Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH HIPERTENSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Medika Bedah 1

Dosen :

Disusun Oleh :

Dewi Asmara 191FK03026

Rianty Damayanti Ruhiat 191FK03024

Hafsah Syamsidar Isa S 191FK03028

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….…..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1 Latar belakang…………………………………………………………...3
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………..3
1.3 Tujuan……………………………………………………………………4
1.4 Manfaat…………………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6
2.1 Definisi hipertensi……………………………………………………….6
2.2 Anatomi Fisiologi Hipertensi…………………………………………….
2.3 Manifestasi Klinis Hipertensi…………….…………………………….9
2.4 Etiologi Hipertensi…………………………………………………….10
2.5 Patofisiologi Hipertensi…………………….…………………………11
2.6 Klasifikasi Hipertensi………………………………………………....12
2.7 Pemeriksaan penunjang……………….………………………………13
2.8 Komplikasi Hipertensi…………………………………………………
2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teori………………………………..…..14
2.10 Asuhan Keperawatan Secara Kasus…………………………………..
BAB III PENUTUP.......................................................................................39
A. Kesimpulan…………………………………………………………….…39
B. Saran………………………………………………………………………39
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyebab kematian utama melalui proses
terjadinya komplikasi hipertensi antara lain penyakit stroke, kematian
jaringan
otot jantung dan kegagalan fungsi ginjal. Komplikasi hipertensi sering terjadi
karena pasien tidak mampu melaksanakan pola hidup sehat yang mampu
menghindari timbulnya komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap
pencegahan komplikasi hipertensi sangat penting. Sedangkan di Indonesia
menunjukkan pengetahuan dan kesadaran keluarga terhadap hipertensi masih
sangat rendah, demikian pula di Puskesmas Sangkrah Surakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk hubungan pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap
pencegahan komplikasi hipertensi di Puskesmas Sangkrah Surakarta.
Penelitian
ini menggunakan rancangan deskriptif korelatif. Populasi adalah semua
keluarga
yang memiliki anggota pasien hipertensi di Puskesmas Sangkrah Surakarta.
Sampel penelitian sebanyak 94 keluarga dengan teknik sampling adalah
proportional random sampling. Pengumpulan menggunakan kuesioner.
Analisa
data menggunakan uji Rank Spearman. Penelitian ini menyimpulkan bahwa:
(1)
tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan komplikasi hipertensi
sebagian besar adalah cukup (51%), (2) sikap keluarga terhadap pencegahan
komplikasi hipertensi sebagian besar adalah positif (63%), dan (3) ada
hubungan

4
pengetahuan dengan sikap keluarga terhadap pencegahan komplikasi
hipertensi
di Puskesmas Sangkrah Surakarta (p-value) 0,000.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi hipertensi?
2. Bagaimana Anatomi fisiologi hipertensi
3. Bagaimana manifestasi klinis hipertensi?
4. Apa saja etiologi hipertensi?
5. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
6. Bagaimana manifestasi klinis hipertensi?
7. Apa saja klasifikasi hipertensi?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang hipertensi?
9. Apa saja komplikasi hipertensi
10. Bagaimana asuhan keperawatan hipertensi secara teori?
11. Bagaimana asuhan keperawatan hipertensi secara kasus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi hipertensi
2. Untuk mengetahui Anatomi Fisiologi hipertensi
3. Untuk mengetahui Manifestasi klinis hipertensi
4. Untuk mengetahui Etiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui Patofisiologi hipertensi
6. Untuk mengetahui Klasifikasi hipertensi
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang hipertensi
8. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipertensi secara teori
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan hipertensi secara kasus

5
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi hipertensi
2. Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi Fisiologi hipertensi
3. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi klinis hipertensi
4. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi hipertensi
5. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi hipertensi
6. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi hipertensi
7. Mahasiswa mampu mengetahui Pemeriksaan penunjang hipertensi
8. Mahasiswa mampu mengetahui Komplikasi hipertensi
9. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan keperawatan hipertensi secara
Kasus
10. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan keperawatan hipertensi secara
Kasus

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan penyebab kematian utama melalui proses terjadinya


stroke, kematian jaringan otot jantung dan kegagalan fungsi ginjal. Faktor
pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol (seperti
keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti
kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alcohol dan garam).
Hipertensi atau tekanan darah yang meninggi bersifat arbitrary, berarti
penentuan titik potong (cut-off point) sebagai batas antara normotensi dan
hipertensi sangat tergantung dari kondisi popilasu setempat.

