Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS JURNAL

INTERVENSI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK

Dosen: Yuyun Sarinengsih, M. Kep

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran

Keperawatan Anak 1

Disusun Oleh:

Rianty Damayanti Ruhiat 191FK03024

Kelas: 2A Keperawatan

FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen Yuyun Sarinengsih, M. Kep. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Yuyun Sarinengsih, M.


Kep. Selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak II yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1........................................................................................................................................................
2.2........................................................................................................................................................
2.3........................................................................................................................................................
2.4........................................................................................................................................................
2.5........................................................................................................................................................
2.6........................................................................................................................................................
2.7........................................................................................................................................................
2.8........................................................................................................................................................
2.9........................................................................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare masih menjadi penyebab kematian balita tertinggi kedua di seluruh


dunia setelah pneumonia. Diare menyumbang 526.000 kematian anak pada
tahun 2015, dengan 70% di antaranya berusia di bawah dua tahun (UNICEF,
2016). The 2018 Pneumonia and Diarrhea Progress Reports merilis 15 negara
dengan jumlah kematian anak akibat pneumonia dan diare tertinggi, termasuk
Indonesia dengan angka kematian balita akibat diare mencapai 7.499 jiwa
(International Vaccine Access Center, 2018).
Di Indonesia, angka perkiraan diare pada tahun 2017 cukup fantastis yaitu
sebesar 7.077.299 kasus dan yang ditangani hanya 4.274.790 kasus atau
hanya 60,4% (Kementerian Kemenkes RI, 2018). Sementara itu, angka
perkiraan diare di Provinsi Lampung adalah sebanyak 223.819 kasus dan yang
ditangani hanya 142.838 kasus. Hal ini menandakan bahwa penanganan diare
hanya 63,8%. Padahal Rencana Strategik Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
hingga tahun 2019 adalah cakupan penemuan dan penangan diare menjadi
100% (Dinkes Lampung, 2019)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Diare
2. Bagaimana etiologi Diare
3. Bagimana patofisiologi Diare
4. Bagaimana manifestasi klinis Diare
5. Bagaimana Klasifikasi Diare

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Diare
2. Untuk mengetahui etiologi Diare

1
3. Untuk mengetahui patofisiologi Diare
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Diare
5. Untuk mengetahui klasifikasi Diare

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

.1 Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 3 kali sehari. Diare dibagi dalam diare akut dan diare kronis. World
gastroenterologi organisation global guidelines 2005, mendefinisikan diare
akut adalah sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih
banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari sedangkan diare
kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.
Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air
besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer.
Diare merupakan gangguan buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan
darah dan atau lender (Riskesdas, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi
ketika terdapat perubahan konsistensi feses. Seseorang dikatakan menderita
diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila buang air besar lebih dari
tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu
24 jam (Dinkes, 2016). WHO (2009), mengatakan diare adalah suatu keadaan
buang air besar (BAB) dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi
lebih dari tiga kali sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan
diare persisten terjadi selama ≥ 14 hari.

.2 Etiologi Diare

Secara klinis penyebab diare dibagi dalam empat kelompok, tetapi yang

sering ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi

terutama infeksi virus. Penyebab penyakit diare adalah sebagai berikut

(Kemenkes RI, 2015b):

3
Faktor Infeksi

1. Bakteri

Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan

diare seperti Shigella, Salmonella, E.Coli,

Golongan vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium

perfringens, Staphilococ Usaurfus,

Camfylobacter dan Aeromonas.

2. Virus

Beberapa virus yang dapat menyebabkan diare

yaitu Rotavirus, Norwalk virus, Adenovirus,

Coranovirus dan Astrovirus. Diare karena virus

ini paling banyak terjadi pada anak dan balita

yang biasanya tak berlangsung lama, hanya

beberapa hari (3- 4 hari) juga dapat sembuh

tanpa pengobatan (selft limiting disease).

