Anda di halaman 1dari 50

Evaluasi Project

Program Internship Dokter Indonesia

RENDAHNYA CAPAIAN KASUS HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


SALIDO TAHUN 2021

Oleh :
dr. Ulfa Hayati Putri

Pembimbing :
dr. Ashita Yumaida

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS SALIDO
KABUPATEN PESEISIR SELATAN
SUMATERA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat-Nya, dapat menyelesaikan penyusunan hasil laporan “Evaluasi

Pelaksanaan Program Rendahnya Pencapaian Kasus Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Salido”.

Evaluasi program ini dibuat guna meningkatkan capaian program Penyakit

Tidak Menular. Dalam usaha penyelesaian evaluasi program ini, penulis banyak

memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ashita Yumaida, selaku dokter pembimbing Puskesmas Salido.

2. Ns. Crefaniska Mustafa, S.Kep, selaku pemegang program PTM

Puskesmas Salido.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan

oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan

kritikan yang membangun guna penyempurnaan evaluasi program ini.

Salido, November 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah sistolik ≥140 mmhg atau tekanan darah diastolic ≥90 mmhg yang
bersifat persisten dan kronis.. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja
lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain,
terutama organ- organ vital seperti jantung dan ginjal. Hipertensi merupakan salah
satu penyakit yang bersifat silent killer dikarenakan penyakit ini hampir tidak
menimbulkan gejala adapun beberapa gejala yang bisanya timbul berupa sakit
kepala yang dirasakan hingga leher, epistaksis dan gangguan penglihatan.
Hipertensi dapat dibagi dua yaitu hipertensi primer yang diakibatkan tanpa adanya
underlying disease dan hipertensi sekunder yang diakibatkan karena beberapa
penyakit seperti penyakit ginjal kronis, hiperaldosteronisme, renal artery stenosis,
pheocromocytoma. Hipertensi merupakan penyakit yang sangat mudah dicegah
dengan cara mengubah pola hidup lebih sehat sedini mungkin. 1 Penanggulangan
penyakit hipertensi termasuk penyakit tidak menular lainnya diatur dalam
PERMENKES RI No.71 Tahun 2015, tentang penganggulangan penyakit tidak
menular.2
Berdasarkan data WHO (2015) satu diantara lima orang dewasa di seluruh
dunia mengalami peningkatan tekanan darah. Prevalensi hipertensi di dunia
sekitar 972 juta orang atau 26,4% masyarakat yang mengalami hipertensi. Dan
akan mengalami peningkatan menjadi 29,2% ditahun 2030. Dari 972 juta
penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta berada di negara
berkembang. Prevalensi hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu 46% dewasa
berusia diatas 25 tahun terdiagnosis hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia
sekitar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Sumatera Barat yakni 25,16% dengan
jumlah 176.169 kasus yang terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah. Kota
Padang merupakan wilayah tertinggi di Sumatera Barat dengan jumlah kasus

Program Internship Dokter Indonesia 1


hipertensi sebesar 44.330 kasus, diikuti oleh kabupaten solok dengan jumlah kasus
30.863 kasus.3
Menurut Straits Times dilansir dari World of Buzz, masalah kesehatan
tertentu bisa meningkatkan kemungkinan kasus meninggal dunia akibat virus
corona COVID-19. Seorang dokter yang bekerja di Wuhan telah memerhatikan
banyak pasien virus corona gelombang pertama yang meninggal memiliki
hipertensi dan tekanan darah tinggi. Kelompok pertama pasien virus corona
COVID-19, yakni sebanyak 170 orang meninggal dunia pada Januari itu
setengahnya memiliki riwayat hipertensi. Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa
memicu pecahnya pembuluh darah. Virus COVID-19 tidak membunuh secara
langsung, tapi virus jenis corona ini akan memicu penyakit bawaan lainnya seperti
hipertensi semakin memburuk.4,5
Puskesmas Salido merupakan salah satu puskesmas di wilayah kerja
Kecamatan Bayang di Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan Laporan
Puskesmas Salido pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2021 prevalesi
hipertensi yang terpantau adalah 1.010 kasus.6
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengajukan proposal
mini project yang berjudul Program Kartu Kontrol Hipertensi sebagai Langkah
Peningkatan Kesehatan pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Salido.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana intervensi dalam rangka pemecahan masalah yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan angka penjaringan hipertensi di wilayah
puskesmas Salido?

Program Internship Dokter Indonesia 2


1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Penyelesaian permasalahan kesehatan yaitu Hipertensi dengan
Program Kartu Kontrol Hipertensi di Puskesms Salido.
1.3.2. Tujuan Khusus
Mengetahui intervensi dalam rangka pemecahan masalah
hipertensi yang terdapat di Puskesmas Salido.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1. Bagi Masyarakat
Menambah ilmu pengetahuan mengenai hipertensi dan
meningkatkan kesadaran pentingnya pengendalian dan pengobatan
hipertensi.
1.4.2. Bagi Puskesmas
Memberi masukan kepada puskesmas berupa penyelesaian masalah
kesehatan terkait kejadian hipertensi berupa Program Kartu Kontrol
Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Salido.

Program Internship Dokter Indonesia 3


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di
Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat
umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan. Pedoman Praktis klinis
ini disusun untuk memudahkan para tenaga kesehatan di Indonesiadalam
menangani hipertensi terutama yang berkaitan dengan kelainan jantung dan
pembuluh darah. Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam
walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi
bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik
merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi 7

2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan data WHO (2015) satu diantara lima orang dewasa di seluruh
dunia mengalami peningkatan tekanan darah. Prevalensi hipertensi di dunia
sekitar 972 juta orang atau 26,4% masyarakat yang mengalami hipertensi. Dan
akan mengalami peningkatan menjadi 29,2% ditahun 2030. Dari 972 juta
penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta berada di negara
berkembang. Prevalensi hipertensi tertinggi berada di Afrika yaitu 46% dewasa
berusia diatas 25 tahun terdiagnosis hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia
menurut Riskesdas 2018 sekitar 34,1%. Prevalensi hipertensi di Sumatera Barat
berdasarkan data DKD 2018, yakni 25,16% dengan jumlah 176.169 kasus yang
terdeteksi melalui pengukuran tekanan darah. Kota Padang merupakan wilayah
tertinggi di Sumatera Barat dengan jumlah kasus hipertensi sebesar 44.330 kasus,
diikuti oleh kabupaten solok dengan jumlah kasus 30.863 kasus.3
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia
setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena

Program Internship Dokter Indonesia 4


penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kematian yang
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit jantung koroner dan
stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada tahun
2030.5,8
Puskesmas Salido merupakan salah satu puskesmas di wilayah kerja
Kecamatan Bayang di Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan Laporan
Puskesmas Salido pada bulan Januari sampai Oktober tahun 2021 prevalesi
hipertensi yang terpantau adalah 1.010 kasus.6

2.1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, 80-95% penderita hipertensi digolongkan
sebagai hipertensi primer atau esensial yaitu ketika penyebab hipertensi tidak
dapat diidentifikasi (idiopatik) dan sebagian besar merupakan interaksi yang
kompleks antara genetik dan interaksi lingkungan.9
Sementara itu 5-20% lainnya digolongkan sebagai hipertensi sekunder,
yang diakibatkan adanya penyakit yang mendasari seperti gangguan ginjal,
gangguan adrenal, penyempitan aorta, obstructive sleep apneu, gangguan
neurogenik, endokrin, dan obat-obatan.10

2.1.4 Klasifikasi
Penentuan derajat hipertensi dilakukan berdasarkan rata-rata dari dua atau
lebih pengukuran tekanan darah (dalam posisi duduk) selama dua atau lebih
kunjungan pasien rawat jalan.11 Klasifikasi hipertensi dapat dilihat dalam table
dibawah.

