Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

“HIPERTENSI URGENSI”

Dosen Pembimbing :

Puguh Santoso.,S.Kep.,Ns.,M.Gizi

Disusun Oleh :

Rista Millenia Ristyawati

201849042

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2020 / 2021


Laporan Pendahuluan

Hipertensi Urgensi

A. Konsep Medis
1. DEFINISI
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi urgensi (mendesak) yaitu peningkatan tekanan darah  
secara mendadak tanpa disertai kerusakan organ target. Pada keadaan ini
tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan memberikan
obat – obatan anti hipertensi oral. Sedangkan hipertensi emergensi
(darurat) yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau
diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ terget.
Hipertensi emergensi ini harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu
jam dengan memberikan obat – obatan anti hipertensi intravena.
1. Hipertensi refrakter: respons pengobatan tidak memuaskan dan
Tekanan darah > 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan
pengobatan yang efektif (triple drug) pada penderita dan kepatuhan
pasien.
2. Hipertensi akselerasi : Tekanan darah meningkat (Diastolik) > 120
mmHg disertai dengan kelainan fundudkopi KW III. Bila tidak
diobati dapat berlanjut ke fase maligna.
3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi akselerasi dengan Tekanan
darahdiastolik > 120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV
disertai papiledema, peninggian tekanan intrakranial kerusakan yang
cepat dari vaskular, gagal ginjal akut, ataupun kematian bila penderita
tidak mendapat pengobatan. Hipertensi maligna, biasanya pada
penderita dengan riwayat hipertensi essensial atupun sekunder dan
jarang terjadi pada penderita  yang sebelumnya mempunyai Tekanan
darah normal.
4. Hipertensi enselofati: kenaikan Tekanan darah dengan tiba-tiba
disertai dengan keluhan sakit kepala yang sangat, perubahan
kesadaran dan keadaan ini dapat menjadi teversible bila Tekanan
darah diturunkan.

2. PENYEBAB / FAKTOR PREDISPOSISI


Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya
penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan
pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh
adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain
yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan
(obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Stress
d. Merokok
e. Minum alcohol
f. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit


seperti Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga
diakibatkan karena Obat–obatan Kontrasepsi oral Kortikosteroid.
3. POHON MASALAH

Faktor predisposisi:usia,jenis Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat


kelamin,merokok, stress,kurang keseluruh tubuh
olahraga,genetic,alcohol, konsentrasi sedangkan nutrisi dalam
garam,obesitas sel mencukupi kebutuhan
Kerusakan vaskuler Hipertensi Tekanan iskemik darah
pembuluh darah

Metode koping tidak


Perubahan struktur Perubahan situasi Krisis situasional efektif

Penyumbatan Informasi yang Defisiensi Ketidakefektifan


pembuluh darah minim Pengetahuan koping

vasokontriksi Resistensi
Nyeri kepala
pembuluh darah
Resiko ketidakefektifan
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak perfusi jaringan otak

ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb. Spasme arteriol


Darah ginjal sistemik Koroner

Blood flow darah Risiko Cedera Vasokontriksi Iskemia miokard

Respon RAA Penurunan curah Afterload Nyeri


jantung

Merangsang Fatigue
Aldosteron Kelebihan
volume cairan
Intoleransi aktivitas
Retensi Na
Edema

(Pohon Masalah Hipertensi)