3. Parasit

Mikroorganisme parasit yang dapat menyebabkan


diare seperti Protozoa, Entamoeba Histolytica,
Giardia Lamblia, Balantidium, Coli, Trichuris
trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides
strercoralis.
4. Malabsorpsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi

4
laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida

(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan

tersering ialah intoleransi lakrosa.

a. Malabsorbsi lemak

b. Malabsorbsi protein

5. Keracunan Makanan

a. Keracunan Bahan-bahan kimia

b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan

diproduksi 1) Jasad Renik 2) Ikan 3) Buah-

buahan 4) Sayur-sayuran

6. Diare Terkait Penggunaan Antibiotik (DTA/AAD)

Penyebab utama dari diare hingga saat ini yaitu infeksi.


Pada penelitian yang dilakukan oleh Indonesian
Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes
pada pasien anak di enam Rumah Sakit, penyebab
infeksi terutama disebabkan oleh Rotavirus dan
Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena bakteri
hanya 8,4%. Hal ini membuktikan bahwa penyakit diare
tertinggi masih akibat infeksi virus. Kerusakan vili usus
karena infeksi virus (rotavirus) mengakibatkan
berkurangnya produksi enzim laktase sehingga
menyebabkan malabsorpsi laktosa.

5
.1 Patofisiologi Diare
1. Faktor infeksi
A. Virus Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi
rotavirus. Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke
dalam tubuh bersama dengan makanan dan minuman yang masuk ke
dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat pada sel-sel mukosa
usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan
digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel
gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum
bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan
tidak dapat menyerap cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya,
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri atau virus akan menyebabkan sistem
transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
B. Bakteri Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu
ke dalam mukosa, terjadi perbanyakan diri sambil membentuk toksin.
Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah dan menimbulkan
gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang.
Selain itu, mukosa usus yang telah dirusak mengakibatkan mencret
berdarah berlendir. Penyebab utama pembentukan enterotoksin ialah
bakteri Shigella sp, E. coli. diare ini bersifat self-limiting dalam waktu
kurang lebih lima Poltekkes Kemenkes Padang 14 hari tanpa
pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel mukosa
yang baru).
2. Faktor malabsorpsi,
A. Gangguan osmotik Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan
terkumpul di usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus
Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

6
meningkat. Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini
menyebabkan banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan
menyebabkan terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan
yang tidak diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah
diare.
B. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
C. Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga
timbul diare. Sebaliknya bisa peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare
pula. Akibat dari diare yaitu kehilangan air dan elektrolit yang dapat
menyebabkan cairan ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi
ketidakseimbangan elektrolit yang mengakibatkan syok hipovolemik
dan berakhir pada kematian jika tidak segera diobati.
D. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare.
E. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. Proses
penyerapan terganggu.

.1 Manifestasi Klinis Diare


Mula– mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, demam, dan tidak nafsu
makan. Tinja akan menjadi cair dandapat disertai dengan lendir ataupun darah.
Warna tinja dapat berubah menjadi kehijau–hijauan karena tercampur dengan

7
empedu. Frekeuensi defekasi yang meningkat menyebabkan anus dan daerah
sekitarnya menjadi lecet.Tinja semakin lama semakin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat ditemukan sebelum atau sesudah
diare. Muntah dapat disebabkan oleh lambung yang meradang atau gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit.Anak– anak adalah kelompok usia
rentan terhadap diare. Insiden tertinggi pada kelompok usia dibawah dua
tahun dan menurun dengan bertambahnya usia anak.
Faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak ada tiga. Faktor
yang pertama adalah faktor lingkungan. Diare dapat terjadi karena seseorang
tidak memerhatikan kebersihan lingkungan dan menganggap bahwa masalah
kebersihan adalah masalah sepele.
Kebersihan Lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang optimum
sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap status kesehatan yang
baik. Ruanglingkup kebersihan lingkungan diantaranya adalah perumahan,
pembuangan kotoran manusia,penyediaan air bersih, pembuangan sampah,
dan pembuangan air kotor (limbah). Faktor lingkungan yang dominan dalam
penyebaran penyakit diare pada anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air
minum. Pengelolaantinja yang kurang diperhatikan disertai dengan cepatnya
pertambahan penduduk.
seperti penyediaan air bersih yang terjamin, penyediaan jamban sendiri, dan
jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga
kebersihannya.
Faktor sosiodemografi lain yang dapat memengaruhi kejadian diare adalah
umur.Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan terserang diare.
Daya tahan tubuh yang rendahmembuat tingginya angka kejadian diare.
Faktor ketiga yang dapat memengaruhi kejadian diare yaitu faktor perilaku.
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan
merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman
enterik dan menurunkan risiko terjadinya diare. Terdapat hubungan antara
pemberian ASI eksklusif dengan diare pada bayi dibawah 3 tahun. Bayi yang