Program Internship Dokter Indonesia 5


Tabel 2. 1 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Pre-hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 atau ≥100
2.1.5 Faktor Risiko
Terdapat beberapa gaya hidup yang berperan sebagai faktor risiko
berkembangnya hipertensi, termasuk diantaranya adalah: konsumsi makanan yang
mengandung banyak garam dan lemak, sedikit sayur dan buah, penggunaan
alkohol hingga di tingkat yang membahayakan, kurangnya aktivitas fisik, serta
pengelolaan stress yang rendah. Gaya hidup tersebut juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi pekerjaan dan kehidupan individu.12
Faktor risiko di atas, lebih lanjut lagi dapat dibedakan menjadi dua yakni
faktor yang dapat dan tidak dapat dikendalikan.
1) Faktor yang tidak dapat dikendalikan
a. Usia
Risiko kejadian hipertensi akan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Pada umur 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar
29%, pada umur 45-64 tahun sebesar 51% dan pada umur >65 tahun
sebesar 65%. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi seiring dengan
bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh
darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh
darah menjadi lebih kaku.12,13
b. Jenis Kelamin
Prevalensi hipertensi lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
dengan wanita, dengan peningkatan risiko sebesar 2 kali lipat untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria lebih banyak mengalami
kemungkinan hipertensi dari pada wanita, seringkali dipicu oleh perilaku
tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi dan rendahnya status

Program Internship Dokter Indonesia 6


pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan
pengangguran.12
c. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi akan
meningkatkan risiko kejadian hipertensi terutama pada hipertensi primer.
Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika kedua orang tua menderita hipertensi,
kemungkinan anaknya menderita hipertensi sebesar 45%, sedangkan jika
hanya salah satu dari orang tuanya yang menderita hipertensi maka
kemungkinan anaknya menderita hipertensi sebesar 30%.13
d. Genetik
Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul manifestasi klinis.13

2) Faktor yang dapat dikendalikan


a. Kebiasaan Merokok
Semakin lama seseorang merokok dan semakin banyak rokok yang
dihisap maka kejadian hipertensi akan semakin meningkat. Zat-zat kimia
beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Selain
itu merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen
untuk disuplai ke otot jantung. Merokok pada penderta hipertensi akan
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.14
b. Konsumsi Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari akan mengurangi risiko kejadian hipertensi, sedangkan jika
asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi
Program Internship Dokter Indonesia 7
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam
menyebabkan retensi cairan dalam tubuh, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih
dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.14
c. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun
diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah
merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan
darah.14,15
d. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri.15
e. Psikososial dan stress
Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar adrenal
melepaskan hormon adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat
dan kuat, sehingga meningkatkan tekanan darah. Jika keadaan ini
berlangsung terus menerus maka tubuh akan berusaha mengadakan
penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.15
f. Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lemak (lipid) ditandai dengan peningkatan
kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan atau penurunan
kolesterol HDL darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam
terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan resistensi
perifer sehingga meningkatkan tekanan darah.14,15
g. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa
sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan
Program Internship Dokter Indonesia 8
untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti
volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat
sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat
badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin
dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium
dan air.14,15

2.1.6 Patofisiologi
Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah
yang mempengaruhi rumus dasar:16

Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer total. Curah


jantung = stroke volume jantung x denyutan jantung

Gambar 2. 1 Faktor yang Berperan dalam Tekanan Darah


Volume stroke jantung dipengaruhi kontaksi jantung, venous return
jantung (preload) dan resistan ventrikel kiri untuk mengejeksi darah ke aorta
(afterload). Regulasi tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antaranya
adalah curah jantung, tahanan perifer, kondisi ginjal, serta hormon seperti
angiotensin II dan aldosteron.16

Gambar 2. 2 Faktor penyebab hipertensi


Kombinasi faktor herediter dan faktor lingkungan menyebabkan perubahan
homeostasis kardiovaskular (prehypertension), namun belum cukup meningkatkan
Program Internship Dokter Indonesia 9
tekanan darah sampai tingkat abnormal; walaupun demikian cukup untuk memulai
kaskade yang beberapa tahun kemudian menyebabkan tekanan darah biasanya
meningkat (early hypertension). Sebagian orang dengan perubahan gaya (pola)
hidup dapat menghentikan kaskade (proses) tersebut dan kembali ke normotensi.
Sebagian lainnya akhirnya berubah menjadi established hypertension (hipertensi
menetap), yang jika berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi pada target
organ.10
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh
terhadap kenormalan tekanan darah. Pada sebagian besar kasus hipertensi esensial
curah jantung biasanya normal tetapi tahanan perifernya meningkat. Peningkatan
curah jantung dan/atau peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan
arterial.10

1. Peningkatan volume cairan ekstraselular


Peningkatan volume cairan ekstraselular menyebabkan peningkatan
volume darah sekaligus meningkatkan tekanan pengisian serta venuous return
yang akhirnya akan meningkatkan cardiac output. Peningkatan cardiac output
dapat langsung meningkatkan tekanan arterial atau menggunakan alur kedua yaitu
dengan autoregulasi. Autoregulasi merupakan kondisi dimana jaringan sekitar
konstriksi untuk mengembalikan aliran darah ke kondisi yang normal.16\

Gambar 2. 3 Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat volume

Program Internship Dokter Indonesia 10


2. Sistem Renin-Angiotensin16
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem Renin-Angiotensin merupakan sistem
endokrin yang penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
jukstaglomerulus aparatus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion atau
penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik. Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I
oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang
diproduksi hati, yang oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). Oleh ACE yang terdapat di
paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat
aktif). Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena
bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a. Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan
dengan cara menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume
darah meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang berperan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.

3. Sistem Saraf Otonom

Program Internship Dokter Indonesia 11


Sirkulasi sistem saraf simpatetik dapat menyebabkan vasokonstriksi dan
dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom ini mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah. Hipertensi dapat terjadi karena interaksi antara
sistem saraf otonom dan sistem renin-angiotensin bersama – sama dengan faktor
lain termasuk natrium, volume sirkulasi, dan beberapa hormon.16

4. Disfungsi Endotelium Pembuluh darah


Sel endotel mempunyai peran yang penting dalam pengontrolan pembuluh
darah jantung dengan memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida
nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus
hipertensi primer.16

Tabel 2. 2 Organ target pada hipertensi

Target Organ Damage pada hipertensi

a. Hipertrofi Ventrikel Kiri


b. Angina atau Infark Miokard
Jantung
c. Heart Failure
Otak a. Stoke
b. Transcient Ischemic Attack
Ginjal Penyakit Ginjal Kronis

Pembuluh Darah Penyakit Arteri perifer


Retinopati

2.1.7 Diagnosis
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
- Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
- Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
- Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau
penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut
menentukan panduan pengobatan.17

Program Internship Dokter Indonesia 12


Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya
tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang
akurat.18
Pemeriksaan fisik lainnya pada umumnya normal, kecuali pada beberapa
kondisi seperti auskultasi yang dilakukan disepanjang lokasi aorta di daerah
pinggang untuk mendengar adanya bruit pada aorta abdomen. Jika ditemukan
positive bruit, maka curigai ke arah hipertensi sekunder.18
Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau
tatalaksana yang akan diambil. Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari
Canadian Hypertension Education Program. The Canadian Recommendation for
The Management of Hypertension 2014.7

