1. Fatmawati (32121231008)
2. Sutikno (32121231009)
3. Dewi Angguningtiyas (32121231010)
4. Hindun Rifngatunnisa (32121231012)
5. Prihatini Dwi Sukesi (32121231013)
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang penyuluhan
Kesehatan di puskesmas dengan judul “Penyuluhan kesehatan di UPTD Puskesmas Cilacap
Tengah 1 Tentang Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi serta Waspada Hipertensi Menjadi
Penyakit Silent Killer”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan tugas pembuatan makalah “Penyuluhan kesehatan di
UPTD Puskesmas Cilacap Tengah 1 Tentang Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi serta
Waspada Hipertensi Menjadi Penyakit Silent Killer” Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam tugas ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki pembuatan
makalah “Penyuluhan kesehatan di UPTD Puskesmas Cilacap Tengah 1 Tentang Kepatuhan
Minum Obat Antihipertensi serta Waspada Hipertensi Menjadi Penyakit Silent Killer” Penulis
berharap semoga tetap dapat memberikan manfaat pada dunia pengetahuan, masyarakat, dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 7
A. Hipertensi ................................................................................................................... 8
B. Puskesmas ............................................................................................................... 15
C. Tujuan Puskesmas.................................................................................................... 16
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 25
B. SARAN .................................................................................................................... 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi hipertensi adalah suatu kondisi dimana peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal, jantung, dan otak, apabila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang
bertambah pada 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi.
sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%, kawasan Afrika memegang posisi puncak
penderita hipertensi, yaitu sebesar 40%. Kawasan Amerika sebesar 35% dan Asia Tenggara
36%, sedangkan di Indonesia cukup tinggi, yakni mencapai 32% dari total jumlah
Menurut WHO saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total
penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang
melakukan upaya pengendalian terhadap tekanan darah yang dimiliki. WHO juga
ini lebih besar diantara kelompok laki-laki, yaitu 1 di antara 4 (kemenkes RI, 2019).
4
Berdasarkan Data Riskesdas pada tahun 2018 prevalensi hipertensi di Indonesia
Kalimantan selatan dengan angka 44,13% sedangkan angka terendah terdapat di Provinsi
Pengukuran tekanan darah merupakan salah satu kegiatan deteksi dini terhadap
faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti Hipertensi. Kegiatan ini bisa
menempati proporsi terbesar dari seluruh Penyakit Tidak Menular (PTM) yang dilaporkan
yaitu sebesar 76,5 %. Penyakit Hipertensi menjadi salah satu prioritas pengendalian
Penyakit Tidak Menular (PTM) di jawa tengah. Berdasarkan data yang diperoleh dari profil
Kesehatan dinas kesehatan Jawa Tengah tahun 2022 jumlah estimasi penderita Hipertensi
berusia ≥ 15 tahun 2022 sebanyak 8.494.296 orang atau sebesar 29,3 % dari seluruh
penduduk berusia ≥ 15 tahun. Dari jumlah estimasi tersebut sebanyak 5.992.684 orang atau
20,88 %, lebih tinggi dibanding pada kelompok perempuan yaitu 16,28 %. Dari hasil
rekapitulasi data kasus penyakit tidak menular yang dilaporkan secara keseluruhan pada
tahun 2015 adalah 603.840 kasus dan hipertensi menempati proporsi terbesar dari seluruh
penyakit tidak menular yang dilaporkan yaitu sebesar 57,87 %. Data dari Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kabupaten Cilacap tahun 2014 terjadi kasus hipertensi sebanyak 15.717 kasus
(Dinkes Cilacap 2014). Pada tahun 2015 penyakit hipertensi esensial masuk kedalam 10
5
penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas kabupaten Cilacap tahun 2015 menduduki urutan
Hipertensi sering disebut “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga
penderita tidak tahu kalau dirinya mengidap hipertensi, tetapi kemudian mendapatkan
dirinya sudah terdapat penyakit penyulit atau komplikasi dari hipertensi. Berdasarkan dari
hasil riskesdas 2013 dan studi di Puskesmas diketahui bahwa hanya sepertiga penderita
hipertensi (36,8%) yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum
obat.