8
tidak mendapat ASI eksklusif sebagian besar (52.9%) menderita diare,
sedangkan bayi dengan ASI eksklusif hanya 32.31% yang menderita diare.
Selain ASI, terdapat pula personal hygiene,yaitu upaya seseorang dalam
memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memeroleh kesehatan
fisik dan psikologis. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah
buang air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak,
terutama ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi anaknya, maka
makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat
menyebabkan diare. Perilaku yang dapat mengurangi risiko terjadinya diare
adalah mencuci sayur dan buah sebelum dikonsumsi, karena salah satu
penyebaran diare adalah melalui penyajian makanan yang tidak matang atau
mentah. Pada penderita diare, zat-zat makanan yang masih diperlukan tubuh
akan terbuang bersamaan dengan terjadinya dehidrasi. Oleh karena itu, apabila
anak sering mengalami diare, maka pertumbuhannya tidak dapat berlangsung
secara optimal.

.1 Klasifikasi Diare
a) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling
lama 3-5 hari.
b) Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
c) Diare kornik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan
suatu kesatuan penyakit, melainkan suatu sindrom yang penyebab dan
patogenesisnya multikompleks. Mengingat banyaknya kemungkinan
penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyaknya
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini
untuk dapat melakukan pemeriksaan lebih terarah. Diare dapat
diklasifikasikan, sebagai berikut:
A. Diare akut Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita.
Diare akut didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi

9
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
B. Diare kronis Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi
defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit
lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik
yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
C. Diare intraktabel Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan
sindrom pada bayi dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2
minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.
Penyebabnya Poltekkes Kemenkes Padang 10 yang paling sering
adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
D. Diare kronis nonspesifik Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon
iritabel pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis
yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54
minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel
makanan yang tidak tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu.
Anakanak yang menderita diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh
secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada darah
dalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enteric

10
BAB III

ANALISIS JURNAL

.1 Telaah Jurnal 1

1. Judul Artikel Jurnal


Hubungan riwayat pemberian ASI esklusif terhadap kejadian diare pada
balita di puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo
2. Bidang Ilmu Pengetahuan
Bidang ilmu kesehatan
3. Gambaran umum
a. Latar Belakang
Diare merupakan suatu masalah yang masih sering terjadi
diberbagai Negara terutama Negara berkembang. Di Indonesia
angka kematian bayi dan anak umur 1- 4 tahun akibat diare adalah
masing-masing sebanyak 11,4% dan 23%.
b. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu, riwayat pemberian
ASI Kepemilikan jamban, penyediaan air bersih, pendapatandengan
kejadian diare di puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo
c. Tempat
Limboto Kabupaten Gorontalo
d. Sampel
Secara purposive sampling dengan jumlah 148 sampel
e. Waktu
Maret – April tahun 2019
f. Metode
Jenis penelitian yang digunakan survey analitik dengan pendekatan
cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
Limboto Kabupaten Gorontalo.

