Anda di halaman 1dari 36

Makalah Penyakit Chronic Kidney Disease

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Ajar

Keperawatan Anak II

Dosen Pembimbing : Novitasari Tsamrotul Fuadah, S.Kep., Ners., MM

Di susun oleh :

Tyan Lassanova Fazrin N 191FK03017

Regi Bayu Anggara 191FK03018

Sinta Anggraeni 191FK03022

Farah Nabila Nofitriani 191FK03023

Rianty Damayanti Ruhiat 191FK03024

Sari Damayanti 191FK03026

Tika Sari Santika 191FK03028

Kelas b (2A)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

DESEMBER 2020
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang penyakit Chronic Kidney Disease (Gagal


ginjal kronik). Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.

Bandung, Desember 2020

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Chronic kidney disease (CKD ) atau penyakit ginjal kronik (PGK)
adalah proses patofisilogis dengan peyebab beragam, yang terjadi lebih dari 3
bulan berupa kelainan struktural atau fungsional dengan penurunan laju
filtrasi glomelurus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 sehingga
berdampak menurunnya fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan ginjal gagal untuk mengeluarkan produk limbah metabolik dan
menjaga cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan uremia (Black & Hawk,
2009; Setiati dkk, 2015).
Prevalensi pasien CKD selalu meningkat dan sudah menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, dengan akibat peningkatan
morbiditas dan mortalitas serta biaya untuk pengobatan penyakit. Prevalensi
penyakit CKD di Amerika Serikat mencapai 19 juta orang dewasa, dan
diprediksikan bahwa pada tahun 2030 lebih dari 2 juta orang akan
memerlukan transplantasi ginjal, terapi pengganti ginjal atau dialisis (Santos
et al, 2016). Data statistik Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI)
tahun 2015 didapatkan pasien penyakit ginjal kronik sebanyak 4%. Prevalensi
penderita CKD berusia lebih dari 15 tahun di Jawa Tengah sebesar 0,3%
(Riskesdas, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Ckd?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Ckd?
3. Apa saja Etiologi Ckd?
4. Bagaimana Patofisiologi Ckd?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Ckd?
6. Apa saja Klasifikasi Typhoid?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Ckd?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Ckd?

3
9. Apa saja Komplikasi Ckd?
10. Bagaimana Asuhan keperawatan Ckd secara teori?
11. Bagaimana Asuhan Kperawatan Ckd secara kasus ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi Ckd
2. Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi Ckd
3. Untuk mengetahui Etiologi Ckd
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Ckd
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Ckd
6. Untuk mengetahui Klasifikasi Ckd
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Ckd
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ckd
9. Untuk mengetahui Komplikasi Ckd
10. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Ckd dalam konsep teori
11. Untuk mengetahui Asuhan Kperawatan Ckd secara kasus
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi Ckd
2. Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi dan Fisiologi Ckd
3. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi Ckd
4. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi Ckd
5. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi Klinis Ckd
6. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi Ckd
7. Mahasiswa mampu mengetahui Pemeriksaan Penunjang Ckd
8. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan Ckd
9. Mahasiswa mampu mengetahui Komplikasi Ckd
10. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan keperawtan Ckd dalam konsep
teori
11. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Kperawatan Ckd secara kasus

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Chronic Kidney Disease


Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan
etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia (Black & Hawk dalam Dwy Retno
Sulystianingsih, 2018).
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan perburukan fungsi ginjal yang
lambat, progresif dan irreversible yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal
untuk membuang produk sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Chronic Kidney Disease

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi
kolumna vertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri
karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga ke 12,
sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di


depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis, kuadratus
lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh
bantalan lemak yang tebal.Ginjal terlindung dengan baik dari trauma
langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otototot yang
meliputi iga, seangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang
tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan
ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon.

