HIPERTENSI EMERGENCY
OLEH:
SRI HANDAYANI
016.02.0637
Disusun oleh :
SRI HANDAYANI
016.02.0637
C. Mekanisme Autoregulasi
Autoregulasi merupakan penyesuaian fisiologis organ
tubuh terhadap kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan
perubahan pada resistensi terhadap aliran darah dengan
berbagai tingkatan perubahan kontraksi/dilatasi pembuluh
darah. Bila tekanan darah turun maka akan terjadi
vasodilatasi dan jika tekanan darah naik akan terjadi
vasokonstriksi. Pada individu normotensi, aliran darah
orak masih tetap pada fluktuasi Mean Atrial Pressure
E. Pendekatan Diagnosis
Kemampuan membedaan antara hipertensi emergensi dan
urgensi harus dapat dilakukan dengan cepat dan segera
agar dalam penatalaksaan tidak terlambat yang berakibat
[1]
peningkatan angka morbiditas dan mortalitas pasien.
Catatan riwayat penyakit harus dilaporan untuk
mengetahui kegawatan hipertensi, obat – obatan yang diminum
terakhir baik yang diresepkan oleh dokter maupun tidak
terutama obat – obatan monoamine oxidase inhibitors, kokain,
amfetamin dan phencyclidine. Riwayat penyakit yang
menyertai dan penyakit kardiovaskular atau ginjal penting
dievaluasi. Tanda – tanda neurologik harus diperiksa seperti
hipertensi.[1,6]
F. Penatalaksanaan
1. Hipertensi Urgensi
a. Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien
dengan hipertensi urgensi tidak membutukan obat-obatan
parenteral. Pemberan obat-obatan oral aksi cepat akan
memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24
jam awal (Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan
tidak lebih dari 25%). Pada fase awal goal standar
penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg.[1,6]
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral
mauun oral bukan tanpa resiko dalam menurunkan tekanan
darah. Pemberian loading dose obat oral anti-
hipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan
pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke
rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral
merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi
urgensi.[1,6]
b. Obat – obatan spesifik untuk hipertensi urgensi
Captopril adalah golongan angiotensin-
converting enzyme (ACE) inhibitor dengan onset
mulai 15 – 30 menit. Captopril dapat diberikan 25 mg
sebagai dosis awal kemudian tingkatkan dosisnya 50–
100 mg setelah 90 – 120 menit kemudian. Efek yang
sering terjadi yaitu batuk, hipotensi, hiperkalemia,
angioedema, dan gagal ginjal (khusus pada pasien
mmHg.[6]
Cardiac emergency. Kegawat daruratan yang utama
pada jantung seperti iskemik akut pada otot
jantung, edema paru dan diseksi aorta.
Pasien dengan hipertensi emergensi yang
melibatkan iskemik pada otot jantung dapat
diberikan terapi dengan nitroglycerin. Pada studi
yang telah dilakukan, bahwa nitroglycerin terbukti
dapat meningkatkan aliran darah pada arteri
koroner. Pada keadaan diseksi aorta akut
pemberian obat- obatan β-blocker (labetalol dan
esmolol) secara IV dapat diberikan pada terapi
awal, kemudian dapat dilanjutkan dengan obat-
obatan vasodilatasi seperti nitroprusside. Obat-
obatan tersebut dapat menurunkan tekanan darah
sampai target tekan darah yang diinginkan
(TD sistolik > 120 mmHg) dalam waktu 20
menit.[6]
Kidney failure. Acute kidney injury bisa
disebabkan oleh atau merupakan konsekuensi dari
hipertensi emergensi. Acute kidney injury
ditandai dengan proteinuria, hematuria, oligouria
dan atau anuria. Terapi yang diberikan masih
kontroversi, namun nitroprusside IV telah
digunakan secara luas namun nitroprusside
sendiri dapat menyebabkan keracunan sianida
atau tiosianat. Pemberian fenoldopam secara
parenteral dapat menghindari petensi keracunan
sianida akibat dari pemberian nitroprusside dalam
emergensi.[6,7]
c. Prognosis
Sebelum ditemukannya obat anti-hipertensi
yang efektif harapan hidup penderita hipertensi
maligna kurang dari 2 tahun, dengan penyebab
kematian tersering adalah strok, gagal ginjal dan
[11]
gagal jantung. Kematian disebabkan oleh uremia
(19%), gagal jantung kongestif (13%), cerebro
vascular accident (20%), gagal jantung kongestif
disertai uremia (48%), infark miokard (1%) dan diseksi
aorta (1%). Prognosis menjadi lebih baik berkat
ditemukannya obat yang efektif dan penanggulangan yang
tepat pada dekade terakhir.
G. Konsep asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas.
Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Agama, Bangsa.
Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.
2. Pengkajian Primer.
a) Airway
Bersihan jalan nafas.
Adanya/ tidaknya jalan nafas.
Distres pernafasan.
Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas,
muntahan, edema laring.
b) Breathing
Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding
dada.
Suara nafas melalui hidung atau mulut.
Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
c) Circulation
Denyut nadi karotis.
Tekanan darah.
Warna kulit, kelembapan kulit.
Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal.
d) Disability
Tingkat kesadaran.
Gerakan ekstremitas.
GCS ( Glasgow Coma Scale ).
Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
e) Eksposure
Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46
).
3. Dasar Data Pengkajian.
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya
hidup monoton Tanda : frekuensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung, Takipnea.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural,
takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, Factor stress multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot
muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi.
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e. Makanan/Cairan.
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup
makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori.
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala,
berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan
penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optic.
g. Nyeri/ketidaknyamanan.
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai,
sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen.
h. Pernapasan.
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas,
takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot
aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan,
sianosis.
i. Keamanan.
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien,
hipotensi postura.
j. Pembelajaran/Penyuluhan.
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit
ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau
hormone.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri bd adanya emboli dalam aliran darah
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan bd penuruna
konsentrasi hemoglobin dalam darah
3. Hambatan mobilitas fisik bd kelemahan otot
4. Gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan perfusi-
ventilasi
c. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri bd adanya emboli dalam aliran darah
Tujuan : pasien menunjukan tingkat nyeri terkontrol
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukan tingkat nyeri berkurang
- Pasien menunjukan kesejahteraan fisik dan
psikologis
- Adanya perubahan dalam tekanan darah
Intervensi :
- Kaji lokasi ,karakteristik, awitan / durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan
nyeri, dan faktor presipitasinya
- Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi
berat
- pastikan pemberian analgesa
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan bd penuruna
konsentrasi hemoglobin dalam darah
Tujuan : status sirkulasi oksigen di otak terpenuhi
Kriteria hasil :
- Pasien menunjukan fungsi sensorimotor kranial yang
utuh
- Tidak mengalami sakit kepala
- Pasien menunjukan status sirkulasi yang baik
Intervensi :
o Pantau TTV
o Pantau sakit kepala
o Pantau tingkat kesadaran
o Berikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk
mempertahankan tekanan perfusi serebral sesuai
dengan permintaan
o Tinggikan bagian kepala 0 sampai 45 derajat
bergantung pada kondisi pasien dan permintaan
medis
o Pantau TIK