Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

STASE KEPERAWATAN JIWA

OLEH:

NAMA : NOR AIMAH

NPM : 2014901110062

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal/eksternal disertai dengan suatu pengurangan/berlebih, distorsi atau
kelainan berespons terhadap stimulus (Townsend, 1998 dalam Trimelia, 2011).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsang
dari luar. Halusinasi merupakan distorsi persepsi yang muncul dari berbagai
indera (Stuart & Lara[][[ia, 2005 dalam Trimelia, 2011).

II. Rentang Respons


Respons neurobiologis merupakan berbagai respons perilaku klien yang terkait
dengan fungsi otak. Gangguan respons neurobiologis ditandai dengan gangguan
sensori persepsi halusinasi (Trimelia, 2011). Gangguan respons neurobiologis
atau respons neurobiologis yang maladaptif terjadi karena adanya:
a. Lesi pada ara frontal, temporal dan limbik sehingga mengakibatkan
terjadinya gangguan pada otak dalam memproses informasi.
b. Ketidakmampuan otak untuk menyeleksi stimulus.
c. Ketidakmampuan antara dopamin dan neurotransmiter lainnya.(Trimelia,
2011).
Respons neurobiologis individu daapt diidentifikasi sepanjang rentang respons
adaptif sampai maladaptif, menurut Stuart dan Laraia (1998) dalam Trimelia
(2011) adalah sebagai berikut:

Respons Adaptif Respons Maladaptif


 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses
 Persepsi akurat menyimpang pikir/delusi/waham
 Emosi konstan  Ilusi  Etidakmampuan
dengan  Reaksi untuk mengalami
pengalaman emosional emosi
 Perilaku sesuai berlebih/kurang  ketidakteraturan
 Hubungan  Perilaku ganjil  Isolasi sosial
sosial harmonis  Menarik diri  halusinasi

2
Respons maladaptif:
 Perubahan proses pikir adalah waham/delusi adalah suatu bentuk kelainan
pikiran (adanya ide-ide/ keyakinan yang salah).
 Halusinasi adalah persepsi yang salah, meskipun tidak ada stimulus tetapi
klien merasakannya.
 Ketidakmampuan untuk mengalami emosi adalah terjadi karena klien
berusaha membuat jarak dengan perasaan tertentu, kalau tidak, hal ini akan
menimbulkan kecemasan.
 Perilaku tidak terorganisir/ ketidakteraturan adalah respons neurobiologis
yang mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi utama dari Sistem Syaraf
Pusat, sehingga tidak ada koordinasi antara isi pikiran, perasaan dan tingkah
laku (kataton, meringis, stereotipik, avolisi).
 Isolasi sosial adalah ketidakmampuan untuk menjalin hubungan, kerja sama
dan saling tergantung dengan orang lain.

Faktor predisposisi dan faktor presipitasi menurut Trimelia (2011):


III. Predisposisi
1) Faktor biologis
Terdapat lesi pada area frontal, temporal dan limbik.
2) Faktor perkembangan
Rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan individu tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress adalah merupakan salah satu tugas perkembangan
yang terganggu.
3) Faktor sosiokultural
Individu yang merasa tidak diterima lingkungannya akan merasa
disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
4) Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami individu maka didalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusogenik neurokimia seperti Buffofenon
dan Dimetytransferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmiter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan Acetylcholin dan Dopamin.
5) Faktor psikologis

3
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Selain itu ibu yang pencemas,
overprotektif, dingin, tidak sensitif, pola asuh tidak adekuat, konflik
perkawinan, koping tidak adekuat juga berpengaruh pada ketidakmampuan
individu dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
Individu lebih memilih kesenangan sesaat dan lari alam nyata menuju alam
nyata.
6) Faktor genetik
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang di asuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung akan mengalami skizofrenia juga.

IV. Faktor Presipitasi


1) Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respons neurobiologik yang
maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan adanya abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan.
2) Pemicu gejala
Pemicu atau stimulus yang sering menimbulkan episode baru suatu
penyakit yang biasanya terdapat pada respons neurobiologis yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku
individu.
a) Kesehatan, seperti gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, obat SSP,
gangguan proses informasi, kurang olah raga, alam perasaan abnormal
dan cemas.
b) Lingkungan, seperti lingkungan penuh kritik, gangguan dalam
hubungan interpersonal, masalah perumahan, stress, kemiskinan,
tekanan terhadap penampilan, perubahan dalam kehidupan dan pola
aktivitas sehari-hari, kesepian (kurang dukungan) dan tekanan
pekerjaan.
c) Perilaku, seperti konsep diri rendah, keputusasaan, kehilanagn motivasi,
tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual, bertindak berbeda dengan
orang lain, kurang keterampilan sosial, perilaku agresif dan amuk.
Menurut Rawlins dan Heacokck (dalam Trimelia, 2011), penyebab
halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi berikut:
a) Dimensi fisik

4
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik, seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapt berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut, sehingga klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Bahwa individu dengan hausinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua prilaku
klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam
melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan mengupayakan
suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpesonal
yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga
klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu
karena sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat
terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu

5
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.

