Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN PENYAKIT

HIPERTENSI DAN STROKE

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Keluarga
Yang dibina oleh Bapak Sugianto Hadi, SKM, M.Kes

Oleh
1. Asri Purwanti Rahayu (1601460004)
2. Fadhil Rizqi Rahmatullah (1601460007)
3. Vivian Yessica (1601460015)
4. Viva Nurjanah (1601460030)
5. Ika Linda Agustina (1601460039)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
Oktober, 2017
UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan terselesaikannya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih


sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dalam memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Keluarga.
2. Dosen Keperawatan Anak Bapak Sugianto Hadi, SKM, M.Kes. selaku
pembimbing matakuliah Keperawatan Keluarga atas arahan, bimbingan,
dan koreksinya selama penyusunan makalah.
3. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada
saya dalam menyelesaikan makalah.
4. Semua mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Malang selaku teman
saya atas bantuan dan kerjasama yang diberikan selama penulisan makalah.

ii
DAFTAR ISI

Ucapan Terimakasih........................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hipertensi ............................................................................................... 6
2.2 Stroke ..................................................................................................... 11
2.3 Peran Keluarga ....................................................................................... 16
2.4 Keperawatan Keluarga ........................................................................... 18
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus ...................................................................................................... 23
3.2 Pembahasan ............................................................................................ 23
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 26
4.2 Saran ....................................................................................................... 26
Daftar Rujukan ................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tekanan Darah tinggi atau Hipertesi dan arterosclerosis (pengerasan
arteri) adalah dua kondisi pokok yang mendasari banyak bentuk penyakit
kardiovaskuler. Lebih jauh, tidak jarang tekanan darah tinggi juga
menyebabkan gangguan ginjal. Sampai saat ini, usaha-usaha baik untuk
mencegah maupun mengobati penyakit hipertensi belum berhasil sepenuhnya,
hal ini dikarenakan banyak faktor penghambat yang mempengaruhi seperti
kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian, klasifikasi, tanda dan
gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.
Saat ini, angka kematian karena hipertensi di Indonesia sangat tinggi.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan
prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia).
Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Sementara di
dunia Barat, hipertensi justru banyak menimbulkan gagal ginjal, oleh karena
perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan angka peyakit hipertensi terlebih
bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan dan pengobatan yang tepat
agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin parah.
Sedangkan stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat
perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa
memandang ras, jenis kelamin, atau usia. Spesialis Saraf Rumah Sakit Premier
Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke semakin penting
dan mendesak karena kini jumlah penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan
menduduki urutan pertama di Asia dan keempat di dunia, setelah India, Cina,

4
dan Amerika. Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013
(Riskesdas 2013), stroke merupakan penyebab kematian utama di Indonesia.
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar
7,0 per mil dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala
sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah
terdiagnosis oleh nakes. Definisi stroke menurut World Health Organization
(WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain
selain vaskuler (Israr, 2008).
Dari data diatas maka dari itu kita sebagai keluarga harus bisa mengerti
bagaimana menjaga keluarga sebagai upaya preventif, promotif, dan
rehabilitatif.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana peran anggota keluarga dalam menghadapai anggota
keluarga lain yang menderita hipertensi dan stroke?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui peran-peran keluarga dalam menghadapi anggota
keluarga lain yang menderita hipertensi dan stroke

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Hipertensi
a. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar
dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang).7 Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas
fisik, stres, penggunaan estrogen. Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi
menjadi:
1. Berdasarkan penyebab
a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang
bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%
penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
2. Berdasarkan bentuk Hipertensi
Hipertensi diastolik {diastolic hypertension}, Hipertensi campuran
(sistol dan diastol yang meninggi), Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension).

6
Terdapat jenis hipertensi yang lain:
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas,
pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar
penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang
ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan
gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan
pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada
perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar
2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival/sampai timbulnya
gejala penyakit sekitar 2-3 tahun.
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada
National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih
dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25
mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak
didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit
myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan
paru.
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat
pada saat kehamilan, yaitu:
a) Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi
yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan (selain
tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air
kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan
tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan.
b) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum
ibu mengandung janin.
c) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan
preeklampsia dengan hipertensi kronik.

