HALUSINASI
OLEH:
NPM : 2014901110062
1
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
I. Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal/eksternal disertai dengan suatu pengurangan/berlebih, distorsi atau
kelainan berespons terhadap stimulus (Townsend, 1998 dalam Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsang
dari luar. Halusinasi merupakan distorsi persepsi yang muncul dari berbagai
indera (Stuart & Lara[][[ia, 2005 dalam Trimelia, 2011).
2
Respons maladaptif:
Perubahan proses pikir adalah waham/delusi adalah suatu bentuk kelainan
pikiran (adanya ide-ide/ keyakinan yang salah).
Halusinasi adalah persepsi yang salah, meskipun tidak ada stimulus tetapi
klien merasakannya.
Ketidakmampuan untuk mengalami emosi adalah terjadi karena klien
berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu, kalau tidak, hal ini akan
menimbulkan kecemasan.
Perilaku tidak terorganisir/ ketidakteraturan adalah respons neurobiologis
yang mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi utama dari Sistem Syaraf
Pusat, sehingga tidak ada koordinasi antara isi pikiran, perasaan dan tingkah
laku (kataton, meringis, stereotipik, avolisi).
Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk menjalin hubungan, kerja sama
dan saling tergantung dengan orang lain.
3
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas,
overprotektif, dingin, tidak sensitif, pola asuh tidak adekuat, konflik
perkawinan, koping tidak adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan
individu dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
Individu lebih memilih kesenangan sesaat dan lari alam nyata menuju alam
nyata.
6) Faktor genetik
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.
4
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapt berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut, sehingga klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Bahwa individu dengan hausinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua prilaku
klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpesonal
yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu
karena sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat
terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu
5
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
6
diatasi. (dalam tahap ini ada kecenderungan individu merasa nyaman
dengan halusinasi bisa bersifat sementara).
Mulai berusaha untuk menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
sumber yang dioersepsikan oleh individu.
7
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang
datang.
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain dan menjadi menarik diri.
Klien berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau
bisa juga bisa juga beberapa jam atau beberapa hari atau
selamanya/kronis (terjadi gangguan psikotik berat).
8
VI. Pohon Masalah
- Halusinasi penciuman
Pasien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata.
- Halusinasi pengecapan
Pasien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak.
- Halusinasi Perabaan
Pasien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
- Halusinasi Kinestetik
Pasien merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bergerak.
- Halusinasi Viseral
9
Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya.
- Objektif
o Pasien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
10
o Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
o Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
o Disorientasi
o Konsentrasi rendah
o Pikiran cepat berubah-ubah
o Kekacauan alur pikiran
11
6.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan menurut Fitria (2014):
Nama Klien : Ruangan :
No CM : Dx Medis :
No Perencanaan
Tg Diagnosa
.
l Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dx
Setelah ...”
Perubahan
SP 1: Klien dapat interaksi, klien Ungkapan dari klien mengenali jenis
persepsi
mengidentifikasi dapat Identifikasi jenis halusinasi klien halusinasi yang menunjukan apa yang
sensori :
jenis halusinasi mengidentifikasi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien.
Halusinasi
jenis halusinasi
Setelah ...”
SP 1: Klien dapat interaksi, klien Ungkapan dari klien mengenali isi
mengidentifikasi isi dapat Identifikasi isi halusinasi klien halusinasi yang menunjukan apa yang
halusinasi mengidentifikasi isi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien.
halusinasi
SP 1: Klien dapat Setelah ...” Identifikasi waktu halusinasi klien Ungkapan dari klien mengenali waktu
mengidentifikasi interaksi, klien halusinasi yang menunjukan apa yang
waktu halusinasi dapat dibutuhkan dan dirasakan oleh klien.
12
mengidentifikasi
waktu halusinasi
Setelah ...”
Ungkapan dari klien mengenali
SP 1: Klien dapat interaksi, klien
frekuensi halusinasi yang menunjukan
mengidentifikasi dapat Identifikasi frekuensi halusinasi
apa yang dibutuhkan dan dirasakan
frekuensi mengidentifikasi klien
oleh klien.
halusinasi frekuensi
halusinasi
Setelah...”
