Disusun Oleh :
Kelompok 5
B. Permasalahan
1. Viostin DS
Terkait dengan ditemukannya kandungan DNA babi di dalam Viostin DS, Ida
Nurtika, Director of Corporate Communication PT Pharos Indonesia mengatakan,
pihaknya telah menelusuri dari mana keberadaan 'barang haram' yang mencemari
produknya.
"Kalau di dalam penelusuran, kita lakukan dari ujung, dari obat jadi ke proses
produk, sampai akhirnya ke bahan baku dari situlah kami ketahui penyebab
pencemaran tersebut adalah DNA babi." kata Ida Nurtika di kawasan Senayan
Jakarta pada Selasa (6/2/2018). Walaupun begitu, Ida mengakui bahwa jumlah
pencemarannya sedikit sekali. "Bahkan dari hasil deteksi kalau kita ambil sepuluh
sampling, itu mungkin hanya dua atau tiga," kata Ida menambahkan. Sehingga,
secara persentase hal itu bisa disimpulkan sangat kecil.
"Berbeda dengan kalau kita tidak suka pedas, makanan kecipratan sambal, lalu kita
kepedasan, itu beda. Urusan halal haram, satu kepedasan, kita tarik semua," kata
Ida mengibaratkan kasus Viostin DS yang mengandung babi ini. "Walaupun yang
tercemar hanya sedikit sekali."
Terkait dengan ini, PT Pharos menyatakan akan melakukan pendekatan dan
meminta saran dari MUI mengenai sertifikat halal yang telah dikeluarkan
sebelumnya. Hal ini karena badan yang mengeluarkan sertifikat tersebut telah diakui
MUI.
"Karena kami juga merasa bahwa seharusnya kalau sudah dikeluarkan sertifikat
halal, jangan sampai terjadi pencemaran seperti ini. Nyatanya ada pencemaran
walaupun sedikit dan kami merasa dirugikan," jelas Ida.
Di Indonesia memang sudah ada MUI untuk meyakinkan customer bahwa sebuah
produk halal untuk dimakan. Namun kita juga tau ga semua produk memiliki label
halal. Kalau sudah begini mungkin sebaiknya semua kita juga dikenalkan dengan
label haram bagi muslim dengan warna mencolok. Karena menurut pengalaman
pribadi, saya jarang sekali memperhatikan label halal karena merasa di negara ini
aman-aman saja untuk hal makanan. Kecuali restoran yang jelas menjual menu babi.
Belum lama ini saya mendapat kabar dari teman di Malaysia bahwa Cadbury dairy
milk juga mengandung babi. Kementrian kesehatan malaysia sudah mengeluarkan
surat edaran 24 Mei 2014 dan perusahaan terkait (cadbury cofectionary malaysia sdn
bhd) bersedia untuk menarik produknya yang mengandung babi tersebut.
Semetara 1 jenis cadbury dairy milk chocolate tidak mengandung babi. Karena setelah
googling saya ga menemukan perusahaan Cadbury di Indonesia, kemungkinan besar produk
yang iklannya sering tayang di TV ini diimpor dari perusahaan yang sama di Malaysia.
Semoga pihak terkait mau menjawab dan meluruskan kekhawatiran saya ini.
3. You C1000
Produk minuman You C 1000 dan makanan ringan Pocky disinyalir belum jelas
kehalalannya. Indikasi ini dapat dilihat dengan belum adanya label sertifikat halal dari
LPPOM MUI di bungus kedua produk tersebut.
Temuan akan ketidakjelasan akan kehalalan dua produk itu didapatkan tim redaksi
Zona-Halal.com di sejumlah minimarket Jakarta setelah mendapat laporan dari masyarkat
tentang tidak adanya label halal pada sejumlah produk makanan dan minuman.
Henny, pegawai salah satu bank syariah di Jakarta, mengatakan dirinya cukup terkejut
saat ia ingin membeli produk minuman yang diiklankan model terkenal tersebut.
“Awalnya saya iseng sekedar melihat botol luarnya. Dan ternyata saya tidak menemukan
label halal MUI yang biasa ada di produk makanan lainnya,” tutur Henny, “Akhirnya saya
mengurungkan niat untuk membelinya.
Temuan serupa juga dialami oleh Nur Abdullah. Ia selama ini mengaku sangat
menggemari makanan ringan Pocky. Tapi, kabar terakhir yang beredar tentang kehalalan
produk tersebut membuat dirinya penasaran mengecek label halalnya.
“Ternyata memang saya tidak menemukan label halal pada bungkus makanan tersebut,”
kata Nur, “Katanya sih kabarnya sedang diurus ke MUI untuk sertifikasi halalnya. Tapi, saat
ini tentu saya memilih nggak mengkonsumsinya dulu.”