7
d) Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas.
Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan
pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada
juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain
sebagainya.

b. Etiologi Hipertensi
Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:
1. Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita
meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
2. Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering
muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau
Amerika Hispanik.
3. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi
daripada wanita.
4. Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain
minum minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.
a) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan
dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap
rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di
otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
karena tekanan darah yang lebih tinggi.

8
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan
tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh
darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak
dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan
ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya.37
b) Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah.
Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut
mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah,
makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri
sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan
kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan
risiko hipertensi meningkat.
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara
teratur memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan
darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi. Olahraga
banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan
dengan peran obesitas pada hipertensi.

c) Manifestasi Klinis
Penderita hipertensi biasanya tidak menunjukkan ciri apapun atau hanya
mengalami gejala ringan. Namun, darah tinggi yang parah mungkin
menyebabkan:

9
 Sakit kepala parah  Kelelahan
 Pusing  Nyeri dada
 Penglihatan buram  Sulit bernapas
 Mual  Darah dalam urin
 Telinga berdenging  Sensasi berdetak di
 Kebingungan dada, leher, atau
 Detak jantung tak telinga
teratur

d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya
hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X -
}) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga
dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging,
bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting
juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk
pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter keluarga.
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita
hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit,
crackers, keripikdan makanan keringyangasin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).

10
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal,
tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

2.2 Stroke
a. Pengertian Stroke
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak
terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, sehingga
terjadi kematian sel-sel pada sebagian area di otak. Stroke adalah kondisi
kesehatan yang serius yang membutuhkan penanganan cepat.
Ketika pasokan darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke otak
terputus, maka sel-sel otak akan mulai mati. Karena itu semakin cepat
penderita ditangani, kerusakan yang terjadi pun semakin kecil bahkan
kematian bisa dihindari.
Jenis stroke jika dilihat dari penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi jika pasokan
darah berhenti akibat gumpalan darah dan stroke hemoragik terjadi jika
pembuluh darah yang memasok darah ke otak pecah.
Ada juga yang disebut TIA (Transient Ischemic Attack) atau stroke
ringan. TIA terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan
sesaat yang biasanya diawali dengan gejala pusing, penglihatan ganda,
tubuh secara mendadak terasa lemas, dan sulit bicara.

b. Etiologi Stroke
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
- Tingginya kadar kolesterol dalam darah.
- Diabetes yang tidak terkontrol. Kadar gula darah yang tinggi
berdampak buruk pada kesehatan dinding pembuluh darah

11
- Detak jantung yang tidak teratur atau fibrilasi atrium
- Penyempitan arteri karena usia
- Mengalami obesitas.
- Mengonsumsi alkohol yang berlebihan.
- Merokok.
- Memiliki tingkat kolesterol yang tinggi.
- Memiliki riwayat keluarga berpenyakit jantung atau diabetes.
- Penggunaan obat-obatan kontrasepsi, migrain, koagulopati (gangguan
pembekuan darah), dan cedera kepala yang baru terjadi.
- Pecahnya pembuluh darah yang menggelembung atau bengkak yang
disebut aneurisma.

c. Manifestasi Klinis Stroke


Tiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda
sehingga gejala stroke akan tergantung kepada bagian otak yang terserang
dan juga tingkat kerusakannya. Gejala atau tanda-tanda stroke bervariasi
pada tiap orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba.
 Cara bicara penderita yang tidak jelas atau kacau, bahkan ada juga
penderita yang tidak bisa bicara sama sekali walaupun mereka
terlihat terjaga.
 Mata dan mulut pada salah satu sisi wajah penderita terlihat turun.
 Lengan si penderita mengalami kelumpuhan saat terserang stroke,
maka dari itu mereka tidak mampu mengangkat salah satu atau
bahkan kedua lengannya.
Menyadari gejala atau tanda-tanda di atas adalah hal yang penting,
terlebih lagi bagi mereka yang tinggal bersama orang yang berisiko tinggi
terkena stroke, seperti manula, penderita diabetes, atau penderita tekanan
darah tinggi. Selain itu, gejala atau tanda-tanda stroke lainnya meliputi:
 Kesulitan menelan.
 Masalah pada keseimbangan dan koordinasi.
 Masalah komunikasi, seperti sulit bicara dan memahami ucapan
orang lain. Dapat terjadi ketidakmampuan berbicara secara total.