(Amin Huda Nurarif, 2015)
4. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI URGENSI
Peningkatan tekanan darah yang tinggi secara akut yang dapat
dipicu oleh beberapa faktor seperti kelainan hormonal tertentu, misalnya
krisis tiroid, krisisfeokromositoma, kehamilan dengan
preeclampsia/eklampsia, penyalahgunaan obat – obat tertentu seperti
cocaine dan amfetamin, luka bakar, trauma kepala, glomerulonephritis
akut, pembedahan dan lain – lain akan memicu terjadinya peningkatan
resistensi vascular sistemik yang selanjutnya bisa berdampak terjadinya
kerusakan organ target melalui dua jalur, yaitu peningkatan tekanan darah
yang demikian akan menimbulkan kerusakan sel – sel endotel pembuluh
darah yang akan diikuti dengan pengendapan sel – sel platelet dan fibrin
sehingga menyebabkan terjadinya nekrosis fibrinoid dan proliferasi
intimal. Disisi lain terjadi peningkatan sekresi zat – zat vasokontriktor
,seperti renninangiotensin dan katekolamin,sebagai mekanisme
kompensasi yang semakin mempertinggi peningkatan tekanan darah
sehingga terjadi pula natriuresis spontan yang mengakibatkan penurunan
volume intravascular.Kedua jalur mekanisme tersebut akan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah yang semakin tinggi sehingga menimbulkan
iskemia jaringan dan pada akhirnya menyebabkan disfungsi organ.

Kerusakan organ target yang seringdijumpai pada pasien dengan


hipertensi emergensi terutama berkaitan dengan otak, jantung dan ginjal.
Berbagai kerusakan organ target yang bisa dijumpai : hipertensi malignant
dengan papiledema, berkaitan dengan cerebrovaskular (seperti Infark
cerebral, intracerebral hemorrhage, subarachnoid hemorrhage ), trauma
kepala, berkaitan dengan kardiak (seperti diseksi aorta akut, gagal jantung
akut, infark miokard akut / mengancam), setelah operasi bedah pintas
koroner (by pass coronary), berkaitan dengan ginjal (seperti
glomerulonephritis akut, hipertensi renovaskular, krisis renal akibat
penyakit kolagen – vascular dan hipertensi berat setelah transpalntasi
ginjal), berkaitan dengan kadar katekolamin yang berlebihan( seperti krisis
feokromositoma, interaksi antara makanan atau obat – obatan dengan
monoamine oxidase inhibitor, pemakaian obat simpatomimetik (kokain),
rebound hipertensi akibat penghentian mendadak obat – obat antihipertensi
dan hiperrefleksia automatic setelah cedera tulang belakang),
preeklampsi / eklampsi, berkaitan dengan pembedahan (seperti hipertensi
berat pada pasien yang memerlukan operasi segera, hipertensi pasca
operasi, perdarahan pasca operasi), luka bakar yang luas / berat, epistaksis
yang berat, purpura trombotik trombositopenia (Varon & Marik, 2003).

5. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar
dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Sedangkan klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya


dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain

Menurut Nurarif (2015) secara klinis derajat hipertensi dapat


dikelompokkan menjadi:
No. Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik
(mmHg)
1 Optimal < 120 < 80
2 Normal 120-129 80-84
3 High normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 ( sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 ( berat) 180-209 110-119
8 Grade 4 ( sangat berat) >210 > 120
(Tabel 1. Derajat Hipertensi)

6. GEJALA KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi
yaitu: Sakit kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja
keras atau mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah
memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari,
telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin,
2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah
diamati antara lain yaitu : gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala,
sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga
berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah,
mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).

Tekanan darah Urgensi Emergensi


tinggi
Tekanan >180/120 >180/210 >220/140
darah
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala Sesak nafas, nyeri
kecemasan, sering berat, sesak nafas dada, nokturia,
asimptomatik disartria,
kelemahan umum
sampai dengan
penurunan
kesadaran,
Pemeriksaan Tidak dijumpai Tidak ada Encefalopati,
kerusakan organ kerusakan organ edema
target, tidak ada target, penyakit pulmonum,
penyakit kardio kardiovaskular insufisiensi ginjal,
vaskular secara yang stabil cerebrovascular
klinis accident, iskemik
kardiak
Terapi Observasi 1-3 jam, Observasi 3-6 Pemeriksaan lab
tentukan jam, turunkan dasar, infus,
pengobatan awal, tekanan darah pengawasan
tingkatkan dosis dengan obat oral, tekanan darah,
yang sesuai berikan terapi mulai pengobatan
penyesuaian awal di ruang
emergensi
Perencanaan Rencanakan Rencanakan Segera rawat di
pengawasan < 72 pengawasan < 24 ICU, obati
jam, jika tidak ada jam mencapai target
indikasi dapat rawat tekanan darah,
jalan investigasi
penyakit lain

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolik, KGD.
b. Urine : Urinelisa dan kultur urine.
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
d. Foto dada : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah
pengobatan terlaksana)
2. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan yang pertama) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renald angiography ( kasus
tertentu), biopsi renald ( kasus tertentu ).
b. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal
tab, CAT Scan.
c. Bila disangsikan Feokhromositoma : urine 24 jam untuk
Katekholamine, metamefrin, venumandelic Acid ( VMA ).
(Sodoyo, 2006).
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Hipertensi Urgensi
a. Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi urgensi tidak membutukan obat-obatan parenteral.
Pemberan obat-obatan oral aksi cepat akan memberi manfaat untuk
menurunkan tekanan darah dalam 24 jam awal (Mean Arterial
Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%). Pada fase
awal goal standar penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg.
Penggunaan obat-obatan anti-hipertensi parenteral mau oral
bukan tanpa resiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian
loading dose obat oral anti hipertensi dapat menimbulkan efek
akumulasi dan pasien akan mengalami hipotensi saat pulang ke
rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral merupakan
pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.

b. Obat – obatan spesifik untuk hipertensi urgensi.


a) Captopril adalah golongan angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitor dengan onset mulai 15 – 30 menit. Captopril dapat
diberikan 25 mg sebagai dosis awal kemudian tingkatkan
dosisnya 50 – 100 mg setelah 90 – 120 menit kemudian. Efek
yang sering terjadi yaitu batuk, hipotensi, hiperkalemia,
angioedema, dan gagal ginjal (khusus pada pasien dengan
stenosis pada arteri renal bilateral).
b) Nicardipine adalah golongan calcium channel blocker yang
sering digunakan pada pasien dengan hipertensi urgensi.
Penggunaan dosis oral biasanya 30 mg dan dapat diulang setiap 8
jam hingga tercapai tekanan darah yang diinginkan. Efek
samping yang sering terjadi seperti palpitasi, berkeringat dan
sakit kepala.
c) Labetolol adalah gabungan antara α1 dan β-adrenergic blocking
dan memiliki waktu kerja mulai antara 1 – 2 jam. Dalam
penelitian labetolol memiliki dose range yang sangat lebar
sehingga menyulitkan dalam penentuan dosis. Penelitian secara
random pada 36 pasien, setiap group ada yang diberikan dosis
100, 200 dan 300 mg secara oral dan menghasilkan penurunan
tekan darah sistolik dan diastolik secara signifikan. Secara umum
labetolol dapat diberikan mulai dari dosi 200 mg secara oral dan
dapat diulangi setiap 3 – 4 jam kemudian. Efek samping yang
sering muncul adalah mual dan sakit kepala.
d) Clonidin adalah obat-obatan golongan simpatolitik sentral (α2-
adrenergic receptor agonist) yang memiliki onset kerja antara 15
– 30 menit dan puncaknya antara 2 – 4 jam. Doasi awal bisa
diberikan 0,1 – 0,2 mg kemudian berikan 0,05 – 0,1 setiap jam
sampai tercapainya tekanan darah yang diinginkan, dosis
maksimal adalah 0,7 mg. efek samping yang sering terjadi adalah
sedasi, mulut kering dan hipotensi ortostatik.
e) Nifedipine adalah golongan calcium channel blocker yang
memiliki pucak kerja antara 10 – 20 menit. Nifedipine kerja
cepat tidak dianjurkan oleh FDA untuk terapi hipertensi urgensi
kerana dapat menurunkan tekanan darah yang mendadak dan
tidak dapat diperidisikan sehingga berhungan dengan kejadian
strok. Pada tahun 1995 National Heart, Lung, and Blood Institute
meninjau kembali bukti keamanan tentang penggunaan obat
golongan Ca channel blocker terutama nifedipine kerja cepat
harus digunakan secara hati-hati terutama pada penggunaan dosis
besar untuk terapi hipertensi.