11
4. Telaah Kritis
a. Judul artikel jurnal
Hubungan riwayat pemberian ASI esklusif terhadap kejadian diare
pada balita di puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. Pada judul
penelitian ini sudah baik karena pada jurnal sudah menggambarkan
topic utama dalam penelitian, tidak terlalu panjang dan cukup jelas
dan dapat menarik minat untuk membaca jurnal
b. Latar Belakang
Dalam jurnal ini sudah cukup jelas dan baik dari segi penulisan
sangat ringkas pada latar belakang jurnal ini
c. Tujuan Pnelitian
Tujuan Penelitian ini sudah cukup baik karena penulis menjelaskan
bahwa penelitian ini untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu,
riwayat pemberian ASI Kepemilikan jamban, penyediaan air bersih,
pendapatandengan kejadian diare di puskesmas Limboto Kabupaten
Gorontalo
d. Metode Penelitian
Jenis penelitian dignakan survey analitik dengan pendekatan vross
sectional study dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh yang
berhubungan dengan kejadian diare pada balita
e. Hasil Penelitian
Subjek penelitian yaitu kelompok yang paling banyak pada umur
21-30 tahun yaitu sejumlah 72 responden (48,6) dan yang paling
sedikit pada umur 41-50 tahun yaitu sejumlah 12 responden (8,1 %)
f. Pembahasan
Pendidikan ibu merupakan faktor yang berpengaruh dalam bentuk
pengetahuuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan penilaian seseorang
terhadap kesehatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin sadar dan peduli
terhadap kebersihan diri dan lingkungan
g. Kesimpulan

12
Kesimpulan yang dibuat penulis sudah benar, menjelaskan semua
inti dari isi penelitian yang dilakukan oleh penulis, tetapi penulis
tidak mencantumkan saran dalam jurnal penelitian yang dibuat.
Sistematik saran yang mungkin dapat dipergunakan :
1. Saran tenaga kesehatan
2. Saran penelitian selanjutnya
3. Saran untuk pembaca
3.2 Telaah Jurnal II
1. Judul Artikel Jurnal
Prevelensi kejadian diare dengan riwayat pemberian air susu ibu pada bayi
usia 0 – 6 bulan di RSUP Sanglah Denpasar
2. Bidang ilmu pengetahuan
Bidang ilmu kesehatan
3. Gambaran umum
a. Latar Belakang
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkatkan dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari disertai konsistensi feses yang
lebih lembek atau cair dengan atau tanpa lender dan darah. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui mengenai data diare pada bayi
berdasarkan usia, jenis kelamin, pemberian ASI dan gejala klinisnya
b. Tujuan
Salah satu cara untuk mencegah diare pada anak dan bayi adalah
dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada anak itu sendiri.
Cara sederhana dan mudah diakses bagi bayi dan anak untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh adalah dengan konsumsi ASI.
ASI adalah suatu elmusi lemak dalam larutan, laktosa dan garam –
garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagian makanan utama bayi
c. Tempat
RSUP Sanglah Denpasar

13
d. Sample
Diperoleh sebanyak 30 bayi berumur 0-6 bulan, umur bayi yang
menderita diare yang terbanyak adalah pada umur 4 dan 5 bulan yaitu
masing-masing sebesar 20,0%, sedangkan umur yang paling jarang
menderita adalah umur 2 bulan yaitu sebesar 6,7%. Jenis kelamin dari
bayi terbagi sama rata masing-masing sebanyak 50,0%. Pemberian ASI
eksklusif pada bayi di dapatkan sebanyak 36,7% dan bayi dengan ASI
non-eksklusif sebanyak 63,4%
e. Waktu
Di jurnal April 2015 – September 2016
f. Metode
Penelitian ini merupakan studi deskriptif retospektif dengan
pendekatan potong lintang menggunakan dat sekunder rekam medis
dengan sample bayi berumur 0-6 bulan yang menderita diare di RSUP
Sanglah pada periode April 2015 – September 2016. Bayi yang tidak
menerima ASI eksklusif , menderita komordibilitas lain, kelainan
kogenital, loss to follow up, meninggal dunia maupun tidak mematuhi
aturan pengobatan di eksklusif dari penelitian ini.
4. Telaah kritis
a. Judul Artikel Jurnal
Prevelensi kejadian diare dengan riwayat pemberian air susu ibu
pada bayi usia 0 – 6 bulan di RSUP Sanglah Denpasar. Pada judul
penelitian ini sudah baik karena pada jurnal sudah mengambarkan
topic utama penelitian, tidak terlalu panjang dan cukup jelas dan
dapat menarik minat untuk membaca jurnal
b. Latar belakang
Dalam jurna ini sudah cukup baik dari segi penulisan sangat ringkas
pada latar belanag jurnal ini
c. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini sudah cukup baik karen penulis
menjelaskan bahwa peneliti melakukan tabukasi silang untuk