12
 Pusing dan pingsan.
 Hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan menjadi ganda.
 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada
leher. Dapat terjadi sakit kepala berputar (vertigo).
 Mual dan muntah.
 Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
 Baal pada salah satu sisi tubuh.
 Penurunan kesadaran

d. Penatalaksanaan Stroke
Jika stroke ditangani secara efektif, selain dapat menyelamatkan
nyawa, cacat jangka panjang juga dapat dicegah. Para ahli dan dokter
spesialis telah menetapkan standar penanganan stroke, di antaranya adalah:
- Dalam penanganan pertama, segera hubungi rumah sakit untuk
meminta ambulans.
- Bawa pasien ke rumah sakit yang menyediakan penanganan dari
dokter spesialis.
- Lakukan pemindaian segera, misalnya CT scan atau MRI scan.
- Tempatkan pasien di unit penanganan khusus stroke.
- Pemeriksaan dampak kerusakan stroke, salah satunya dengan tes
menelan.
- Bawa pasien untuk menjalani rehabilitasi stroke.
- Selalu beri dukungan pasien stroke agar dia dapat kembali hidup
normal di tengah-tengah masyarakat.
1. Pengobatan stroke iskemik
Penanganan awal stroke iskemik akan berfokus untuk menjaga
jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan pengembalian aliran darah.
Pengembalian aliran darah ini dapat melalui penyuntikan tPA (Tissue
Plasminogen Activator) pada vena ataupun arteri. Akan tetapi tidak
semua pasien cocok dengan pengobatan ini. Pemberian tPA hanya
efektif jika diberikan pada empat setengah jam pertama setelah
serangan stroke mulai. Jika lewat jangka waktu tersebut, obat ini tidak

13
terbukti memiliki dampak yang positif. Pada dasarnya, peluang untuk
sembuh semakin besar jika tPA semakin cepat diberikan.
Untuk mengurangi kemungkinan pembekuan darah, pasien juga
bisa diberikan obat anti trombosit seperti aspirin karena aspirin dapat
mengurangi kadar kelengketan dalam sel-sel darah. Pasien bisa
diberikan obat anti-platelet lainnya jika alergi terhadap aspirin.
Untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-
obatan antikoagulan, seperti heparin dan warfarin, yang bekerja dengan
cara mengubah komposisi darah. Obat antikoagulan sangat cocok
diberikan pada penderita stroke dengan detak jantung tidak beraturan.
Sedangkan untuk masalah stroke yang berkaitan dengan kolesterol
tinggi, kemungkinan dokter akan merekomendasikan statin guna
menghambat enzim penghasil kolesterol di dalam organ hati..
Salah satu cara mencegah stroke iskemik adalah dengan
menurunkan tekanan darah. Jika tekanan darah seseorang terlalu tinggi,
maka dokter akan memberikan obat antihipertensi untuk
menurunkannya, seperti obat penghambat enzim pengubah angiotensin
(ACE inhibitor), obat penghambat alfa dan beta (alpha- and beta-
blocker), thiazide, dan obat penghambat saluran kalium (calcium
channel blocker).
2. Penyempitan pembuluh darah karotis
Karotis adalah arteri atau pembuluh darah di leher yang berfungsi
sebagai penyalur darah ke otak. Beberapa stroke iskemik terjadi akibat
adanya penumpukan lemak yang menyempitkan pembuluh darah
karotis. Penyempitan ini dikenal juga sebagai stenosis karotis (carotid
stenosis).
Terkadang operasi diperlukan untuk mencegah kambuhnya
stroke iskemik, salah satunya adalah endarterektomi karotis. Melalui
prosedur ini, tumpukan lemak yang menghambat arteri karotis dibuang
oleh dokter dengan sebuah pembedahan di leher pasien. Arteri katoris
merupakan arteri yang terdapat di setiap sisi leher yang menuju ke otak.
Meski efektivitas operasi endarterektomi karotis dalam mencegah