Hipertensi memiliki berbagai faktor resiko yang memiliki keterkaitan erat


dengan pemicu terjadinya penyakit tersebut. Berbagai faktor resiko hipertensi
meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, serta stress
psikologis dan faktor yang menyebabkan kambuhnya hipertensi antara lain pola
makan merokok dan stress. Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak
diderita para lansia. Hipertensi pada lansia berdampak pada aspek fisik,
psikososial, spiritual, ekonomi mengakibatkan stress. Stress yang berkelanjutan
dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.

2.2 Anatomi Fisiologi Hipertensi


Secara Fisiologi jantung adalah salah satu tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain apabila fungsi
jantung mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ
tubuh lainnya terutama ginjal dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah
sebagai single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk
kepentingan metabolisme sel-sel demi ketergantungan hidup

7
Dari beberapa referensi ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan
tangannya atau sama dengan ukuran panjang kira-kira 5” (12 cm) dan lebar
sekitar 3,5” (9 CM). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepaatnua di
ruang mediastrium diantara kedua paru-paru dan bersentuhan dengan
diagfragma. Bagian atas jantung terletak di bagian bawah sterna notch, 1/3 dari
jantung berada di sebelah kanan dari midline sternum, 2/3 nya di sebelah kiri
dari midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke 5 atau
tepatnya di bawah putting susu sebelah kiri.

2.3 Manifestasi klinis Hipertensi

Tanda dan gejala hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering
berkemih dan denyut jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka
merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa
pegal dan lain- lain. Dan gejala hipertensi yakni meliputi pusing, kaku tengkuk,
kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit pinggang dan sesak nafas. faktor yang
mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya kerusakan/gangguan vaskuler
dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi.

Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan


yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi
sebagai sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa
faktor. Beberapa faktor tersebut yaitu usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna
nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, koping dan
dukungan sosial keluarga

8
2.4 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya atau


disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus (Smeltzer & Bare,
2001). Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin,
genetik, usia, lingkungan, sistem renin angiotensin dan sistem saraf otonom.
Faktor-faktor lainya yaitu merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol,
obesitas, stres dan kurang berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalam
Rahmadani, 2011)

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi.


Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis
akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit
endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali), koarktasio aorta,
hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-obat dan zat-zat lain
(Lauralee, 2001; dalam Rahmadani, 2011).

2.5 Patofisiologi Hipertensi

Terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor berikut, yaitu:

1. Perubahan struktural dan fungsional pada pembuluh darah.


Perubahan struktural pada pembuluh darah seiring bertambahnya usia
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan,
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Perubahan ini akan menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Penurunan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah akan mengakibatkan

9
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung, sehingga mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer. Penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah juga dengan meningkatnya usia terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik sebagai akibat dari peningkatan kekakuan pembuluh darah
arteri.
2. Peningkatan aktivitas saraf simpatis
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dihubungkan dengan terjadinya
peningkatan usia seseorang. Peningkatan usia juga akan diikuti dengan
penurunan sensitivitas baroreseptor. Peningkatan aktivitas simpatis akan
meningkatkan resistensi vaskuler. Sel endotel pada pembuluh darah akan
lebih cenderung untuk vasokonstriksi akibat peningkatan aktivitas simpatis
dan hal ini akan memperparah resistensi sistemik. Peningkatan usia juga
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal karena penurunan jumlah nefron
pada ginjal. Penurunan fungsi ginjal semakin diperparah dengan
peningkatan aktivitas saraf simpatis dimana hal ini akan menurunkan
ekskresi natrium dan air.
Tanda dan gejala hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering
berkemih dan denyut jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain- lain. Dan gejala hipertensi yakni meliputi pusing, kaku
tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit pinggang dan sesak
nafas. faktor yang mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya
kerusakan/gangguan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan
sistem organ yang divaskularisasi.
Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan
yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi

10
sebagai sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa
faktor. Beberapa faktor tersebut yaitu usia, jenis kelamin, kebudayaan,
makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, koping
dan dukungan sosial keluarga

2.6 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar yaitu


hipertensi primer (hipertensi esensial) dan hipertensi sekunder.
Pengelompokan ini ditinjau dari unsur penyebabnya.

