Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


PADA PASIEN HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Fitri Nur Kholifah
202173064

Program Studi Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI
Kabupaten Mojokerto
2022
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep dasar hipertensi
1.1.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara
terus menerus lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)

Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan


sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

1.1.2 Anatomi
1. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada,
batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercostalis kelima kiri pada linea midclavicular. Hubungan jantung
adalah:
a. Atas : pembuluh darah besar
b. Bawah : diafragma
c. Setiap sisi : paru
d. Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
2. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan
dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan
tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki
laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan
darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot
(mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut
darah dari jantung ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci)
memiliki banyak sekali cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi
pembuluh yang lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm
(0,16 inci) saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter
yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi arteri menditribusikan darah
teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai
dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3
lapisan yaitu :
a. Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan
dengan darah dan terdiri dari jaringan endotel.
b. Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot
yang sifatnya elastic dan termasuk otot polos
c. Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri
dari jaringan ikat gembur yang berguna menguatkan dinding arteri
(Syaifuddin, 2006)
3. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif
tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan
kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai
darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum,
tekanan darah akan meningkat.
4. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang
berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan
pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus.
Dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira
0,008 mm. Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring
darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di
usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
5. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.
Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan
sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat
adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan
pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe
mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe ke
dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk
membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang
terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.
6. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena
dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak
berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John. Edisi 2 tahun
2002, hal 110)
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari
bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang
ukurannya besar seperti vena kava dan vena pulmonalis. Vena ini juga
mempunyai cabang yang lebih kecil disebut venolus yang selanjutnya
menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor kecuali vena
pulmonalis, mempunyai dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung.

1.1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :

1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial


Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi
idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
memengaruhi yaitu : (Aspiani, 2014)
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini
tidak dapat dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang
memliki tekanan darah tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka
tekanan darah meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta
jenis kelamin laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh
penderita dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang
dikonsumsi berlebihan, ginjal yang bertugas untuk mengolah garam
akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang seharusnya
didalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan
peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang dibawa oleh
pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah bekerja
ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal)
dikaitkan dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau
hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup
sehat dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok,
dengan merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam
waktu sehari dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama
merokok berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi
alkohol yang sering, atau berlebihan dan terus menerus dapat
meningkatkan tekanan darah pasien sebaiknya jika memiliki tekanan
darah tinggi pasien diminta untuk menghindari alkohol agar tekanan
darah pasien dalam batas stabil dan pelihara gaya hidup sehat penting
agar terhindar dari komplikasi yang bisa terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang
terjadiakibat stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital
atau akibat aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah
ke ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan
pelepasn renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara
langsung meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung
meningkatkan sintesis andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat
dilakukan perbaikan pada stenosis,atau apabila ginjal yang terkena
diangkat,tekanan darah akan kembalike normal (Aspiani, 2014).

1.1.4 Patofisiologi
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output
(curah jantung) dengan total tahanan prifer. Cardiac output (curah jantung)
diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate (denyut
jantug). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom
dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi
vaskular (Udjianti, 2010).

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh


darah terletak di vasomotor, pada medula diotak. Pusat vasomotor ini
bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Titik neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
(Padila, 2013).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Padila, 2013).
Meski etiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor diduga
memegang peranan dalam genesis hiepertensi seperti yang sudah dijelaskan
dan faktor psikis, sistem saraf, ginjal, jantung pembuluh darah,
kortikosteroid, katekolamin, angiotensin, sodium, dan air (Syamsudin,
2011).

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon


rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah
(Padila, 2013).