14
stroke iskemik cukup tinggi, namun prosedur ini tidak sepenuhnya
aman dilakukan pada pasien yang juga menderita kondisi lainnya,
terutama penyakit jantung.
Selain endarterektomi karotis, operasi serupa yang juga bertujuan
melancarkan arteri karotis adalah angioplasti. Namun pada operasi ini
sayatan tidak dibuat langsung di leher, melainkan di pangkal paha.
Kateter yang membawa sebuah balon khusus dan stent kemudian
dimasukkan ke dalam arteri pangkal paha untuk selanjutnya diarahkan
ke arteri karotis. Setelah berada dalam arteri karotis, balon
digelembungkan untuk memperluas arteri yang tersumbat lalu disangga
dengan stent.
3. Pengobatan stroke hemoragik
Pada kasus stroke hemoragik, pengobatan yang sifatnya darurat
difokuskan untuk menghentikan pendarahan di dalam otak dan
mengurangi tekanan pada organ tersebut. Selain memberi obat penurun
tekanan di dalam otak, dokter juga mungkin akan meresepkan obat
untuk menurunkan hipertensi, mencegah kejang dan mencegah
penyempitan pembuluh darah (vasospasme)
Pemberian obat-obatan untuk melawan efek pengenceran darah
pada pasien yang mengonsumsi warfarin atau obat-obatan anti-platelet,
juga mungkin akan dilakukan.
Selain dengan obat, stroke hemoragik juga bisa ditangani dengan
operasi. Operasi dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah yang
pecah dan membersihkan darah di otak. Prosedur operasi ini disebut
sebagai kraniotomi. Selama kraniotomi, bagian kecil tengkorak kepala
akan dibuka. Kemudian dokter akan memperbaiki pembuluh darah
yang rusak dan memastikan tidak ada pembekuan darah. Tulang
tengkorak yang dibuka tadi akan dipasang kembali setelah pendarahan
berhenti.
Setelah operasi, pasien akan diberikan fasilitas ventilator untuk
membantunya bernapas. Ventilator memberi waktu pada tubuh pasien
untuk pulih dan mengontrol pembengkakan di otak. Biasanya selama

15
pemulihan, pasien akan diberikan obat penghambat enzim pengubah
angiotensin (ACE inhibitor) untuk menurunkan tekanan darah dan
mencegah terjadinya kembali serangan stroke.
4. Pengobatan TIA (Transient Ischemic Attack) atau stroke ringan
TIA dapat mengarah pada serangan stroke yang lebih besar.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka dokter akan memberikan
obat sesuai dengan penyebab terjadinya TIA. Obat-obatan yang akan
diberikan dapat meliputi obat antiplatelet dan obat antikoagulasi.
Jika TIA terkait kolesterol dan tekanan darah tinggi, maka dokter
akan memberi obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE
inhibitor) atau statin, atau bahkan kombinasi keduanya. Dalam
beberapa kasus, prosedur operasi carotid endartectomy diperlukan jika
TIA terjadi akibat penumpukan lemak pada arteri karotis.

2.3 Peran Keluarga


1. Defenisi keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain.
Keluarga juga merupakan suatu system. Sebagai system keluarga
mempunyai anggota yaitu ayah, ibu, dan anak atau semua individu yang
tinggal didalam rumah tangga tersebut. Keluarga merupakan system yang
terbuka, sehingga dapat dipengaruhi oleh suprasistemnya yaitu lingkungan
atau masyarakat, sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan atau
masyarakat, keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (suprasistem).
2. Fungsi keluarga
Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi:
- Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan, memelihara
dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
- Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi
keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan

16
kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas
pada keluarga.
- Fungsi sosialisasi, yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
masing-masing, dan meneruska nila-nila budaya.
- Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan memenuhi
kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dimasa yang akan datang.
- Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranan nya
sebagai orang dewasa, serta mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangan nya.
Menurut friedman (1988) lima fungsi dasar keluarga:
- Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu
psikososial anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga untuk fungsi afektif antara lain:
a. Memelihara saling asuh (mutual nuturance)
b. Keseimbangan saling mengahargai.
c. Pertalian dan identifikasi.
d. Keterpisahan dan kepaduan.
- Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam linhkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini
berguna untuk membina sosialisasi pada anak,membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
meneruskan nila-nilai budaya keluarga.
- Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.