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan


merupakan 95% dari kasus-kasus hiepertensi Hipertensi esensial hingga saat
ini masih belum di ketahui penyebabnya. Selama 75 tahun terakhir telah
banyak penelitian untuk mecari etiologinya. Adanya mekanisme kompensasi
yang kompleks dan konsekuensi sekunder dari hipertensi yang sudah ada
telah menyebabkan penelitian etiologinya semakin sulit dan observasi ini
terbuka untuk berbagai interpretasi, terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi dan berbeda antar individu. Beberapa faktor yang pernah
dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi antara lain
genetik, geografi dan lingkungan, janin, jenis kelamin, natrium, system
rennin-angiotensin, hiperaktifitas simpatis, resistensi insulin dan disfungsi
sel endotel.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan penyakit ikutan dari penyakit yang


sebelumnya diderita. Sekitar 5 % kasus hipertensi ini telah di ketahui
penyebabnya. Penyakit yang memicu timbulnya hipertensi sekunder
diantaranya penyakit-penyakit pada ginjal, pada kelenjar adrenal, pada

11
kelenjar tiroid, efek obat-obatan, kelainan pembuluh darah, serta pada
kehamilan (pre-eklamsia).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

a. Pemeriksaan yang segera


1) Darah rutin (Hematokrit/hemoglobin)
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin
3) Glukosa
4) Kalium serum
5) Kolesterol dan trigliserid serum
6) Pemeriksaan tiroid
7) Kadar aldosteron urin/serum
8) Urinalisa
9) Steroid urin
10) EKG
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama)
1) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
2) CT Scan : mengkaji adanya tumor celebral, encelopati
3) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
4) USG : untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi Klinis
pasien.

12
2.8 Komplikasi
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata,
ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan
penglihatan sampai kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada hipertensi berat di samping kelainan koroner dan miokard. Pada
otak sering terjadi pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneuresma
yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapatterjadi adalah
proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transiet ischemic
attack) (Suyono, 2004).

2.9 Asuhan Keperawatan Secara Teori


1. Pengkajian
Fokus pengkajian menurut Wijayaningsih (2013) Asuhan keperawatan pada
klien hipertensi dilaksanakan melalui proses keperawatan yang terdiri dari :
a. Aktivitas atau istirahat kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung
tinggi, perubahan irama jantung.
b. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit selebravaskular, kenaikan
tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, sianosis, diaphoresis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, otot
muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara
d. Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal
e. Makanan / cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan
muntah, perubahan berat badan, adanya edema
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi
pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan), respon motorik

13
(penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan retina optic.
g. Nyeri atau kenyamanan Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai
klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea nocturnal paroksimal, riwayat merokok, batuk
dengan atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.Adapun diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien hipertensi adalah
sebagai berikut (NANDA, 2015-2017) :
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload dan vasokontriksi.
b. Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
selebral.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi
Intervensi atau rencana keperawatan adalah pedoman untuk merumuskan
tindakan keperawatan dalam usaha membantu meningkatkan, memecahkan
masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012) Intervensi
asuhan keperawatan yang direncanakan pada pasien dengan hipertensi
berdasarkan diagnosa keperawatan menurut Wijayaningsih (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload dan vasokontriksi Perencanaan :
1) Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal.

14
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vascular.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati / terpalpasi.
3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi
atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium), perkembangan S3
menunjukkan hipertropi ventrikel atau kerusakan fungsi
4) Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan lingkungan
Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis.
5) Pemberian obat non farmakologi (jus semangka)
Rasional : Membantu untuk menurunkan tekanan darah
b. Diagnosa :Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan vascular selebral Perencanaan :
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
2) Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
(teknik relaksasi)
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler selebral dan yang
memperlambat.
3) Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
(mengejan saat BAB, batuk, membungkuk)
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala.4) Kolaborasi dengan tim dokter pemberian analgetik Rasional :
Menurunkan atau mengontrol nyeri dan rangsang.
c. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Perencanaan
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas Rasional : Menyebutkan parameter