Penelitian yang dilakukan oleh Yesi Nurmalasari dkk (2021) tentang penyuluhan
Hipertensi pada pasien di puskesmas Kebon Jahe kota Bandar Lampung yaitu pencegahan
ceramah. Materi penyuluhan yang disampaikan pada saat intervensi yaitu materi terkait
digunakan pada saat intervensi berlangsung yaitu leaflet. Dalam penyuluhan tersebut
diantaranya umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Kemenkes, 2014). Dengan adanya penyuluhan
kesehatan ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapat dirumuskan
masalah bahwa :
2. Masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis bagi ilmu pengetahuan diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan
2. manfaat praktis bagi penulis diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan
Minum Obat Antihipertensi serta Waspada Hipertensi Menjadi Penyakit Silent Killer”.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
a. Definisi
Definisi hipertensi adalah suatu kondisi dimana peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan
tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat
menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner)
dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan (Kemenkes RI 2014).
b. Klasifikasi Hipertensi
Berikut adalah Klasifikasi pengukuran tekanan darah dari The Sevent Join National
Commitee On Prevention Detection Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure (JNC7).
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Menurut The Sevent Join National Commitee
8
c. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua, yakni hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer yaitu hipertensi yang penyebabnya tidak
diketahui, terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi, Sedangkan hipertensi sekunder
merupakan hipertensi yang diketahui penyebabnya. Penyakit ginjal menjadi salah satu
penyebab dari hipertensi dengan angka sekitar 5-10%. Kelainan hormonal dan
penggunaan obat tertentu (misal: pil KB) juga menjadi penyebab sekitar 1-2% penyakit
hipertensi (Kemenkes RI 2014).
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
Resiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor resiko yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor
yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas, dan nutrisi (Anggraini, 2009).
e. Penatalaksanaan Hipertensi
Tatalaksana Hipertensi menurut JNC 7 meliputi dua hal, yaitu perubahan gaya hidup
dan terapi farmakologis. Modifikasi gaya hidup dapat membantu mencegah atau
menunda timbulnya Hipertensi dan mengurangi tekanan darah pada pasien yang sudah
Hipertensi. Rekomendasi JNC 7 cukup universal untuk praktik kesehatan yang baik
dengan mempertahankan berat badan normal, jangan merokok, olahraga, dll. Selain
mencegah atau mengurangi tekanan darah tinggi, modifikasi ini mengurangi risiko
kardiovaskular lainnya
Rekomendasi JNC 7 terkait perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah
dan menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi berat badan, dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 5-20
mmHg setiap pengurangan 10 kg berat badan.
2. Tidak mengkonsumsi alcohol
3. Mengurangi asupan garam sehingga tidak melebihi 2-4 gram natrium atau 6 gram
garam. Hal ini dapat menurunkan tekanan darah sekitar 2-8 mmHg.
4. Menjaga asupan kalium yang seimbang dari makanan (sekitar 90 mmol/hari).
5. Menjaga asupan kalsium dan magnesium yang seimbang dari makanan.
6. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
9
7. Berolahraga ringan 30 menit sehari, hal ini dapat mengurangi tekanan darah
sistolik 4-9 mmHg
Ketika modifikasi gaya hidup gagal untuk mencegah atau memperbaiki Hipertensi,
diperlukan terapi farmakologis dengan 1 atau lebih obat. Sebanyak dua pertiga pasien
dengan Hipertensi tidak akan mencapai tingkat tekanan darah yang optimal dengan
monoterapi diuretik dan seperti yang terlihat pada beberapa uji klinis, sebagian besar
pasien memerlukan 2 hingga 4 agen. Ada data uji coba hasil klinis yang sangat baik
yang membuktikan bahwa menurunkan tekanan darah dengan beberapa golongan obat,
termasuk Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin Reseptor
Blocker (ARB), Beta Blocker (BB), Calsium Channel Blocker (CCB), dan Diuretik.
Diuretik tipe thiazide harus digunakan sebagai terapi awal untuk sebagian besar pasien
dengan hipertensi, baik sendiri atau dalam kombinasi dengan salah satu kelas lain
(ACEI, ARB, BB, CCB) terbukti bermanfaat dalam terapi acak. Uji coba hasil
terkontrol. Jika obat tidak ditoleransi atau dikontraindikasikan, maka salah satu kelas
lain yang terbukti dapat mengurangi kejadian kardiovaskular harus digunakan sebagai
gantinya.
10
Tabel Algoritma Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7
11
Golongan Obat Hipertensi dari hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7
Vasodilator Hydralazine
Minoxidil
12
a. Diuretik
Obat antihipertensi golongan diuretik bekerja dengan cara meningkatkan pengeluaran
garam dan air oleh ginjal hingga darah dan tekanan darah menurun. Ada tiga jenis
diuretik, yaitu Diuretik Kuat, Diuretik Thiazide, dan Diuretik Hemat Kalium.
