Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERMASALAHAN SERTIFIKASI HALAL PADA

PRODUK PANGAN DI INDONESIA

Untuk memenuhi tugas Keamanan Pangan

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Fini Fitria Febriani P2.06.31.1.17.009


2. Fitrah Maulidina Salsabila P2.06.31.1.17.010
3. Nera Iraya P2.06.31.1.17.023
4. Nurtriati Fadilla Ayu P2.06.31.1.17.025
5. Sukma Salsabila Rusanto P2.06.31.1.17.035
6. Ulfah Nurul Hikmah P2.06.31.1.17.037

PROGRAM STUDI DIII GIZI TASIKMALAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2018/2019
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer,
maka pangan harus tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam
jenisnya dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Kebutuhan akan
pangan dapat diperoleh manusia langsung dari sumber secara alami tanpa proses dan
pangan yang diperoleh sebagai hasil olahan yang disebut produk pangan olahan. Namun
demikian, setiap pangan yang dikonsumsi oleh manusia haruslah dalam kondisi aman
dan tidak membahayakan kesehatan. Dilihat dari aspek kesehatan, pangan dinyatakan
aman artinya pangan yang sehat. Pangan yang sehat adalah produk pangan yang bebas
dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia..
Dari aspek agama khususnya agama Islam, pangan yang aman adalah pangan yang
halal yaitu halal secara zatnya, halal cara memprosesnya, halal cara penyembelihannya,
dan halal cara memperolehnya. Pangan halal adalah pangan yang tidak mengandung
unsur atau barang yang haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat islam baik yang
menyangkut bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, bahan bantu dan bahan
penolong lainya termasuk bahan pangan yang diolah melalui proses rekayasa genetika
dan iradiasi pangan dan yang pengelolaanya dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum
agama Islam. Dengan kata lain produk pangan yang aman dan sehat adalah makanan
yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dari aspek kesehatan dan kenyamanan
batiniah.
Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya mayoritas muslim, maka
pemerintah bertanggung jawab dalam menjaga produk pangan yang halal. Bagi kalangan
muslim, dasar hukum wajibnya pangan halal terdapat dalam Al-quran, Surat Al-an’am
Ayat 121, 145, Al-Maidah ayat 3 dan 88 serta Al-Baqarah Ayat 173. Bila dilihat secara
keseluruhan, maka di dalam Al-Quran tidak kurang dari 18 ayat suci yang menjelaskan
tentang makanan dan minuman yang halal dan haram.
Pemerintah menyadari perlunya landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi, peredaran dan/atau perdagangan
pangan. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan yang selanjutnya
disingkat UUP yang lahir sebagai landasan hukum dan acuan bagi pengaturan pangan di
Indonesia. Salah satu upaya untuk mencapai tertib pengaturan dibidang pangan maka
terbitlah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.924/Menkes/SK/VIII/
1996 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI No.82/Menkes/SK/I/1996
tentang Pecantuman Tulisan Halal pada Label Makanan.
Keamanan bahan pangan merupakan masalah yang kompleks dan merupakan
Interaksi antara toksisitas mikrobiologis, kimiawi, status gizi, kehalalan dan ketentraman
batin. Kesemuanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga faktor keamanan
pangan dapat dikatakan sebagai suatu masalah yang dinamis seiring perkembangan
peradaban manusia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peraturan tentang sertifikasi halal termaktub dalam Pada pasal 30 ayat 1 UUP
disebutkan pada ayat (1) setiap orang yang memproduksi atau memasukkan ke dalam
wilayah Indonesia makanan yang dikemas untuk diperdagangkan wajib mencantumkan
label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan. Pada ayat 2 disebutkan Label,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat sekurang-kurangnya keterangan
mengenai; nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama
dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah
Indonesia, keterangan tentang halal, dan tanggal, bulan, dan tahun kedaluarsa. Pada ayat
3 diatur selain keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dapat
menetapkan keterangan lain yang wajib atau dilarang untuk dicantumkan pada label
makanan.
Sementara, pada UUPK pada pasal 8 ayat 1h disebutkan Pelaku usaha dilarang
memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak mengikuti
ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan ‘’halal’’ yang dicantumkan
pada label. Sehingga jika terdapat produsen yang melanggar aturan tersebut maka
dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Pasal 62 yang menyatakan; (1) Pelaku usaha
yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal
13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan
Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Namun, jika produsen tidak
mencantumkan label halal maka tidak terdapat sanksi yang melekat padanya.
Selanjutnya pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.924/Menkes/SK/VIII/ 1996 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pecantuman Tulisan Halal pada Label Makanan pada
pasal 2 disebutkan pada label makanan dapat dicantumkan tulisan halal. Pada pasal 3
ayat 2 a disebutkan Produk Makanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
harus memenuhi persyaratan makanan halal berdasarkan hukum Islam.
Untuk mendapatkan produk pangan yang halal, masyarakat sebagai konsumen
membutuhkan perlindungan dari penguasa atau pemerintah. LPPOM MUI adalah
lembaga yang bertugas untuk meneliti, mengkaji, menganalisa dan memutuskan apakah
produk-produk baik pangan dan turunannya, obat-obatan dan kosmetika apakah aman
dikonsumsi baik dari sisi kesehatan dan dari sisi agama Islam yakni halal atau boleh dan
baik untuk dikonsumsi bagi umat Muslim khususnya di wilayah Indonesia. Selain itu,
memberikan rekomendasi, merumuskan ketentuan dan bimbingan kepada masyarakat.
Kehalalan produk makanan, minuman, obat dan kosmetika perlu mendapat sertifikasi
dari LPPOM MUI. Kehalalan produk pangan harus memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan yakni tidak mengandung bahan atau unsur pangan yang diharamkan oleh
Islam seperti tercampur babi atau produk turunannya. Produk tersebut tidak
menimbulkan dampak buruk bagi pemakainya karena Islam mengharamkan segala jenis
pangan yang terbukti merusak kesehatan manusia secara langsung maupun tidak
langsung, terkecuali dalam keadaan darurat.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka kelompok kami tertarik untuk
mengadakan penelitian terhadap permasalahan sertifikasi halal yang masih diragukan
oleh masyarakat Indonesia pada produk pangan yang diberlakukan oleh LPPOM-MUI.
Penelitian ini dituangkan kedalam bentuk makalah yang berjudul “Permasalahan
Sertifikasi Halal Pada Produk Pangan di Indonesia”.

B. Permasalahan
1. Viostin DS
Terkait dengan ditemukannya kandungan DNA babi di dalam Viostin DS, Ida
Nurtika, Director of Corporate Communication PT Pharos Indonesia mengatakan,
pihaknya telah menelusuri dari mana keberadaan 'barang haram' yang mencemari
produknya.
"Kalau di dalam penelusuran, kita lakukan dari ujung, dari obat jadi ke proses
produk, sampai akhirnya ke bahan baku dari situlah kami ketahui penyebab
pencemaran tersebut adalah DNA babi." kata Ida Nurtika di kawasan Senayan
Jakarta pada Selasa (6/2/2018). Walaupun begitu, Ida mengakui bahwa jumlah
pencemarannya sedikit sekali. "Bahkan dari hasil deteksi kalau kita ambil sepuluh
sampling, itu mungkin hanya dua atau tiga," kata Ida menambahkan. Sehingga,
secara persentase hal itu bisa disimpulkan sangat kecil.
"Berbeda dengan kalau kita tidak suka pedas, makanan kecipratan sambal, lalu kita
kepedasan, itu beda. Urusan halal haram, satu kepedasan, kita tarik semua," kata
Ida mengibaratkan kasus Viostin DS yang mengandung babi ini. "Walaupun yang
tercemar hanya sedikit sekali."
Terkait dengan ini, PT Pharos menyatakan akan melakukan pendekatan dan
meminta saran dari MUI mengenai sertifikat halal yang telah dikeluarkan
sebelumnya. Hal ini karena badan yang mengeluarkan sertifikat tersebut telah diakui
MUI.
"Karena kami juga merasa bahwa seharusnya kalau sudah dikeluarkan sertifikat
halal, jangan sampai terjadi pencemaran seperti ini. Nyatanya ada pencemaran
walaupun sedikit dan kami merasa dirugikan," jelas Ida.