2. Hipertensi Emergensi
a. Penatalaksanaan Umum.
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu
tergantung pada kerusakan organ target. Managemen tekanan darah
dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan cepat.
Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring
tekanan darah bisa dikonrol dengan pemantauan yang tepat.
Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi
Penurunan Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal
dan 15% pada 2 – 3 jam berikutnya. Penurunan tekanan darah
secara cepat dan berlebihan akan mengakibatkan jantung dan
pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi.

b. Penatalaksanaan khusus untuk hipertensi emergensi.


a) Neurologic emergency. Kegawat daruratan neurologi sering terjadi
pada hipertensi emergensi seperti hypertensive encephalopathy,
perdarahan intrakranial dan strok iskemik akut. American Heart
Association merekomendasikan penurunan tekanan darah >
180/105 mmHg pada hepertensi dengan perdarahan intrakranial
dan MAP harus dipertahankan di bawah 130 mmHg. Pada pasien
dengan strok iskemik tekanan darah harus dipantau secara hati-hati
1 – 2 jam awal untuk menentukan apakah tekanan darah akan
menurun secara sepontan. Secara terus-menerus MAP dipertahakan
> 130 mmHg.
b) Cardiac emergency. Kegawat daruratan yang utama pada jantung
seperti iskemik akut pada otot jantung, edema paru dan diseksi
aorta. Pasien dengan hipertensi emergensi yang melibatkan
iskemik pada otot jantung dapat diberikan terapi dengan
nitroglycerin. Pada studi yang telah dilakukan, bahwa nitroglycerin
terbukti dapat meningkatkan aliran darah pada arteri koroner. Pada
keadaan diseksi aorta akut pemberian obat-obatan β-blocker
(labetalol dan esmolol) secara IV dapat diberikan pada terapi awal,
kemudian dapat dilanjutkan dengan obat-obatan vasodilatasi
seperti nitroprusside. Obat-obatan tersebut dapat menurunkan
tekanan darah sampai target tekan darah yang diinginkan (TD
sistolik > 120 mmHg) dalam waktu 20 menit.
c) Kidney failure. Acute kidney injury bisa disebabkan oleh atau
merupakan konsekuensi dari hipertensi emergensi. Acute kidney
injury ditandai dengan proteinuria, hematuria, oligouria dan atau
anuria. Terapi yang diberikan masih kontroversi, namun
nitroprusside IV telah digunakan secara luas namun nitroprusside
sendiri dapat menyebabkan keracunan sianida atau tiosianat.
Pemberian fenoldopam secara parenteral dapat menghindari
petensi keracunan sianida akibat dari pemberian nitroprusside
dalam terapi gagal ginjal.
d) Hyperadrenergic states. Hipertensi emergensi dapat disebabkan
karena pengaruh obat – obatan seperti katekolamin, klonidin dan
penghambat monoamin oksidase. Pasien dengan kelebihan zat-zat
katekolamin seperti pheochromocytoma, kokain atau amphetamine
dapat menyebabkan over dosis. Penghambat monoamin oksidase
dapat mencetuskan timbulnya hipertensi atau klonidin yang dapat
menimbukan sindrom withdrawal. Pada orang – orang dengan
kelebihan zat seperti pheochromocytoma, tekanan darah dapat
dikontrol dengan pemberian sodium nitroprussid (vasodilator
arteri) atau phentolamine IV (ganglion-blocking agent). Golongan
β-blockers dapat diberikan sebagai tambahan sampai tekanan darah
yang diinginkan tercapai. Hipertensi yang dicetuskan oleh klonidin
terapi yang terbaik adalah dengan memberikan kembali klonidin
sebagai dosis inisial dan dengan penambahan obat-obatan anti-
hipertensi yang telah dijelaskan di atas.
Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009;
Muttaqin, 2009).

