“HIPERTENSI URGENSI”
Dosen Pembimbing :
Puguh Santoso.,S.Kep.,Ns.,M.Gizi
Disusun Oleh :
201849042
Hipertensi Urgensi
A. Konsep Medis
1. DEFINISI
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan tekanan darah
secara mendadak tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini
tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan
obat – obatan anti hipertensi oral. Sedangkan hipertensi emergensi
(darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget.
Hipertensi emergensi ini harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu
jam dengan memberikan obat – obatan anti hipertensi intravena.
1. Hipertensi refrakter: respons pengobatan tidak memuaskan dan
Tekanan darah > 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan
pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan
pasien.
2. Hipertensi akselerasi : Tekanan darah meningkat (Diastolik) > 120
mmHg disertai dengan kelainan fundudkopi KW III. Bila tidak
diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi akselerasi dengan Tekanan
darahdiastolik > 120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV
disertai papiledema, peninggian tekanan intrakranial kerusakan yang
cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita
tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada
penderita dengan riwayat hipertensi essensial atupun sekunder dan
jarang terjadi pada penderita yang sebelumnya mempunyai Tekanan
darah normal.
4. Hipertensi enselofati: kenaikan Tekanan darah dengan tiba-tiba
disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan
kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi teversible bila Tekanan
darah diturunkan.
vasokontriksi Resistensi
Nyeri kepala
pembuluh darah
Resiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak perfusi jaringan otak
Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan
volume cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema
5. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
6. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi
yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,
telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin,
2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD.
b. Urine : Urinelisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
d. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana)
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus
tertentu), biopsi renald ( kasus tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal
tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
(Sodoyo, 2006).
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Hipertensi Urgensi
a. Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi urgensi tidak membutukan obat-obatan parenteral.
Pemberan obat-obatan oral aksi cepat akan memberi manfaat untuk
menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal (Mean Arterial
Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Pada fase
awal goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg.
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral mau oral
bukan tanpa resiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian
loading dose obat oral anti hipertensi dapat menimbulkan efek
akumulasi dan pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke
rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral merupakan
pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.
2. Hipertensi Emergensi
a. Penatalaksanaan Umum.
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu
tergantung pada kerusakan organ target. Managemen tekanan darah
dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat.
Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring
tekanan darah bisa dikonrol dengan pemantauan yang tepat.
Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi
Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal
dan 15% pada 2 – 3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah
secara cepat dan berlebihan akan mengakibatkan jantung dan
pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi.
9. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ
sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-gejala seperti
sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi
ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan
pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup
tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai.
pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan
karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Tekanan darah yang sangat tinggi, terutama yang meningkat dalam
waktu singkat, menyebabkan gangguan atau kerusakan pada organ target.
1. Jantung
a. Kenaikan tekanan darah menyebabkan peningkatan preload pada
ventrikel kiri, sehingga terjadi payah jantung sering dalam bentuk
edema paru.
b. Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gangguan
sirkulasi koroner, maka peningkatan tekanan darah dapat
menyebakan insufisiensi koroner akut. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya preload menyebabkan kebutuhan oksigen oleh
miokard meningkat, sehingga terjadi iskemia miokard akut.
2. Pembuluh darah
a. Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang
berperan penting dalam timbulnya kerusakan target organ.
b. Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta adalah diseksi aorta. Di
sini terjadi robekan pada intima aorta yang disertai masuknya darah
ke dalam dinding aorta sehingga intima terlepas dari dindingnya.
3. Retina
Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis
hipertensi. Pada umumnya terjadi eksudat, perdarahan, dan papil
bentung yang bisa menyebabkan kebutaan.
4. Ginjal
Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresif karena atrofi iskemik
daeri nefron. Hal ini disebabkan karena nekrosis fibrinoid arteriol dan
proliferasi sel-sel intima pada arteri interlobular. Akibatnya ialah
menurunnya GFR dan aliran darah ginjal.
5. Otak
a. Ensefalopati hipertensi
Biasanya ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang
berat. Gejala-gejala ensefalopati seperti nyeri kepala hebat,
muntah, konvulsi, stupor, dan koma disebabkan karena spasme
pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat pula dilatasi arteri-
arteri otak dan nekrosis fibrinoid dari arteriol yang luas. Dilatasi
arteri ini disebabkan gagalnya sistem autoregulasi sirkulasi otak,
sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edema
otak.
b. Perdarahan otak
Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh karena tekanan
darah yang tinggi dan disertai adanya mikroaneurisma pembuluh
darah otak.
10. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama,
Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.
2. Pengkajian Primer
1) Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak
ahli anestesi dan bawa segera mungkinke ICU
2) Breathing
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahankansaturasi> 92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji
PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang
mengindikasikan kongesti paru
3) Circulation
a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) right bundle branch block (RBBB)
d) right axis deviation (RAD)
4) Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVP.
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis
segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
5) Exposure
2. intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Immobilitas
5. Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalka proses pemulihan
Tindakan
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau fiktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasililitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.
3.Defisit Pengetahuan
a. Definisi
b. Penyebab
1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Menanyakan masalah 1. Menunjukkan perlaku tidak
yang dihadapi sesuai anjuran
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat
2. Menunjukkan perilaku berlebihan
(mis.apatis, bermusuhan,
agitasi,histeria)
Edukasi Kesehatan
Definisi
Tindakan
Observasi
Definisi
Kriteria Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights