Anda di halaman 1dari 3

Cadbury merupakan perusahaan cokelat asal Inggris terbesar kedua di dunia

setelah Mars, Incorporated. Cadbury juga pernah mendapatkan masalah karena


ada indikasi kandungan babi di Malaysia.

Meskipun pihak Cadbury mengakui hal tersebut, mereka meyakini bahwa


produk tersebut tidak beredar di Indonesia. Kamu juga tidak perlu khawatir
karena Cadbury yang di Indonesia telah mendapatkan label halal MUI sesuai
ketentuan nomor 00110068180214. (Sumber Idn time)

Bisnis.com, JAKARTA—Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)


mengklarifikasi bahwa produk coklat mengandung minyak babi dengan merek
dagang Cadbury asal Malaysia tidak masuk ke dalam peredaran produk resmi di
Indonesia.

Kepala BPOM Roy Alexander Sparingga menjelaskan lembaga pimpinannya


telah melakukan uji lab terhadap sampel coklat Cadbury asal Malaysia yang
beredar di pasaran, dan memastikan produk yang dimaksud bersifat halal.
Terdapat 13 varian Cadbury yang telah diuji lab.

“Saya dapat mengklarifikasi bahwa produk coklat yang heboh di Malaysia


tersebut tidak masuk ke Indonesia. Kami telah melakukan sampling varian
produk coklat dan diuji lab apakah mengandung babi, tapi hasilnya negatif,”
tegasnya kepada Bisnis, Senin (9/6/2014).

Dengan demikian, lanjut Roy, masyarakat tidak perlu resah karena produk
Malaysia yang diimpor telah sesuai dengan yang mereka daftarkan ke otoritas
perdagangan Indonesia, yaitu tidak mengandung DNA babi.
Dia menambahkan posisi BPOM dalam kasus tersebut adalah badan yang
melaksanakan hukum positif. “Artinya, peraturan perundang-undangan yang
berlaku kami tegakkan sesuai wewenang kami.” ( Sumber : Bisnis.com )

Jakarta, HanTer - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya


memberikan klarifikasi tentang kemungkinan masuknya Cadbury Milk
Hazelnut yang mengandung babi. BPOM menyatakan, salah satu cokelat
Cadbury Daily Milk, yakni Cadbury Milk Hazelnut dengan nomor batch
200813M01H asal Malaysia, yang diduga terdeteksi mengandung DNA babi
(porcine).

Dalam siaran persnya ditegaskan bahwa Badan POM memberikan jaminan


terhadap keamanan, mutu, gizi, dan kebenaran label produk pangan yang
beredar di Indonesia dengan diterbitkannya nomor izin edar produk pangan
yang bersangkutan, yang diawali dengan kode MD untuk produk dalam negeri
dan ML untuk produk luar negeri.

Sampai saat ini belum ada surat keterangan impor (SKI) yang diterbitkan oleh
Badan POM terkait kedua produk tersebut. Apabila kedua produk itu ditemukan
di pasaran, maka itu adalah produk ilegal.

"Saat ini, Badan POM melakukan pengawasan intensif untuk memastikan


produk ilegal tersebut tidak beredar di Indonesia," demikian seperti dikutip
dalam keterangan pers itu Kamis (29/5).

Sementara itu, cokelat Cadbury Daily Milk jenis lainnya, yakni Cadbury Dairy
Milk Roast Almond dengan nomor batch 221013NORI1, berdasarkan data yang
ada di Badan POM, tidak memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI).

Dalam rilis itu disebutkan, Cadbury Dairy Milk Roast Almond terdaftar di
BPOM dengan nomor izin edar BPOM RI ML 841601105136, dengan
komposisi gula, susu bubuk, lemak cokelat, kacang almond, coklat massa,
lemak nabati, pengemulsi nabati dan perisa cokelat.
Untuk itu, imbuhnya, halal atau tidaknya suatu produk impor menjadi
kewenangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), sedangkan peran BPOM adalah
memberi izin pencantuman logo halal setelah menerima sertifikat dari halal dari
MUI.

Kepala LPPOM MUI Lukmanul Hakim, di lain pihak, mengungkapkan lembaga


pimpinannya telah menguji sampel 10 produk Cadbury yang diambil dari pasar,
dan didapati hasil negatif terhadap DNA minyak babi.

Namun, dia mengaku perusahaan coklat yang berpusat di Inggris tersebut telah
berhenti memperbarui setifikasi halal-nya sejak 1997, setelah sebelumnya selalu
mengantongi sertifikat serupa dari MUI sejak awal 1990-an.

Sebelumnya, Mendag Muhammad Lutfi mengatakan impor produk tidak halal


dilegalkan menurut hukum Indonesia. “Hanya, syaratnya harus ada keterangan
yang dicantumkan dalam komposisi.”

Terkait kasus Cadbury yang sempat menghebohkan banyak pihak tersebut, Lutfi
berpendapat bahwa perusahaan kakao itu berada dalam range yang benar.
Produsen telah mencantumkan komponen minyak hewani, meski tidak
dijelaskan secara detail.

Ke depannya, lanjut Lutfi, Kementerian Perdagangan akan bekerja sama dengan


BPOM dan MUI untuk menyusun regulasi yang lebih terperinci mengenai
keharusan mencantumkan detail komposisi sebuah produk.dari Malaysia pada
2014 adalah 1.540 ton atau setara US$4,42 juta. ( sumber : kaskus.com )

Anda mungkin juga menyukai