2. Cadburry Dairy Milk

Di Indonesia memang sudah ada MUI untuk meyakinkan customer bahwa sebuah
produk halal untuk dimakan. Namun kita juga tau ga semua produk memiliki label
halal. Kalau sudah begini mungkin sebaiknya semua kita juga dikenalkan dengan
label haram bagi muslim dengan warna mencolok. Karena menurut pengalaman
pribadi, saya jarang sekali memperhatikan label halal karena merasa di negara ini
aman-aman saja untuk hal makanan. Kecuali restoran yang jelas menjual menu babi.

Belum lama ini saya mendapat kabar dari teman di Malaysia bahwa Cadbury dairy
milk juga mengandung babi. Kementrian kesehatan malaysia sudah mengeluarkan
surat edaran 24 Mei 2014 dan perusahaan terkait (cadbury cofectionary malaysia sdn
bhd) bersedia untuk menarik produknya yang mengandung babi tersebut.

Ada 2 jenis yang mengandung babi :


 Cadbury dairy milk hazelnut tanggal expired 13 november 2014

 Cadbury dairy milk roast tanggal expired 15 januari 2015

Semetara 1 jenis cadbury dairy milk chocolate tidak mengandung babi. Karena setelah
googling saya ga menemukan perusahaan Cadbury di Indonesia, kemungkinan besar produk
yang iklannya sering tayang di TV ini diimpor dari perusahaan yang sama di Malaysia.
Semoga pihak terkait mau menjawab dan meluruskan kekhawatiran saya ini.

3. You C1000
Produk minuman You C 1000 dan makanan ringan Pocky disinyalir belum jelas
kehalalannya. Indikasi ini dapat dilihat dengan belum adanya label sertifikat halal dari
LPPOM MUI di bungus kedua produk tersebut.

Temuan akan ketidakjelasan akan kehalalan dua produk itu didapatkan tim redaksi
Zona-Halal.com di sejumlah minimarket Jakarta setelah mendapat laporan dari masyarkat
tentang tidak adanya label halal pada sejumlah produk makanan dan minuman.

Henny, pegawai salah satu bank syariah di Jakarta, mengatakan dirinya cukup terkejut
saat ia ingin membeli produk minuman yang diiklankan model terkenal tersebut.

“Awalnya saya iseng sekedar melihat botol luarnya. Dan ternyata saya tidak menemukan
label halal MUI yang biasa ada di produk makanan lainnya,” tutur Henny, “Akhirnya saya
mengurungkan niat untuk membelinya.

Temuan serupa juga dialami oleh Nur Abdullah. Ia selama ini mengaku sangat
menggemari makanan ringan Pocky. Tapi, kabar terakhir yang beredar tentang kehalalan
produk tersebut membuat dirinya penasaran mengecek label halalnya.

“Ternyata memang saya tidak menemukan label halal pada bungkus makanan tersebut,”
kata Nur, “Katanya sih kabarnya sedang diurus ke MUI untuk sertifikasi halalnya. Tapi, saat
ini tentu saya memilih nggak mengkonsumsinya dulu.”

Dua temuan tersebut tentu membuat konsumen muslim Indonesia mesti berhati-hati saat
membeli produk makanan atau minuman. (redaksi zona-halal.com)

4. Snickers

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tetap akan memusnahkan biskuit Snickers
dan cokelat M&M's meski menurut hasil pemeriksaan ulang Snickers tidak mengandung
melamin dan kandungan melamin M&M's dibawah ambang batas toleransi.

"Memang sudah ada klarifikasi ulang dan hasilnya menunjukkan kandungan melaminnya
sedikit. Tapi menurut SOP, kalau satu merek sudah dinyatakan mengandung melamin maka
harus langsung ditarik dan dimusnahkan," kata Kepala BPOM Husniah Rubiana Thamrin
Akib di Jakarta, Senin.

Hal itu, menurut Rubianan , dilakukan untuk memastikan bahwa produk makanan yang
beredar di pasaran adalah yang aman dikonsumsi.
"Supaya masyarakat yakin bahwa produk yang beredar di pasaran setelah itu aman
dikonsumsi. Ini juga bagus untuk perusahaan yang bersangkutan karena dengan demikian
masyarakat yakin bahwa produk mereka yang ada di pasaran adalah yang aman dikonsumsi,"
katanya.

Namun demikian hingga kini pemerintah belum menetapkan kapan semua produk susu
bermelamin asal China, termasuk kedua merek tersebut, akan dimusnahkan.