V. Manifestasi klinis / tanda dan gejala


Proses terjadinya halusinasi menurut Trimelia (2011):
a. Tahap 1 (Sleep Disorder)
Fase awal individu sebelum muncul halusinasi
Karakteristiknya:
Individu merasa banyak masalah, ingin menghindar dari orang
lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah.

Masalah makin terasa sulit, karena berbagai stressor terakumulasi (misal


: putus cinta, dikhianati kekasih, di PHK, bercerai, masalah dikamous
dan lain-lain)

Masalah semakin terasa menekan, support sistem kurang dan persepsi


terhadap masalah sangat buruk.

Sulit tidur terus menerus sehingga terbiasa menghayal

Klien menganggap lamunan-lamunan itu awal tersebut sebagai upaya


pemecahan masalah
b. Tahap II (Comforting Moderate Level of Anxiety)
Halusinasi bersifat menyenangkan dan secara umum individu terima
sebagai sesuatu yang alami.
Karakteristiknya:
Individu mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa dan ketakutan.

Individu mencoba untuk memusatkan pemikiran pada timbulnya


kecemasan dan pada penenangan pikiran untuk mengurangi kecemasan
tersebut.

Individu beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensori yang


dialaminya dapat dikontrol atau dikendalikan jika kecemasannya bisa

6
diatasi. (dalam tahap ini ada kecenderungan individu merasa nyaman
dengan halusinasi bisa bersifat sementara).

Perilaku yang muncul adalah menyeringai atau tertawa yang tidak


sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata
cepat, respon verbal lambat, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang
mengasyikkan.

c. Tahap III (Condemning Severe Level of Anxiety)


Halusinasi bersifat menyalahkan, sering mendatangi individu, dan
secara umum halusinasi menjijikkan
Karakteristiknya:
Pengalaman sensori individu menjadi sering datang dan mengalami bias.

Pengalaman sensori mulai bersifat menjijikan dan menakutkan.

Mulai merasa kehilangan kendali dan merasa tidak mampu lagi


mengontrolnya.

Mulai berusaha untuk menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
sumber yang dioersepsikan oleh individu.

Individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut


dan menarik diri dari orang lain dengan intensitas waktu yang lama.
Perilaku yang muncul adalah terjadi peningakatan sistem saraf otonom
yang menunjukkan ansietas atau kecemasan, seperti: pernafasan
meningkat, tekanan darah dan denyut nadi meningkat, konsentrasi
menurun, dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.

d. Tahap IV (Controling Severe Level of Anxiety)


Halusinasi bersifat mengendalikan, fungsi sensori menjadi tidak relevan
dengan kenyataan dan pengalaman sensori tersebut menjadi penguas.
Karakteristiknya:
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol individu

7
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory abnormal yang
datang.

Klien menjadi tidak berdaya dan menyerah untuk melawan halusinasi,


sehingga membiarkan halusinasi menguasai dirinya.

Individu mungkin akan mengalami kesepian jika pengalaman sensori


atau halusinasinya tersebut berakhir ( dari sinilah dimulai fase gangguan
psikotik)
Perilaku yang muncul : cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi
halusinasi, kesulitan berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian
hanya beberapa detik/menit, gejala fisik dari kecemasan berat, seperti:
berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

e. Tahap V (Concuering Panic Level of Anxiety)


Halusinasi bersifat menklukan, halusinasi menjadi lebih rumit dan
klienmengalami gangguan dalam menilai lingkungannya.
Karakteristiknya:
Pengalaman sensorinya menjadi terganggu

Halusinasi berubah mengancam, memerintah, memarahi, dan


menakutkan apabila tidak mengikuti perintahnya, sehingga klien mulai
terasa terancam.

Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri, klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain dan menjadi menarik diri.

Klien berada dalam dunia menakutkan dalam waktu yang singkat atau
bisa juga bisa juga beberapa jam atau beberapa hari atau
selamanya/kronis (terjadi gangguan psikotik berat).

Perilaku yang muncul adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri,


atau membunuh, kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi(amuk,
agitasi, menarik diri). Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
komplek dan lebih dari satu orang.

8
VI. Pohon Masalah

Effect Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Causa Isolasi Sosal

Harga Diri Rendah Kronis

Pohon masalah perubahna persepsi sensori: Halusinasi (Fitria, 2014)

VII. Jenis/Tanda Gejala


a. Jenis Halusinasi:
Jenis halusinasi menurut Fitria (2014):
- Halusinasi Dengar
Pasien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan
stimulus yang nyata/lingkungan.
- Halusinasi Penglihatan
Pasien melihat gambaran yang jelas/samar terhadap adanya stimulus
yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya.