A. Struktur Ginjal terdiri atas:


1. Struktur Makroskopik Ginjal

5
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm
(4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci),
dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam
dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.
2. Ginjal terdiri dari :
a. Bagian dalam (internal) medula.
Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya
antara 18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal,
sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis. Mengandung
bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan diktus
koligens terminal.
b. Bagian luar (eksternal) korteks.
Substansia kortekalis berwarna coklat merah.konsistensi lunak dan
bergranula.Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa,
melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis
sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan
kolumna renalis.Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan
distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
B. Struktur Mikroskopik Ginjal
1. Nefron
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan
(nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang
membentuknya.Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron
Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi satu
nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.
2. Glomerulus
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut
glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari
ginjal.Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui
dinding kapiler glomerular setiap menit.Plasma yang tersaring masuk

6
ke dalam tubulus.Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma
terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.
3. Tubulus kontortus proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah
disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.Sebagian besar dari
filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui
kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal.Panjang 15 mm dan
diameter 55μm.
4. Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron
ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal,
dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa.
Total panjang ansa henle 2-14 mm.
5. Tubulus kontortus distalis.
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil
longgar kedua.Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin
dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat
glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya
telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.
6. Duktus koligen medulla
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.Pengaturan
secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini
memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.
C. Fungsi Ginjal Beberapa fungis ginjal adalah :
1. Mengatur volume air (cairan) dalan tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai
urine yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan
keringat) menyebabkan urin yang dieksresikan jumlahnya berkurang
dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion.

7
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan
pengeluaran yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam
yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan muntahmuntah,
ginjal akan meningkatkan sekresi ion-ion yang penting seperti Na, K,
Cl, dan fosfat.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan, (mixed diet)
akan menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6. Hal ini
disebabkan oleh hasil metabolisme protein. Apabila banyak memakan
sayuran, urin akan bersifat basa, pH urine bervariasi antara 4,8-8,2.
Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat, dan
kreatinin)
Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-
obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia lain
(pestisida)
5. Fungsi hormonal dan metabolism
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting
dalam mengatur takanan darah (sistem rennin-angiotensinaldosteron)
yaitu untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsifero (vitamin D
aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.
6. Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin, angiotensin
dan aldosteron yang bersungsi meningkatkan tekanan darah
7. Pengeluaran zat beracun Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan
makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh.

2.3 Etiologi Chronic Kidney Disease


1. Prarenal :
a. Stenosis arteria renalis / penyempitan arteri ginjal

8
b. Emboli (Kedua ginjal) / gumpalan darah atau gelembung gas
tersangkut dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan
vaskuler.
2. Parenkim / Jaringan dasar :
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
c. Glomerulonefritis kronis / Peradangan ginjal
d. Nefritis tubulointerstisial kronis / Peradangan tubulus
e. Amiloidosis / protein abnormal yang menumpuk pada organ
f. Cancer renal / Kanker ginjal
g. Systemic lupus erythematosus / SLE
3. Postrenal :
a. Obtruksi saluran kemih
b. Infeksi saluran kemih
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan GGK salah satunya
adalah riwayat gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud adalah gaya hidup
seperti riwayat penggunaan obat analgetika dan obat anti inflamasi non steroid
yaitu obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan, sehingga
meredakan nyeri dan menurunkan demam, selain itu adanya riwayat merokok,
riwayat penggunaan minuman suplemen berenergi. Faktor pencetus lainnya
yaitu dimulai dari zat toksik (antibiotik, alkohol, kokain, dan heroin) , dam
obstruksi saluran kemih yang dapat menyebabkan arterio sclerosis / arteri
yang mengeras (Keperawatan et al., 2020).

2.4 Patofisiologi Chronic Kidney Disease

Gagal ginjal kronik disebabkan karena adanya penyakit yang terdapat pada
ginjal, sehingga mengakibatkan kegagalan ginjal. Maka lama kelamaan
jumlah nefron yang mengalami kerusakan bertambah. Dengan adanya peran
dan fungsi ginjal, maka hasil metabolisme protein berkumpul didalam tubuh.
Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan pembuangan hasil sisa metabolisme

9
terhambat, dimana dimulai pada pertukaran di dalam pembuluh darahtidak
adekuat, karena ketidakmampuan ginjal sebagai penyaring. Akibatnya ginjal
tidak dapat melakukan fungsiny, sehingga menyebabkan peningkatan kadar
serum dan kadar nitrogen ureum, kreatinin, asam urat, fosfor meningkat dalam
tubuh dan mengakibatkan terganggunya fungsi dan organ-organ tubuh lain.

Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun


dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mempengaruhi
seluruh sitem tubuh.