Gambar 2. 4 Algoritme diagnosis Canadian Hypertension ducation


Program. The Canadian Recommendation for The Management of
Hypertension 2014
Program Internship Dokter Indonesia 13
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai evaluasi inisial pada penderita hipertensi
meliputi pengurukan fungsi ginjal, elektrolit serum, glukosa puasa, dan lemak
dapat diulang kembali setelah pemberian agen antihipertensi dan selanjutnya
sesuai dengan indikasi klinis. Pemeriksaan laboratorium ekstensif diperlukan pada
pasien dengan hipertensi yang resisten terhadap obat dan ketiga evaluasi klinis
mengarah pada bentuk kedua dari hipertensi.19

Tabel 2.1. 1 Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal

Sistem Pemeriksaan
Ginjal Urinanalisis mikroskopik, eksresi albumin, serum BUN
dan/atau kreatinin
Endokrin Serum natrium, kalium, kalsium, dan TSH
Metabolik Glukosa puasa atau HbA1c, profil lipid (kolesterol
total, HDL dan LDL, trigliserida)
Lainnya Darah lengkap, rontgen dan elektrokardiogram

2.1.9 Tata Laksana


1. Tatalaksana Non Farmakologi
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh seorang
yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang terkontrol,
pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan dosis obat pada
sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup merupakan hal yang
penting diperhatikan, karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. 7
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang
hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu
pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.
Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai pengurangan sekitar 10
kg berat
Program Internship Dokter Indonesia 14
badan berhubungan langsung dengan penurunan tekanan darah rata-rata 2-
3 mmHg per kg berat badan.20
b. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan
aktivitas fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan
menjaga kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik
dilakukan untuk penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur,
minimal 3 kali seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan
darah walaupun berat badan belum tentu turun. Melakukan aktivitas secara
teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45 menit/hari) diketahui sangat
efektif dalam mengurangi risiko relatif hipertensi hingga mencapai 19%
hingga 30%.21
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan
perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingat adalah bahwa olahraga saja
tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.21
c. Perubahan pola makan
• Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan
upaya penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah
awal pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam
harus memperhatikan kebiasaan makan pasien, dengan
memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak
mengandung garam.21
• Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah. 21
Program Internship Dokter Indonesia 15
• Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu
rendah lemak.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya
dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko
terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan
magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak
konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak
mineral, seperti seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium),
kacang- kacangan (banyak mengandung magnesium). Sedangkan
susu dan produk susu mengandung banyak kalsium. 21
d. Mengatasi Stress
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau
bahkan sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk
menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat
perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban
stres.17

Program Internship Dokter Indonesia 16


2. Tatalaksana Farmakologi
a. Tatalaksana hipertensi menurut ACC 2017

Gambar 2. 5 Rekomendasi tatalaksana dan follow up hipertensi


Terapi hipertensi terdiri dari dua bagian yaitu terapi nonfarmakologis dan
terapi farmakologis. Terapi nonfarmakologis diterapkan pada semua pasien
hipertensi sedangkan terapi farmakologis baru diterapkan pada pasien hipertensi
dengan kriteria tertentu yaitu:7
- Hipertensi stage 1 yang telah menjalani terapi nonfarmakologis selama 3
bulan namun target teapi (<130/80mmHg) belum tercapai.
- Hipertensi stage 1 yang memiliki gejala klinis penyakit jantung koroner
atau yang berisiko (≥10%) mengalami penyakit kardiovaskular pada 10
tahun mendatang.
- Hipertensi stage 2

Program Internship Dokter Indonesia 17


b. Terapi hipertensi berdasarkan JNC 87

Gambar 2. 6 Tatalaksana hipertensi menurut JNC 8


c. Terapi hipertensi menurut PERKI7

Program Internship Dokter Indonesia 18


Gambar 2. 7 Algoritma tatalaksana hipertensi menurut PERKI

Prinsip terapi farmakologi adalah:18


- Bila memungkinkan berikan obat dosis tunggal
- Berikan obat generik bila sesuai
- Pemberian obat pada pasien usia lanjut harus mempertimbangkan faktor
komorbid
- Jangan mengkombinasikan ACE-i dengan ARB
- Berikan edukasi menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
- Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur

Program Internship Dokter Indonesia 19


Tabel 2. 3 Daftar Obat Hipertensi Oral Primary Agent

Jenis Nama Obat Dosis (mg/hr) Frekuensi


Tiazid tipe Hidroklorotiazid 25-50 1
diuretik
Kaptopril 12.5-150 2-3
ACE inhibitor Enalapril 5-40 1-2
Ramipril 2.5-10 1-2
Candesartan 8-32 1
ARB Losartan 50-100 1-2
Valsartan 80-320 1
Amlodipin 2.5-10 1

CCB Nikardipin 5-20 1

dihidropiridin Nifedipin 60-120 1

CCB non Diltiazem 180-360 2


dihidropiridin Verapamil 120-480 1-2
Pasien dengan hipertensi stage 1 dimulai dengan pemberian obat
tunggal,sedangkan pasien dengan diagnosis hipertensi stage 2 dimulai dengan
pemberian 2 jenis obat.18
Tabel 2. 4 Daftar Obat Hipertensi Oral Secondary Agent

Jenis Nama Obat Dosis (mg/hr) Frekuensi


Loop diuretik Furosemid 20-80 2
Aldosteron antagonis Spironolakton 25-100 1
diuretik
Beta blocker Bisoprolol 2.5-10 1
kardioselektif
Metoprolol 100-200 2
Beta blocker non Propanolol 80-320 1
Cardioselektif LA
Doksazosin 1-8 1
Alfa 1 blocker Terazosin 1-20 1-2
2.1.10 Komplikasi

Program Internship Dokter Indonesia 20


a. Jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab yang tersering menyebabkan
kematian pada pasien hipertensi. Penyakit jantung hipertensi merupakan hasil dari
perubahan struktur dan fungsi yang menyebabkan pembesaran jantung kiri,
disfungsi diastolik, dan gagal jantung.23
b. Otak
Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting terhadap infark dan
hemoragik otak. Sekitar 85 % dari stroke karena infark dan sisanya karena
hemoragik. Insiden dari stroke meningkat secara progresif seiring dengan
peningkatan tekanan darah, khususnya pada usia > 65 tahun. Pengobatan pada
hipertensi menurunkan insiden baik stroke iskemik ataupun stroke hemorgik.23
c. Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering
terjadi pada renal insufficiency. Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah
harus 130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.23

2.1.11 Pencegahan
Pencegahan dan kontrol dari hipertensi membutuhkan dukungan dari
berbagai aspek serta politik sebagai peran dari pemerintah dan para pembuat
kebijakan. Petugas kesehatan, komunitas peneliti akademis, lembaga masyarakat,
sektor privat, serta keluarga dan penderita hipertensi sendiri semuanya ikut
berperan.18