Pemusnahan 478.265 bungkus produk susu dan hasil olahan susu bermelamin asal China
yang ditemukan di wilayah DKI Jakarta sejak September-Oktober 2008 yang sebelumnya
akan dilakukan pada Senin (27/10) pagi juga ditunda.

"Pagi ini sebetulnya akan dilakukan pemusnahan tapi karena beberapa pertimbangan
tidak bisa disiarkan karena tidak diizinkan...Alasannya tidak bisa saya katakan. Tapi dijamin
ini akan dimusnahkan," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.

Pemeriksaan ulang

Sementara produsen coklat dengan nama dagang Snickers ? dan M&M's , PT. Mars
Symbioscience Indonesia, menyatakan bahwa semua produk mereka adalah aman
dikonsumsi.

Dalam siaran pers PT.Mars Symbioscience Indonesia yang diterima ANTARA Jakarta,
Direktur Utama PT Mars Symbiocscience Indonesia Noel Janetski mengatakan pihaknya
bersama dengan BPOM telah melakukan pemeriksaan ulang terhadap produk tersebut.

Menurut dia, pemeriksaan ulang bersama tersebut selesai akhir pekan lalu dan hasilnya
menunjukkan bahwa biskuit Snickers tidak mengandung melamin sedangkan M&M's
mengandung melamin namun masih dibawah ambang batas toleransi.

Laboratorium independen di Australia telah memeriksa beberapa sampel coklat M&M's


serta Snickers ang diambil dari pasaran yang berada di bawah pengawasan BPOM di Jakarta.
Uji laboratorium terhadap produk tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel produk aman
dikonsumsi.

Dijelaskan pula bahwa lebih dari 100 contoh bahan susu yang digunakan untuk membuat
produk di China selama 12 bulan terakhir telah melalui uji coba oleh pemerintah China serta
suatu laboratorium independen di Jerman dan semua contoh tersebut dinyatakan tidak
tercemar melamin.
5. Luwak White Coffe

Baru-baru ini beredar informasi hasil klarifikasi Direktur LPPOM MUI, Ir. Lukmanul
Hakim, M. Si. terkait produk kopi berlabel "Luwak White Koffie" yang diduga mengandung
zat babi. Namun anehnya pada kemasan produk sudah di stempel halal dari LPPOM MUI.

Dilansir dari postshare, Luwak White Koffie telah memiliki sertifikasi halal dari LPPOM
MUI Propinsi Jawa Tengah. Sertifikasi halal itu berlaku hingga tanggal 29 Desember 2013.

Satu di antara komposisi yang disebut-sebut mengandung unsur babi yakni emulsifier
E471. E471 datang dari lemak, yang bisa datang dari lemak hewani maupun nabati. Lemak
hewani dapat datang dari hewan sapi ataupun babi.

Kode E sendiri yakni standard internasional untuk aditif dalam product pangan, yang
dapat berbentuk bahan pewarna, pengawet, pengasam, pemanis, penstabil, pengemulsi,
maupun senyawa anti-oksidan.

Disisi lain, emulsifier E471 dalam Luwak White Koffie dipakai dalam krimer sebagai
satu di antara komposisinya. Kandungan emulsifier E471 dalam krimer di Luwak White
Koffie di buat mempunyai bahan lemak nabati. Krimer itu juga sudah berstandar halal.

”Krimer pada Luwak White Koffie itu didapat dari Krimer yang sudah mempunyai
sertifikat halal LPPOM MUI Pusat. Bahan itu sudah diakukan pengkajian lewat langkah
mendalam serta berasal memiliki bahan nabati yang halal “, tulis Lukmanul dialnsir dari
postshare via detikfood.

LPKP Surabaya meragukan label Halal MUI Luwak White Koffie disangka mengandung
lemak babi, Selasa, 19 Maret 2013 18 : 05 WIB. Sangkaan apabila kopi putih produksi PT
Javaprima Abadi-Semarang ini “tidak hahal” sesudah diketahui kode E471 dalam
kemasannya.