Secara umum mekanisme terjadinya CKD yaitu: glomerulosklerosis, parut


pada tubulo interstisial dan sclerosis vaskuler.

a. Glomerulosklerosis
Proses intrinsik glomeruli yang progresif dipengaruhi oleh sel
intraglomerular dan sel ekstra-glomerular. Kerusakan sel intra-glomerular
dapat terjadi pada sel glomerulus intrinsik seperti endotel, sel mesangium,
sel epitel, maupun sel ekstrinsik seperti trombosit, limfosit,
monosit/makrofag.
b. Parut Tubulo-intestisial yang berlebih.
Derajat keparahan tubulu-intestisial fibrosis (TIF) lebih berkorelasi dengan
fungsi ginjal dibandingkan dengan glomerulosklerosis. Proses ini termasuk
inflamasi, proliferasi dan deposisi ECM
c. Sklerosis vaskular
Perubahan pada arteriol dan kerusakan kapiler peritubular oleh berbagai
sebab (DM, Hypertensi, Glomerulonefritis kronis) akan menimbulkan
terjadinya ekstraserbasi iskemi interstisial dan fibrosis. Iskemi serta
hipoksia akan menyebabkan sel tubulus dan fibroblas untuk memproduksi
ECM dan mengurangi aktifitas kolagenolitik. Kapiiler peritubular yang
rusak akan menurunkan produksi proangiogenic vascularetiangiogenic
sehingga terjadi delesi mikrovaskular dan endothelialgrowth factor
(VEGF) dan ginjal yang mengalami parut akan mengekspresikan

10
thrombospondin yang bersifat antiangiogenic sehingga terjadi delesi
mikrovaskular dan iskemik (J et al., 2018)

2.5 Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease


A. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi, retinopati (kerusakan retina mata) dan ensefalopati
hipertensif (suatu sindrom akibat dari peningkatan tekanan arteri
mendadak tinggi yang dapat mempengaruhi fungsi otak), beban sirkulasi
berlebih, edema, gagal jantung kongestif (kegagalan jantung dalam
memompa pasokan darah yang dibutuhkan tubuh), dan distritmia
(gangguan irama jantung).
B. Sistem Dermatologi
Pucat, pruritis atau gatal, Kristal uremia, kulit kering, dan memar.
C. Sistem Neurologi
Mudah lelah, otot mengecil dan lemah, sistem saraf tepi :
Penurunan ketajaman mental, konsentrasi buruk, kekacauan mental, koma,
otot berkedut, kejang.
D. Sistem pernafasan
Dispnea yaitu kondisi yang terjadi akibat tidak terpenuhinya
pasokan oksigen ke paru – paru yang menyebabkan pernafasan menjadi
cepat, pendek, dan dangkal., edema paru, pneumonitis, kussmaul (pola
pernapasan yang sangat dalam).
E. Sistem Gastroinstestinal
Anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering,
pendarahan saluran cerna, diare, stomatitis atau sariawan, parotitis atau
infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotis pada
wajah.
F. Sistem Perkemihan
Poliuria (urine dikeluarkan sangat banyak dari normal), berlanjut
menuju oliguria (urine yang dihasilkan sangat sedikit), lalu anuria

11
(kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine), nokturia (buang
air kecil di sela waktu tidur malam), proteinuria (Protein didalam urine).
G. Hematologik
Anemia, hemolysis (kehancuran sel darah merah), kecenderungan
perdarahan, risiko infeksi.
H. Biokimia
Azotemia (penurunan GFR, menyebabkan peningkatan BUN dan
kreatinin), hyperkalemia, Retensi Na, Hipermagnesia, Hiperrurisemia.
I. Sex
Libido hilang, Amenore (ketika seorang wanita usia subur tidak
mengalami haid), Impotensi dan sterilisasi.
J. Metabolisme
Hiperglikemia kebutuhan insulin menurun, lemak peningkatan
kadar trigliserad, protein sintesis abnormal.

