Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Makanan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Namun

kebutuhan ini tidak dapat diartikan sebagai pemenuhan rasa lapar atau sekedar

memenuhi rasa kenyang. Karenanya makan harus memiliki nilai prioritas sebagai

upaya investasi kesehatan. Apa yang dimakan saat ini akan memberi manfaat

kesehatan pada beberapa tahun kemudian. Dengan kata lain makanan yang

dikonsumsi harus dapat memberi nilai kebaikan bagi tubuh.

Lebih jauh agama dan suku tertentu memiliki perintah maupun larangan

untuk mengonsumsi makanan-makanan yang ada. Bangsa Yahudi memiliki aturan

terhadap makanan yang disebut dengan aturan Kosher, sedangkan agama Hindu

dan Budha merupakan kelompok vegetarian. Demikian pula dengan agama Islam

yang sudah memiliki aturan makanan halal dan menghindari yang haram.

Permasalahan kehalalan selalu menjadi isu penting sebuah produk yang beredar di

Indonesia. Produk yang dilempar ke pasar dapat berkembang pesat atau justru

tumbang seketika bila kabar ketidakhalalan berhembus1.

Dilihat dari perspektif Islam, konsep halal merupakan hal yang vital bagi

seorang muslim. Halal berarti diperbolehkan atau diijinkan dalam agama Islam

(Alquran Surat Albaqarah 168-169). Oleh sebab itu, muslim akan mencari produk

untuk dikonsumsi sesuai dengan ajaran agama yang telah diterima. Hal ini

1
Prima Aswirna & Silvina. 2018. Peningkatann Pemahaman Masyarakat Tentang Pentingnya
Mengkonsumsi Produk Halal Bagi Pemuka Agama Islam Kota Padang. Universitas Islam Negeri
Imam Bonjol Padang.
1
SMP Labschool Jakarta
2

ditandai dengan banyaknya permintaan produk halal yang sudah memiliki

sertifikat Halal di dunia. Sehingga secara global kesadaran akan pentingnya halal

dan kualitas barang oleh konsumen muslim perlu ditingkatkan, sehingga

menimbulkan persepsi baru tentang halal. Tidak lagi sebatas ajaran agama,

millennials menganggap halal adalah gaya hidup sehat dan cool yang kian

mengglobal. Terlihat dari banyaknya produsen (baik dari negara mayoritas

maupun minoritas muslim) yang berlomba menghadirkan produk halal untuk

memenuhi permintaan konsumen.

Dalam beberapa hal mengenai sertifikasi halal, masyarakat tentunya

memilah milih barang atau produk yang akan mereka beli. Namun sebenarnya

masyarakat tidak mengetahui bagaimana proses yang ada dan cara pengolahan

yang dilakukan. Kenyataanya untuk memproduksi suatu produk halal tidak hanya

berdasarkan bahan baku saja tapi mulai dari tata cara produksi, pengolahan,

tambahan bahan lain ataupun dari segi lainnya yang mencakup produksi produk

tersebut juga harus bersifat halal dari segi apapun. Padahal islam mengajarkan

bahwa tidak diperbolehkan bagi ummat muslim untuk mengonsumsi dan

memakan produk tertentu karena unsur yang dikandungnya atau proses yang

mengikutinya.

Sertifikat halal pada sebuah produk dewasa ini sudah menjadi suatu

keharusan. Karena masyarakat akan semakin selektif dan enggan mengonsumsi

produk yang tidak memiliki sertifikat halal. Banyak produk Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) yang mencantumkan label halal tetapi tidak

mendapatkan sertifikat halal. Padahal prosedur yang berlaku dalam pemberian

izin label halal ini adalah berdasarkan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh MUI.

SMP Labschool Jakarta


3

Pengetahuan masyarakat akan makanan, obat atau produk yang lainnya yang

berkaitan dengan halal cukup tinggi namun kesadaran untuk memverifikasi barang

yang terjamin kehalalannya masih rendah2.

Dalam undang-undang menjelaskan tentang penetapan sertifikasi halal

dinyatakan bahwa “sertifikasi halal harus ada pada setiap produk”, hal ini sedikit

banyaknya bertentangan pada setiap produk yang belum memiliki label halal

khsusunya pada produk yang terdapat di usaha mikro kecil menengah. Bagi

konsumen muslim adanya label halal pada kemasan produk dapat memastikan

produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan

mencantumkan label halal pada kemasannya. Konsumen Muslim yang memilih-

milih dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa

label halal merupakan hak dari konsumen itu sendiri (UU Nomor 33 tahun 2014).

Undang-undang MUI Nomor 33 Pasal 4 Tahun 2014 tentang Jaminan

Produk Halal (UUJPH) yang mengatur banyaknya peraturan sertifikasi halal yang

selama ini tersebar di berbagai peraturan perundang-undangan, di lain sisi

Undang-undang Jaminan Produk Halal dapat disebut sebagai pusat hukum (centre

act) bagi regulasi produk halal. Jaminan Produk Halal (JPH) dalam undang-

undang ini terdapat berbagai aspek tidak hanya obat, makanan dan kosmetik akan

tetapi lebih luas lagi terdapat produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa

genetik, serta barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh

masyarakat (UUJPH, Pasal 1 ayat 1) bahkan pengaturannya meliputi halalnya

suatu produk dari sabang hingga merauke. Proses Produk Halal diartikan sebagai

kegiatan untuk menjamin kehalalan produk yang meliputi persediaan bahan,

2
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4963/Destri%20Operiani%20Zega. pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses tanggal 16 Januari 2022

SMP Labschool Jakarta


4

penolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian, penjualan, dan penyajian

produk (UUJPH, pasal 1 ayat 3).