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran keginjal,


menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua
faktor ini cendrung mencetuskan keadaan hipertensi (Padila, 2013).
PATHWAY

Umur, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh

darah
Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Retina Pembuluh darah

Retensi Suplai O2 Vasokonstr Spasme Sistemik Koroner


pembuluh otak iksi arteriole
darah otak pembuluh
darah ginjal
Diplopia Vasokontri Iskemi
Sinkop ksi miocard
Rangsang
aldosteron Resti injuri Afterload Nyeri dada
Gangguan
perfusi
jaringan
Retensi Na Penurunan Fatique
curah
Nyeri Gangguan jantung
pola tidur Intoleransi
kepala Odema aktivitas

Gangguan
keseimbang
an cairan
1.1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala utama hipertensi adalah (Aspiani, 2014)
menyebutkan gejala umum yang ditimbulkan akibat hipertensi atau tekanan
darah tinggi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa
tanda gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi
sebagai berikut:

1. Sakit kepala
2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
3. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh
4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5. Telinga berdenging yang memerlukan penanganan segera

Menurut teori (Brunner dan Suddarth, 2014) klien hipertensi


mengalami nyeri kepala sampai tengkuk karena terjadi penyempitan
pembuluh darah akibat dari vasokonstriksi pembuluh darah akan
menyebabkan peningkatan tekanan vasculer cerebral, keadaan tersebut akan
menyebabkan nyeri kepala sampe tengkuk pada klien hipertensi.

1.1.6 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.


2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
1.1.7 Klasifikasi
Menurut (WHO, 2018) batas normal tekanan darah adalah tekanan
darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik kurang
dari 80 mmHg. Seseorang yang dikatakan hipertensi bila tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Sebagai Patokan dan


Diagnosis Hipertensi (mmHg)

Kategori Tekanan darah


Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg
Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
(Sumber : American Heart Association, Hypertension Highlights 2018 :
Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And Management Of
High Blood Pressure In Adults 2013)

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi


primer dan hipertensi sekunder (Aspiani, 2014). Hipertensi primer adalah
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya. Dari 90%
kasus hipertensi merupakan hipertensi primer. Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer adalah genetik, jenis
kelamin, usia, diet, berat badan, gaya hidup. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya
seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Dari 10% kasus hipertensi
merupakan hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya hipertensi
sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, kehamilan, peningkatan
volume intravaskular, luka bakar dan stres (Aspiani, 2014).
1.1.8 Komplikasi
Tekanan darah tinggi bila tidak segera diobati atau ditanggulangi,
dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan ateri didalam tubuh
sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi yaitu :


(Aspiani, 2014)

1. Stroke terjadi akibat hemoragi disebabkan oleh tekanan darah tinggi di


otak dan akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan darah tinggi.
2. Infark miokard dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan apabila membentuk
12 trombus yang bisa memperlambat aliran darah melewati pembuluh
darah. Hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen
miokardium tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Sedangkan hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel terjadilah disritmia,
hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan.
3. Gagal jantung dapat disebabkan oleh peningkatan darah tinggi. Penderita
hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan
mengendor dan berkurang elastisitasnya, disebut dekompensasi.
Akibatnya jantung tidak mampu lagi memompa, banyak cairan tertahan
diparu yang dapat menyebabkan sesak nafas (eudema) kondisi ini disebut
gagal jantung.
4. Ginjal tekanan darah tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal. Merusak
sistem penyaringan dalam ginjal akibat ginjal tidak dapat membuat zat-zat
yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi
penumpukan dalam tubuh.

1.1.9 Pemeriksaan diagnostik


1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya
hipertensi yang diderita klien
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit

1.1.10 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai
macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah
yaitu : (Aspiani, 2014)
2. Pengaturan diet
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
pada dinding vaskular.
c. Diet kaya buah sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
3. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi
beban kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi
menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi
dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal
yangs angat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat
badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan
menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karenan
umumnya obat penurunan penurunan berat badan yang terjual bebas
mengandung simpasimpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan
terjadinya eksaserbasi aritmia.
4. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung..
olahraga isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin
perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30
menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk
menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang
dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
5. Memeperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti
merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi
efek jangka oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan
aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
6. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan :
1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi
curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi
garam dan airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat
menurunkan TPR.
Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau
inhibitor ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin
I menjadi angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara
langsung dengan menurunkan TPR, dan secara tidak langsung
dengan menurunakan sekresi aldosterne, yang akhirnya
meningkatkan pengeluaran natrium
BAB 2
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nama
penanggung jawab dan catatan kedatangan.

2.1.2 Riwayat kesehatan :


1. Keluhan utama : Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
2. Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat
melakukan pengkajian.
3. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit hipertensi adalah
penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan biasanya dilakukan
pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
4. Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada yang
menderita riwayat penyakit yang sama.