15
membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila
ada indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
2) Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi (duduk saat gosok
gigi, atau menyisir rambut)
Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi jugamembantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diribertahap, berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung
tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya kebutuhan akan mendorong
kemandirian dalam melakukan aktivitas
4) Anjurkan klien istrahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivitas semampunya.
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot.
4. Impementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa yang tepat, intervensi
diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk
mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien menurut Potter & Perry
(2009) dalam jurnal ade cahya lesmana.
a. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan afterload dan vasokontriksi.
1) Memantau tekanan darah untuk evaluasi awal.
2) Mencatat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
3) Mengauskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
4) Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan

16
lingkungan.
5) Memberikan obat nonfarmakologi (jus semangka)
b. Diagnosa : Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular selebral
1) Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
2) Memberikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
(teknik relaksasi).
3) Meminimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala (mengejan saat BAB, batuk, membungkuk).
4) Berkolaborasi dengan tim dokter pemberian analgetik
C.Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan fisik
1) Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas.
2) Menginstruksikan pasien tentang teknik penghematan energi(duduk saat
gosok gigi, atau menyisir rambut).
3) Memotivasi untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap,
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
4) Menganjurkan klien istrahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivitas semampunya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki
pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil. Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan pemberian
jus semangka (Cilitrus vulgaris schrad) tekanan darah pada
lansia turun (terkontrol)

17
2.10 Asuhan Keperawatan Secara Kasus

Kasus

Seorang laki-laki usia 57 tahun, berat badan 85 kg dengan tinggi 170 cm, datang
rumah sakit dengan keluhan pusing dan Pundak terasa berat. Saat diperiksa TD
pasien 170/110 mmHg. Ia mengeluh selama 1 tahun terakhir berat badan menaik 8
kg, dan sering pusing di pagi hari. Ia mempunyai riwayat penyakit asma ketika usia
beranjak dewasa. Kadang melakukan olah raga berenang
•Riwayat keluarga, ayah mengidap hipertensi meninggal pada usia 58 tahun karena
serangan jantung, Ibu pasien diabetes melitus tergantung insulin, meninggal karena
stroke pada 63 tahun. Ia merasa yakin bahwa hasil pemeriksaan tekanan darahnya
170/110 saat ini disebabkan ketegangan 2 bulan terakhir sejak ia mulai berhenti
bekerja.
•Hasil test laboratorium darah sebagai berikut :
serum elektrolit –K 3,9 (3,9), Na 142 (139), BUN 32 mg/dl (8 –25), serum creatinin
0,9 mg/dl (0,6 –1,5), glukosa puasa 105 mg/dl (70 –110), serum asam urat 10 mg/dl
(3 –7), hb 15 (13 –17), WBC 9000 (60000 –10000), serta adanya kenaikan dari
normal, kolesterol total puasa dan trigliserida.
•Hasil pemeriksaan fundoskopi menunjukkan adanya penyempitan arteri, tanpa
adanya pendarahan, hasil pemeriksaan EKG serta x-ray dada menunjukkan telah
adanya hipertrofi ventrikel kiri, sedangkan analisis urine menunjukkan proteinuria +
1. Ia diberi hydroklorotiazid 25 mg/hari selama 2 minggu, serta pseudo efedrin 2x1
tablet 30 mg/hari

FORMAT DOKUMENTASI ILMU KEPERAWATAN


MEDIKA BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. (Usia 57 TAHUN


DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER :
HIPERTENSI

DIRUANG……………..

18
A. Pengkajian
I. Identitas klien Dan Keluarga (Penanggung Jawab)
a. Identitas Klien
Nama :
Umur : 57
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
No. Medrek :
Dx. Medis : Hipertensi
Tgl. Masuk :
Tgl. Pengkajian :
b. Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Hub. Dengan klien :
II. Alasan klien datang ke Rumah Sakit

Datang rumah sakit dengan keluhan pusing dan Pundak terasa


berat. Saat diperiksa TD pasien 170/110 mmHg.