K. Gangguan kalsium
Hiperfosfatemia, hipokalsemia, konjungtivitis / ureamia mata merah
(Keperawatan et al., 2020).

2.6 Klasifikasi Chronic Kidney Disease

Klasifikasi penyakit ginjal kronik di dasarkan atas dua hal yaitu, atas

derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologis. Klasifikasi berdasarkan
derajat (stage) penyakit, ditetapkan atas dasar perhitungan nilai dari GFR.
Pedoman K atau DOQI merekomendasikan perhitungan GFR dengan rumus
Cockroft-Gault untuk orang dewasa. Klasifikasi penyakit CKD berdasarkan
derajat penyakit adalah sebagai berikut :

a. Derajat 1 : Kerusakan ginjal dengan LFG normal (LFG > 90 ml atau menit
atau 1.73 m2)

12
b. Derajat 2 : Kerusakan ginjal dengan LFG ringan (LFG>60 - 89 ml atau
menit atau 1.73 m2)
c. Derajat 3 : Kerusakan ginjal dengan LFG sedang (LFG>30- 59 ml atau
menit atau 1.73 m2)
d. Derajat 4 : Kerusakan ginjal dengan LFG berat (LFG> 15 - 29 ml atau
menit atau 1.73 m2)
Derajat 5 : Gagal ginjal dengan LFG < 15 ml atau menit atau 1.73 m2 atau
dialisis (Novita Frisca, 2017).

2.7 Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Disease


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien gagal ginjal kronik adalah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT

2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).

3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
2.8 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease

13
Tujuan penatalaksanaan CKD adalah untuk mempertahankan
fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Penatalaksanaan
CKD dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah tindakan
konservatif, untuk meredakan atau memperlambat gangguan fungsi
ginjal progresif, mencegah dan mengobati komplikasi yang terjadi.
Penanganan konservatif CKD meliputi; 1) Pengaturan diit; 2)
Pencegahan dan pengobatan komplikasi berupa pengobatan
hipertensi, hiperkalemi, hiperuresimia, anemia, asidosis, asteodistrofi
renal, neuropati perifer dan infeksi (Price & Wilson, 2005).
Terapi pengganti ginjal menjadi pilihan untuk mempertahankan
fungsi ginjal normal, menghindari komplikasi dan memperpanjang
usia pasien ESRD (Shahgholian, et al, 2008 dalam Mardyaningsih
2014). Ada tiga terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis, peritoneal
dialisis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan terapi
pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan didunia dan jumlahnya dari
tahun ke tahun terus meningkat (Shahgholian, et al, 2008 dalam
Mardyaningsih 2014)

2.9 Komplikasi Chronic Kidney Disease


Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :

1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
(Smeltzer & Bare, 2011)

14
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)
Secara Teori

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur, agama, jenis
kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, diagnosa
medis dan nama identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur,
hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama
Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat bervariasi,
mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut
terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum), dan gatal pada kulit
(Muttaqin, 2011).

3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terjadi penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya napas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi.
Kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalah dan
mendapat pengobatan apa (Muttaqin, 2011).
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal akut, infeksi saluran
kemih, payah jantung, pengguanaan obat-obat nefrotoksik. Benign
Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi. Dan biasanya adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya yang menjadi presdiposisi penyebab. Penting untuk
dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya

15
riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin, 2011).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun penyakit
diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus
terjadinya penyakit CKD.

4. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari


1) Pola aktivitas / istirahat

Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur


insomnia/gelisah atau samnolen ).

Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

2) Pola nutrisi

Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat


badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tidak
sedap pada mulut (pernafasan ammonia).

Tanda : distensi abdomen, pembesaran hati, perubahan turgor kulit


edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan
lemak sub kutan, penampilan tidak bertenaga.

3) Pola eliminasi

Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut,


abdomen kembung, diare atau konstipasi.

Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat, merah, coklat


berawan, oliguria , dapat menjadi anuria.

4) Pola sirkulasi

16
Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri
dada( angina ).

Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umumdan pitting pada


kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi,
ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap
akhir, pucat,kulit coklat kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan.

5) Integritas ego

Gejala : faktor stress, contoh : financial, hubungan, persaan tidak


berdaya, tidak ada kekuatan.

Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung,


perubahan kepribadian.

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang sindrom


“kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki.

Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang perhatian ,


ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan
tipis.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaku (memburuk
saat malam hari)

Tanda : perlu berhati-hati, distraksi, gelisah.