SP 1: Klien dapat interaksi, klien
Ungkapan ari klien mengenai situasi
mengidentifikasi dapat
Identifikasi situasi yang halusinasi menunjukan apa yang
situasi yang dapat mengidentifikasi
menimbulkan halusinasi pada klien dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
menimbulkan situasi yang
halusinasi menimbulkan
halusinasi
SP 1: klien dapat Setelah...” Identifikasi respon yang
mengindentifikasi interaksi, klien menimbulkan halusinasi pada klien Ungkapan dari klien mengenai respon
respon klien dapat halusinasi menunjukan apa yang
terhadap halusinasi mengidentifikasi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
respon yang
menimbulkan
13
halusinasi
Setelah...”
SP 1: klien dapat Tindakan menghardik merukan salah
interaksi, klien Latih klien untuk mampu
menghardik satu upaya mengontrol halusinasi
dapat menghardik menghardik halusinasinya
halusinasi
halusinasi
SP 1: klien dapat Setelah...”
Memasukan kegiatan menghardik
memasukan cara interaksi, klien
halusinasi kedalam jadwal harian klien
menghardik dapat memasukan memasukan cara menghardik
membantu mempercepat klien dapat
halusinasi dalam cara menghardik dalam jadwal kegiatan harian
mengontrol halusinasi
jadwal kegiatan dalam jadwal
harian kegiatan harian
Setelah ...” interasi
SP 2: klien dapat
klien dapat Evaluasi akan membantu untuk
mengevaluasi Evaluasi jadwal kegiatan harian
mengevaluasi merencanakan selanjutnya.
jadwal kegiatan klien
jadwal kegiatan
harian klien
harian klien
SP 2: klien dapat Setelah ...” interasi Latih klien untuk mengendalikan Bercakap-cakap dengan orang lain
mengendalikan klien dapat halusinasi dengan cara bercakap- merupakan salah satu tindakan yang
halusinasi dengan mengendalikan cakap dengan orang lain dapat mengendalikan halusinasi
cara bercakap- halusinasi dengan
cakap dengan cara bercakap-
orang lain cakap dengan
14
orang lain
Memasukan kegiatan menghardik
Setelah ...” interasi
SP2 : klien dapat Masukan bercakap-cakap dengan halusinasi kedalam jadwal harian klien
klien dapat
memasukan jadwal orang lain kedalam jadwal kegiatan membantu mempercepat klien dapat
memasukan jadwal
kegiatan harian harian klien. mengontrol halusinasi
kegiatan harian
15
dirumah
Setelah ...”
SP 3 : klien
interaksi klien
memasukan Masukan kegiatan yang dilakukan Masukan kegiatan yang dilakukan
memasukan
kegiatan di atas ke klien di RSJ ke dalam jadwal klien di RSJ ke dalam jadwal kegiatan
kegiatan di atas ke
dalam jadwal kegiatan harian harian klien membantu mempercepat
dalam jadwal
kegiatan harian klien dapat mengontrol halusinasi
kegiatan harian.
Setelah...” interaksi
SP 4: Klien dapat
Klien dapat Evaluasi akan membantu untuk
mengevaluasi
mengevaluasi Evaluasi jadwal kegiatan klien merencanakan selanjutnya.
jadwal kegiatan
jadwal kegiatan
hariannya
hariannya
Setelah...” interaksi
SP 4: Klien dapat
Klien dapat Dorong klien untuk menggunakan Menggunakan obat secara teratur
menggunakan obat
menggunakan obat obat secara teratur merupakan salah satu tindakan yang
secara teratur
secara teratur dapat mengendalikan halusinasi
SP 4: Klien dapat Setelah...” interaksi Masukan kegiatan mengunakan
memasukan Klien dapat obat secara teratur kedalam Masukan kegiatan mengunakan obat
kegiatan memasukan kegiatan jadwal harian secara teratur kedalam kegiatan jadwal
menggunakan obat kegiatan harian klien dapat membantu
secara teratur menggunakan obat mempercepat klien mengontrol
kedalam jadwal secara teratur halusinasi.
16
kedalam jadwal
kegiatan harian
kegiatan harian
17
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
Strategi pelaksanan tindakan menurut Fitria (2014).
a. SP Klien:
1) SP 1 Klien
- Mengidentifikasi jenis halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respons pasienterhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Mengajarkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
2) SP 2 Klien
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
3) SP 3 Klien
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang bisa dilakukan dirumah).
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
4) SP 4 Klien
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
18
b. SP Keluarga:
1) SP 1 Keluarga
- Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
halusinasi.
- Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi.
2) SP 2 Keluarga
- Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
halusinasi.
- Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
klien.
3) SP 3 Keluarga
- Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning).
- Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta: TIM
20