17
- Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
- Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktifitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi
tugas keluarga di bidang kesehatan.
3. Tugas Kesehatan Keluarga
Menurut Friedman (1998) tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah :
a) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
atau mengenal masalah kesehatan keluarga
b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
terlalu muda
d) Memodifikasi lingkungan ( mempertahankan suasana di rumah )
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

2.4 Keperawatan Keluarga


 Konseptual Model Keperawatan Keluarga
1. Image King
King memandang keluarga sebagai sekumpulan orang yang memiliki
ikatan bersama dan menjalankan fungsi sosialisasi antar anggota keluarga.
Jadi, keluarga dapat di simpulkan satu sistem sosial dan juga intrapersonal.
2. Sister Kalista Roy
Roy mengembangkan teori adaptasi. Jadi menurut pandangan nya keluarga
sama hal nya dengan individu, kelompok, organisasi sosial, karena dalam
keluarga juga akan beradaptasi terhadap perubahan, baik pada lingkungan

18
internal ataupun eksternal. Dan koping di jadikan salah satu strategi
penyelesaian masalah dalam keluarga.
3. Betty Neuman
Menurut Neuman, keluarga di pandang sebagai klien dalam pelayanan
kesehatan dan dipandang sebagai sistem dan sub sistem di dalamnya.
Perhatian neuman lebih tertuju kepada hubungan antara anggota keluarga,
dimana masing-masing anggota keluarga bisa saja terpapar oleh stressor
yang dapat mempengaruhi keseimbangan dalam keluarga. Jadi, teori ini
menyimpulkan bahwasa nya masalah yang di hadapi setiap anggota
berbeda-beda dan penyelesaian nya harus di selesaikan oleh individu dan
keluarga.
4. Dorothea Orem
Orem terkenal dengan self care teori, di mana orem memandang keluarga
bukan sebagai klien tetapi memandang bahwa keluarga adalah sarana
memandirikan seseorang dalam pemeliharaan fungsi kesehatan. Perawat
melaksanakan perannya bersam-sama dengan keluarga, membantu anggota
keluarga yang sedang sakit menuju perawatan mandiri.
5. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
Yang pertama membahas tentang keluarga. Menurut beberapa ahli keluarga
adalah :
- Duvall
Keluarga adalah sekumpulan orang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan,adopsi,kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum,meningkatkan perkembangan
fisik,mental,emosional dabn sosial dari tiap anggota.
- WHO,1969
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah,adopsi atau perkawinan.
- Bergess,1962
Yang dimaksud keluarga adalah :
 Terdiri dari sekelompok yang memiliki ikatan
perkawinan,keturunan/ hubungan sedarah atau hasil adopsi

19
 Anggota tinggal bersama dalam satu rumah
 Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial
 Mempunyai kebiasaan / kebudayaan yang berasal dari
masyarakat tetapi memiliki keunikan sendiri
- Helvie,1981
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah
tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
- Selviaan e. Bqllon dan araceus maglaya,1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan daraah,hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
didalam perannya masing –masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan.
- Departemen kesehatan RI, 1998
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari
kepal keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suati atap dalam keadaan saling ketergantungan
Kesimpulan pengertian keluarga adalah sekelompok individu yang diikat
oleh hubungan darah atau perkawinan yang biasanya anggota keluarga
tersebut hidup secara bersama dan saling berinteraksi satu sama lain, yang
masing- masing memiliki peran sosial tersendiri seperti suami,istri, dan
anak, untuk mencapai suatu tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya dan meningkatkan pekembangan fisik,psikologis dan sosial anggota
 Kesehatan Keluarga
Menurut para ahli keperawatan kesehatan keluarga
a. Salviaan g. Ballon dan aracelis maglaya,1978
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau
kesatuan yang dirawat, dendan sehat sebagai tujuan melalui perawatan
sebagai saran / penyalur.
 Peran perawat keluarga
1. Pendidikan

20
Perawat memberikan pendidikan kesehatan pada keuarga dalam rentang
sehat sakit. Contoh : pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi
pada belita.
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Contoh : perawat membantu dan
membimbing keluarga yang diketahui terserang penyakit TB untuk
mendapatkan pengobatan TB paru dipuskesmas.
3. Pelindung
Memberikan perlindungan atas kesamaan keluarga dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan. Contoh : perawat membantu keluarga dalam
rangka mendapat kan dana kesehatan memaluli program pemerintah
melalui jaringan pengaman kesehatan pada kelurga miskin.
4. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah,klinik
maupun dirumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung. Contoh : mengajarkan pada keluarga pembuatan
obat pereda batuk pilek dengan perasan jeruk nipis yang dicampur
dengan madu.
5. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasih atau melakukan
pengakajian tentang kesehatan keluarga.
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan RS atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga
yang optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya.agar dapat melaksanakan peran fasilitator yang
baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan
kesehatan (dana sehat, sistem rujukan dll)