2.2 Hipertensi dan COVID-19


2.2.1 Risiko COVID-19 pada Hipertensi
Menurut Straits Times dilansir dari World of Buzz, masalah kesehatan
tertentu bisa meningkatkan kemungkinan meninggal dunia akibat virus corona
Covid-19. Seorang dokter yang bekerja di Wuhan telah memerhatikan banyak
pasien virus corona gelombang pertama yang meninggal memiliki
hipertensi/tekanan darah tinggi. Kelompok pertama pasien virus corona Covid- 19,
yakni sebanyak 170 orang meninggal dunia pada Januari itu setengahnya memiliki
riwayat hipertensi. Hipertensi adalah kondisi tekanan atau sirkulasi darah yang
kuat
Program Internship Dokter Indonesia 21
pada jantung dan dinding pembuluh darah di seluruh tubuh. Seseorang memiliki
hipertensi jika pengukuran tekanan darah berada di atas 140/90 mmHg. Tekanan
darah yang terlalu tinggi bisa memicu pecahnya pembuluh darah. Virus Covid-19
tidak membunuh secara langsung, tapi virus jenis corona ini akan memicu
penyakit bawaan lainnya seperti hipertensi semakin memburuk.4,5
Patogen virus corona pada manusia (coronavirus sindrom pernafasan akut
parah [SARS-CoV] dan SARS-CoV-2) berikatan dengan sel target mereka melalui
enzim pengonversi angiotensin 2 (ACE2), yang diekspresikan oleh sel epitel paru-
paru, usus, ginjal, dan pembuluh darah. Ekspresi ACE2 secara substansial
meningkat pada pasien dengan hipertensi, yang diobati dengan inhibitor ACE dan
ARB. ACE2 juga dapat ditingkatkan oleh thiazolidinediones dan ibuprofen. Data
ini menunjukkan bahwa ekspresi ACE2 meningkat pada hipertensi dan
pengobatan dengan inhibitor ACE dan ARB. Akibatnya, peningkatan ekspresi
ACE2 akan memfasilitasi infeksi dengan COVID-19. Karena itu hipertensi
dengan obat perangsang ACE2 dapat meningkatkan risiko pengembangan
COVID-19 yang parah dan fatal. Pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, atau
diabetes, yang dirawat dengan obat yang meningkatkan ACE2, berisiko lebih
tinggi untuk infeksi COVID-19 yang parah, sehingga harus dipantau untuk obat
pemodulasi ACE2, seperti inhibitor ACE atau ARB.23

2.2.2 Manajemen pasien Hipertensi era Pandemi COVID-19


Ada kemungkinan bahwa hubungan yang dilaporkan antara hipertensi dan
risiko komplikasi berat atau kematian akibat infeksi COVID-19 dapat dikacaukan
oleh kurangnya penyesuaian usia. Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan
bahwa hipertensi merupakan faktor risiko independen untuk komplikasi berat atau
kematian akibat infeksi COVID-19. Meskipun banyak spekulasi, saat ini tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa pengobatan sebelumnya dengan ACEI atau ARB
meningkatkan risiko infeksi COVID-19, atau risiko munculnya komplikasi berat
dari infeksi COVID-19. Pengobatan hipertensi harus mengikuti rekomendasi yang
ada dalam Pedoman ESC-European Society of Hypertension (ESH). Tidak ada
perubahan untuk rekomendasi pengobatan ini yang diperlukan selama pandemi
COVID-19. Bagi pasien yang diisolasi sendiri dengan kondisi hipertensi dan
sedang
Program Internship Dokter Indonesia 22
dirawat tidak perlu mengunjungi rumah sakit untuk kunjungan pemeriksaan rutin
selama pandemi ini. Pasien dapat menggunakan pemantauan tekanan darah di
rumah secara berkala, dengan konferensi video, atau konsultasi telepon hanya jika
diperlukan 24

Program Internship Dokter Indonesia 23


BAB 3
ANALISIS SITUASI

3.1 Kondisi Geografis

Puskesmas Salido terletak di Kecamatan IV.JURAI yang secara keseluruhan


merupakan wilayah kerja Puskesmas, IV.JURAI merupakan salah satu kecamatan dari
15 kecamatan lain yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, berjarak 3 km dari pusat kota
Painan dan 80 km dari kota Padang. Luas wilayah kerja Puskesmas Salido adalah 190
km2 terdiri dari 9 nagari dan 25 kampung. Wilayah kerja Puskesmas Salido berbatasan
dengan:
1. Sebelah Barat dengan Samudra Indonesia

2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Provinsi Jambi

3. Sebelah Utara dengan wilayah kerja Puskesmas Lumpo

4. Sebelah Selatan dengan Wilayah Kerja Puskesmas Batang Kapas

Topografi daerah Kecamatan IV.JURAI datar dan berbukit-bukit sebagai


perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi dari permukaan laut berkisar antara 2-15
m. Jika dilihat dari sudut penggunaan lahan, kecamatan IV.Jurai ,Lahan untuk pertanian
sawah teratat sekitar 3,41 persen. Sementara lahan petanian bukan sah sebesar 91,54
persen, sisanya yaitu untuk perumahan/pemukiman dan halaman sekitarnya hanya
tercatat sebesar 5,05 persen.
3.1.1 Iklim Wilayah Penempatan

Iklim di wilayah penempatan sebagaimana wilayah lain di Indonesia


mempunyai iklim tropis.

Program Internship Dokter Indonesia 24


3.1.2 Letak Wilayah Kerja Puskesmas

Puskesmas Salido Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

3.1.3 Wilayah Kerja Puskesmas

3.1.4.1 Luas
Puskesmas Salido memiliki wilayah kerja yang mencakup 9 Nagari dan
25 kampung. Pada tahun 2020 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Salido sebanyak 35.367 jiwa atau sekitar 8.402 Kepala Keluarga.
3.1.4.2 Jumlah Desa
Luas wilayah kerja Puskesmas Salido Kecamatan IV.JURAI 190 km 2.
Wilayah kerja Puskesmas Tapan berbatasan dengan:
1. Sebelah Barat dengan Samudra Indonesia

2. Sebelah Timur dengan Kabupaten solok dan provinsi jambi

3. Sebelah Utara dengan Wilayah kerja Puskesmas Lumpo

4. Sebelah Selatan dengan Wilayah kerja Puskesmas Batang Kapas

3.1.4.3 Jumlah Dusun


WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SALIDO TAHUN
2021
No NAGARI KAMPUN
G

1 Painan 3

Program Internship Dokter Indonesia 25


2 Painan Selatan 3

3 Painan Timur 2

4 Salido 5

5 Bungo Pasang 3

6 Sago 3

7 Tambang 2

8 Salido Sari Bulan 2

9 Koto Rawang 2

Jumlah 25

3.2 Demografis
3.2.1 Tabel Jumlah Kepala Keluarga
No NAGARI Jumlah KK

1 Painan 1.353

2 Painan Selatan 1.065

3 Painan Timur 1.153

4 Salido 1.752

5 Bungo Pasang 906

6 Sago 1.091

7 Tambang 416

8 Salido Sari Bulan 330

9 Koto Rawang 336

Jumlah 8.402

Program Internship Dokter Indonesia 26


3.2.2 Tabel jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan umur
Jenis Kelamin Umur

bayi 0-1 th 0-2 th 0-4 th 1-4 th Prasekolah


5-6 TH
L 323 654 993 1.686 1.363 707

P 324 655 990 1.669 1.345 684

Jenis Kelamin Umur

7 th 8 th 9 th 11 th 12 th 7-15 th
L 357 360 362 364 362 3.216

P 344 346 348 350 348 3.098

Jenis Kelamin Umur

Belum produktif Produktif


0-14 th 15-64 th
L 5.266 11.906

P 5.116 12.157

3.2.3 Tabel Jumlah Bumil, WUS, PUS


Jumlah K1 dan K4 Sasaran Target WUS PUS
K1 712 98 %
90,3% 788 - -
Program Internship Dokter Indonesia 27
K4 583 90 %
73,9 %