2.1.3 Pemeriksaan persistem


1. Aktivitas / istirahat
Gejala :
a. Kelemahan
b. Letih
c. Napas pendek 
d. Gaya hidup monoton

Tanda :

a. Frekuensi jantung meningkat


b. Perubahan irama jantung
c. Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler 
Tanda :
a. Kenaikan TD
b. Nadi : denyutan jelas
c. Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
d. Bunyi jantung : murmur 
e. Distensi vena jugularis
f. Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ),
pengisian kapiler mungkin lambat
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan,
pekerjaan )
Tanda :
a. Letupan suasana hati
b. Gelisah
c. Penyempitan kontinue perhatian
d. Tangisan yang meledak 
e. otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
f. Peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )
5. Makanan / Cairan
Gejala :
a. Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol
b. Mual
c. Muntah
d. Riwayat penggunaan diuretik tanda :
e. BB normal atau obesitas
f. Edema
g. Kongesti vena
h. Peningkatan JVP
i. glikosuria
6. Neurosensori
Gejala :
a. Keluhan pusing / pening, sakit kepala
b. Episode kebas
c. Kelemahan pada satu sisi tubuh
d. Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
e. Episode epistaksis

Tanda :

a. Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir


atau memori ( ingatan )
b. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
c. Perubahan retinal optik 
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
a. nyeri hilang timbul pada tungkai
b. sakit kepala oksipital berat
c. nyeri abdomen
8. Pernapasan
Gejala :
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
b. Takipnea
c. Ortopnea
d. Dispnea nocturnal proksimal
e. Batuk dengan atau tanpa sputum
9. Riwayat merokok
Tanda :
a. Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
b. Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
c. Sianosis
10. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
11. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
a. Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
b. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
c. Penggunaan obat / alkohol

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala

2.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan

Hasil

1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Menejemen nyeri (I.08238)


intervensi keperawatan Observasi
Penyebab selama ....x24 jam , 1. Identifikasi lokasi,
1. Agen pencedera fisiologis (mis. maka diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
Inflamasi,iskemia,neoplasma) berkurang dengan freukensi, kualitas, intensitas
2. Agen pencedera kimiawi (mis. kriteria hasil : nyeri
Terbakar, bahan kimia iritan) 1. Kontrol nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, (L.08063) 3. Identifikasi respon nyeri non
amputasi, terbakar, terpotong, Meningkat verbal
mengangkan berat, prosedur a. Melaporkan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
operasi, trauma, latihan fisik terkontrol memperberat kan dan
berlebihan) b. Kemampuan memperingan nyeri
Gejala dan tanda mengenali onset 5. Identifikasi pengetahuan dan
Mayor nyeri keyakinan tentang nyeri
Subjektif c. Kemampuan 6. Identifikasi pengaruh budaya
Mengeluh nyeri mengenali terhadap respon nyeri
Objektif penyebab nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri
1. Tampak meringis d. Kemampuan pada kualitas hidup
2. Bersikap protektif menggunakan 8. Monitor keberhasilan terapi
3. Gelisah teknik non- komplementer yang sudah
4. Frekuensi nadi meningkat farmakologi diberikan
5. Sulit tidur e. Dukungan orang 9. Monitor efek samping
Minor terdekat penggunaan analgetik
Objektif Menurun Therapeutic
1. Tekanan darah meningkat a. Keluhan nyeri 1. Berikan teknik non
2. Pola nafas berubah b. Penggunaan farmakologis untuk
3. Nafsu makan berubah analgesik mengurangi rasa nyeri (mis.
4. Proses berfikir terganggu 2. Tingkat nyeri TENS, hypnosis, akupresure,
5. Menarik diri (L.08066) terapi musik, biofeedback,
6. Berfokus pada diri sendiri Meningkat terapi pijat, aromaterapi,
7. Diaforesik a. Kemampuan teknik imajinasi terbimbing,
Kondisi klinis terkait menuntaskan kompres hangat atau dingin,
1. Kondisi pembedahan aktivitas terapi bermain)
2. Cedera traumatis Menurun 2. Kontrol lingkungan yang
3. Infeksi a. Keluhan nyeri mempererat rasa nyeri di
4. Sindrom koroner akut b. Meringis soalnya suhu ruangan
5. Glaukoma c. Sikap protektif pencahayaan, kebisingan
d. Gelisah 3. Fasilitas istirahat dan tidur
e. Kesulitan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan
f. Menarik diri sumber nyeri dalam pemilihan
g. Berfokus pada diri strategi meredakan nyeri
sendiri Edukasi
h. Diaforesis Farmakologi untuk mengurangi
i. Perasaan depresi rasa nyeri
(tertekan) Kolaborasi
j. Perasaan takut Kolaborasi pemberian analgetik
mengalami cedera jika perlu
berulang
k. Anoreksia Pemberian analgetik (I.
l. Perinium terasa 08243)
tertekan Observasi
m. Uterus teraba 1. Identifikasi karakteristik nyeri
membulat (misalnya pencetus,, kualitas,
n. Ketegangan otot lokasi, intensitas, frekuensi,
o. Pupil dilatasi durasi)
p. Muntah mual 2. Identifikasi riwayat alergi
Membaik obat identifikasi kesesuaian
a. Frekuensi nadi jenis analgesik (misalnya
b. Pilah nafas narkotika, narkotika,
c. Tekanan darah atauNSAID) dengan tingkat
d. Proses berfikir keparahan nyeri
e. Fokus 3. Monitor tanda-tanda vital
f. Fungsi berkemih sebelum dan sesudah
g. Perilaku pemberian analgesik
h. Nafsu makan 4. Monitor efektivitas analgesik
i. Pola tidur Therapeutic
1. Diskusikan jenis analgesic
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan
infus kontinyu atau bolus
oploid analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
3. Edukasi jelaskan efek terapi
dan efek samping obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik sesuai indikasi