1. Diuretik Kuat: obat golongan ini berkhasiat kuat dan bekerja pesat artinya apabila
dosis dinaikan efek diuresis nya senantiasa akan bertambah. Contoh obat golongan
diuretik kuat yaitu Bumetanide Furosemide, dan Torsemide.
2. Diuretik Thiazide: efeknya lebih lama dan lambat dan terutama digunakan pada
terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Contoh obat golongan
diuretik thiazide Chlorothalidone, Hydrochlorotiazide, Indapamide, Metolazone.
3. Diuretik Hemat Kalium: Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil
menahan kalium. Contoh obat golongan diuretik hemat kalium Amiloride dan
Triamterene ( Tjay & Rahardja 2015).
b. ACE (angiotensin converting enzyme) Inhibitor
Mekanisme kerja dari obat golongan ACEI adalah menurunkan tekanan darah
melalui penghambatan pembentukan angiotensin II, menyebabkan konstriksi arteri
yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Contoh obat golongan ACEI yaitu
Captopril, Lisinopril, Quinapril, Perindopril, Enalapril, Benazepril, Ramipril,
Treandolapril, Dan Fosinopril (MIMS 2015).
c. ARB (Angiotensin Reseptor Blocker)
ARB bekerja dengan cara menghambat secara langsung reseptor angiotensin
sehingga melawan kerja angiotensin II seperti vasokonstriksi, pelepasan aldosteron,
aktivitas simpatik, dana pelepasan antidiuretik hormon. Pembuluh darah merupakan
ditemukan banyak reseptor angiotensin II. Contoh obatnya adalah Kandesartan,
Irbesartan, Losartan, dan Valsartan (Priyanto 2009).
d. Aldosteron Reseptor Bloker
Aldosteron reseptor blokers masuk dalam golongan diuretik hemat kalium.
Mekanisme yang pertama memblokir saluran natrium secara langsung, sedangkan
yang terakhir mengikat reseptor aldosteron di tubulus distal untuk mencegah aktivasi
aldosteron dari saluran natrium distal. Spironolakton dan eplerenon juga memblokir
13
aktivitas aldosteron di jantung, ginjal, dan pembuluh darah. Contoh obat golongan ini
adalah Eplerenon dan Spironolakton (Martin 2008).
e. Beta Blocker
Obat golongan beta bloker bekerja dengan menstimulasi saraf adrenergik, dengan
demikian kondisi ini akan mengurangi intensitas dan frekuensi kontraksi otot sehingga
menghasilkan penurunan tekanan darah. Obat golongan beta bloker adalah Atenolol,
Propanolol, Metoprolol, Dan Bisoproplol (MIMS 2015).
f. CCB (Calsium Channel Blocker)
CCB bekerja dengan mengurangi kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan
resistensi vaskular perifer dan menurunkan tekanan darah, selain itu CCB juga akan
meningkatkan suplai oksigen miokard dengan efek vasodilatasi koroner. Contoh obat
golongan ini adalah Amlodipin, Nifedipin, Diltiazem, dan verapamil (PERKI 2015).
g. Alpha Blocker
Golongan Alpha-blocker bekerja dengan cara memblok reseptor alfa pasca
sinaptik, dan membuat rileks otot polos sehingga menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan resistensi vaskuler perifer. Contoh obat golongan ini adalah Prazosin,
Terazosin, dan Doksazosin (Tierney 2002).
h. Vasodilator Langsung
Vasodiltaor langsung Mekanisme kerjanya adalah mengurangi tekanan darah
dengan merelaksasi otot polos vaskuler sehingga mendilatasi pembuluh
resisten. Contoh obat dari golongan ini adalah Hidralazin, Minoksidil, dan Diazoksid
(Katzung 1997).
14
B. PUSKESMAS
1. Pelayanan pengobatan (Kuratif) yaitu suatu rangkaian dari pengelolaan obat yang
merupakan tahapan akhir dari pelayanan kesehatan yang akan ikut menentukkan
efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.
2. Upaya pemulihan kesehatan (Rehability) yaitu suatu kegiatan dalam upaya
pemulihan kesehatan.
3. Upaya pencegahan (Preventif) yaitu rangkaian kegiatan dalam rangka pencegahan suatu
penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan maupun perorangan.
4. Upaya peningkatan kesehatan (Promotif) yaitukegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal dan merupakan konsep kesatuan upaya kesehatan.