3.2.4 Tabel Sebaran dan Kepadatan Penduduk Per Desa


NO NAGARI PENDUDUK (JIWA)
1 PAINAN 5.868
2 PAINAN SELATAN 4.621
3 PAINAN TIMUR 5.002
4 SALIDO 7.601
5 BUNGO PASANG 3.929
6 SAGO 4.733
7 TAMBANG 1.805
8 SALIDO SARI 1.430
BULAN
9 KOTO RAWANG 1.457
JUMLAH 36.446

3.2.5 Tabel Distribusi Penduduk Menurut Suku dan Agama


Mayoritas beragama islam

3.3 Sosial Ekonomi dan Pendidikan


a. Sosial Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja Puskesmas Salido terdiri dari :
Petani, pegawai negeri, pedagang dan pensiunan. Pada umumnya penduduk
beragama islam.

b. Pendidikan
Sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Salido mengenyam
pendidikan dari TK, SD, SLTP,SLTA, D III ( Diploma ) dan S1 (Sarjana Strata 1)
yang semakin tahun semakin meningkat.

1.3.1. Tabel Persentase Penduduk Miskin


Tidak Ada

Program Internship Dokter Indonesia 28


Gambaran Pembangunan Kesehatan
Sarana dan Prasarana Puskesmas

Data Puskesmas

Puskesmas Salido terletak di kampung balai lamo Kenagarian Salido Kecamatan IV


JURAI Puskesmas Salido awalnya berada di Kampung Luar Salido sesuai Standar
Puskesmas Non Rawatan, namun sejak Desember tahun 2013 Bangunan Puskesmas
Pindah lokasi dengan bangunan baru ke Balai Lamo Salido dengan standar sebagai
Puskesmas Rawat Inap.

Puskesmas Salido ditetapkan sebagai Puskesmas Rawat Inap yang berdasar Pada
peraturan Bupati Pesisir Selatan Nomor 39 tahun 2017 tentang UPT Pusat Kesehatan
Masyarakat pada Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan, dengan Izin
Operasional Nomor : 570/07/Kpts/DPMPPTSP-PS/IV/2019. Puskesmas Salido
merupakan Puskesmas dengan fasilitas rawat inap dengan 14 Tempat tidur. Dan
ditunjang oleh rumah dinas paramedis 4 buah dan rumah dinas dokter 4.

Dalam wilayah kerja Puskesmas Salido terdapat Pustu, Poskesri, 41 Posyandu


dengan jumlah kader kesehatan 205 orang. Ditunjang oleh sarana transportasi sebanyak
unit kendaraan roda empat yang diterima tahun 2013 1 buah dan 7 unit kendaraan roda
dua. Seluruh wilayah kerja Puskesmas Salido dapat dijangkau dengan kendaraan.
Puskesmas Salido, termasuk di Pustu dan Polindes mempunyai 22 personil, dimana
orang bertugas di Puskesmas Induk, 4 orang di Pustu dan 18 orang di Poskesri.

Kategori Puskesmas Menurut Jenis Pelayanan (RI/NRI)


Puskesmas Salido merupakan puskesmas rawat inap
Status Akreditasi
Puskesmas Salido terakreditasi puskesmas Madya

Kondisi Fisik Puskesmas

Bangun Puskesmas Salido merupakan bangunan beton permanen dengan kondisi baik..

Wilayah Kerja
Puskesmas Salido memiliki wilayah kerja yang mencakup 9 Desa dan 25
kampung. Pada tahun 2020 jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Salido sebanyak 36.752 jiwa

Program Internship Dokter Indonesia 29


atau sekitar 8.402 Kepala. Ketersediaan Listrik , Air Bersih serta Jaringan Telepon dan Internet.
Ketersedan Listrik di Puskesams Salido Menggunakan Listrik PLN, Air Bersih sudah Cukup dengan
mengunakan PDAM, serta jaringan telpon di puskesmas Salido mengunakan bebrapa jaringan seperti
telokomsel, tri, dan xl yang sangat bagus dan jaringan internet mengunakan wi-fi puskesmas. di
puskesmas Salido mengunakan bebrapa jaringan seperti telokomsel, tri, dan xl yang sangat bagus
dan jaringan internet mengunakan wi-fi puskesmas.
Jejaring dan Jaringan Puskesmas

Jumlah Puskesmas Pembantu

Dalam wilayah kerja Puskesmas Salido terdapat Pustu 4 Poskesri 18 , 41 Posyandu


dengan jumlah kader kesehatan 205 orang

Jumlah UKBM : Poskesdes, Polindes, Desa Siaga, Posyandu, Posbindu, Rumah Tunggu
Kelahiran.

Poskesri/pos Kesehatan Nagari ada 18 yaitu: Nagari siaga Ada

Data UKBM dapat dilihat pada table di bawah ini

No Nama UKBM Jumlah


1 Jumlah pustu 4
2 Jumlah poskesdes/polindes 18
3 Posyandu 41

Jumlah Apotek, Praktek Doker Mandiri, Praktek Bidan Mandiri,


Laboratorium
No Nama UKBM Jumlah
1 Jumlah Apotek 3
2 Jumlah Praktek dokter 2
3 Laboratorium 1

Denah Puskesmas
Jarak pemukiman Masyarakat Terjauh dan Waktu Tempuh yang diperlukan Jarak
Pemukiman Masyarakat terjauh dari Puskesmas Salido adalah desa

Program Internship Dokter Indonesia 30


dengan jarak tempuh ±30 Menit.

Sarana Transportasi Yang Tersedia dan Besar Biaya Transportasi

Sarana Transportasi yang tersedia untuk pelayanan adalah kendaraan roda dua
dan kendaraan roda empat dengan memakan biaya yang kisaran Rp 15.000 untuk
melakukan pelayanan.
Ketersediaan Obat

Obat Esensial dan Emergency

Obat adalah salah satu komponen dalam sarana kesehatan yang sangat
dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Di UPT Puskesmas Salido kebutuhan obat
terbesar adalah obat-obatan jenis antibotik dan golongan analgetik-
antiphiretik,mengingat jumlah kasus penyakit terbesar adalah penyakit infeksi.
Kebutuhan obat-obatan jenis lain disesuaikan dengan jumlah kasus penyakit, Namun
secara umum kebutuhan obat terpenuhi. Pemenuhan kebutuhan obat berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Pesisir Selatan dan Puskesmas melalui Dana Kapitasi JKN,
sedangkan untuk jenis obat program di suplay dari Dinas Kesehatan diambil sesuai
kebutuhan program terkecuali untuk vitamin A yang selalu secara periodic
didistribusikan setiap bulan Februari dan Agustus. Pemenuhan kebutuhan beberapa obat
di wilayah UPT Puskesmas Salido dapat dilihat pada table dibawah ini :
Jumlah Sisa Stok
Nama
Item Kebutuhan Pemakaian per 31 Jumlah Obat %
N Obat /
Obat / 2019 tahun Desember Ketersediaan
O Vaksin
Vaksin tahun 2019 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. OBAT 48 520.055 520.055 0 520.055 100%

2. VAKSIN 8 2.870 2.836 20 2856 98,82%

Tenaga Kesehatan Puskesmas

Tenaga Kesehatan Menurut jenis Kelamin, Pendidikan, Profesi, Jabatan Fungsional,


Status Kepegawaian dan Lokasi Kerja

Perhitungan
Standar
No Jenis Tenaga Jumlah Status Analisis Beban Kekurangan
Kebutuhan
Kerja

