Dengan demikian, lanjut Roy, masyarakat tidak perlu resah karena produk
Malaysia yang diimpor telah sesuai dengan yang mereka daftarkan ke otoritas
perdagangan Indonesia, yaitu tidak mengandung DNA babi.
Dia menambahkan posisi BPOM dalam kasus tersebut adalah badan yang
melaksanakan hukum positif. “Artinya, peraturan perundang-undangan yang
berlaku kami tegakkan sesuai wewenang kami.” ( Sumber : Bisnis.com )
Sampai saat ini belum ada surat keterangan impor (SKI) yang diterbitkan oleh
Badan POM terkait kedua produk tersebut. Apabila kedua produk itu ditemukan
di pasaran, maka itu adalah produk ilegal.
Sementara itu, cokelat Cadbury Daily Milk jenis lainnya, yakni Cadbury Dairy
Milk Roast Almond dengan nomor batch 221013NORI1, berdasarkan data yang
ada di Badan POM, tidak memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
Dalam rilis itu disebutkan, Cadbury Dairy Milk Roast Almond terdaftar di
BPOM dengan nomor izin edar BPOM RI ML 841601105136, dengan
komposisi gula, susu bubuk, lemak cokelat, kacang almond, coklat massa,
lemak nabati, pengemulsi nabati dan perisa cokelat.
Untuk itu, imbuhnya, halal atau tidaknya suatu produk impor menjadi
kewenangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), sedangkan peran BPOM adalah
memberi izin pencantuman logo halal setelah menerima sertifikat dari halal dari
MUI.
Namun, dia mengaku perusahaan coklat yang berpusat di Inggris tersebut telah
berhenti memperbarui setifikasi halal-nya sejak 1997, setelah sebelumnya selalu
mengantongi sertifikat serupa dari MUI sejak awal 1990-an.
Terkait kasus Cadbury yang sempat menghebohkan banyak pihak tersebut, Lutfi
berpendapat bahwa perusahaan kakao itu berada dalam range yang benar.
Produsen telah mencantumkan komponen minyak hewani, meski tidak
dijelaskan secara detail.