15
C. Tujuan Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2020 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yaitu :
1. Pengelolaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai. Pengelolaan sediaan farmasi dan
bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pelayanan kefarmasian, dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi. Tujuannya untuk menjamin
kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan kompetensi atau kemampuan tenaga
kefarmasian, mewujudkan sistem informasi manajemen, dan melaksanakan
pengendalian mutu pelayanan .
2. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai tujuan Perencanaan
yaitu:
a. Untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi dan bahan habis pakai
yang mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional dan meningkatkan efisiensi penggunaan
obat.
3. Permintaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai tujuan permintaan sediaan farmasi
dan bahan medis pakai adalah memenuhi kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan
16
diajukankepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
4. Penerimaan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan suatu kegiatan dalam
menerima sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dari Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan
yang telah diajukan. Tujuannya adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
5. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan yang
dilakukan di puskesmas. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan
Farmasi yang tersedia di Puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan. Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
6. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai. Pendistribusian sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah
17
untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu
yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain: Sub unit
pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
1. Puskesmas Pembantu
2. Puskesmas Keliling;
3. Posyandu; dan
4. Polindes
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan melalui
koordinasi internal.
• Membuat Power Point dan Leaflet, tujuannya untuk menyiapkan bahan
presentasi dan informasi tertulis sehingga nantinya akan lebih percaya diri
dan lebih matang menguasai materi.
B. Tahap Pelaksanaan
d. Hasil
• Peserta dapat memahami dan mengerti tentang faktor resiko dari hipertensi.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah
yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal, jantung, dan otak, apabila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan
(Kemenkes RI 2014). WHO memperkirakan bahwa prevalensi hipertensi akan terus
meningkat, dengan tingkat yang lebih tinggi di negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia yang memiliki tingkat sekitar 32% dari total penduduk. Jumlah estimasi
penderita hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2022 adalah sekitar 29,3% dari seluruh
penduduk berusia ≥ 15 tahun.
Hipertensi yang perlu diwaspadai yaitu hipertensi sebagai silent killer, karna hipertensi
ini pada kenyataan tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal. Banyak orang
yang mengidap hipertensi tidak menyadari kondisinya, karena tidak ada tanda atau gejala
yang khas. Kondisi ini dapat merusak organ tubuh secara keseluruhan. perlahan tanpa
disadari, hingga akhirnya menyebabkan komplikasi serius Data dari Riskesdas 2013 dan
studi di Puskesmas menunjukkan bahwa hanya sepertiga penderita hipertensi (36,8%) yang
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan hanya 0,7% yang minum obat.
Masalah umum yang terdapat di UPTD Puskesmas Cilacap Tengah I juga yaitu mengenai
hipertensi. Oleh karena itu, sebagai bentuk upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi kami
melakukan penyuluhan dengan menggunakan metode ceramah. Penyuluhan ini sejalan seperti
yang dikemukakan WHO dalam Notoatmodjo (2007), salah satu starategi untuk perubahan
perilaku adalah pemberian informasi guna meningkatkan pengetahuan sehingga timbul
kesadaran yang pada akhirnya orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya
tersebut. Salah satu upaya pemberian informasi yang dapat dilakukan adalah penyuluhan.
Pengetahuan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek atau
stimulus.
Notoatmodjo (2007) juga menyatakan bahwa perubahan sikap pada dasarnya
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan keyakinan/kepercayaan yang didapatkan dari
hasil penginderaan, yang salah satunya didapatkan melalui pendidikan atau proses belajar.
Penyuluhan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan. Hal ini sependapat
21
dengan pendekatan Green dalam Tampubolon (2009) bahwa dengan pendekatan
edukasional dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi
yang diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan untuk merubah perilaku.
Pendekatan Green sejalan dengan penelitian Pulungan (2007) yang membuktikan bahwa
metode pendidikan kesehatan dengan ceramah dapat meningkatkan pengetahuan setelah
dilakukan post-test dibandingkan dengan pre-test. Materi penyuluhan yang disampaikan pada
saat intervensi yaitu materi terkait hipertensi diantaranya definisi hipertensi, kasus hipertensi,
klasifikasi hipertensi, komplikasi akibat hipertensi, penatalaksanaan dan pencegahan hipertensi.