Program Internship Dokter Indonesia 31


1 2 3 4 5 6 7
1 Dokter 2 2 PNS 2 4 2
2 Dokte rgigi 2 2 PNS 2 2 0
3 Apoteker 1 1 PNS 1 1 0
4 Asisten Apoteker 2 2 PNS 2 2 0
Administrasi (TU, 4 PNS, 1
5 5 5 6 1
pelayanan, keuangan) Kontrak
13 PNS, 10
6 Perawat 23 23 23
Sukarela
7 Perawat gigi 3 3 PNS 3 3 0
31 PNS, 20
8 Bidan 51 51 51 0
Sukarela
1 Kontrak,
9 Analis Gizi 2 1 2 1
1 Sukarela
10 Analis Medis 2 2 PNS, 2 2 0
2 PNS, 2
11 Sanitarian 3 4 4
Kontrak
12 Perekam Medis 1 1 sukarela 1 2 1
13 Promkes 1 1 Kontrak 1 2 1
14 Kebersihan 3 3 Honorer 3 3 0
15 Sopir Ambulans 2 2 honor 2 2 0
16 Penjaga keamanan 1 1 honor 2 2 1
1 PNS, 3
17 SKM 4 3 3 1
Sukarela
JUMLAH 109 107 113 8
Tabel 2.5

Pembiayaan Puskesmas
Pembiayaan sektor kesehatan sangat penting untuk pelaksanaan Pelayanan Kesehata di UPT
Puskesmas Salido. Pembiayaan sektor kesehatan bersumber antara lain dari dana DAU, Kapitasi JKN,
dan, BOK. Pembiayaan di UPT Puskesmas Salido Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan
sepenuhnya bersumber dari APBD dan APBN

No Sumber Dana Alokasi Anggaran (Rp)

-1 -2 -3
1. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 951.852.000
APBD Operasional Adm Keuangan
2. 104.013.393
Puskesmas

3. APBD Peningkatan Kesehatan Masyarakat 80.397.000

4. BLUD Kapitasi 1.534.438.520

5. BLUD Non Kapitasi 32.000.000

Program Internship Dokter Indonesia 32


Puskesmas 2.354.283.800
Sumber : Unit Pembiayaan UPT Puskesmas Salido 2020

Manajemen Puskesmas

Visi, Misi, Strategi, Tata Nilai Puskesmas

a. Visi
menuju terwujudnya masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat
b. Misi
1. Meningkatkan pelayanan yang bermutu dan terjangkau di seluruh lapisan masyarakat
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan prima dengan kualitas yang optimal.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat menuju keluarga sehat yang mandiri dengan PHBS
(Prilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Adapun Tata Nilai yang di anut UPT Puskesmas Salido adalah sebagai berikut :
P = PROFESIONAL
Memiliki kopetensi dan kemampuan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik.

I = INOVATIF DAN KREATIF


Mencari ide-ide baru untuk menghasilkan inovasi dalam menjalankan tugas
T = TANGGUNG JAWAB
Memberikan pelayanan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan kopensi masing-masing.
A = AKUNTABEL
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai pedoman dan standar pelayanan yang ditetapkan,
dapat diukur dan dipertanggung jawabkan.
R = RASA MALU
Memiliki budaya malu bila tidak melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Kelembagaan dan Struktur Organisasi

Program Internship Dokter Indonesia 33


Gambaran Perencanaan Puskesmas (P1)

Perencanaan yang ada di puskesmas Tapan terdiri atas :

 Penyusunan rencana strategis puskesmas Salido

 Penyususnan PTP (Perencanaan Tingkat Puskesmas)

 Penyusunan rencana kerja tahunan masing-masing program

Gambaran Pergerakan Pelaksanaan (P2)

Tahap Ini merupakan keterpaduan seluruh jajaran Puskesmas dengan lintas


sektoral maupun peran serta dari masyarakat. Penggerakan dan pelaksanaan ini
terbagi atas 4 tahap, yaitu :
 Penggalangan kerjasama system puskesmas

 Penggalangan kerjasama tim lintas sektoral

 Lokakarya Mini bulanan Puskesmas

 Lokakarya mini tribulan lintas sektoral

Gambaran Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi (P3)

Program Internship Dokter Indonesia 34


Pada tahap ini dilakukan melalui :
 Pemantauan wilayah kerja setempat (PWS)

 Penilaian kinerja puskesmas

 Rapat, dan laporan mingguan, bulanan dan triwulan.

Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat

Mortalitas

Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada tempat dan kurun waktu
tertentu yang diakibatkan oleh keadaan berupa penyakit atau di sebabkan hal yang
lain. Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberikan
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai
indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya.

Jumlah Kematian Ibu

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat masih
menjalani masa kehamilannya sampai dengan 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
tanpa memperhatikan lamanya kehamilan dan tempat terjadinya kehamilan yang
disebabkan oleh kelalaian dalam penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena
kecelakaan.
Angka Kematian Ibu (AKI) Maternal adalah jumlah kematian ibu hamil
ditambah jumlah kematian ibu bersalin dan ditambah jumlah kematian ibu nifas per
1.000 kelahiran hidup (KH). Angka kematian ibu Maternal berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran berperilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, melahirkan dan masa nifas. Tahun 2020 jumah AKI di wilayah kerja
Puskesmas Salido sebayak 1 orang.
Jumlah Kematian Bayi dan Balita

Pada tahun 2020 jumlah kematian bayi baru lahir adalah 5 orang, dan terakhir
pada jumlah kematian IUFD sebanyak 9 orang.

Program Internship Dokter Indonesia 35


Morbiditas

Sepuluh Jenis Penyakit Terbanyak

No Nama Penyakit Jumlah

1 ISPA 10.661
2 Hipertensi 7.330
3 Rheumatik 6.248
4 Gastritis / Dispepsia 5.680
5 Penyakit Kulit Alergi 3.542
6 Deabetes Militus 2.110
7 Influensa 2.012
8 Cmmond Cold 1.876
9 Kelaianan Refraksi 1.164
10 Astma 1.92

Penyakit Tidak Menular

Jumlah penyakit tidak menular di wilayah kerja Puskesmas Salido tahun 2021
dilakukan pemeriksaaan antara lain penderita hipertensi, gastritis, dan RA.

Penyakit Menular Langsung

CAPAIAN KINERJA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT


MENULAR TAHUN 2021

3.9
No Indikator SPM Sasaran Target Pelayanan Pelayanan Jumlah
75% Sesuai Tidak
Standar Sesuai
Standar

Program Internship Dokter Indonesia 36


1. Pelayanan Usia 21.695 16.271 2.115 630 2.745
Produktif (15-59thn)

2. Penderita Hipertensi 6.134 4.600 718 123 841

Program Internship Dokter Indonesia 37


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan
wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, petugas yang
menjalankan program, analisis laporan tahunan Puskesmas Salido, dan observasi
lapangan. Proses ini dilakukan dengan melihat data sekunder berupa laporan
bulanan Puskesmas Salido dari Januari hingga Oktober 2021.

Berdasarkan identifikasi masalah, terdapat beberapa masalah yang perlu


mendapat penyelesaian segera. Namun, tidak semua permasalahan dalam program
puskesmas dapat diselesaikan sekaligus, sehingga perlu dilakukan penentuan
prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar dan terpenting yang mungkin
untuk diselesaikan. Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah
adalah metode Hanlon.