- Halusinasi penciuman
Pasien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa
stimulus yang nyata.
- Halusinasi pengecapan
Pasien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa
makanan yang tidak enak.
- Halusinasi Perabaan
Pasien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
- Halusinasi Kinestetik
Pasien merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota
badannya bergerak.
- Halusinasi Viseral

9
Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya.

b. Tanda Gejala Halusinasi:


Munurut Stuart & Sundeen (1998) dan Carpenito (1997) dalam Trimelia
(2011), data subjektif dan objektif pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
- Menyerinagi atau tertawa yang tidak sesuai
- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
- Gerakan mata cepat
- Respons verbal lamban atau diam
- Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
- Terlihat bicara sendiri
- Menggerakkan bola mata dengan cepat
- Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
- Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba lari keruangan lain
- Disorientasi (waktu, tempat, orang)
- Perubahan kemampuan dan memecahkna masalah
- Perubahan perilaku dan pola komunikasi
- Gelisah, ketakutan, ansietas
- Peka rangsang
- Melaporkan adanya halusinasi.

VI. Proses Keperawatan


VI.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan halusinasi menurut Fitria
(2014):
- Subjektif
o Pasien mengatakan mendengar sesuatu
o Pasien mengatakan melihat bayangan putih
o Pasien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
o Pasien mencium bau bauan yang tidak sedap, seperti feses
o Pasien mengatakan kepala nya melayang diudara
o Pasien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang berbeda pada
dirinya.

- Objektif
o Pasien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji

10
o Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
o Berhenti berbicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
o Disorientasi
o Konsentrasi rendah
o Pikiran cepat berubah-ubah
o Kekacauan alur pikiran

VI.2 Diagnosa keperawatan


Perubahan persepsi sensori: Halusinasi

11
6.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan menurut Fitria (2014):
Nama Klien : Ruangan :
No CM : Dx Medis :

No Perencanaan
Tg Diagnosa
.
l Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Dx
Setelah ...”
Perubahan
SP 1: Klien dapat interaksi, klien Ungkapan dari klien mengenali jenis
persepsi
mengidentifikasi dapat Identifikasi jenis halusinasi klien halusinasi yang menunjukan apa yang
sensori :
jenis halusinasi mengidentifikasi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien.
Halusinasi
jenis halusinasi
Setelah ...”
SP 1: Klien dapat interaksi, klien Ungkapan dari klien mengenali isi
mengidentifikasi isi dapat Identifikasi isi halusinasi klien halusinasi yang menunjukan apa yang
halusinasi mengidentifikasi isi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien.
halusinasi
SP 1: Klien dapat Setelah ...” Identifikasi waktu halusinasi klien Ungkapan dari klien mengenali waktu
mengidentifikasi interaksi, klien halusinasi yang menunjukan apa yang
waktu halusinasi dapat dibutuhkan dan dirasakan oleh klien.

12
mengidentifikasi
waktu halusinasi
Setelah ...”
Ungkapan dari klien mengenali
SP 1: Klien dapat interaksi, klien
frekuensi halusinasi yang menunjukan
mengidentifikasi dapat Identifikasi frekuensi halusinasi
apa yang dibutuhkan dan dirasakan
frekuensi mengidentifikasi klien
oleh klien.
halusinasi frekuensi
halusinasi
Setelah...”
SP 1: Klien dapat interaksi, klien
Ungkapan ari klien mengenai situasi
mengidentifikasi dapat
Identifikasi situasi yang halusinasi menunjukan apa yang
situasi yang dapat mengidentifikasi
menimbulkan halusinasi pada klien dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
menimbulkan situasi yang
halusinasi menimbulkan
halusinasi
SP 1: klien dapat Setelah...” Identifikasi respon yang
mengindentifikasi interaksi, klien menimbulkan halusinasi pada klien Ungkapan dari klien mengenai respon
respon klien dapat halusinasi menunjukan apa yang
terhadap halusinasi mengidentifikasi dibutuhkan dan dirasakan oleh klien
respon yang
menimbulkan