8) Pernafasan

Gejala : nafas pendek, dyspenia, nocturnal paroksimal, batuk dengan


atau tampa sputum kental dan banyak.

9) Keamanan

17
Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.

Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotemia dapat secara


actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh
lebih rendah dari normal (depresi respons imun), petekie, area
ekimosis pada kulit.

10) Seksualitas

Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.

11) Interaksi Sosial

Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,


mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12) Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal ginjal),


penyakit polikistik, nefitis herediter, kulkulus urinaria, malignansi.
Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, rancun lingkungan.

5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingakat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering
sakit, kepala, kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva an emis, dan sclera tidak ikterik.

18
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien
bernafas pe ndek dan kusmaul
e) Bibir:Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi,
perdara han gusi, dan napas berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
g) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher

Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah


benin g

4) Dada / Thorak

Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kusmaul


(cepat/dalam)

Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan

Perkusi : Biasanya Sonor

Auskultasi : Biasanya vesicular

5) Jantung

Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea


dekstra sinistra

Perkusi : Biasanya ada nyeri

Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

6) Abdomen

Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan


cairan, klien tampak mual dan muntah

Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35


kali/menit

19
Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan
adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.

Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.

7) Genitourinaria

Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi abdomen,


diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat,
merah coklat dan berwarna.

8) Ekstremitas

Biasanya diadapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada ekstermitas,


kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,
keterbatasan gerak sendi.

9) Sistem Integumen

Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik adanya
area ekimosis pada kulit.

10) Sistem Neurologi

Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang


perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti perubahan
proses piker dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya
neuropati perifer ( Muntaqqin, 2011).

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Urine
a. Volume : Kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
(anuria)
b. Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus,
bakteri, lem ak, partikel koloid, fosfat atau urat.

20
c. Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerus akan ginjal berat).
d. Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan
tubula r)
e. Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.
f. Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
g. Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)
2) Darah
a. Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b. Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).
c. Hitung darah lengkap

Ht : menurun akibat anemia

Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl

3) Ultrasono Ginjal
Menetukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,obstrus i pada
saluran kemih bagian atas.
4) Pielogram retrograde
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Endoskopi ginjal
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria d
anpengangkatan tumor selektif
6) Elektrokardiogram (EKG)
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimba ngan elektrolit dan
asam/basa.
7) Menghitung laju filtrasi glomerulus
Normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 liter, 1 hari
dibentuk 180 liter (Haryono, 2013).

21
B. Diagnose
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Gagal Ginjal
Kronik menurut Nurarif & Kusuma (2015):
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium,
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah, perubahan membran mukosa mulut
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah,
prosedur dialisis
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d kongesti paru
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah ke
seluruh tubuh
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d suplai okigen ke otak
menurun
7. Kerusakan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic
sekunder
8. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan preload

C. Intervensi

No Diagnose Intervensi
Tujuan Tindakan Rasional
. Keperawat
Keperawatan
an

22
1. Kelebihan Tujuan: 1. Jelaskan pada 1. menambah
volume Setelah dilakukan klien dan pengetahuan
cairan b.d tindakan keluarga klien klien dan
penurunan keperawatan tentang keluarga
haluaran selama 3x24 indikator klien
urin, retensi jam diharapkan kelebihan 2. untuk
cairan dan volume cairan cairan mengetahui
natrium, seimbang 2. Anjurkan klien keseimbanga
Kriteria Hasil untuk mencatat n
1. Px dan keluarga intake dan 3. intake dan
px dapat output cairan output cairan
mengetahui 3. Anjurkan klien 4. mencegah
indikator untuk adanya
kelebihan mengontrol retensi
cairan konsumsi natrium
2. Px mau natrium 5. menambah
melakukan 4. Ajarkan pada keterampilan
pencatatan klien cara klien
intake dan mencatat intake 6. agar edema
output cairan dan output tidak
3. Pasien mampu cairan memburuk
mempratekkan 5. Observasi 7. agar
cara mencatat intake dan mengetahui
intake dan output cairan perubahan ttv
output cairan 6. Observasi klien
4. Tidak ada edema 8. agar
edema 7. Observasi vital mengetahui
5. Kebutuhan sign klien
cairan px 8. Observasi BB mengalami
balance 9. Kolaborasi edema atau
6. Turgor kulit dengan dokter tidak