4.2 Analisis Sebab Masalah


Berdasarkan penilaian terhadap masalah, rendahnya pencapaian program
pencegahan penyakit tidak menular khususnya hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Salido, program pencegahan, screening, dan pengobatan hipertensi
dipilih sebagai prioritas masalah. Jumlah kasus hipertensi yang terpantau di
wilayah kerja Puskemas Salido terhitung selama Januari – Oktober 2021 hanya
2.745 dari 16.271 sasaran.

Program Internship Dokter Indonesia 38


4.3 Diagram Ishikawa
Dari hasil analisis sebab akibat masalah tersebut, maka dapat disimpulkan
dalam diagram Ishikawa (diagram tulang ikan/fishbone) sebagai berikut.

Gambar 4. 1 Bagan Analisis Masalah Menggunakan Diagram Ishikawa


4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
1. Manusia
a. Kurangnya pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Salido mengenai pencegahan, pengobatan dan bahaya Hipertensi
khususnya pada masa pandemi COVID-19.

b. Peran aktif masyarakat dalam memeriksakan diri masih kurang


sehingga pasien cenderung membeli obat sendiri.
Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengkonsumsi obat
hipertensi masih sangat rendah sehingga pasien cenderung hanya
mengkonsumsi obat jika terdapat gejala dan tidak mengkonsumsi bat
secara rutin

Program Internship Dokter Indonesia 39


Rencana :
- Melakukan evaluasi terkait pencegahan dan bahaya Hipertensi pada
masyarakat dan dilanjutkan penyuluhan ke masing-masing nagari dengan
tetap menjaga protokol kesehatan untuk mendukung upaya pencegahan
Hipertensi, memberikan pengetahuan tentang Hipertensi, komplikasinya
serta bahayanya penyakit ini saat pandemi COVID-19 dengan
menggunakan poster edukasi.
Pelaksana :
- Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, petugas
pemegang program promkes, dokter internsip, atau kader di wilayah kerja
Puskesmas Salido.
Sasaran :
- Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Salido

Target :
- Mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat serta
meningkatkan pengetahuan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Salido
tentang pencegahan dan bahaya Hipertensi.

2. Lingkungan
Kondisi pandemi COVID-19
Rencana :
- Protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan 5M (Memakai masker,
mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi
kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi)
- Koordinasi dengan bidan dan kader masing-masing nagari untuk
pelaksanaan screening pada hipertensi.
Pelaksana :
- Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan
dan kader di wilayah kerja Puskesmas Salido.
Sasaran :
- Masyarakat dan pertugas kesehatan Puskesmas Salido

Program Internship Dokter Indonesia 40


Target :
- Terpantau secara aktif semua pasien Hipertensi yang berada di Puskesmas
Salido
- Pencatatan komprehensif di masing-masing nagari yang dipantau secara
aktif oleh Puskesmas Salido dan screening dilakukan secara maksimal.

3. Material
Kurangnya media promosi mengenai pencegahan dan bahaya Hipertensi
termasuk pada masa pandemi COVID-19.
Rencana :
- Pengadaan media promosi mengenai bahaya Hipertensi serta
pencegahannya melalui penempatan poster/leaflet dan pembuatan video
edukatif.

- Pembuatan poster/leaflet dan video edukatif mengenai bahaya Hipertensi


dan pencegahannya
Pelaksana :
- Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, bidan dan
kader di wilayah kerja Puskesmas Salido.
Sasaran :
- Masyarakat usia produktif yang sehat, beresiko dan penyandang PTM di
wilayah kerja Puskesmas Salido.
Target :
- Tersebarnya poster/leaflet mengenai bahaya Hipertensi dan
pencegahannya di wilayah kerja Puskesmas Salido.
- Terdapat kesepakatan mengenai pertemuan secara berkala antara
pemegang program, bidan dan kader di tiap nagari.

Program Internship Dokter Indonesia 41


4. Metode
Belum maksimalnya metode pencatatan yang komprehensif pada
data dasar dan kontrol tekanan darah pada pasien Hipertensi yang terdapat di
wilayah kerja Puskemas Salido.
Rencana :
- Terdapat waktu khusus untuk skrinning hipertensi di masing-masing
nagari wilayah kerja puskesmas Salido
- Membuat dan menjelaskan KKH (Kartu Kontrol Hipertensi) dan rutin
mencatat laporan tekanan darah serta pengambilan obat selama
dilakukan pemeriksaan di layanan kesehatan.
- Menjelaskan mengenai kalender hipertensi kepada penyandang PTM
sebagai pengingat setiap bulannya untuk kontrol tekanan darah dan
pengambilan obat.
- Menjelaskan tentang program preventif yang diadakan oleh puskesmas
yaitu senam sehat dan bugar setiap minggunya, sekaligus dilakukan
pengukuran tekanan darah dan edukasi hidup sehat.
Pelaksana :

- Petugas pemegang program pencegahan penyakit tidak menular, petugas


pemegang program promkes, bidan dan kader di wilayah kerja Puskesmas
Salido.
Sasaran :
- Masyarakat usia produktif dan kader di wilayah kerja Puskesmas Salido

Target :
- Meningkatnya pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat tentang
pentingnya mengetahui perjalanan penyakit berdasarkan data
pemeriksaan rutin di layanan kesehatan.
- Pencatatan dan pelaporan menjadi maksimal oleh peran kader dan
partisipasi masyarakat dalam hal pemeriksaan.
- Lengkapnya data screening pada setiap usia produktif.

Program Internship Dokter Indonesia 42


BAB 5 RENCANA
KEGIATAN

5.1 Gerakan Terpadu Cegah Hipertensi Kita (GARDU CHINTA)

Program ini diharapkan dapat terlaksana untuk mencapai target SPM pada
pelayanan kesehatan penyakit tidak menular khususnya Hipertensi. Rangkaian program
ini terdiri dari:
a. Survei awal untuk menilai penyebab tidak tercapainya SPM program pelayanan
kesehatan pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Salido dengan
melihat data pencapaian program pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Salido.
b. Pelatihan Kader Anti Hipertensi (KAPTEN)
Direncanakan untuk dilakukan pelatihan khusus mengenai pencegahan tentang
Hipertensi. Diharapkan pelatihan ini juga dapat dilakukan secara berkala. Dan dapat
melakukan follow up ke Puskesmas mengenai kunjungan pasien hipertensi setiap
bulannya sehingga pencatatan dapat dilakukan secara menyeluruh
c. Pengecekan Tekanan Darah Berkala
Kegiatan ini dilakukan pada seluruh usia produktif baik yang sehat, beresiko dan
penyandang PTM serta usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Salido untuk
mengidentifikasi masyarakat yang tidak bergejala tetapi mempunyai risiko
menderita hipertensi agar tidak jatuh sebagai penderita. Pendataan masyarakat risiko
hipertensi dibantu oleh bidan dan kader di setiap nagari.
d. Penyuluhan dan edukasi hidup sehat untuk mencegah komplikasi hipertensi.
Kegiatan ini dapat diberikan saat kontrol tekanan darah dan pengambilan obat untuk
edukasi perorangan. Materi kegiatan ini diberikan secara perorangan saat kontrol
tekanan darah dan pengambilan obat dan penyuluhan yang ditentukan oleh
puskesmas oleh tenaga medis yang kompeten dibidangnya. Penyuluhan one day
event secara menyeluruh dilakukan setiap 1 kali sebulan di Puskesmas Salido.
e. Senam sehat dan bugar
Senam ini direncanakan dilakukan setiap Rabu pagi di lapangan Puskesmas Salido
sesuai protokol kesehatan guna mendukung tindakan preventif pada Hipertensi.