Dua temuan tersebut tentu membuat konsumen muslim Indonesia mesti berhati-hati saat
membeli produk makanan atau minuman. (redaksi zona-halal.com)
4. Snickers
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tetap akan memusnahkan biskuit Snickers
dan cokelat M&M's meski menurut hasil pemeriksaan ulang Snickers tidak mengandung
melamin dan kandungan melamin M&M's dibawah ambang batas toleransi.
"Memang sudah ada klarifikasi ulang dan hasilnya menunjukkan kandungan melaminnya
sedikit. Tapi menurut SOP, kalau satu merek sudah dinyatakan mengandung melamin maka
harus langsung ditarik dan dimusnahkan," kata Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin
Akib di Jakarta, Senin.
Hal itu, menurut Rubianan , dilakukan untuk memastikan bahwa produk makanan yang
beredar di pasaran adalah yang aman dikonsumsi.
"Supaya masyarakat yakin bahwa produk yang beredar di pasaran setelah itu aman
dikonsumsi. Ini juga bagus untuk perusahaan yang bersangkutan karena dengan demikian
masyarakat yakin bahwa produk mereka yang ada di pasaran adalah yang aman dikonsumsi,"
katanya.
Namun demikian hingga kini pemerintah belum menetapkan kapan semua produk susu
bermelamin asal China, termasuk kedua merek tersebut, akan dimusnahkan.
Pemusnahan 478.265 bungkus produk susu dan hasil olahan susu bermelamin asal China
yang ditemukan di wilayah DKI Jakarta sejak September-Oktober 2008 yang sebelumnya
akan dilakukan pada Senin (27/10) pagi juga ditunda.
"Pagi ini sebetulnya akan dilakukan pemusnahan tapi karena beberapa pertimbangan
tidak bisa disiarkan karena tidak diizinkan...Alasannya tidak bisa saya katakan. Tapi dijamin
ini akan dimusnahkan," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.
Pemeriksaan ulang
Sementara produsen coklat dengan nama dagang Snickers ? dan M&M's , PT. Mars
Symbioscience Indonesia, menyatakan bahwa semua produk mereka adalah aman
dikonsumsi.
Dalam siaran pers PT.Mars Symbioscience Indonesia yang diterima ANTARA Jakarta,
Direktur Utama PT Mars Symbiocscience Indonesia Noel Janetski mengatakan pihaknya
bersama dengan BPOM telah melakukan pemeriksaan ulang terhadap produk tersebut.
Menurut dia, pemeriksaan ulang bersama tersebut selesai akhir pekan lalu dan hasilnya
menunjukkan bahwa biskuit Snickers tidak mengandung melamin sedangkan M&M's
mengandung melamin namun masih dibawah ambang batas toleransi.
Dijelaskan pula bahwa lebih dari 100 contoh bahan susu yang digunakan untuk membuat
produk di China selama 12 bulan terakhir telah melalui uji coba oleh pemerintah China serta
suatu laboratorium independen di Jerman dan semua contoh tersebut dinyatakan tidak
tercemar melamin.
5. Luwak White Coffe
Baru-baru ini beredar informasi hasil klarifikasi Direktur LPPOM MUI, Ir. Lukmanul
Hakim, M. Si. terkait produk kopi berlabel "Luwak White Koffie" yang diduga mengandung
zat babi. Namun anehnya pada kemasan produk sudah di stempel halal dari LPPOM MUI.
Dilansir dari postshare, Luwak White Koffie telah memiliki sertifikasi halal dari LPPOM
MUI Propinsi Jawa Tengah. Sertifikasi halal itu berlaku hingga tanggal 29 Desember 2013.
Satu di antara komposisi yang disebut-sebut mengandung unsur babi yakni emulsifier
E471. E471 datang dari lemak, yang bisa datang dari lemak hewani maupun nabati. Lemak
hewani dapat datang dari hewan sapi ataupun babi.
Kode E sendiri yakni standard internasional untuk aditif dalam product pangan, yang
dapat berbentuk bahan pewarna, pengawet, pengasam, pemanis, penstabil, pengemulsi,
maupun senyawa anti-oksidan.
Disisi lain, emulsifier E471 dalam Luwak White Koffie dipakai dalam krimer sebagai
satu di antara komposisinya. Kandungan emulsifier E471 dalam krimer di Luwak White
Koffie di buat mempunyai bahan lemak nabati. Krimer itu juga sudah berstandar halal.