Masyarakat membutuhkan adanya tempat jajan, makan, dan minum serta

pusat jajanan serba ada yang sesuai standar dan layak memenuhi syarat dengan

tidak mengesampingkan perilaku pengguna baik pengelola maupun pengunjung.

Suatu pusat jajanan serba ada yang baik harus dapat memfasilitasi kebutuhan-

kebutuhan para pengguna yang tidak hanya mengutmakan keuntungan, namun

harus memenuhi standar halal haram dalam menjual makanannya.

Aneka ragam produk diciptakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

sehari-hari. Produk-produk ini mencakup bidang pangan, termasuk makanan

uamg tersedia di pusat jajananyang semuanya tidak terlepas dari perkembangan

ilmu dan teknologi. Pengolahan beraneka bahan dapat menghasilkan berbagai

produk turunan dari suatu bahan. Maka disinilah letak ketidakjelasan status dari

suatu produk makanan cepat saji karena produk tersebut sudah merupakan

campuran dari berbagai bahan dengan sumber yang berbeda dan proses yang

berbeda pula.

Setiap muslim umumnya telah mengetahui dengan jelas keharaman

mengonsumsi daging babi, bangkai, darah, minuman keras (khamer), dan organ

tubuh manusia. Namun kebanyakan kaum muslimin banyak yang tidak

mengetahui bahwa banyak produk yang beredar terutama makanan yang berada di

pusat jajan serba ada merupakan turunan atau mengandung bahan yang

diharamkan, misalnya terbuat atau mengandung unsur babi, bangkai, darah,

khamer, atau organ tubuh manusia. Disinilah pentingnya fatwa Majelis Ulama

Indonesia (MUI) atas kehalalan produk makanan di pusat jajan serba ada.

SMP Labschool Jakarta


5

Selama ini Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan Sertifikat

Halal atas produk yang beredar luas di pasaran, termasuk produk makanan cepat

saji. Hal ini dilakukan untuk melindungi umat Islam yang ada di Indonesia dari

makanan yang haram. Produk–produk yang beredar di pasaran saat ini, terutama

yang kemasan dari pabrik ataupun makanan cepat saji, masih banyak dijumpai

belum menyertakan Sertifikat Halal MUI. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian

terhadap standarisasi halal haram di pusat jajan serba ada. Sebagai seorang

Muslim kita perlu hati-hati terhadap produk–produk makanan/minuman cepat saji

yang belum bersertifikat halal MUI. Hal-hal tersebut itulah yang menjadi latar

belakang penulis untuk melakukan penelitian terhadap standar halal haram di

pusat jajan serba ada.

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas karya tulis

ilmiah dengan judul Standar Halal Haram di Pusat Jajan Serba Ada. Penulis

berharap agar pembaca dapat mengetahui standar halal haram di pusat jajan serba

ada.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dalam

penulisan ini, perumusan masalah yang akan dibahas antara lain :

1. Apa yang dimaksud dengan makanan halal?

2. Apa yang dimaksud dengan makanan haram?

3. Apa kriteria makanan dan minuman halal dalam perspesktif Islam?

4. Apa kriteria makanan dan minuman haram dalam perspesktif Islam?

5. Bagaimana standar halal di pusat jajan serba ada?

6. Bagaimana proses sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh MUI?

SMP Labschool Jakarta


6

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini dibatasi pada aspek standar halal

haram di pusat jajan serba ada, sehingga dengan adanya pembatasan masalah

tersebut, kita dapat mengetahui bagaimana proses dari pengeluaran sertifikasi

halal terhadap makanan yang tersedia di pusat jajan serba ada. Dengan adanya

sertifikasi halal tersebut, maka dapat diketahui standar halal dan haram dari

makanan yang dijual belikan di pusat jajan serba ada.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian antara lain :

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan makanan halal

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan makanan haram

3. Untuk mengetahui kriteria makanan dan minuman halal dalam

perspesktif Islam

4. Untuk mengetahui kriteria makanan dan minuman haram dalam

perspesktif Islam

5. Untuk mengetahui standar halal di pusat jajan serba ada.

6. Untuk mengetahui proses sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh MUI.

1.5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian karya tulis ini menggunakan metode riset pustaka (library

research method) atau penelitian kepustakaan dengan membaca buku-buku atau

literatur-literatur keislaman yang berhubungan dengan masalah-masalah

khususnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai landasan teori dalam

melakukan analisis terhadap kehalalan suatu produk makanan yang tersedia di

SMP Labschool Jakarta


7

pusat jajan serba ada. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi

kepustakaan dengan mencari tambahan sumber bacaan melalui buku-buku, jurnal,

dan makalah yang ada di internet sesuai dengan topik bahasan yang dipilih oleh

penulis.

SMP Labschool Jakarta

Anda mungkin juga menyukai