9. KOMPLIKASI
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ
sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. Gejala-gejala seperti
sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat
gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung,
mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah
lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi
ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan
pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup
tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai.
pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan
karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Tekanan darah yang sangat tinggi, terutama yang meningkat dalam
waktu singkat, menyebabkan gangguan atau kerusakan pada organ target.
1. Jantung
a. Kenaikan tekanan darah menyebabkan peningkatan preload pada
ventrikel kiri, sehingga terjadi payah jantung sering dalam bentuk
edema paru.
b. Pada penderita yang sebelumnya sudah mempunyai gangguan
sirkulasi koroner, maka peningkatan tekanan darah dapat
menyebakan insufisiensi koroner akut. Hal ini disebabkan karena
meningkatnya preload menyebabkan kebutuhan oksigen oleh
miokard meningkat, sehingga terjadi iskemia miokard akut.
2. Pembuluh darah
a. Pada arteri kecil dan arteriol terjadi nekrosis fibrinoid, yang
berperan penting dalam timbulnya kerusakan target organ.
b. Penyulit berbahaya yang terjadi pada aorta adalah diseksi aorta. Di
sini terjadi robekan pada intima aorta yang disertai masuknya darah
ke dalam dinding aorta sehingga intima terlepas dari dindingnya.
3. Retina
Kelainan retina merupakan penyulit penting pada krisis
hipertensi. Pada umumnya terjadi eksudat, perdarahan, dan papil
bentung yang bisa menyebabkan kebutaan.
4. Ginjal
Pada ginjal bisa terjadi kerusakan progresif karena atrofi iskemik
daeri nefron. Hal ini disebabkan karena nekrosis fibrinoid arteriol dan
proliferasi sel-sel intima pada arteri interlobular. Akibatnya ialah
menurunnya GFR dan aliran darah ginjal.
5. Otak
a. Ensefalopati hipertensi
Biasanya ensefalopati hipertensi disertai kelainan retina yang
berat. Gejala-gejala ensefalopati seperti nyeri kepala hebat,
muntah, konvulsi, stupor, dan koma disebabkan karena spasme
pembuluh darah otak dan edema otak. Terdapat pula dilatasi arteri-
arteri otak dan nekrosis fibrinoid dari arteriol yang luas. Dilatasi
arteri ini disebabkan gagalnya sistem autoregulasi sirkulasi otak,
sehingga aliran darah otak meningkat dan menyebabkan edema
otak.
b. Perdarahan otak
Perdarahan otak biasanya disebabkan oleh karena tekanan
darah yang tinggi dan disertai adanya mikroaneurisma pembuluh
darah otak.
10. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama,
Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.

2. Pengkajian Primer
1) Airway
a. yakinkan kepatenan jalan napas
b. berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau
nasopharyngeal)
c. jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak
ahli anestesi dan bawa segera mungkinke ICU
2) Breathing
 
a. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahankansaturasi> 92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji
PaO2 dan PaCO2
e. Kaji jumlah pernapasan / Auskultasi pernapasan
f. Lakukan pemeriksan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi krakles / Mengi yang
mengindikasikan kongesti paru

3) Circulation

a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara


gallop
b. Kaji peningkatan JVP
c. Monitoring tekanan darah
d. Pemeriksaan EKG mungkin menunjukan:

a) Sinus tachikardi
b) Adanya Suara terdengar jelas pada S4 dan S3
c) right bundle branch block (RBBB)
d) right axis deviation (RAD)

e. Lakukan IV akses dekstrose 5%


f. Pasang Kateter
g. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
h. Jika ada kemungkina KP berikan Nifedipin Sublingual
i. Jika pasien mengalami Syok berikan secara bolus
Diazoksid,Nitroprusid

4) Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVP.
b. Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis
segera dan membutuhkan perawatan di ICU.