23
elastis dalam 9. mengurangi
7. Bunyi nafas pemberian volume
bersih, tidak terapi dialisis cairan dalam
ada dipsneu, tubuh
ortopneu
2. Ketidaksei Tujuan: 1. Jelaskan pada 1. agar
mbangan Setelah dilakukan klien dan menambah
nutrisi tindakan keluarga klien pengetahuan
kurang dari keperawatan tentang klien dan
kebutuhan selama 3x24 jam pentingnya keluarga
tubuh b.d diharapkan nutrisi klien
anoreksia, kebutuhan nutrisi 2. Anjurkan klien 2. agar
mual, klien terpenuhi, BB untuk makan nutrisinya
muntah, sesuai IMT sedikit tapi dapat
perubahan Kriteria Hasil: sering terserap
membran 1. Klien dan 3. Observasi BB dengan baik
mukosa keluarga 4. Observasi 3. agar
mulut mampu mukosa mulut mengetahui
mengetahui 5. Observasi perubahan
tentang konjungtiva BB
pentingnya 6. Kolaborasi 4. agar
nutrisi dengan ahli gizi mengetahui
2. Klien mau untuk adanya
makan makanan menentukan dehidrasi
sedikit tapi jumlah nutrisi 5. agar
sering yang mengetahui
3. BB sesuai IMT dibutuhkan adanya
(18,5-25,00) klien dan menu anemia pada
4. Tidak ada makanan yang pasien
penurunan BB sesuai untuk 6. agar nutrisi
yang berarti klien pasien

24
5. Hemoglobin terpenuhi
dalam batas dan tidak
normal (L.13,5 terjadi
-18,0 / P. 11,5 – malnutrisi
16,0 g/dl)
6. Hematokrit
dalam batas
normal (L. 40 –
54 / P. 35 47
vol %)
7. Konjungtiva
tidak anemis
3. Intoleransi Tujuan: 1. Jelaskan pada 1. agar
aktivitas Setelah dilakukan klien dan menambah
b.d tindakan keluarga klien pengetahuan
keletihan, keperawatan tentang klien dan
anemia, selama 1x24 jam aktivitas yang keluarga
retensi diharapkan klien bisa dilakukan klien
produk dapat mentoleransi sesuai 2. agar pasien
sampah, aktivitas kemampuan dapat
prosedur Kriteria hasil 2. Anjurkan melakukan
dialisis 1. Klien dan pasien untuk aktivitas
keluarga klien melakukan secara
mampu aktivitas sesuai mandiri
memahami kemampuan 3. untuk
tentang 3. Observasi TTV mengetahui
aktivitas yang sebelum dan perubahan
bisa dilakukan sesudah TTV
sesuai aktivitas sebelum dan
kemampuan 4. Observasi sesudah
2. Klien mau perubahan EKG aktivitas

25
melakukan 5. Kolaborasi 4. agar
aktivitas sesuai dengan tenaga mengetahui
kemampuan rehabilitasi apakah ada
3. TTV dalam medik dalam komplikasi
batas merencanakan jantung
normal saat program 5. agar
beraktivitas terapi yang mempercepa
Tekanan darah: tepat t proses
Systole:100- penyembuha
120 mmHg n klien dan
Diastole: 60-80 klien bisa
mmHg melakukan
Suhu: 36,5- aktivitas
37,4oc sehari-hari
Nadi:60- secara
80x/menit mandiri
RR: 15-
20x/menit
4. Tidak ada
kelemahan
dalam aktivitas
seharihari
5. Mampu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri
4. Ketidakefe Tujuan: 1. Jelaskan pada 1. untuk
ktifan pola Setelah dilakukan klien dan menambah
nafas b.d tindakan kelurga klien pengetahuan
kongesti keperawatan tentang klien dan