Program Internship Dokter Indonesia


f. Pembuatan Kartu Kontrol Hipertensi
Pembuatan kartu ini ditujukan kepada pasien yang sudah terdiagnosis hipertensi di
Puskesmas Salido. Kartu ini dibuat untuk mengevaluasi data dasar pasien,
pencatatan komprehensif tentang tekanan darah pasien, dan keterangan obat bahwa
sudah diambil. Kartu ini akan diisi oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Salido,
klinik dan praktek dokter swasta yang berada di wilayah kerja Puskesmas Salido.
Diharapkan dengan adanya kartu ini, dapat mengontrol pasien yang telah diketahui
hipertensi dan menjaring pasien baru yang datang berkunjung ke pelayanan
kesehatan.
g. Kalender Hipertensi

Kalender Hipertensi ini berguna sebagai pengingat kontrol tekanan darah. Cara ini
dapat dilakukan dengan penyetelan jadwal kegiatan kontrol tekanan darah ke
puskesmas pada handphone penderita hipertensi. Bagi masyarakat penderita
hipertensi yang tidak memiliki handphone dapat memberi tanda di kalender sebagai
pengingat jadwal kunjungan ke puskesmas dan memaksimalkan peran kader di
setiap wilayah untuk membantu mengingatkan juga sehari sebelum hari kontrol dan
pengambilan obat. Untuk memudahkan jadwal kontrol, penderita hipertensi dapat
menyetel jadwal kontrol dan pengambilan obat sesuai tanggal lahir penderita
hipertensi.

5.2 Indikator Keberhasilan

Tahap ini bertujuan untuk menilai apakah program dilaksanakan dengan maksimal.
Indikator keberhasilan dari pelaksanaan dilihat dari faktor:
a. Optimalisasi seluruh kegiatan GARDU CHINTA guna meningakatkan capaian
target SPM program pelayanan kesehatan pada penderita Hipertensi
b. Pengesahan Kader Anti Hipertensi (KAPTEN) yang akan membantu untuk
terlaksananya seluruh rangkaian kegiatan yang telah di rencanakan.
c. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kontrol
tekanan darah yang dapat dinilai dari laporan kunjungan penderita hipertensi dan
kepatuhan minum obat hipertensi, serta kartu kontrol hipertensi yang dibawah oleh
pasien.

Program Internship Dokter Indonesia


d. Terbentuknya rencana tindak lanjut antara pemegang program, bidan nagari, kepala
nagari, kepala sekolah dan pimpinan tempat kerja di wilayah kerja Puskesmas
Salido.

e. Tercapainya target SPM program pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi

Program Internship Dokter Indonesia


BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Masalah utama dari rendahnya pencapaian penemuan kasus Hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Salido adalah pengetahuan, sikap dan tindakan dari masyarakat mengenai
gejala, pengobatan, penularan dan pencegahan penyakit tuberculosis
Kerjasama pihak puskesmas, dokter praktek mandiri, bidan desa, kader TB, dan peran
wali nagari dalam peningkatan kegiatan yang berhubungan program promosi kesehatan
mengenai tuberculosis dan ketersediaan dana dalam pelaksanaan program.
Hal tersebut guna meningkatkan pengetahuan, penemuan dan pencapaian target pasien
dengan Hipertensi di masyarakat.

6.2 Saran
1. Melaksanaan program kartu kontrol hipertensi oleh pihak puskesmas untuk
masyarakat dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas dalam menangani kasus


hipertensi.

3. Mengadakan suatu program khusus yang menekankan pentingnya pengertian


mengenai penyakit hipertensi dan pentingnya kepatuhan berobat dalam
menangani penyakit ini agar tercapainya pasien dengan hipertensi terkontrol.

Program Internship Dokter Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

1. Riset kesehatan dasar.(2013, 01 Desember). Hipertensi. Diperoleh 29 Juli 2020


dari: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013
2. Kemenkes RI. PERMENKES RI No.71 Tahun 2015.
3. Putri, MR. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Manajemen
Perawatan Diri pada Lansia Hipertensi di Puskesmas Lubuk Buaya. Padang :
Universitas Andalas; 2019.
4. Rahmawati Y, Anggraeni SP. Darah Tinggi Tingkatkan Risiko Pasien Corona
Covid-19 Meninggal Dunia. -diakses tanggal 28 Juli 2020.
https://www.suara.com/health/2020/03/11/093400/darah-tinggi-
tingkatkan-risiko- pasien-corona-covid-19-meninggal-dunia
5. World Health Organization (WHO). A Global Brief on Hypertension: Silent
Killer, Global Public Health Crisis. 2013
6. Puskesmas Salido. Laporan Pencapaian Indikator SPM Hipertensi Pktober 2021
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. 2015.
8. Krishnan A, Garg R, Kahandaliyanage A. Hypertension in the South-East Asia
Region: an overview. Regional Health Forum. 2013; 17(1): 7-14.
9. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL, et al.
Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension. 2003; 42:
1206–52
10. Cowley AW Jr. The genetic dissection of essential hypertension. Nat Rev
Genet. 2006; 7(11):829–40.
11. Kasper, Braunwald, Fauci, et al. Harrison’s principles of internal medicine 17th
edition. New York: McGrawHill: 2008.
12. Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi
studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004. .Jakarta: Program Studi Epidemiologi
Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.
13. Hasurungan, JA.Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia
di Kota Depok tahun 2002. Jakarta:Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia; 2002.
14. Thomas M. Habermann, , Amit K. Ghosh. Mayo Clinic Internal Medicine
Concise Textbook. 1st edition. Canada: Mayo Foundation for Medical
Education and Research: 2008.
15. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Departemen Kesehatan RI.
Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. 2006
16. Lilly, Leonard S. Pathophysiology of Heart Disease 5th Edition. Philadelphia:
Lippincott; 2011
17. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia: 2009; 59 (12): 580-7.
18. American Heart Association Task Force. Guideline for the Prevention,
Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults.
Journal of the American College of Cardiology. 2017 : 1- 481.

Program Internship Dokter Indonesia


19. Kenning I, Kerandi H, Luehr D, Margolis K, O’Connor P, Pereira C, et al.
Institute for Clinical Systems Improvement. Hypertension Diagnosis and
Treatment. Updated November 2014
20. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load – past
antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study. Med J
Indon. 2001; 10(1): 29-33.
21. Norman M. Kaplan. Kaplan's Clinical Hypertension 9th edition. Philadelphia,
USA: Lippincott Williams & Wilkins: 2006.
22. Nolan CR, Schrier RW. The kidney in hypertension. In: Schrier RW, ed. Renal
and electrolyte disorders, 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2003
23. Suryana Ketut, Suardamana Ketut, Saturti Anom. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Anafilaksis/Reaksi Hipersensitivitas Akut: Bagian
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah.
2013:577-585.
24. Fang L, Karakiulakis G, Roth M. Are patients with hypertension and diabetes
mellitus at increased risk for COVID-19 infection?. Published:March 11, 2020
DOI:https://doi.org/10.1016/S2213- 2600(20)30116-8
25. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Panduan Diagnosis
Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular pada Pandemi COVID-19. 2020.

Program Internship Dokter Indonesia

Anda mungkin juga menyukai