2. Gangguan pola tidur (D.0055) Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.05174)


intervensi keperawatan Observasi
Penyebab : selama ....x24 jam , 1. Identifikasi pola aktivitas
1. Hambatan lingkungan maka diharapkan dan tidur
2. Kurang kontrol tidur gangguan pola tidur 2. Identivikasi faktor
3. Kurang privasi berkurang dengan pengganggu
4. Restraint fisik kriteria hasil : tidur(fisik/psikologis)
5. Ketiadaan teman tidur Pola tidur (L.05045) 3. Identifikasi makanan dan
6. Tidak familiar dengan peralatan Meningkat minuman yang mengganggu
tidur 1. Keluhan sulit tidur tidur (mis. Kopi, teh,
Gejala dan tanda mayor : 2. Keluhan sering alkohol, makan mendekati
Subjektif : terjaga waktu tidur, minum banyak
1. Mengeluh sulit tidur 3. Keluhan tidak puas air sebelum tidur)
2. Mengeluh sering terjaga tidur 4. Identifikasi obat tidur yang
3. Mengeluh tidak puas tidur 4. Keluhan pola tidur dikonsumsi
4. Mengeluh pola tidur berubah berubah Terapeutik
5. Mengeluh istirahat tidak cukup 5. Keluhan istirahat 1. Modifikasi lingkungan (mis.
tidak cukup Pencahayaan, kebisingan,
Gejala dan tanda minor : Menurun suhu, matras, dan tempat
Subjektif : Kemampuan tidur)
Mengeluh kemampuan beraktifitas beraktivitas 2. Batasi waktu tidur siang,
menurun jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan
Kondisi klinis : stres sebelum tidur
1. Nyeri/kolik 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
2. Hipertiroidisme 5. Lakukan prosedur untuk
3. Kecemasan meningkatkan kenyamanan
4. Pengakit paru obstruksi kronis (mis. Pijat, pengaturan
5. Kehamilan posisi, terapi akupresure)
6. Period pasca partum 6. Sesuaikan jadwal pemberian
7. Kondisi pasca operasi obat dan tindakan untuk
menunjang siklus
tidur/terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya

2.4 Implementasi Keperawatan

Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase


dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan
dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang
digunakan untuk melaksanaan intervensi.