Di ketahui, kodifikasi makanan atau minuman yang diawali dengan hutuf “E” yakni
produk yang mempunyai kandungan lemak babi. Direktur Lembaga Pengkajian Kota
Pahlawan (LPKP) Surabaya, Zaenal Karim mengatakan, “Dikalangan BPOM tahu kode E471
itu kandungan lemak babi. Kami heran, mengapa produk ini bisa mengedar bebas dipasaran,”

Ia juga mengaku heran, walau ada kode E471, namun dikemasan Luwak White Koffie
itu juga tercetak logo halal Majelis Ulama Indonesia (MUI). “Tolong jangan pernah hanya
label halal saja yang di-fatwakan. Lebel haram juga demikian paling penting dipakai. Waktu
umat di ajak subhat terus-terusan, ” tandasnya.

Zaenal menyampaikan, kode-kode yang positif mengandung lemak babi satu diantaranya
yakni : E100, E110, E120, E-140, E141, E153, E210, E213, E214, E216, E234, E252, E270,
E280, E325, E326, E327, E337, E422, E430, E431, E432, E433, E434, E435, E436, E440,
E470, E471, E472, E473, E474, E475, E476, E477, E478, E481, E482, E483, E491, E492,
E493, E494, E495, E542, E570, E572, E631, E635 dan E904.

Menurutnya, untuk tahu product makanan atau minuman itu halal atau haram mesti
dilihat ada tidaknya kode “E” serta tiga digit angka dibelakangnya.

“Jika memang emulsifier yang digunakan yaitu kode E471 serta tak ada embel-embel
lain, contoh : lecithin de sojaatau soy lecithin, bermakna product itu mengandung yakni pork
or varken (babi), ” terangnya. “Sebenarnya tidak cuma E471 tetapi juga E472, ” tuturnya.
E471 serta E472 umum di kenal dengan sebutan lecithin è originnya yaitu ekstrak dari tulang
babi. Ke-2 additive ini yakni senyawa turunan dari asam lemak.

6. Pocky

Pocky, snack ringan asal Negri Jepang mengandung babi. Ummat Islam sebaiknya
berhati-hati dan pastikan kehalalan produk Glico tersebut. Demikian ulasan singkat Halal in
Japan (HJ)

Banyak konsumen indonesia terutama anak kecil yang tertarik untuk membeli Pocky
sebagai suvenir dari Jepang, bahkan orang Jepang sendiri sangat menyukainya. Sayangnya,
Pocky (ポッキ), snack Jepang buatan Ezaki Glico ini ternyata mengandung bahan haram
pada lapisan cokelatnya.

Snack yang telah dijual di Jepang sejak tahun 1966 ini dikonfirmasi keharamanya oleh
perusahaan Glico kepada HJ pada sekitar bulan maret 2015 lalu

Halal In Japan (HJ) mengatakan bahwa, “ Kami telah mengonfirmasi melalui telepon
secara langsung kepada perusahaan Ezaki Glico pada mengenai bahan pengemulsi yang
mereka gunakan. Dan jawabannya, mereka menggunakan pengemulsi dari bahan hewani dan
bagian hewani lain berupa lemak babi (lard, dsb) yang diambil dari babi dan hewan lainnya.”
HJ juga menegaskan “ Dan jika Anda melihat Pocky di negara anda, tolong perhatikan
dan periksa apakah Glico telah bersertifikat halal atau tidak,” !

Dengan demikian, HJ menganjurkan konsumen agar berhati-hati dan mengenali produk


makanan yang dikonsumsi dan mengabarkan informasi ini kepada kaum Muslimin.

C. Analisa
D. Kesimpulan
E. Daftar Pustaka

https://www.liputan6.com/health/read/3262127/ada-pencemaran-dna-babi-di-viostin-ds-
pharos-akui-hanya-sedikit

https://www.kompasiana.com/alanizecson/54f73b73a33311c86c8b4705/cadbury-dairy-milk-
juga-mengandung-babi

http://www.wajibbaca.com/2016/09/sebarkan-ternyata-luak-white-koffie.html

https://www.nahimunkar.org/penjelasan-glico-soal-cemilan-pocky-mengandung-babi/

http://www.zona-halal.com/2015/03/dua-produk-ini-belum-berlabel-halal.html

https://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/08/10/28/10261-meski-telah-dikaji-
ulang-snicker-dan-m-m-tetap-dimusnahkan

Anda mungkin juga menyukai