13
halusinasi
Setelah...”
SP 1: klien dapat Tindakan menghardik merukan salah
interaksi, klien Latih klien untuk mampu
menghardik satu upaya mengontrol halusinasi
dapat menghardik menghardik halusinasinya
halusinasi
halusinasi
SP 1: klien dapat Setelah...”
Memasukan kegiatan menghardik
memasukan cara interaksi, klien
halusinasi kedalam jadwal harian klien
menghardik dapat memasukan memasukan cara menghardik
membantu mempercepat klien dapat
halusinasi dalam cara menghardik dalam jadwal kegiatan harian
mengontrol halusinasi
jadwal kegiatan dalam jadwal
harian kegiatan harian
Setelah ...” interasi
SP 2: klien dapat
klien dapat Evaluasi akan membantu untuk
mengevaluasi Evaluasi jadwal kegiatan harian
mengevaluasi merencanakan selanjutnya.
jadwal kegiatan klien
jadwal kegiatan
harian klien
harian klien
SP 2: klien dapat Setelah ...” interasi Latih klien untuk mengendalikan Bercakap-cakap dengan orang lain
mengendalikan klien dapat halusinasi dengan cara bercakap- merupakan salah satu tindakan yang
halusinasi dengan mengendalikan cakap dengan orang lain dapat mengendalikan halusinasi
cara bercakap- halusinasi dengan
cakap dengan cara bercakap-
orang lain cakap dengan

14
orang lain
Memasukan kegiatan menghardik
Setelah ...” interasi
SP2 : klien dapat Masukan bercakap-cakap dengan halusinasi kedalam jadwal harian klien
klien dapat
memasukan jadwal orang lain kedalam jadwal kegiatan membantu mempercepat klien dapat
memasukan jadwal
kegiatan harian harian klien. mengontrol halusinasi
kegiatan harian

Setelah ...” interasi


SP 3: klien dapat
klien dapat Evaluasi akan membantu untuk
mengevaluasi
mengevaluasi Evaluasi jadwal kegiatan harian merencanakan selanjutnya.
jadwal kegiatan
jadwal kegiatan
harian
harian
SP 3 : klien dapat Setelah ...” Latih klien mengendalikan Melakukan kegiatan di RSJ yang
mengendalikan interaksi, klien halusinasi dengan melakukan sesuai dengan kegiatan biasa
halusinasi dengan dapat kegiatan d RSJ yang sesuai dengan dilakukan dirumah merupakan salah
melakukan mengendalikan kegiatan yang biasa dilakukan klien satu tindakan yang dapat
kegiatan d RSJ halusinasi dengan dirumah mengendalikan halusinasi
yang sesuai dengan melakukan
kegiatan yang biasa kegiatan d RSJ
dilakukan klien yang sesuai dengan
dirumah kegiatan yang biasa
dilakukan klien

15
dirumah
Setelah ...”
SP 3 : klien
interaksi klien
memasukan Masukan kegiatan yang dilakukan Masukan kegiatan yang dilakukan
memasukan
kegiatan di atas ke klien di RSJ ke dalam jadwal klien di RSJ ke dalam jadwal kegiatan
kegiatan di atas ke
dalam jadwal kegiatan harian harian klien membantu mempercepat
dalam jadwal
kegiatan harian klien dapat mengontrol halusinasi
kegiatan harian.
Setelah...” interaksi
SP 4: Klien dapat
Klien dapat Evaluasi akan membantu untuk
mengevaluasi
mengevaluasi Evaluasi jadwal kegiatan klien merencanakan selanjutnya.
jadwal kegiatan
jadwal kegiatan
hariannya
hariannya
Setelah...” interaksi
SP 4: Klien dapat
Klien dapat Dorong klien untuk menggunakan Menggunakan obat secara teratur
menggunakan obat
menggunakan obat obat secara teratur merupakan salah satu tindakan yang
secara teratur
secara teratur dapat mengendalikan halusinasi
SP 4: Klien dapat Setelah...” interaksi Masukan kegiatan mengunakan
memasukan Klien dapat obat secara teratur kedalam Masukan kegiatan mengunakan obat
kegiatan memasukan kegiatan jadwal harian secara teratur kedalam kegiatan jadwal
menggunakan obat kegiatan harian klien dapat membantu
secara teratur menggunakan obat mempercepat klien mengontrol
kedalam jadwal secara teratur halusinasi.

16
kedalam jadwal
kegiatan harian
kegiatan harian

17
VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan
Strategi pelaksanan tindakan menurut Fitria (2014).
a. SP Klien:
1) SP 1 Klien
- Mengidentifikasi jenis halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi
- Mengidentifikasi waktu halusinasi
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respons pasienterhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Mengajarkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian
2) SP 2 Klien
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
3) SP 3 Klien
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang bisa dilakukan dirumah).
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.
4) SP 4 Klien
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat
secara teratur
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian.

18
b. SP Keluarga:
1) SP 1 Keluarga
- Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
halusinasi.
- Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi.
2) SP 2 Keluarga
- Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan
halusinasi.
- Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada
klien.
3) SP 3 Keluarga
- Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning).
- Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta: TIM

Banjarmasin, November 2020


Preseptor Akademik Mahasiwa

M. Syafwani.,S.Kp.,M.Kep.,Sp.Jiwa Nor Aimah

20

Anda mungkin juga menyukai