Media yang digunakan pada saat intervensi berlangsung yaitu leaflet. Hal ini dikarenakan leaflet
cukup mudah dibuat dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Berikut contoh leaflet yang dapat
digunakan dalam penyuluhan ini:
22
Penyuluhan ini dilakukan di Puskesmas Cilacap Tengah 1 dengan dihadiri anggota
kelompok kami yaitu Fatmawati, Sutikno, Dewi Anggun, Hindun, dan Prihatini. Tentunya
pesertanya dari pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Cilacap Tengah 1, dan acaranya dilakukan
pada pagi hari. Peserta penyuluhan ini ada yang laki-laki dan Perempuan. Penyampaian materi ini
juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh para peserta. Dalam penyampaianya, para
peserta dapat memahami materi yang sudah disampaikan dan selama berjalannya penyuluhan
dilakukan diskusi serta Tanya jawab yang akan di hadiahi reward untuk menarik minat dari
peserta dan mengingat point point penting yang terlah kelompok kami presentasikan.
Dalam penyuluhan tersebut disampaikan bahwa hipertensi dapat disebabkan
karena berbagai macam faktor, diantaranya umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen
(Kemenkes, 2014).
Nuraeni dkk (2017) dalam penelitiannya mengatakan bahwa sebagai salah satu
solusi untuk menekan kejadian hipertensi ini dapat dilakukan dengan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat. Hipertensi dapat dikontrol dengan berbagai upaya menjaga
gaya hidup. Hal ini dapat tercapai jika pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan
dan perawatan hipertensi baik. Saat ini kementerian kesehatan berupaya meningkatkan
promosi kesehatan melalui komunikasi, informasi dan edukasi. Upaya ini diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mencegah
dan melakukan perawatan di rumah, sehingga angka hipertensi dapat terkontrol ataupun
dicegah pada masyarakat yang berisiko.
Ada beberapa modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan dengan cara
membatasi asupan garam tidak lebih dari 6 gram/hari, menurunkan berat badan,
menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olahraga juga
dianjurkan bagi penderita hipertensi dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama
20-25 menit dengan frekuensi 3-5x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8
jam) dan mengendalikan stress.
Dari hasil penyuluhan ini, peserta memahami dan mengerti tentang pengertian dari
hipertensi. faktor risiko dari hipertensi. komplikasi dari hipertensi. serta pencegahan dari
hipertensi. Upaya-upaya pencegahan dan pengendalian masih perlu dilakukan secara rutin,
23
contohnya dengan kegiatan penyuluhan ini agar literasi kesehatan masyarakat dapat
meningkat. Dengan adanya penyuluhan kesehatan ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam melakukan pencegahan dan
penanggulangan hipertensi di rumah.
Meskipun kegiatan penyuluhan penyakit mengenai hipertensi di UPTD
Puskesmas Cilacap Tengah 1 terlihat efektif dengan peningkatan pemahaman pasien dan
keluarga, terdapat beberapa kekurangan dan area yang dapat diperbaiki:
1. Evaluasi Jangka Panjang, kekurangan: Tidak disebutkan evaluasi jangka panjang
terhadap pemahaman pasien. Penting untuk memikirkan apakah peningkatan
pemahaman ini berlanjut dalam jangka waktu yang lebih lama.
2. Metode Pengukuran Pemahaman, kekurangan: Tidak dijelaskan metode yang
digunakan untuk mengukur peningkatan pemahaman. Penting untuk memiliki metode
pengukuran yang objektif dan dapat diukur.
3. Tindak lanjut, kekurangan: Tidak disebutkan apakah ada rencana tindak lanjut setelah
penyuluhan. Mengadakan sesi tindak lanjut dapat membantu pemahaman yang
berkelanjutan.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Hipertensi sering disebut sebagai "silent killer" karena pada umumnya pasien
tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya
2. Kepatuhan minum obat antihipertensi sangat penting untuk mengontrol
tekanan darah dan mencegah komplikasi
3. Penyuluhan kesehatan di puskesmas dapat membantu meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hipertensi dan cara pencegahannya
B. SARAN
1. Puskesmas perlu meningkatkan kegiatan deteksi dini faktor risiko penyakit
hipertensi agar penderita hipertensi dapat diketahui secara dini
2. Puskesmas perlu meningkatkan pengawasan program penyakit hipertensi dan
angka keberhasilan pengobatan penyakit hipertensi
3. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga
kesehatan dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin
4. Puskesmas perlu mengadakan penyuluhan kesehatan secara rutin dan
menyediakan fasilitas pemeriksaan tekanan darah
25
DAFTAR PUSTAKA
Nuraeni, A., Mirwanti, R., Anastasia, A. (2017). Upaya pecegahan dan perawatan
hipertensi di rumah melalui media pembelajaran bagi masyarakat di
kabupaten pagandaran. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat., 1(3), 174-178
27