26
paru selama 1x24 jam penyebab pola keluarga
diharapkan pola nafas tidak klien
nafas klien menjadi efektif 2. agar klien
efektif 2. Anjurkan klien dapat
Kriteria hasil: untuk mengatur
1. Pasien dan melakukan pola
keluarga latihan nafas nafasnya saat
pasien dapat dalam secara terjadi sesak
mengetahui mandiri 3. agar
tentang 3. Ajarkan pada menambah
penyebab pola klien teknik keterampilan
nafas nafas dalam klien
tidak efektif 4. Observasi 4. agar
2. Pasien mau adanya suara mengetahui
melakukan nafas tambahan adanya jalan
latihan nafas 5. Observasi nafas yang
dalam secara adanya terhambat
mandiri pernafasan atau tidak
3. Pasien mampu cuping hidung 5. untuk
mempratekkan 6. Observasi RR mengetahui
teknik nafas pada klien adanya
dalam 7. Observasi retensi
4. Tidak memakai adanya retraksi karbondioksi
alat otot bantu da atau tidak
bantu pernafasan 6. agar
pernafasan 8. Kolaborasi mengetahui
6. Tidak ada dengan tim perubahan
pernafasan dokter dalam RR
cuping hidung pemberian pada klien
7. RR dalam batas bronkodilator 7. agar
normal (15- mengetahui

27
20x/menit) pasien
8. Tidak ada otot kesulitan
bantu dalam
pernafasan bernafas atau
tidak
8. mempercepa
t proses
penyembuha
n
5. Ketidakefe Tujuan: 1. Jelaskan pada 1. untuk
ktifan Setelah dilakukan klien dan menambha
perfusi tindakan keluarga klien pengetahuan
jaringan keperawatan tentang klien dan
perifer b.d selama 1x24 jam perubahan keluarga
perlemahan diharapkan sensasi klien
aliran darah sirkulasi darah ke 2. Anjurkan 2. agar tidak
ke seluruh jaringan perifer keluarga klien terjadi
tubuh efektif untuk laserasi pada
Kriteria hasil: mengobservasi klien
1. Klien dan kulit dan 3. jika ada
keluarga klien melaporkan jika perubahan
mengetahui ada laserasi berarti
tentang 3. Observasi sirkulasi
penyebab perubahan perifer
perubahan fungsi motoric terganggu
sensasi 4. Observasi 4. jika ada
2. Keluarga klien penurunan nadi perubahan
mau melakukan perifer berarti
observasi 5. Observasi CRT sirkulasi
kulit 6. Kolaborasi perifer
klien dan dengan tim terganggu

28
melaporkan jika dokter dalam 5. agar
ada pemberian mengetahui
laserasi analgetik adanya
3. Tidak ada perubahan
perubahan CRT,
fungsi motoric perubahan
4. Tidak ada itulah yang
penurunan menunjukka
nadi perifer n perfusi
5. Tidak ada jaringan
parestesi perifer lancer
6. CRT<3 detik atau tidak.
6. untuk
mempercepa
t proses
penyembuha
n

6. Ketidakefe Tujuan: 1. Anjurkan px 1. agar


ktifan Setelah dilakukan untuk head up membantu
perfusi tindakan 30 memperlanc
jaringan keperawatan 2. Observasi GCS ar peredaran
serebral b.d selama 1x24 jam dan tingkat darah ke
suplai diharapkan kesadaran px otak
okigen ke sirkulasi 3. Observasi TTV 2. untuk
otak serebral stabil px mengetahui
menurun 1. GCS px 4. Observasi perubahan
normal4-5-6 adanya nyeri GCS dan
2. Tingkat kepala tingkat
kesadaran px 5. Kolaborasi kesadaran px
composmentis dengan tim 3. untuk

29
3. TTV dalam medis lain mengetahui
batas dalam perubahan
normal pemberian TTV px
- Tekanan terapi 4. untuk
darah: mengetahui
o Systole: adanya
100-120 peningkatan
mmHg TIK
o Diastole 5. untuk
: 60-80 mempercepa
mmHg t proses
- Suhu: penyembuha
36,5- n
37,4oc
- Nadi:60-
80x/menit
- RR: 15-
20x/menit
7. Kerusakan 1. Klien dan 1. Jelaskan pada 1. agar
integritas keluarga klien dan menambah
kulit b.d 2. klien mampu keluarga klien pengetahuan
pruritus, memahami tentang klien
gangguan tentang penyebab 2. agar kulit
status penyebab kerusakan klien tidak
metabolic kerusakan integritas tertekan
sekunder integritas kulit kulit dengan baju
3. Klien mau 2. Anjurkan klien yang sempit
memakai untuk memakai 3. agar
pakaian yang pakaian yang kelembapan
longgar longgar kulit klien
4. Keluarga klien 3. Anjurkan terjaga