”Krimer pada Luwak White Koffie itu didapat dari Krimer yang sudah mempunyai
sertifikat halal LPPOM MUI Pusat. Bahan itu sudah diakukan pengkajian lewat langkah
mendalam serta berasal memiliki bahan nabati yang halal “, tulis Lukmanul dialnsir dari
postshare via detikfood.
LPKP Surabaya meragukan label Halal MUI Luwak White Koffie disangka mengandung
lemak babi, Selasa, 19 Maret 2013 18 : 05 WIB. Sangkaan apabila kopi putih produksi PT
Javaprima Abadi-Semarang ini “tidak hahal” sesudah diketahui kode E471 dalam
kemasannya.
Di ketahui, kodifikasi makanan atau minuman yang diawali dengan hutuf “E” yakni
produk yang mempunyai kandungan lemak babi. Direktur Lembaga Pengkajian Kota
Pahlawan (LPKP) Surabaya, Zaenal Karim mengatakan, “Dikalangan BPOM tahu kode E471
itu kandungan lemak babi. Kami heran, mengapa produk ini bisa mengedar bebas dipasaran,”
Ia juga mengaku heran, walau ada kode E471, namun dikemasan Luwak White Koffie
itu juga tercetak logo halal Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Tolong jangan pernah hanya
label halal saja yang di-fatwakan. Lebel haram juga demikian paling penting dipakai. Waktu
umat di ajak subhat terus-terusan, ” tandasnya.
Zaenal menyampaikan, kode-kode yang positif mengandung lemak babi satu diantaranya
yakni : E100, E110, E120, E-140, E141, E153, E210, E213, E214, E216, E234, E252, E270,
E280, E325, E326, E327, E337, E422, E430, E431, E432, E433, E434, E435, E436, E440,
E470, E471, E472, E473, E474, E475, E476, E477, E478, E481, E482, E483, E491, E492,
E493, E494, E495, E542, E570, E572, E631, E635 dan E904.
Menurutnya, untuk tahu product makanan atau minuman itu halal atau haram mesti
dilihat ada tidaknya kode “E” serta tiga digit angka dibelakangnya.
“Jika memang emulsifier yang digunakan yaitu kode E471 serta tak ada embel-embel
lain, contoh : lecithin de sojaatau soy lecithin, bermakna product itu mengandung yakni pork
or varken (babi), ” terangnya. “Sebenarnya tidak cuma E471 tetapi juga E472, ” tuturnya.
E471 serta E472 umum di kenal dengan sebutan lecithin è originnya yaitu ekstrak dari tulang
babi. Ke-2 additive ini yakni senyawa turunan dari asam lemak.
6. Pocky
Pocky, snack ringan asal Negri Jepang mengandung babi. Ummat Islam sebaiknya
berhati-hati dan pastikan kehalalan produk Glico tersebut. Demikian ulasan singkat Halal in
Japan (HJ)
Banyak konsumen indonesia terutama anak kecil yang tertarik untuk membeli Pocky
sebagai suvenir dari Jepang, bahkan orang Jepang sendiri sangat menyukainya. Sayangnya,
Pocky (ポッキ), snack Jepang buatan Ezaki Glico ini ternyata mengandung bahan haram
pada lapisan cokelatnya.
Snack yang telah dijual di Jepang sejak tahun 1966 ini dikonfirmasi keharamanya oleh
perusahaan Glico kepada HJ pada sekitar bulan maret 2015 lalu
Halal In Japan (HJ) mengatakan bahwa, “ Kami telah mengonfirmasi melalui telepon
secara langsung kepada perusahaan Ezaki Glico pada mengenai bahan pengemulsi yang
mereka gunakan. Dan jawabannya, mereka menggunakan pengemulsi dari bahan hewani dan
bagian hewani lain berupa lemak babi (lard, dsb) yang diambil dari babi dan hewan lainnya.”
HJ juga menegaskan “ Dan jika Anda melihat Pocky di negara anda, tolong perhatikan
dan periksa apakah Glico telah bersertifikat halal atau tidak,” !
C. Analisa
D. Kesimpulan
E. Daftar Pustaka
https://www.liputan6.com/health/read/3262127/ada-pencemaran-dna-babi-di-viostin-ds-
pharos-akui-hanya-sedikit
https://www.kompasiana.com/alanizecson/54f73b73a33311c86c8b4705/cadbury-dairy-milk-
juga-mengandung-babi
http://www.wajibbaca.com/2016/09/sebarkan-ternyata-luak-white-koffie.html
https://www.nahimunkar.org/penjelasan-glico-soal-cemilan-pocky-mengandung-babi/
http://www.zona-halal.com/2015/03/dua-produk-ini-belum-berlabel-halal.html
https://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/08/10/28/10261-meski-telah-dikaji-
ulang-snicker-dan-m-m-tetap-dimusnahkan