5) Exposure

a. Selalu mengkaji dengan menggunakan test kemungkinan


KP
b. Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan fisik lainnya.
c. Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda gagal jantung kronik

3. Dasar data pengkajian


1) Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
2) Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
3) Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria atau marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).
4) Makanan dan cairan
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan
yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).
5) Nyeri atau ketidak nyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
(Dongoes Marilynn E, 2000)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusaakan jaringan actual atau funsional, dengan onse mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Penyebab :
 Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
 Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
 Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, lathan fisik berlebih)
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif : mengeluh nyeri
2) Objektif :
 Tampak meringis
 Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
1) Subjektif :
Tidak tersedia
2) Objektif :
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Napsu makan berubah
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 diaforesis
Kondisi klinis tekait
 Anemia
 Gagal jantung kongestif
 Penyakit jantung koroner
 Penyakit katup jantung
 Aritmia
 Penyakit paru obstuktif kronis (PPOK)
 Gangguan metabolik
 Gangguan muskuluskeletal
SIKI
a. Menejemen Nyeri: Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat dan konstan.
b. Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgesik
2) Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupreseur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3) Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
4) Kolaborasi
- Kolaborasi penggunaan analgetik, jika perlu
SLKI
Tingkat Nyeri
 Definisi : pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau funsional dengan onset
mendadak atau lambat dan berintenstas ringan hngga berat dan
konstan.
 Ekspektasi: Menurun

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningkat
Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktivitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Sikap protektif 1 2 3 4 5
Kesulitan tidur 1 2 3 4 5
Menarik diri 1 2 3 4 5
Berfokus pada diri 1 2 3 4 5
sendiri
Diaphoresis 1 2 3 4 5
Perasaan depresi 1 2 3 4 5
Perasaan takut 1 2 3 4 5
mengalami cidera
berulang
Anoreksia 1 2 3 4 5
Ketegangan otot 1 2 3 4 5
Pupil dilatasi 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Proses berfikir 1 2 3 4 5
Focus 1 2 3 4 5
Fungsi berkemih 1 2 3 4 5
Perilaku 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

2. intoleransi aktivitas
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari

b. Penyebab
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Immobilitas
5. Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif

1. Mengeluh lelah
Objektif

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat


d. Gejala dan tanda minor
Subjektif

1. Dyspnea saat/setelah aktivitas


2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan iskemia
4. Sianosis
e. Kondisi klinis terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung coroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolic
8. Gangguan muskulus skeletal
f. Kriteria hasil
menurun Cukup sedang Cukup meningkat
menurun meningkat
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Saturasi oksigen 1 2 3 4 5
Kemudahan dalam 1 2 3 4 5
melakukan sehari-
hari
Kecepatan berjalan 1 2 3 4 5
Jarak berjalan 1 2 3 4 5
Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5
baagian atas
Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5
bagian bawah
Toleransi dalam 1 2 3 4 5
menaiki tangga

meningkat Cukup sedang Cukup Menurun


meningkat menurun
Keluhan 1 2 3 4 5
lelah
Dyspnea saat 1 2 3 4 5
beraktivitas
Dyspnea 1 2 3 4 5
setelah
aktivitas
Perasaan 1 2 3 4 5
lemah
Aritmia saat 1 2 3 4 5
aktivita
Aritmia 1 2 3 4 5
setelah
aktivitas
Sianosis 1 2 3 4 5

memburuk Cukup sedang Cukup Membaik


memburu membaik
k
Warna kulit 1 2 3 4 5
Tekanan 1 2 3 4 5
darah
Frekuensi 1 2 3 4 5
nafas
EKG 1 2 3 4 5
iskemia
Managemen energy

Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energy untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalka proses pemulihan
Tindakan
Observasi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau fiktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
- Fasililitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

3.Defisit Pengetahuan

a. Definisi

Ketiadaan atau kurangnya infomasi kognitif yang berkaitan dengan


topik tertentu.

b. Penyebab
1. Keteratasan kognitif
2. Gangguan fungsi kognitif
3. Kekeliruan mengikuti anjuran
4. Kurang terpapar informasi
5. Kurang minat dalam belajar
6. Kurang mampu mengingat
7. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
c. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
1. Menanyakan masalah 1. Menunjukkan perlaku tidak
yang dihadapi sesuai anjuran