III. Keluhan Utama


pusing dan Pundak terasa berat. Saat diperiksa TD pasien 170/110
mmHg. Ia mengeluh selama 1 tahun terakhir berat badan menaik 8
kg, dan sering pusing di pagi hari
IV. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ia mempunyai riwayat penyakit asma ketika usia beranjak dewasa
V. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Tidak Terkaji

19
VI. Kebiasaan
Tidak Terkaji
VII. Riwayat Keluarga
Ayah mengidap hipertensi meninggal pada usia 58 tahun karena
serangan jantung, Ibu pasien diabetes melitus tergantung insulin,
meninggal karena stroke pada 63 tahun.
VIII. Riwayat Alergi
Tidak Terkaji
IX. Pola Pengetahuan

Tidak Terkaji

X. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan Umum
Seorang laki-laki usia 57 tahun, berat badan 85 kg dengan
tinggi 170 cm,
2. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 170/110
b. Pernafasan :-
c. Nadi :-
d. Berat Badan : 85
e. Tinggi Badan : 170
f. IMT : Tidak Terkaji
g. Berat Badan Ideal : 63
3. Kepala dan Leher
a. Kepala
Tidak Terkaji
b. Pendengaran
Tidak Terkaji
c. Hidung
Tidak Terkaji

20
d. Tenggorokan dan Mulut
Tidak Terkaji

4. Sistem Kardiovaskuler
penyempitan arteri, tanpa adanya pendarahan, dada
menunjukkan telah adanya hipertrofi ventrikel kiri
5. Sistem Respirasi
Tidak Terkaji
6. Sistem pencernaan
Tidak Terkaji
7. Sistem Muskuloskeletal
Tidak Terkaji
8. Sistem integumen
Tidak Terkaji
9. Sistem Perkemihan
proteinuria + 1
10. Sistem Endokrin
Tidak Terkaji
11. Sistem Reproduksi
Tidak Terkaji
12. Sistem Neuroligis
Tidak Terkaji
13. Pola Aktivitas

No Pola Aktifitas Sebelum Masuk Sesudah Masuk


RS RS
1. Nutrisi
 Makan
 Minum
2. Eliminasi

21
 Buang Air
Kecil (BAK)
 Buang Air
Besar (BAB)
3. Olahraga dan
Aktivitas
4 Istirahat dan Tidur

5 Pola Interaksi Sosial

6 Kegiatan Keagamaan
dan Sosial

XI. Data Laboratorium


serum elektrolit –K 3,9 (3,9), Na 142 (139), BUN 32 mg/dl (8 –
25), serum creatinin 0,9 mg/dl (0,6 –1,5), glukosa puasa 105
mg/dl (70 –110), serum asam urat 10 mg/dl (3 –7), hb 15 (13 –
17), WBC 9000 (60000 –10000), serta adanya kenaikan dari
normal, kolesterol total puasa dan trigliserida.
XII. Analisa Data

No Data Senjang Etiologi Masalah


Keperawatan
Ds Stimulasi baroreceptor
dari sinus korotis &
 Pasien
arkus aorta
Mengeluh Nyeri
Kepala

Do Saraf Simpatis
(pelepasan kelokolamin

22
 Pemeriksaan
Tekanan Aktivasi epineprin dan
Darahnya norepineprin
170/110

Vasokontriksi

Peningkatan Tekanan
Darah

Gangguan Sirkulasi

Otak

Resistensi Pembuluh
Darah Otak

Nyeri Kepala
Ds Pembuluh Darah

 Klien
mengeluh Sistemik
pusing dan
pundak terasa
berat Vasokontriksi

Do

23
 Hasil Afterload Meningkat
pemeriksaan
fundoskopi
Penurunan Curah
menunjukkan
Jantung
adanya
penyempitan
arteri, tanpa
adanya
pendarahan,
hasil
pemeriksaan
EKG serta x-ray
dada
menunjukkan
telah adanya
hipertrofi
ventrikel kiri.
WBC WBC
9000 (60000 –
10000), serta
adanya
kenaikan dari
normal,
kolesterol total
puasa dan
trigliserida.