2.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau


terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses
dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif,
objektif, assesment, planing) (Achjar, 2007). Evaluasi yang diharapkan sesuai
dengan masalah yang klien hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan
kriteria hasil. Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada klien hipertensi dengan
kesiapan peningkatan pengetahuan adalah :
2. Pasien memiliki ketertarikan dalam belajar
3. Pasien dapat mengidentifikasi sumber informasi yang akurat
4. Pasien secara aktif mengungkapkan secara verbal informasi yang dapat
digunakannya
5. Pasien dapat menggunakan informasi yang diperoleh dalam meningkatkan
kesehatan atau mencapai tujuan.
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN:
IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG
a. Nama : Ny.M JAWAB
b. Tanggal lahir : 23 Maret 1957 a. Nama : Ny.S
c. Status Perkawinan : Menikah b. Status Perkawinan : Menikah
d. Pendidikan : SD c. Pekerjaan : IRT
e. Pekerjaan : IRT d. Alamat : Jatirowo
f. Agama : Islam e. Hubungan dengan : Anak
g. Alamat : Jatirowo klien
h. MRS Tanggal : 25-Januari-
2022
i. Dx Masuk :
j. Ruang :
k. Pengkajian tanggal : 25-Januari-
2022
l. Pukul :

B. STATUS KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
klien mengatakan kepalanya nyeri
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien mengatakan nyeri kepala bagian belakang sejak kemarin pagi dan
malam hari sering terbangun dan susah untuk tidur. Nyeri yang dirasakan
cekot-cekot dengan skala 4 dan nyeri hilang timbul. Klien juga
mengatakan saat pagi sering merasa pusing dan sering mengantuk, mata
tampak sayu.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Klien mengatakan pernah sampai tekanan daranya 200 mmHg.
4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Klien mengatakan ada keluarga memiliki penyakit turunan hipertensi dari
ibunya.
KEADAAN UMUM :
Kesadaran : Composmentis
GCS : 4-5-6
Tanda-tanda vital: Nadi : 88x/mntSUHU :36,5° RR : 20x/mntTD: 160/100mmHg

II. PENGKAJIAN SISTEM


1. B1 (BREATING)
-Inspeksi : Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, RR 20x/mnt
-Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
-Perkusi : perkusi dada sonor
-Auskultasi : suara nafas vesikuler

2. B2 (BLOOD)
-Inspeksi : konjungtiva pucat, sklera berwarna putih, pola tidur malam 6jam, tidur siang hanya
1 jam
-Palpasi : Tidak ada nyeri dada, CRT <3dtk, dan Akral Hangat
-Auskultasi : suara jantung normal
3. B3 (BRAIN)
-Inspeksi : Kesadaran Composmentis, GCS 4-5-6, pendengaran baik, berbicara lancar,
penglihatan baik
-Palpasi :

P: kenaikan tekanan darah


Q : cekot cekot
R: kepala bagian belakang
S:4
T : hilang timbul
4. B4 (BLADDER)
-Inspeksi : tidak nyeri pada saat BAK, warna kuning, bau khas, BAK 6-7kali perhari.
-Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kandung kemih
5. B5 (BOWEL)
-Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada gangguan menelan, bentuk abdomen simetris, tidak
ada bekas luka, tidak ada asites, feses lembek, berwana kecoklatan terkadang kekuningan,
porsi makan 1 porsi habis 2-3x/hari
-Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
-Perkusi : timpani
-Auskultasi : bising usus 6x/mnt
6. B6 (BONE)
-Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, kemampuan pergerakan bebas, turgor kulit
lembab, tidak ada oedema, tonus otot

5 5

5 5

-Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada struktur tulang dan otot pada pergelangan tangan dan kaki
III. TERAPI
Amplodipine 1x5mg
ANALISA DATA
Nama Pasien:Ny.M No. Reg:
NO
DATA ETIOLOGI MASALAH TTD
Dx

1 Ds: peyumbatan Nyeri Akut


pembuluh darah
- klien mengatakan nyeri kepala
P: kenaikan tekanan darah
Q : cekot cekot vasokontraksi
R: kepala bagian belakang
S:4
T : hilang timbul gangguan sirkulasi
Do:
- Tanda-tanda vital: Otak
TD : 160/100mmHg
Nadi: 88x/mnt
RR:20x/mnt
Resistensi pembuluh
darah di otak