2. Menunjukkan persepsi yang


keliru terhadap masalah

d. Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1. Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat
2. Menunjukkan perilaku berlebihan
(mis.apatis, bermusuhan,
agitasi,histeria)

e. Kondisi Klinis Terkait

1. Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien


2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis
F. Keterangan

Diagnosis ini dispesifikkan berdasarkan topik tertentu, yaitu:

1. Gaya hidup sehat


2. Keamanan diri
3. Keamanan fisik anak
4. Kehamilan dan persalinan
5. Kesehatan maternal pasca persalinan
6. Kesehatan maternal prekonsepsi
7. Keterampitan psikomotorik
8. Konservasi energi
9. Latihan toiletting
10. Manajemen arthris rheumatoid
11. Manajemen asma
12. Manajemen berat badan
13. Manajemen demensia
14. Manajenienn depresi
15. Manajemen disritmia
16. Manajemen gagal jantung
17. Manajenmen gangguan lipid
18. Manajemen gangguan makan
19. Manajemen hipertensi
20. Manajemen kanker
21. Manajemen nyeri
22. Manajemen Osteoporosis
23. Manajemen penyakit akut
24. Manajemen penyakit arteri perifer
25. Manajemen penyakit ginjal
26. Manajemen penyakit jantung
27. Manajemen penyakit Kronis
28. Manajemen penyakit paru obstruktif kronis
29. Manajemen pneumonia
30. Manajemen proses pernyakit
31. Manajemen sklerosis multipel
32. Manajemen stroke
33. Manajemen waktu
34. Manejemen penyakit jantung koroner
35. Medikasi
36. Mekanika tubuh
37. Menyusui
38. Menyusui dengan botol
39. Nutrisi bayi/anak
40. Pencegahan jatuh
41. Pencegahan kanker
42. Pencegahan konsepsi
43. Pencegahan stroke
44. Pencegahan trombus
45. Pengontrolan penggunaan zat
46. Peningkatan fertilitas
47. Feran menjadi orang tua
48. Perawatan bayi
49. Perawatan kaki
50. Perawatan ostomi
51. Perilaku sehat
52. Program aktivitas
53. Program diet
54. Program latihan
55. Prosedur tindakan
56. Seks aman
57. Seksualitas
58. Stimulasi bayi dan anak
Intervensi

Edukasi Kesehatan

Definisi

Mengajarkan pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih


serta sehat

Tindakan

Observasi

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi


- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik

- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi

- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Tingkat Pengetahuan

Definisi

Kecukupan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.


Ekspektasi Membaik

Kriteria Hasil

Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat


Menurun Meningka
t
Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
anjuran
Verbalisasi 1 2 3 4 5
minat dalam
Belajar
Kemampuan 1 2 3 4 5
menjelaskan
pengetahuan
tentang suatu
topik
Kemampuan 1 2 3 4 5
menggambarka
n pengalaman
sebelumnya
yang sesuai
dengan topik
Perilaku sesuai 1 2 3 4 5
dengan
pengetahuan
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
Pertanyaan 1 2 3 4 5
tentang masalah
yang dihadapi
Persepsi yang 1 2 3 4 5
keliru terhadap
masalah
Menjalani 1 2 3 4 5
pemeriksaan
yang tidak tepat
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Perilaku 1 2 3 4 5

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung
dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights

Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:


definisi & klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, Amin H. Dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid II. Yogyakarta:
Mediaction
Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Dewan pengurus pusat PPNI.2017 Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia .
Definisi dan indikator diagnostik Edisi 1.jakarta ;DPP PPNI.

Dewan Pengurus Pusat PPNI.2018 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan tindakan keperawatan Edisi 1. jakarta ;DPP PPNI.

Dewan Pengurus Pusat PPNI.2019 Standar Luaran Keperawatan Indonesia


Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. jakarta ;DPP PPNI/

Anda mungkin juga menyukai