HIPERTENSI
Disusun Oleh:
Supervisor:
BAGIAN IKM-IKK
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada Bagian IKM-
IKK Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka Referat ini dapat diselesaikan dengan baik.
Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta
para keluarga, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti ajaran beliau hingga
akhir zaman.
Referat yang berjudul “Hipertensi” ini penulis susun sebagai persyaratan untuk memenuhi
kelengkapan bagian. Penulis mengucapkan rasa terimakasih sebesar-besarnya atas semua
bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan Referat ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih tersebut penulis
sampaikan kepada dr. Armanto Makmun, M.Kes sebagai pembimbing dalam penulisan
Referat ini.
Penulis menyadari bahwa Referat ini belum sempurna, untuk saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan penulisan Referat ini. Terakhir penulis
berharap, semoga Referat ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau secara awam disebut sebagai tekanan darah tinggi adalah masalah
kesehatan global, termasuk di Indonesia karena prevalensinya tinggi, meskipun
berbeda- beda di berbagai negara. Tekanan darah tinggi akan sangat berbahaya karena
membuat jantung bekerja terlalu keras, mengeraskan dinding arteri dan dapat
menyebabkan perdarahan otak atau menyebabkan yang tidak baik bagi fungsi ginjal
atau bahkan tidak dapat berfungsi lagi. Jika tidak dikendalikan, tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan penyakit jantung, ginjal, stroke, dan kebutaan.1,2
Hipertensi tidak memberikan keluhan khas. Keluhan seperti tengkuk pegal atau
pusing bisa disebabkan oleh gangguan lain. Oleh karena itu, penderita hipertensi tidak
sadar bahwa dia menderita hipertensi, sehingga tidak memeriksakan diri atau tidak
patuh berobat. padahal, terapi hipertensi yang adekuat dapat menurunkan risiko stroke
sebesar 40% dan risiko miokard infark sampai 15%. Terapi farmakologik cukup penting
dalam mencapai target ini, tetapi modifikasi asupan makanan sehari-hari merupakan
salah satu bagian modifikasi gaya hidup yang mempunyai peran yang besar dalam
mencegah kenaikan tekanan darah pada individu yang tidak menderita hipertensi, serta
menurunkan tekanan darah pada prehipertensi dan penderita hipertensi. Dewasa ini
4
berbagai penelitian menunjukkan beberapa zat gizi, bahan makanan tertentu, pola
asupan makanan sehari-hari/diet berperan dalam pencegahan dan terapi hipertensi.
5
Di Sulawesi Selatan sendiri penderita hipertensi terdapat kurang lebih 29% dari
total penduduk yang ada. Angka ini akan terus bertambah apabila tidak diimbangi
dengan edukasi dan terapi hipertensi yang adekuat.4,5,6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
ras; dan yang dapat dimodifikasi, yaitu gaya hidup. Penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa modifikasi gaya hidup dapat menurunkan
tekanan darah serta meningkatkan efektivitas terapi farmakologik.8
1. Usia
Semakin bertambahnya umur maka tekanan darah juga akan mengalami
peningkatan. Dinding arteri akan mengalami penebalan yang disebabkan oleh
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga mengakibatkan pembuluh
darah menyempit dan menjadi kaku setelah umur 40 tahun. Pernyataan ini
didukung juga oleh penelitian yang dilakukan di Desa Tarabita Kecamatan
Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur ≥ 40 tahun mengalami hipertensi23
2. Kurang olahraga/aktifitas fisik
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan yang memberikan banyak
keuntungan seperti berkurangnya berat badan, tekanan darah, kolesterol serta
penyakit jantung. Dalam kaitannya dengan Hipertensi, olahraga teratur dapat
mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meningkatkan daya tahan jantung
dan paru-paru sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
3. Faktor genetik dan riwayat keluarga
Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi
faktor genetik dan lingkungan. Pengaruh genetik ini sangat bervariasi,
dilaporkan sekitar 15% pada populasi tertentu sampai dengan 60% pada
populasi lainnya. Peranan faktor genetik pada etiologi Hipertensi didukung oleh
penelitian yang membuktikan bahwa Hipertensi terjadi di antara keluarga
terdekat walaupun dalam lingkungan yang berbeda. Faktor keturunan memang
memiliki peran yang besar terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti
dengan ditemukannya bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi ada
kembar monozigot dibanding heterozigot (berasal dari sel telur berbeda). Pada
penelitian yang dilakukan oleh Raihan (2014) terdapat hubungan antara
responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi dengan hipertensi pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir.27
4. Berat badan/obesitas
7
Seseorang lebih berisiko mengalami pra-Hipertensi maupun menderita
Hipertensi jika memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Istilah “berat badan
berlebih” dan "obesitas" merujuk pada berat badan yang lebih besar dari apa
yang dianggap sehat untuk tinggi badan tertentu.29
5. Asupan natrium
Diet yang terlalu tinggi natrium dan terlalu rendah kalium dapat
meningkatkan risiko terserang Hipertensi. Makan terlalu banyak unsur natrium
dalam garam dapat meningkatkan tekanan darah. Sebagian besar natrium kita
dapatkan berasal dari makanan olahan dan makanan restoran. Tidak cukup
makan kalium juga bisa meningkatkan tekanan darah. Zat kalium dapat
ditemukan pada makanan seperti pisang, kentang, kacang-kacangan, dan yogurt.