21
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini sehingga tidak terjadi
ledakan/wabah. Contoh : perawat keluarga menemukan faktor yang
menjadi pencetus atau permasalahan yang terjadi.
9. Modifikasih lingkungan
Komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta lingkungan
yang sehat. Contoh : perawat memberikan penjelasan berkaitanan
dengan bagaimana mencegah anak terkena ISPA tidak memberikan
jajanan sembarangan,orangtua khususnya ibu membuat makanan
tambahan yang menarik dengan gizi seimbang.
10. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah
kesehatan.agar keluarga mau meminta nasehat kepada kelurga, maka
hubungan perawat kelurga harus dibina dengan baik perawat harus
bersifat terbuka dan dapat dipercaya. Contoh: perawat keluarga
memberikan informasi jenis pelayanan kesehatan yang bisa dikunjungi
keluarga.

22
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Jumlah stroke di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung
koroner.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di
Asia, karena berbagai sebab selain penyakit degeneratif terbanyak karena
stress. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat Insan Pasca Stroke (IPS)
biasanya merasa rendah diri dan emosinya tidak terkontrol dan selalu ingin
diperhatikan. Diperkirakan ada 500.000 penduduk Indonesia yang terkena
stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya
mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya
mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus
menerus di tempat tidur.
Di kehidupan nyata yang sering terjadi adalah individu dengan penyakit
stroke sering merasa tidak berdaya mengahadapi penyakit yang dideritanya.
Pada umumnya pasien stroke mempunyai konsep diri yang rendah, karena ia
merasa memiliki identitas yang buruk, citra tubuh yang jelek, harga diri yang
renda, dan tidak dapat melaksanakan peran sebagaimana mestinya. Hal ini
terjadi karena dampak dari stroke adalah timbulnya kecacatan.
Anggota keluargapun seperti itu, banyak anggota keluarga yang merasa
malu jika salah satu anggota keluarganya terserang stroke. Banyak juga
anggota keluarga yang malas merawat penderita stroke. Lalu bagaimanakah
seharusnya peran keluarga dan perawat dalam menghadapi pasien stroke.

3.2 Pembahasan
Otak memperoleh darah lewat dua sistem pembuluh arteri utama. Bila
sampai terjadi gangguan aliran darah yang disebut stroke pada salah satu sistem
ini, walau hanya beberapa detik, bisa menimbulkan berbagai efek dramatis

23
pada banyak fungsi otak. Pada umumnya, pasien akan mengalami kecacatan,
bahkan kematian.
Kecacatan yang begitu tiba-tiba ini seringkali membuat para penderita
stroke kesulitan beradaptasi dengan kondisi barunya sehingga berpengaruh
pada suasana hatinya. Beberapa pasien stroke juga lebih labil emosinya,
menjadi mudah tersinggung, gampang menangis atau bersikap kekanak-
kanakan.
Menjadi penyandang pasca stroke sering merasa bahwa keluarga adalah
sebuah wadah untuk 'terapi', dimana keluarga sangat berperan penting dalam
upaya meningkatkan kemampuan fisik dan psikis bagi semua penyandang
pasca stroke. Stroke adalah sebuah penyakit pada otak dan mempunyai
konsekwensi berat, bukan hanya yang menderita, tetapi termasuk beban
keluarga, psikologis dan fisik, serta keuangan. Dan pada kenyataanya
penyandang stroke lebih takut menjadi cacat dibandingkan dengan kematian
itu sendiri.
Dimana keluarga cenderung menjadi reaktor terhadap masalah – masalah
kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah kesehatan anggota
keluarga. (Kliring and leahey’ 1984 ) dalam merawat pasien stroke keluarga
hendaknya memiliki peran sebagai :
- Membantu pasien dalam berlatih di bawah pengawasan perawat atau
ahli terapi fisik ( membawa pasien berobat jalan ).
- Menyuntikkan semangat dan motivasi pada pasien, agar melanjutkan
hidupnya.
- Meyakinkan pasien bahwa mereka juga bagian penting, dibutuhkan dan
dinginkan dalam keluarga.
- Meyakinkan bahwa banyak orang yang berhasil pulih dari stroke
kemudian melakukan aktivitas normal.
Merawat anggota keluarga yang terserang stroke dan penyakit lain yang
menyebabkan penderita tidak mandiri lagi dalam beraktivitas, memerlukan
sentuhan nurani anggota keluarga yang sehat. Jika nurani anggota keluarga
bebal, perawatan anggota keluarga yang terkena stroke ada yang diserahkan