14
melihat gambaran gejala klinis diare pada anak yang tidak
menerima ASI, menerima ASI esklusif, maupun ASI non-eksklusif.
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa pada diare yang disertai
dehidrasi , kebanyakan anak (57,1%) tidak menrima ASI dan pada
gejala diare disertai dengan dehidrasi, anak yang menerima ASI
ekslusif hanya sebesar (14,3%) atau 1 orang.
d. Merode penelitian
Penelitian ini menggunaka rancangan penelitian observasional
deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Penelitian dilakukan
di RSUP Sanglah bulan April 2015 – September 2016. Sampel
diambil dengan metode total sampling dimana bayi yang menerima
ASI eksklusif dan non – eksklusif yang menderita diare di RSUP
Sanglah pada periode penelitian diikutsertakan dalam penelitian
sehingga mencapai kebutuhan, loss follof up, meinnggal dunia atau
tidak mematuhi aturan pengobatan dikeluarkan dari studi
e. Hasil penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yaitu bayi berumur
0-6 bulan yang menderita diare dan berobat ke RSUP Sanglah pada
tanggal 1 April sampai 28 September 2016. Proporsi usia terbesar
terjadi pada kelompok umur 4 bulan dan 5 bulan yaitu sebanyak
20,0%
f. Pembahasan
Pada studi ini ditemukan bahwa sebagian besar anak yang
menderita gejala diare dengan dehidrasi adalah anak yang tidak
menerima ASI , meskipun secara proporsi, jumlah anak yang
menderita diare dan menerima ASI cukup tinggi
g. Kesimpulan
Penelitian ini kurang dari saran :
1. Saran untuk pembaca
2. Saran untuk peneliti
3.3 Kekurangan dan Kelebihan

15
Pada jurnal pertama dan kedua sama sama memiliki kekurangan tidak adanya
saran bagi pembaca dan peneliti dan kelebihannya sama – sama terdapat data
demografi tentang perlunya asupan ASI eksklusif kepada bayi untuk
mencegah terjadinya dehidrasi

16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kejadian diare pada balita dengan pendidikan ibu, riwayat asi eksklusif
pendapatan keluarga yaitu tidak ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan ibu , riwayat ASI eksklusif pendapatan keluarga terhadap
kejadian diare pada balita dan karakteristik bayi usia 0-6 bulan yang
menderita diare didominasi dengan anak usia 5 bulan, jumlah laki-laki dan
perempuan sama, sebagian mengkonsumsi susu formula dan hanya sedikit
yang memiliki gejala klinis dehidrasi
4.2 Saran
Makalah ini dibuat dengan sebaik – baiknya dan jauh dari kata sempurna yang
memiliki kelebihan dan kekurangan dan di mohon bagi pembaca untuk di
maklumi

17
DAFTAR PUSTAKA

A.A Davyn Anantha, Wayan Niryana. 2020. Jurnal Medika Udayana.


Prevalensi kejadian diare dengan riwayat pemberian air susu ibu pada bayi
usia 0 – 6 bulan di RSUP Sanglah Denpasar. Vol . 9 . No 12 . (hal : 36 – 40)

Herman Hata . 2018 Jurnal dunia gizi. Hubungan riwayat pemberian asi
eksklusif terhadap kejaduan diare pada balita di Puskesmas Limboto
Kabupaten Gorontalo. Vol . 3 no .1 Hal 59-66

18
19
DAFTAR PUSTAKA

20
21

Anda mungkin juga menyukai