku ekspresif nyeri berkurang dengan untuk menentukan intervensi
· Perubahan dalam nafsu menggunakan 7. 7. Ajarkan tentang teknik non
makan dan minum manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
3. 3. Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
nyeri (skala, intensitas, hangat/ dingin
frekuensi dan tanda
8. 8. Berikan analgetik untuk
nyeri) mengurangi nyeri: ……...
4. 4. Menyatakan rasa
9. 9. Tingkatkan istirahat
nyaman setelah nyeri
10. Berikan informasi tentang nyeri
berkurang Tanda vital seperti penyebab nyeri, berapa
dalam rentang normal lama nyeri akan berkurang dan
5. 5. Tidak mengalami antisipasi ketidaknyamanan dari
gangguan tidur prosedur
11. 10. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Berhubungan dengan: v Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
· Gangguan metabolisme sel
v Mobility Level 1. 1. Monitoring vital sign
Keterlembatan v Self Care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan lihat
perkembangan v Transfer Performance respon pasien saat latihan
· Pengobatan Setelah dilakukan 2. 2. Konsultasikan dengan terapi
· Keterbatasan ketahan tindakan fisik tentang rencana ambulasi
kardiovaskuler Keperawatan selama…. sesuai dengan kebutuhan
· Kehilangan integritas Gangguan mobilitas 3. 3. Bantu klien untuk
struktur tulang fisik teratasi dengan menggunakan tongkat saat
· Kurang pengetahuan tentang kriteria hasil: berjalan dan cegah terhadap
kegunaan 1. 1. Klien meningkat cedera
pergerakan fisik dalam aktivitas fisik 4. 4. Ajarkan pasien atau tenaga
· Kerusakan persepsi sensori 2. 2. Mengerti tujuan dari kesehatan lain tentang teknik
· Tidak nyaman, nyeri peningkatan mobilitas ambulasi
· Kerusakan muskuloskeletal
3. 3. Memverbalisasika
5. 5. Kaji kemampuan pasien
dan neuromuskuler perasaan dalam dalam mobilisasi
· Intoleransi aktivitas/ meningkatkan kekuatan
6. 6. Latih pasien dalam
penurunan kekuatan dan dan kemampuan pemenuhan
stamina berpindah kebutuhan ADLs secara mandiri
· Depresi mood atau cemas 4. 4. Memperagakan sesuai kemampuan
· Penurunan kekuatan otot, penggunaan alat Bantu
7. 7. Dampingi dan Bantu pasien
kontrol dan atau masa untuk mobilisasi saat mobilisasi dan bantu penuhi
DO: (walker) kebutuhan ADLs ps.
· Kesulitan merubah posisi 8. 8. Berikan alat Bantu jika klien
· Perubahan gerakan memerlukan.
(penurunan untuk berjalan, 9. 9. Ajarkan pasien bagaimana
kecepatan, kesulitan merubah posisi dan berikan
memulai langkah pendek) bantuan jika diperlukan
· Keterbatasan motorik kasar
dan halus
· Keterbatasan ROM
· Gerakan disertai nafas
pendek atau tremor
· Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
· Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Media Aesculapius: Jakarta
Price & Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyaki. Volume 2.
Edisi 6. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat R., (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC: Jakarta
Smeltzer & Bare, (2003). Buku ajar keperawatan medical bedah. Volume 3. Edisi 8.
EGC: Jakarta