Konsumsi natrium yang berlebih akan meningkatkan ekstraseluler dan cara
untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik keluar sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat dan akibat dari meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah yang
berdampak pada timbulnya hipertensi.29
6. Konsumsi alkohol dan merokok
Hipertensi akan meninggi jika meminum alkohol lebih dari tiga kali dalam
sehari. Dan mengkonsumsi alkohol sedang (moderate) diperkirakan punya efek
protektif.29
7. Stress
Stress terjadi karena ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi
mental, fisik, emosional, dan spiritual seseorang. Kondisi tersebut pada suatu
saat akan mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Stress sering disebut
berkaitan dengan kerja atau beban kerja seseorang tetapi Masa kerja tidak
terbukti berisiko terhadap hipertensi sejalan dengan penelitian Harianto tahun
2011 yang menyatakan bahwa masa kerja 6–12 tahun dan masa kerja > 12 tahun
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi.16 Masa
kerja ≥ 10 tahun yang diduga merupakan faktor risiko hipertensi dalam
penelitian ini memiliki persentase yang sama pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol.28 Hubungan stress dengan Hipertensi, diduga terjadi melalui
saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu) Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.30
8
Untuk etiologi dari hipertensi, dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu;
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya.
Hipertensi ini besarannya 95% dari total kasus hipertensi. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi esensial seperti hiperaktif susunan saraf
adrenergik, kelainan pertumbuhan pada sistem kardiovaskular dan ginjal,
gangguan sistem RAA, gangguan natruresis, gangguan pertukaran ion positif
lingkungan, kegemukan, merokok, alkohol, dan lain-lain. Hipertensi jenis ini
tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikontrol dengan terapi yang sesuai.12,13
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat pada 5% dari kasus
hipertensi. Penyebab spesifiknya seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hiperaldosteronisme, kehamilan, sindrom cushing, feokromositoma dan lain-
lain.13
Sekitar dua pertiga dari orang di atas usia 65 memiliki tekanan darah tinggi.
Jika tekanan darah anda adalah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg, maka
anda memiliki prehipertensi. Ini berarti bahwa Anda tidak memiliki tekanan
darah tinggi sekarang tapi mungkin untuk mengembangkannya di masa depan
kecuali anda mengadopsi perubahan gaya hidup sehat.2
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan
pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal
yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium
banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.
2) Sistem renin-angiotensin
10
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.
11
Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
12
dengan organ yang terganggu. Pada hipertensi sekunder biasanya keluhan
mengarah ke penyakit penyebabnya (underlying disorder). 12
Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh :
A. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar - debar, rasa
melayang (dizzy) dan impoten.
B. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak napas, sakit
dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki atau perut,
hematuria, pandangan kabur karena perdarahan retina, transient cerebral
ischemic.
C. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder : polidipsia, poliuria, dan
hipokalemia, kramp, dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer,
peningkatan berat badan dengan emosi yang labil pada sindrom cushing,
feokromositoma dapat muncul dengan palpitasi, keringat, synkope dan
rasa melayang saat berdiri (posturan dizzy).18
13
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor
risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar,
seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan
rontgen.
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah : a. X- ray khusus (angiografi) yang
mencakup penyuntikan suatu zat warna yang digunakan untuk memvisualisasi
jaringan arteri aorta, renal dan adrenal. b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer
dengan suatu alat electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai
electrocardiography (ECG atau EKG).
14
1) Jantung - hipertrofi ventrikel kiri - angina atau infark miokardium - gagal
jantung
2) Otak - stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati
15
Gambar 2.1. Algoritma Managemen Hipertensi.19
16
Gambar 2.3 Manifestasi dari kerusakan atau komplikasi organ target.19
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Riantono L. 5 Rahasia Penyakit Kardiovaskular. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
2. National Heart, Lung and BI. Lowering Your Blood Pressure With DASH. NIH
Public Access. 2015:64. doi:10.1037/e566492010-001.
3. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Maj
Kedokt Indones. 2009;59(12):580-587.
4. Amiruddin AAR. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi. 2007.
https://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-
dalam-kajian-epidemiologi/. Published 2007.
5. Appel LJ, Brands MW, Daniels SR, Karanja N, Elmer PJ, Sacks FM. Dietary
approaches to prevent and treat hypertension: A scientific statement from the
American Heart Association. Hypertension. 2006;47(2):296-308.
doi:10.1161/01.HYP.0000202568.01167.B6.
6. Ridjab D a. Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah. :159-166.
Widyanto, F.C, dan Triwibowo, C., 2013. Trend Disease. Jakarta : CV. Trans Info Media
7. Bell K, Twiggs J, Olin BR. Hypertension : The Silent Killer : Updated JNC-8
Guideline Recommendations. Alabama Pharm Assoc. 2015:1-8. doi:0178-0000-15-
104-H01-P.
8. Kumala M. Peram Diet Dalam Pencegahan dan Terapi Hipertensi. DAMIANUS J Med.
2014;13(1):50-61.
9. U.S. DEPARTMENT OF HEALTH AND HUMAN SERVICES. Your Guide to
Lowering Blood Pressure. Blood Press. 2003:8-11.
https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/public/heart/hbp_low.pdf.
10. Kresnawan T. ASUHAN GIZI PADA HIPERTENSI 1 Instalasi Triyani Kresnawan 1
Gizi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Blood Press. 2011;34(2):143-147.
11. Pustaka T. Tata Laksana Hipertensi. 2012;39(4):251-255.
12. Peter Kabo. Bagaimana Menggunakan Obat - Obat Kardiovaskular Secara Rasional.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
13. Harahap, Heryudarini ; Hardinsyah ; Setiawan, Budi ; Effendi I. hubungan Indeks
Massa Tubuh, Jenis Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat Keturunan dengan
Tekanan darah pada Pegawai Negeri Sipil di Pekan Baru. 2008;31(2):55.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=87061&val=4888.
14. Esc C, Cifkova R, Bo M, et al. 2013 ESH / ESC Guidelines for the management of
19
arterial hypertension The Task Force for the management of arterial hypertension of
the European Society of Hypertension ( ESH ) and of the European Society.
2013:2159-2219. doi:10.1093/eurheartj/eht151.
15. Prevention C for DC and. High Blood Pressure. CDC. 2014.
http://www.cdc.gov/bloodpressure/index.htm.
16. Research M foundation for MeE and. High Blood Pressure (HTN). Mayo Clin. 2014.
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-bloodpressure/basics/definition/
con-20019580.
17. Sylvia A P. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta:
EGC; 2005.
18. Panggabean M. Penyakit Jantung Hipertensi. In: Ilmu Ajar Penyakit Dalam. Ed6 Jilid .
Jakarta: Interna Publishing; 2015.
19. Edition H. Management of Hypertension. 2008;08(February).
20. Association J of the AM. JNC 8 Guideline for the Management hypertension of Adult.
2013. http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=1791497.
21. Sudarsono EKR, Sasmita JFA, Handyasto AB, Kuswantiningsih N, Arissaputra SS.
Peningkatan Pengetahuan Terkait Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah pada
Pemuda di Dusun Japanan, Margodadi, Seyegan, Sleman, Yogyakarta. J Pengabdi Kpd
Masy (Indonesian J Community Engag. 2017;3(1):26–38.
23. Tarigan AR, Lubis Z, Syarifah S. Pengaruh Pengetahuan, Sikap Dan Dukungan
Keluarga Terhadap Diet Hipertensi Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun
2016. J Kesehat. 2018;11(1):9–17.
24. Linda L. the Risk Factors of Hypertension Disease. J Kesehat Prima. 2018;11(2):150.
26. Dedullah RF, Malonda NSH, Joseph WBS. Hubungan antara faktor risiko hipertensi
dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di Kelurahan Motoboi Kecil Kecamatan
Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. J Kesmas. 2015;4(2):111–8.
20
28. , et al. Assessment of Knowledge on Hypertension among Hypertensive Patients in
Bandung City: A Preliminary Study. Indonesia J Clin Pharm. 2017;6(4):290–7.
29. Mahmudah S, Maryusman T, Arini FA, Malkan I. Hubungan Gaya Hidup Dan Pola
Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Sawangan Baru Kota
Depok Tahun 2015. Biomedika. 2017;8(2):43–51.
30. Arum YTG. Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64 Tahun). HIGEIA
(Journal Public Heal Res Dev. 2019;3(3):345–56.
21