2 DS : Hipertensi Gangguan Pola tidur


- Pasien mengatakan susah tidur peyumbatan
- Sering mengantuk pembuluh darah
- Tidur malam 6jam
Do:
- konjungtiva pucat vasokontraksi
- mata tampak sayu
- Tanda-tanda vital:
TD : 160/100mmHg gangguan sirkulasi
Nadi: 88x/mnt
RR:20x/mnt
Otak

Resistensi pembuluh
darah di otak
DAFTAR DIAGNOSIS

Nama Pasien:Ny.M No. Reg:

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN TTD

1 Nyeri Akut (D.0077)

2 Gangguan Pola Tidur (D.0055)


INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. M
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan intervensi Menejemen nyeri (I.08238)


keperawatan selama 3x24 jam Observasi
, maka diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi,
berkurang dengan kriteria karakteristik, durasi,
hasil : freukensi, kualitas,
1. Mampu menggunakan intensitas nyeri
teknik non- 2. Identifikasi skala nyeri
farmakologi 3. Identifikasi respon nyeri
2. Keluhan nyeri non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
memperberat kan dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Therapeutic
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
mempererat rasa nyeri di
soalnya suhu ruangan
pencahayaan, kebisingan
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan Tidur (I.05174)


(D.0055) keperawatan selama 3x24 jam Observasi
, maka diharapkan gangguan 1. Identifikasi pola aktivitas dan
pola tidur berkurang dengan tidur
kriteria hasil : 2. Identivikasi faktor pengganggu
1. Keluhan sulit tidur tidur(fisik/psikologis)
menurun 3. Identifikasi makanan dan
2. Keluhan istirahat tidak minuman yang mengganggu
cukup meningkat tidur (mis. Kopi, teh, alkohol,
makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum
tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresure)
6. Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan tindakan untuk
menunjang siklus tidur/terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup
2. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologis lainnya
Implementasi Keperawatan

Nama Pasien : Ny.S

Tgl Dx Keperawatan Implementasi TTD


Nyeri akut 1. Observasi tanda-tanda vital
Hasil:
TD : 160/100mmHg
Nadi: 88x/mnt
RR:20x/mnt
2. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
freukensi, kualitas, intensitas nyeri
Hasil
Hasil:
P: kenaikan tekanan darah
Q : cekot cekot
R: kepala bagian belakang
S:4
T : hilang timbul
3. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis., kompres
hangat)
Hasil: Pasien mengatakan paham dan
mengerti

Gangguan pola 1. Observasi tanda-tanda vital


tidur Hasil:
TD : 160/100mmHg
Nadi: 88x/mnt
RR:20x/mnt
2. Identivikasi faktor pengganggu
tidur(fisik/psikologis)
Hasil: pasien mengatakan sering terbangun
karena kepala nyeri
3. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Hasil: pasien paham untuk menghindari
tidur siang
4. Anjurkan menghindari makanan/minuman
yang mengganggu tidur
Hasil: pasien mengatakan akan mengurangi
minum kopi
5. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. Pemberian
aromaterapi)
Hasil: Pasien mengatakan paham dan
mengerti
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien: Ny.M No. Reg:


NO EVALUASI TTD
Dx S-O-A-P
1 S : klien mengatakan nyeri kepala
P: kenaikan tekanan darah
Q : cekot cekot
R: kepala bagian belakang
S:4
T : hilang timbul
O:
- Klien tampak rileks, dan lebih tenang
- TD : 160/100mmHg
- Nadi: 88x/mnt
- RR:20x/mnt
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan, lanjutkan dengan HE
- Teruskan penggunaan obat hipertensi secara rutin
- Periksa tekanan darah secara teratur
- Diit garam

2 S : sering terbangun saat malam dan susah untuk tidur kembali


O:
- keadaan umum baik
- TD : 160/100mmHg
- Nadi: 88x/mnt
- RR:20x/mnt
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
P : intervensi dihentikan, lanjutkan dengan HE
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
- Menciptakan lingkungan yang tenang untuk tidur, dengan kurangi bising dan cahaya
ruangan yang tidak diinginkan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika

Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta Smeljer,s.c


Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Imam, S Dkk.2005.
Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Anda mungkin juga menyukai