24
XIII. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nyeri kepala b.d peningkatan tekanan darah
ditandai klein mengeluh pusing
2. Penurunan curah jantung b.d penyempitan pembuluh
arteri
XIV. Intervensi

No. Diagnose Intervensi


Keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Tujuan: 1. Teliti keluhan 1. Mengidenti
Setelah dilakukan nyeri, catat fikasi
nyeri kepala
tindakan intensitasnya, karakteristi
b.d keperawatan lokasi dan k nyeri
selama 3x24 lamanya merupakan
peningkatan
jam diharapkan 2. Pertahankan faktor yang
tekanan darah nyeri kepala tirah baring penting
berkurang selama fase untuk
ditandai
Kriteria Hasil akut menentuka
dengan klien 1. Pasien 3. Minimalkan n terapi
mengatakan aktivitas yang cocok
mengeluh
nyeri vosokontriksi serta
pusing berkurang yang dapat mengevalua
2. Ekspresi meningkatkan si
wajah klien saki kepala keefektifan
rileks 4. Kolaborasi dari terapi
pemberian 2. Meminimal
analgetik kan
stimulasi /
meningkatk
an relaksasi
3. Aktivitas
yang
meningkatk
an
vasokontrik
si
menyebabk
an sakit
kepala pada

25
adanya
peningkata
n tekanan
vaskuler
serebral
4. Menurunka
n/
mengontrol
nyeri
2. Penurunan Tujuan: 1. Batasi 1. Untuk
Setelah dilakukan Aktifitas menhetahui
curah jantung
tindakan 2. Pantau tekana derajat
b.d keperawatan darah hipertensi
selama 3x24 3. Anjurkan klien 2. Mengontrol
penyempitan
jam penyempitan relaksasi tekanan
pembuluh pembuluh arteri darah
berkurang
arteri
Kriteria Hasil
1. Penyempitan
pembukuh
darah arteri
berkurang
3. 1. 1. 1.

XV. Pelaksanaan

Tanggal & jam Tindakan Dp ke Paraf

1. Menganjurkan pasien
untuk meminimalkan
aktivitas vasokontriksi
yang dapat
meningkatkan sakit
kepala

26
Hasil : Klien mengerti
apa yang di katakana
perawat
1. Mengan
jurkan
klien
untuk
rileks
Hasil :
Klien
mengert
i apa
yang di
katakan
a
perawat

XVI. Evaluasi dan Catatan Perkembangan

Tanggal & Jam No. DIP SOAP PARAP


S:

 Klien
mengatakan
sudah merasa
nyaman dan
nyeri kepala
berkurang

27
O:

 Klien terlihat
rileks

A:

 Sebagian
masalh teratasi

P:

 Melanjutkan
intervensi
berikutnya
S:

 Klien
Mengatakan
Sudah
memahami
pengetahuan
tentang
penyempitan
pembuluh darah
arter

O:

 Klien
menjelaskan
tentang
penyempitan
pembuluh darah

28
arteri

A:

 Masalah
Teratasi

P:

 Melanjutkan
Intervensi
berikutnya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan penyebab paling penting untuk timbulnya
penyakit kardiovaskuler-renal. Prevalensi hipertensi semakin meningkat

29
dengan bertambahnya usia, dan pemberian obat-obatan terbukti sangat
bermanfaat untuk mengobati hipertensi. Namun hanya pendekatan
pengobatan saja tidak dapat mencegah terjadinya penyakit
kardiovaskuler-renal akibat hipertensi di masyarakat. Selanjutnya
sangatlah sulit untuk menjamin bahwa semua pasien hipertensi sudah
terdeteksi dan diberikan pengobatan secara adekuat. Banyak obat=obat
untuk hipertensi yang harganya cukup mahal dan tidak mungkin
terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Pencegahan merupakan
faktor penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.
Pengobatan bersifat individualistis dan sepanjang masa dengan tetap
memperhatikan perubahan gaya hidup
3.2 Saran
Agar lebih menjaga diri dan menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan
penyakit hipertensi. Bagi seluruh keluarga, diharapkan dapat
mengontrol asupan makanan dalam satu hari sehingga resiko hipertensi
dapat dicegah. Untuk penderita datang berobat untuk pertama kalinya
datang terlambat dimana sebagian besar penderita hipertensi tidak
mempunyai keluhanan agar sedini mungkin dilakukan pengobatan
ataupun terapi.

30
DAFTAR PUSTAKA
JNC, 2003. Journal Watch, New Hypertension Guidelines: JNC 7.
http://general- medicine.jwatch.org/issue_pdf/JW030615.PDF. [1 Juni
2012]

Mubarak ,dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas


Konsep dan Aplikasi Edisi II .Jakarta : Salemba

Alimul.H. 2003. Azis. Riset Keperawatan Dan Teknik


Penulisan Ilmiah. Jakarta, Salemba Medika

31

Anda mungkin juga menyukai