24
kepada orang lain, misalnya, perawat hingga yang paling mengenaskan
dipasrahkan kepada panti jompo.
Direktur Muslim Medical FKAM Jogja Destur Purnama Jati, Amd, Kep
menyatakan keluarga sangat penting menjadi tumpuan kesembuhan bagi
anggota keluarga lain yang terserang stroke. Jika keluarga menerima dan
membantu sepenuh hati terhadap anggota yang sakit, itu separuh dari proses
penyembuhan.
Karena potensi yang tinggi terserang stroke bagi semua orang, maka
mengenalkan apa stroke dan menangani pasca stroke sangat penting. Adapun
media atau lembaga yang bisa mengenalkan, misalnya, masjid yang melibatkan
jamaah di sekitarnya, dengan memanfaatkan waktu menjelang berbuka puasa.
Selain itu perawat juga mempunyai peran penting dalam merawat pasien
stroke di Rumah Sakit. Peran perawat salah satunya yatu penyedia pelayanan
kesehatan khususnya di bidang keperawatan dituntut mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan memberi kepuasan pasien serta
keluarganya dalam batas standar pelayanan profesional. Peran perawat adalah
sebagai pemberi asuhan keperawatan atau Care Provider.
Peran perawa sebagai Care Provider harus dilaksanakana secara
komperhensif atau menyeluruh, tidak hanya berfokus pada tindakan promotif
tetapi juga tindakan preventif. Salah satu tindakan preventif dalam upaya
menjaga kesehatan, yang bisa dilakukan adalah dengan mejaga personal
hygine.

25
BAB IV
PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan
Keluarga adalah sekelompok individu yang diikat oleh hubungan darah
atau perkawinan yang biasanya anggota keluarga tersebut hidup secara
bersama dan saling berinteraksi satu sama lain, yang masing- masing memiliki
peran sosial tersendiri seperti suami,istri, dan anak, untuk mencapai suatu
tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
pekembangan fisik,psikologis dan sosial anggota.
Menjadi penyandang pasca stroke sering merasa bahwa keluarga adalah
sebuah wadah untuk 'terapi', dimana keluarga sangat berperan penting dalam
upaya meningkatkan kemampuan fisik dan psikis bagi semua penyandang
pasca stroke. Stroke adalah sebuah penyakit pada otak dan mempunyai
konsekwensi berat, bukan hanya yang menderita, tetapi termasuk beban
keluarga, psikologis dan fisik, serta keuangan. Dan pada kenyataanya
penyandang stroke lebih takut menjadi cacat dibandingkan dengan kematian
itu sendiri.
Selain itu perawat juga mempunyai peran penting dalam merawat pasien
stroke di Rumah Sakit. Peran perawat salah satunya yatu penyedia pelayanan
kesehatan khususnya di bidang keperawatan dituntut mampu memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan memberi kepuasan pasien serta
keluarganya dalam batas standar pelayanan profesional. Peran perawat adalah
sebagai pemberi asuhan keperawatan atau Care Provider.

4.2 Saran
Perawat sebagai Care Provider bisa bekerja sama dengan keluarga dalam
proses pemulihan anggota keluarga yang terkena stroke. Perawat tidak harus
mengerjakan segalanya sendiri akan tetapi juga harus mampu memberdayakan
anggota keluarga dalam proses penyembuhan agar saat pasien sudah keluar
dari rumah sakit keluarga dapat melakukan tindakan secara mandiri dalam
membantu proses pemulihan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, M. 2016. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar


Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Keluarga. Gaster Vol. Xiv No. 1
Afriani, I. 2011. Hubungan Peran Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke.
http://digilib.unisayogya.ac.id/1086/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20intan
%20afriyani-0502r00216.pdf, diakses 10 Oktober 2017
Damayanti, C. 2015. Peranan Dan Cinta Keluarga Bagi Penderita Stroke.
https://www.kompasiana.com, dikases 10 Oktober 2107
Quamila, Ajeng. 2017. Apa Itu Hipertensi? (Online).
https://hellosehat.com/penyakit/hipertensi-darah-tinggi/ diakses pada 25
Oktober 2017.
Alodokter. 2017. Stroke (Online). http://www.alodokter.com/stroke/penyebab
diakses pada 25 Oktober 2017.

27

Anda mungkin juga menyukai