30
mau keluarga klien 4. agar
mengoleskan mengoleskan mengetahui
lotion pada lotion pada ada tanda
daerah yang daerah yang infeksi atau
tertekan tertekan tidak
5. Tidak ada tanda 4. Observasi tanda 5. agar tidak
kemerahan pada kemerahan pada terjadi terjadi
kulit kulit decubitus
6. Tidak ada 5. Observasi 6. agar oedeme
decubitus aktivitas nya
mobilisasi klien berkurang
6. Kolaborasi dan
dengan tim kerusakan
medis dalam integritas
pemberian obat jaringan
diuresis berkurang
8. Resiko 1. Jelaskan pada 1. Jelaskan pada 1. agar
penurunan klien dan klien dan menambah
curah keluarga klien keluarga klien pengetahuan
jantung b.d tentang tentang klien dan
perubahan penyebab penyebab keluarga
preload penurunan penurunan klien
curah jantung curah jantung 2. agar kerja
2. Pasien mau 2. Anjurkan pada jantung tidak
mengurangi klien untuk berat
stress mengurangi 3. agar
3. TTV dalam stress mengetahui
batas 3. Monitor TTV perubahan
normal saat 4. Monitor TTV
beraktivitas sianosis 4. agar
- Tekanan 5. Kolaborasi mengetahui

31
darah: dengan tim aliran darah
o Systole: dokter dalam lancer atau
100-120 pemberian obat tidak
mmHg aritmia 5. agar
o Diastole mempercepa
: 60-80 t
mmHg penyembuha
- Suhu: 36,5- n
37,4oc klien
- Nadi:60-
80x/menit
- RR: 15-
20x/menit
4. Tidak ada
sianosis

C. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Implementasi adalah pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan
yang di validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana
memberikan askep dalam pengumpulan data serta melaksanakan adusa dokter
dan ketentuan rumah sakit (Wijaya & Putri, 2013).

D. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaa
pasien ( Hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat
(Rohmah, N. 2014).

32
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien
dan sesama tenaga kesehatan (Wijaya & Putri, 2013).

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)


Secara Kasus
A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama : Tn. S,
Umur : 52 tahun,
jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Alamat : Bandung

2. Keluhan utama
Klien datang dengan keluan sesak nafas, batuk, mual muntah, pusing
kepala cenat cenut, dan badan lemas.

33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
. Chronic Kidney Disease (CKD) Atau Gagal ginjal kronik merupakan
suatu penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan terjadi secara perlahan
dalam waktu yang menahun bersifat progesif dan irreversible, umumnya
tidak dapat pulih, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme
dan gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menjadikan menurunnya volume vaskuler dan gangguan reabsornsi
(Muttaqin, 2011). Masalah keperawatan yang sering muncul pada

34
penderita gagal ginjil kronik yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer disebabkan oleh
menurunnya sirkulasi darah keperifer atau menurunnya volume vaskuler
menurun dikarenakan hiponatremia dan gangguan reabsorbsi
(Smetzer &Bare, 2011).
3.2 Saran
Agar lebih menjaga diri dan menjauhi hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) Atau Gagal Ginjal
Kronik .Bagi seluruh keluarga, dan masyarakat lebih berhati-hati dan
menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan
melalaui asupan makanan yang benar. Dan untuk tenaga ahli juga
sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya
penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Keperawatan, A., Ny, P., Diagnosa, S. D., Gagal, M., Kronik, G., & Ruang,
D. I. (2020). PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN.

J, D., Makahaghi, Y. B., & Tinungki, Y. L. (2018). FAKTOR-FAKTOR RISIKO


YANG BERHUBUNGAN DENGAN CHRONIK KIDNEY DISEASE
(CKD) PENDERITA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT DAERAH
LIUNKENDAGE. ILMIAH SESEBANUA, 2, 100–114.

Novita Frisca. (2017). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PASIEN HEMODIALISIS
DENGAN PENDEKATAN TEORI PRECEDE-PROCEED DI RSU HAJI
SURABAYA PENELITIAN.

35

Anda mungkin juga menyukai